Dalam pembentukan divisi pemuda dan pemudi dalam NU juga penting, Sebelumnya, terdapat
kelompok pemuda tradisional yang sudah ada sejak pertengahan 1920 di antaranya Syubbanul
Wathan (Pemuda Negeri), Sayap Pemuda dari Nahdlatul Wathan dan Da’watus Subban (Suara
Pemuda). Kemudian pada tahun 1931 berhasil terbentuk Persatuan Pemuda Nahdlatul Ulama
(PPNU). Pada Muktamar tahun 1940 para perempuan mengusulkan agar mereka diberi hak
otonomi. Usulan tersebut diterima dan diberi hak otonomi dalam Muktamar pada tahun 1946
dengan dibentuk Muslimat Nahdlatul Ulama, Pada 1950, mereka mendirikan organisasi di
bawah pimpinan Pengurus Muslimat NU yang bernama Fatayat Nahdlatul Ulama.
Selain bidang pendidikan dan ekonomi, NU juga aktif dalam bidang penerbitan yang sebelum
Perang Dunia II pada tanggal 1 September 1939, mereka menerbitkan majalah-majalah NU melalui
percetakannya di Surabaya di antaranya Swara Nahdhatoel Oelama, Oetoesan Nahdhatoel Oelama
dan Berita Nahdhatoel Oelama, juga buletin bulanan seperti Lailatul Ijtima’ Nahdhatoel Oelama
(LINO) yang berisikan daftar nama anggota NU yang meninggal.
Sikap NU dalam bidang politik dan juga hubungannya dengan organisasi Islam Modernis mengalami perubahan
yang signifikan, . Upaya saling mendekatkan antara Islam tradisionalis dan Islam Modernis dilakukan oleh Kiai
Wahid Hasyim, Muhammad Ilyas, Mahfoedz Siddiq, dan Abdullah Ubaid dengan berhasil membentuk MIAI
(Majelis Islam A’la Indonesia) pada tanggal 21 September 19376 . Pada tahun 1939, NU mendukung
terbentuknya GAPI (Gabungan Politik Indonesia) dan ikut serta dalam Kongres Rakyat Indonesia (Korindo).
Selain itu, NU juga berperan dalam organisasi Masyumi yang dibentuk oleh Jepang setelah adanya pembubaran
terhadap MIAI pada bulan November 1943. Masyumi kemudian berganti nama menjadi Majelis Syuro tahun
1951 di bawah pimpinan Kyai Abdul Wahab Hasbullah. NU keluar dari Masyumi pada tanggal 5-6 April tahun
1952 dalam Muktamar ke 19 yang diselenggarakan di Palembang dan membentuk partai NU sendiri
Pada tahun 1971, pemilihan umum diikuti 10 partai politik yaitu NU, PNI,
IPKI, Murba, Partai Katolik, Parkindo, PSII, Perti, Parmusi dan Sekretariat
Bersama Golkar (Sekber Golkar). NU mengumpulkan suara sebesar
10.213.650 berarti 18,6% dari seluruh suara pemilih sebesar 54.696.887.
Sementara itu, Golkar memaksa masyarakat tanah air untuk tidak memilih
partai politik dengan cara menggerakkan aparat sipil dan militer berjaga di
TPS, kekerasan fisik pun yang dilakukan terhadap para kiai dan para santri
yang mendukung NU dengan cara dianiaya dan dibunuh. Pada tahun 2004,
NU mendirikan International Conference of Islamic Schoolars (ICIS) atau
Konferensi Internasional Cendekiawan Islam di Jakarta. Melalui ICIS, NU
semakin banyak dikenal di dunia sebagai pelopor Gerakan Islam Moderat .
02
Metode Penetapan
Fatwa Nahdlatul Ulama
a. Metode Qauli
Metode Qawli adalah suatu metode istinbat
dengan cara langsung merujuk kepada redaksi
‘ibarah (ta’bir) kitab fiqh atau dengan kata lain
mengikuti pendapatpendapat yang sudah jadi
dalam lingkup madzhab tertentu. Meskipun
penerapan metode ini berlangsung cukup lama,
yakni sejak pertama kali Bahth al-Masail
dilaksanakan (1926), namun secara tegas baru
dirumuskan dalam Munas Alim Ulama di Bandar
Lampung (21-25 Juni 1992).
b. Metode Ilhaqi
Apabila dalam metode qawli tidak dapat
dilaksanakan karena tidak ditemukan jawaban
tekstual dari suatu kitab mu’tabar, maka
dilakukan dengan ilhaq al-masai binazairiha
yaitu menyamakan hukum suatu kasus / masalah
yang belum dijawab oleh kitab (belum ada
ketetapan hukumnya) dengan kasus / masalah
serupa yang telah dijawab oleh kitab (telah ada
ketetapan hukumnya), atau bisa dikatakan
dengan menyamakan dengan pendapat yang
sudah jadi.
c. Metode Manhaji
Metode Manhaji (metodologis) adalah suatu cara
menyelesaikan masalah keagamaan yang ditempuh
Lajnah bah}th al-masa>il dengan mengikuti jalan
pikiran dan kaidah penetapan hukum yang telah disusun
imam madzhab.25 Namun lebih lanjut Jaih Mubarok
menjelaskan bahwa perlunya membedakan pendapat
antara imam pendiri maddhab dengan ulama yang
mengikuti madzhab tertentu. Hal ini dikarenakan
terkadang ada pendapat para pendiri madzhab dengan
pengikutnya berbeda satu sama lain, namun mereka
tetap bersandar pada imam madzhab tersebut.
03
Sumber atau Dalil
Penetapan Hukum
Nahdlatul Ulama
Sumber Penetapan Hukum NU
1. Al-Qur’an 3. Al-Ijma’
Al-Qur’an merupakan sumber utama dan Yang disebut Ijma’ ialah kesepakatan para
pertama dalam pengambilan hukum. Karena ulama’ atas suatu hukum setelah wafatnya Nabi
Al-Qur’an adalah perkataan Allah yang Muhammad SAW. Karena pada masa hidupnya
merupakan petunjuk kepada ummat manusia Nabi Muhammad SAW seluruh persoalan
dan diwajibkan untuk berpegangan kepada hukum kembali kepada Beliau. Setelah wafatnya
Al-Qur’an. Nabi maka hukum dikembalikan kepada para
sahabatnya dan para Mujtahid
2. Al-Hadits/Sunnah 4. Qiyas
Sumber kedua dalam menentukan hukum Qiyas menurut bahasanya berarti
ialah sunnah Rasulullah S
ٍ AW. Karena mengukur, secara etimologi kata itu
Rasulullah yang berhak menjelaskan dan berasal dari kata Qasa (اII س ق.( Yang
menafsirkan Al-Qur’an, maka AsSunnah disebut Qiyas ialah menyamakan sesuatu
menduduki tempat kedua setelah Al- dengan sesuatu yang lain dalam hukum
Qur’an karena adanya sebab yang antara
keduanya.
Contoh Penetapan Hukum Nahdlatul
Ulama
Fatwa NU : Shalat Jumat di Jalan Tidak Sah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengeluarkan fatwa terkait rencana aksi
gelar sejadah dari Semanggi hingga Bundaran HI yang diinisiasi Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI. PBNU
menilai salat Jumat tersebut tidak sah.
"Kalau imamnya di masjid, makmumnya keluar di jalan, enggak apa-apa. Tapi kalau sengaja keluar dari rumah mau salat Jumat
di jalan, salatnya enggak sah. Mengganggu ketertiban dan kepentingan orang lain," kata Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj di
sela Kongres XVII Muslimat NU di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Kamis (24/11/2016).
Keputusan tersebut, kata Said, berdasarkan keputusan dari pembahasan NU dan kiaikiai. "Saya hanya mengeluarkan fatwa," kata
Said.
Said menampik fatwa tersebut dikeluarkan terkait dengan Ahok. "Enggak ada kaitannya dengan Ahok. Pokoknya salat Jumat di
jalan kapan pun, di mana pun, enggak sah menurut Mazhab Syafii," Said membeberkan.
Salat Jumat sejatinya harus dilakukan di dalam bangunan yang sudah diniatkan untuk salat Jumat. Said mengimbau keluarga
besar NU tidak turun ke jalan di 2 Desember nanti.
"Saya mengimbau keluarga NU tidak ikut demo. Kan sedang diproses hukum. Mau apa lagi?" kata Said.
Thank
You