PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada makalah ini kita akan membahas tentang pemikiran Fikih dan
Ushul Fikih dari Bashu Masail NU. Kita akan membahas tentang sejarah
berdirinya, pola pikir, dan karya-karya dari Bashu Masail NU. Materi ini
dibahas guna menambah pengetahuan kita bagaimana cara Bashu Masail
NU dalam menetapkan Fikih dan Ushul Fikih dan merampungkan tugas
yang diamanahkan ke kami.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarahBathu Masail NU?
2. Bagaimana pola pikir atau sistem dari Bathu Masail NU?
3. Bagaiman Fiqrah NU?
4. Bagaimana dinamika NU?
5. Bagaiman Aplikasi dari Bathu Masail NU?
C. TUJUAN
1. SejarahBathu Masail NU
2. Pola pikir atau sistem dari Bathu Masail NU
3. Fiqrah NU
1
4. Dinamika NU
5. Aplikasi dari Bathu Masail NU
2
BAB II
PEMBAHASAN
NU lahir pada tanggal 31 Januari 1926 didirikan oleh para kiai pesantren.
Antaralain KH. Hasyim Asy’ary, KH. Abdul Wahab Chasbullah, KH, Asnawi dan
lain-lain. Rais Akbar PBNU pertama dipegang oleh KH. Hasyim Asy’ari. NU
merupakan Jam’iyyah Diniyyah Islamiyyah beraqidah Islam menurut paham
ahlussunnah wal jamaah mengikuti salah satu empat madzhab dalam fiqih.1
Di dalam NU, bagian khusus yang mengurus masalah ijtihad hukum Islam
adalah Lajnah Bahtsul Masail. System pengambilan hukum Islam dalam Bahtsul
MAsail Nahdlatul Ulama (BMNU) diterapkan dalam Musyawarah Nasional
(Munas) alim Ulama NU di Bandar lambung pada 21-25 Januari 1992.
Menurut KH. Hussein Muhammad, secara umum, system pengambilan
keputusan BMNU dirumuskan dalam tiga atau prosedur. Pertama, melalui apa
yang disebut Taqrir jama’i. Melalui cara ini permasalahan hukum dicarikan
jawabannya dengan mengutip kitab-kitab kuning yang dijadikan rujukan. Cara
taqrir dilatarbelakangi oleh suatu pandangan bahwa apa yang sudah diputuskan
oleh ulama (Qaul al-faqih) masa lalu selalu memiliki relevansi dengan kehidupan
masa kini dan harus dipakai tanpa reserve. Prosedur ini dipandang memasung
kreatifitas ijtihad NU.2
Kedua, prosedur penetapan hukum yang disebut ilhaq al-masail bi
nadzairiha, sebagai istilah pengganti qiyas yang dipandang tidak patut dilakukan.
Pada ilhaq, yang dipersamakan adalah persoalan fiqih yang belum ditemui
jawabannya dalam kitab kuning secara tekstual dengan persoalan yang sudah ada
jawabannya dalam kitab kuning. Sedangkan qiyas adalah persoalan yang belum
terjawab dianalogkan kepada Al-Qur’an dan Hadits karena adanya kesamaan ilat.
Meskipun lebih maju dibandingkan yang prosedur penetapan hukum yang
pertama, tetapi secara substensial unsur taqlidnya masih sangat kental.3
Ketiga, penetapan hukum Islam ala NU yang disebut istinbath, suatu
istilah lain ijtihad yang ingin dihindari oleh NU. Secara esensial, istinbath dan
ijtihad adalah dua istilah yang sama, yaitu melakukan kajian intensif dan
maksimal dari para ahli terhadap persoalan-persoalan fiqh melalui teori-teori atau
kaidah-kaidah fiqh. Inilah yang kemudian disebut fiqh manhajy atau berijtihad
secara manhajy.4 Prosedur penetapan Ijtihad NU yang ketiga ini mulai
diwacanakan dan didorong untuk dilaksanakan NU agar ijtihadnya lebih kreatif
dan orogresif.
1
M. Ali HAidar. Nahdatul Ulama dan Islam di Indonesia: Pendekatan Fikih dalam Politik (Jakarta:
Gramedia, 1998), h. 69.
2
M. Imdadun Rahmat (ed,), Op. Cit., h. 27.
3
Ibid, h. 31.
4
Ibid, h. 33.
3
Dalam Munas Alim Ulama DI Bandar Lampung tahun 1992, secara garis
besar, metode pengambilan keputusan hukum yang digunakan NU dirinci menjadi
dua bagaian. Bagian pertama memuat keten tuan umum, dan bagaian kedua
memuat sistem pengambilan keputusan hukum serta petunjuk pelaksana.
Dalam ketentuan umum dijelaskan mengenai al-kutub al-mu’tabarat yaitu
kitab-kitab yang sesuai dengan akidah ahlussunnah waljamaah. Penjelasan berikut
merupakan rumusan mengenai cara-cara bermadzhab atau mengikuti aliran
hukum (fikih0. Madzhab fikih dapat diikuti dengan dua cara. Pertama, secara
qauli yaitu mengikuti pendapat-pendapat ulama yang sudah jadi, kedua,
bermadzhab secara manhajy yaitu bermadzhab dengan mengikuti jalan oikiran
dan kaidah oenetapan huk yang telah disusun oleh imam madzhab.
Keputusa BUMN dibuat dalam bermadzhab dengan salah satu dari empat
madzhab yang disepakati dan mengutamakan bermadzhab secara qauli. Oleh
karena itu, prosedur pengambilan hukum BUMN adalah sebagai berikut:
Pertama, apabila masalah atau pertanyaan telah terdapat jawabanya dalam
kitab-kitab standard dan dalam kitab-kitab tersebutbhanya terdapat satu qaul /
wajih saja, maka qoul atau wajih tersebut dapat digunakan sebagai jawaban atau
keputusan.
Kedua, apabila masalah atau pertanyaan telah terdapat pada kitab-kitab
muktabar, akan tetapi dalam kitab-kitab tersebut terdapat beberapa qaul atau wajih
maka yang dilakukan adalah taqrir jama’I yaitu upaya secara kolektif untuk
memilih satu qaul atau wajih dengan mempertimbangkan tingkatan (secara
hirarkis) sebagai berikut;
(1) Pendapat yang disepakati oleh syaikhani (imam Nawawi dan imam
Rafi’i).
(2) Pendapat yang dipegangi oleh Nawawi saja.
(3) Pendapat yang dipegangi oleh Rafi’I saja.
(4) Pendapat yang dipegangi oleh mayoritas ulama.
(5) Penfapat ulama yang terpandai.
(6) Pendapat ulama yang paling wara.
4
A. Sejarah Berdirinya Lajnah Bahsul Masail
5
Dr. Sodikin, Ali. 2014. Fikih Ushul Fiqih. Dicetak Berdasarkan SK Rektor Nomor: 152.72 Tahun
2014 Tanggal 26 Agustus 2014
5
berlangsung secara periodic selama dua sampai tiga tahun sekali.
Pelaksanaanya silih berganti, yaitu bersamaan dengan penyelenggaraan
musyawaroh nasional (munas) dan muktamar. Sejak tahun 1926-1999
setelah diselenggarakan bahsul masail tingkat nasional sebanyak 39 kali.
Namun karena ada beberapa muktamar yang dokumenya belum atau tidak
ditemukan yaitu muktamar XVII, XVIII, XIX, XXI, XXII, dan XXIV,
maka yang dapat dihimpun hanya 33 kali bahsul masail yang dapat
menhasilkan 505 keputusan.
6
B. Sistem Bath Al Masail dalam Nahdotul Ulama
Dalam hal memahami islam ,NU terkesan sangat hati hati dan tidak
mau memecahkan masalah keagamaan yang dihadapi dengan merujuk
langsung kepada quran maupun sunnah. Hal ini tidak terlepas dari
pandangan bahwa mata rantai pemindahan ilmu agama tidak boleh
terputus dari suatu generasi kegenerasi yang baik, adalah menelusuri mata
rantai yang baik dan sah pada seiap generasi
6
Sahal,bath al masail diambil dari bath al masail muhtadi:79
7
Rifyal ka’bah,keputusan tarjih muhammadiyah dan bath al masail sebagai keputusan jama’I di
indonesia
7
Rais akbar NU KH.Hasyim Asy’ari dalam muqadimah Al Quran
Al Asasi li jam’iyat Nahdat al Ulama menyatakan:
1. Metode qawli
Metode ini adalah salah atu cara dalam istibat hukum yang di
gunakan dalam bath al masaildengan mempeljari masalah yang
dihadap kemuadian mencari jawabannya pada kitab kitab fiqih dan
madzhab empatdengan mengacu dan merujuk secara langsungpada
bunyi teksnya,atau dengan katalain mengikuti pendapat yang sudah
jadi pada lingkup tertentu. 8
8
Masyhuri,masalah keagamaan 364,zahro,tradisi intelektual Nu 118,bath al masail ahmad
muhtadi 84
8
Keputusan bath al masail dibuat kerangka bermadzhab kepada
salah satu madzhab empatyang disepakati dan mengutamakan
bermadzhab secara qawli.Oleh karena itu prosedur penjawaban
masalah dalam urutan sebagai berikut:
2. Metode ilhaqi.
9
Yang dimaksud dengan qawl adalah pendaoat imam madzhab,sedangkan wajah adalah
pendapat ulama madzhab,Masyhuri masalah keagamaan 364,bath al masail ahmad muhtadi 84
10
Takrir jam’I merupakan penetapan salah satu dari dua wajah.ibid
9
serupa yangg di jawab oleh kitab (telah ada ketetapannya ) /
menyamakan dengan pendapat yang sudah jadi. 11
3. Metode manhaji.
11
Masyhuro,masalah keagamaan 364,zahro tradisi intelektual Nu 121,ahmad muhtadi bath al
masail 87
12
Mashuri, masalah keagamaan, 364, ahmad muhtadi bath al masail ,90
13
Ibid,126 ahmad muhtadi bath al masail 91
10
Proses pengambilan hukum yang tercermin dalam bath al
masail dapat di jelaskan sebagai berikut:
11
.
C. Fikrah Nahdliyah
12
mengacu kepada manhaj yang telah ditetapkan oleh Nahdlatul
Ulama.
Sejauh ini, produk Bath Al-masail hanya bersetatus pendapat hukum yang
memang menyumbang besar dalam pengembangan ilmu pengetahuan hukum.
Namun, sebagai intrumen regulasi tidak memiliki kekuatan impratif (mengikat)
sebagaimana peraturan perundang-undangan atau putusan pengadilan. Daya
ikatnya hanya sebatas fatwa, yang hanya mengikat pembuat fatwa dan peminta
fatwa.
13
mempunyai wawasan keagamaan inklusif dan menyadari munculnya pluralitas
agama dan pemahaman keagamaan. Kedua, factor eksternal yang tidak bisa
dihindari. Pergumulan sosial warga nahdliyin dengan berbagai wacana modern
membentuk sikap kritis pada doktrin-doktrin ajaran yang baku. Untuk itu
kontekstualisasi ajaran agama menjadi urgen bagi organisasi sosial keagamaan
semacam NU. 16
“menurut madzhab (syafi’I, yang pertama) orang fasik tidak boleh menjadi wali ,
karena orang fasik pada masa awal Islam tidak dilarang un tuk mengawinkannya.”
“dan tidak diperbolehkan diluar keadaan darurat bagi laki-laki dan perempuan
memakai bejana emas dan perak. Dikalangan madzhab Hanafi terdapat pendapat
yang memperbolehkan penggunaan tempat kopi (yang terbuat dari emas dan
perak), walaupun pendapat yang lebih banyak dijadikan pedoman (mu’tamat)
16
Ibid.
17
Imam gazali said,solusi hikum islam keputusan muktamar,munas dan konbes
NU(Surabaya:diantama,2006),bath Al Masail,ahmad muhtadi,85
18
Said (ed) solusi hukum islam 36-37,ahmad muhtadi bath al masail 87
14
dikalangan mereka adalah haram. Maka bagi mereka yang diuji harus
menggunakan bejana dari emas dan perak tersebut sebagaimana yang terjadi,
maka sebaiknya ia mengikuti pendapat Hanafi agar terhindar dari haram (maksud
tanpa darurat) jika menggunakan dari emas dan perak seperti mirwad itu suatu
keharusan (darurat) sebagai alat cetak, agar mata menjadi terang, maka itu
dihukumi boleh.”
“dengan pengertian ini maka haramlah seruling Iraq dan seluruh peralatan alat
music yang menggunakan senar seperti ‘ud, al-dhabh, Rabab, Barth, sedangkan
selain itu maka tidak termasuk pengertian yang diharamkan. Seperti bunyi suara
19
Said (ed) solusi hukum islam 19-20,ahmad muhtadi bath al masail 91
20
Masalah keagamaan. Munas NU ke I s/d XXX, oleh Kyai Haji Aziz Mashuri. Diambil dari:
Https://aslibumiayu.net
15
menyerupai burung elang yang dilakukan para penggembala, jama’ah haji, dan
suara gendering”
BAB III
PENUTUP
16
A. KESIMPULAN
Bath al masail NU merupaknan salah satu forum diskusi yang
berdiri dibawah naungan Nahdlotul ulama,guna menghadapi persoalan
pertanyaan aktual dalam masyarakat dan persoalan zaman dalam lingkup
agama.Dalam bath al masail NU ini memiliki sejarah dan metode khas
yang telah diuraikan diatas,selain itu mujtahid(pelaku ijtihad) harus
memenuhi sarat atau berkompeten dalam bidang tersebut, sehungga dinilai
cocok untuk menghadapi persoalan (hukum) islam dalam masyarakat yang
bersifat dinamis.
B. SARAN
Dalam hal ini penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna,karena banyak keterbatasan ilmu yang dikuasai penulis.Selain
itu penulis juga berterimakasih kepada dosen matakuliah Pengantar
Perbandingan Madzhab yang telah membimbing kami.tak lupa pula kami
memohon saran kepada pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis maupun pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
AHMAD ANSOR_MUHAMMAD.2012.Bahth Al Masail NAHDLATUL ULAMA
Melacak dinamila pemikiran madzhab kaum tradisionalis.Yogyakarta:Teras
Rokhmad_Abu.2016.Ushul Fiqih.Semarang:Varos MU
17
Shodiqin_Ali.2014.Fiqih Ushul Fiqih.Yogyakarta:UIN SUNAN KALIJAGA
Jurnal NU.ac.id
18