2200201110154 Nahdatul Ulama • NU adalah organisasi Islam terbesar di Indonesia yang bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial dan ekonomi. Organisasi ini berdiri di Surabaya pada tanggal 16 Rajab 1344 H atau bertepatan dengan 31 Januari 1926 M. diprakarsai oleh KH Hasyim Asy’ari, KH Abdul Wahab Chasbullah, KH Bisri Syansuri. • Tujuan : memelihara, melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam Ahlusunnah wal jamaah yang menganut salah satu dari mazhab empat, dan mempersatukan langkah para ulama dan pengikut-pengikutnya serta melakukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan masyarakat, kemajuan bangsa dan ketinggian harkat serta martabat manusia. Sejarah Nahdatul Ulama • Pada tahun 1924 di Arab Saudi sedang terjadi arus pembaharuan oleh Syarif Husein, Raja Hijaz (Makkah) yang berpaham Sunni ditaklukan oleh Abdul Aziz bin Saud yang beraliran Wahabi. • K.H Wahab Chasbullah mulai memberikan gagasannya pada K.H. Hasyim Asyari untuk perlunya didirikan NU. Sampai dua tahun kemudian pada tahun 1926 baru diizinkan untuk mengumpulkan para ulama untuk mendirikan NU. Usaha aktualisasi tujuan • Di bidang agama mengupayakan terlaksananya • Di bidang sosial, mengupayakan terwujudnya ajaran Islam yang menganut faham Ahlusunnah pembangunan ekonomi untuk pemerataan Wal Jamaah dan menurut salah satu mazhab empat kesempatan berusaha dan menikmati hasil-hasil dalam masyarakat dengan melaksanakan dakwah pembangunan, dengan pengutamakan tumbuh dan Islamiyah dan Amar Ma'ruf Nahi Munkar. berkembangnya ekonomi kerakyatan • Di bidang pendidikan, mengupayakan terwujudnya • Mengembangkan usaha-usaha lain yang penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran serta bermanfaat bagi masyarakat banyak guna pengembangan kebudayaan yang sesuai dengan terwujudnya Khaira Ummah. ajaran Islam untuk membina umat agar menjadi muslim yang taqwa dan berbudi luhur, berpengetahuan luas dan terampil serta berguna bagi agama, bangsa dan negara. Lembaga-lembaga Nahdatul Ulama • Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (LP • Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Maarif NU) Manusia (Lakpesdam) • Rabithah Ma’ahid al-Islamiyah Nahdlatul Ulama • Lembaga Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (RMINU) (LTNNU) • Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBMNU) • Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) • Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) • Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) • Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) • Lembaga Penyuluhan Bantuan Hukum Nahdlatul • Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Nahdlatul Ulama (LPBHNU) Ulama (LAZISNU) • Lembaga Ta’mir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU) • Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) Metodologi Penggalian dan Penetapan Hukum Islam Nahdlatul Ulama • NU dalam memecahkan persoalan keagamaan yang dihadapi merasa perlu berkonsultasi dengan kitab-kitab yang mu’tabarah yang ditulis ulama empat madzhab. Tradisi bermadzhab ini dilestarikan melalui lembaga pendidikan pesantren yang berada di bawah naungan NU. Hal ini bukan berarti bahwa NU tidak menghendaki ijtihad, tetapi yang diharapkan adalah ijtihad yang dilakukan oleh orangorang yang memenuhi persyaratan sebagai mujtahid. Lebih spesifik lagi KH. Said Agil Husein al-Munawwar menyimpulkan bahwa pintu ijtihad menurut NU hanya terbuka dalam kerangka pemikiran madzhab. • forum yang membidangi fatwa hukum di lingkungan NU tidaklah menggunakan terminologi ijtihad atau istinbat, yang kemudian dikenal dengan lembaga batul masail (LBM) • Lembaga ini adalah forum diskusi oleh para kyai, santri dan atau para pihak yang ahli dalam bidang-bidang tertentu untuk memecahkan berbagai masalah keagamaan. berdasarkan telaah dokumenter oleh Ahmad Zahro yang dilakukan terhadap seluruh keputusan yang menyangkut hukum fiqh selama kurun waktu 1926 sampai 1999, dapat disimpulkan bahwa untuk mengaplikasikan pendekatan madzhabi, Lajnah Bahth al-Masail mempergunakan tiga macam metode istinbat hukum yang diterapkan secara berjenjang, yaitu: 1. Metode Qawli adalah suatu metode istinbat dengan cara langsung merujuk kepada redaksi ‘ibarah (ta’bir) kitab fiqh atau dengan kata lain mengikuti pendapat-pendapat yang sudah jadi dalam lingkup madzhab tertentu. Meskipun penerapan metode ini berlangsung cukup lama, yakni sejak pertama kali Bahth alMasail dilaksanakan (1926), namun secara tegas baru dirumuskan dalam Munas Alim Ulama di Bandar Lampung (21-25 Juni 1992). 2. Apabila dalam metode qawli tidak dapat dilaksanakan karena tidak ditemukan jawaban tekstual dari suatu kitab mu’tabar, maka dilakukan dengan ilhaq al-masai binadzairiha yaitu menyamakan hukum suatu kasus / masalah yang belum dijawab oleh kitab (belum ada ketetapan hukumnya) dengan kasus / masalah serupa yang telah dijawab oleh kitab (telah ada ketetapan hukumnya), atau bisa dikatakan dengan menyamakan dengan pendapat yang sudah jadi. 3. Metode Manhaji (metodologis) adalah suatu cara menyelesaikan masalah keagamaan yang ditempuh Lajnah bahth al- masail dengan mengikuti jalan pikiran dan kaidah penetapan hukum yang telah disusun imam madzhab.25 Namun lebih lanjut Jaih Mubarok menjelaskan bahwa perlunya membedakan pendapat antara imam pendiri maddhab dengan ulama yang mengikuti madzhab tertentu. Hal ini dikarenakan terkadang ada pendapat para pendiri madzhab dengan pengikutnya berbeda satu sama lain, namun mereka tetap bersandar pada imam madzhab tersebut. Muhammadiyah • Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 November 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad Darwis, kemudian dikenal dengan K.H. Ahmad Dahlan. • Melihat keadaan ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, K.H. Ahmad Dahlan tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist. • Maksud dan tujuan Muhammadiyah adalah menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Sementara itu, Muhammadiyah merupakan gerakan Islam dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan tajdid (pembaruan tentang pokok ajaran Islam) yang bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah as-Sohihah. • Muhammadiyah hanya mendasari seluruh aspek kehidupan dari al-Qur’an dan as-Sunnah as-Sohihah. Penekanan terhadap pergerakan Islam, pola dakwah, dan tajdid juga tak luput dari perhatian. Selain itu, Muhammadiyah tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, serta bukan organisasi politik dan tidak akan pernah membentuk organisasi politik. Organisasi Otonom dalam Persyarikatan Muhammadiyah Ortom dalam Persyarikatan Muhammadiyah mempunyai karakteristik dan spesifikasi bidang tertentu. Adapun Ortom dalam Persyarikatan Muhammadiyah yang sudah ada ialah sebagai berikut : • Aisyiyah • Pemuda Muhammadiyah • Nasyiyatul Aisyiyah • Ikatan Pelajar Muhammadiyah • Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah • Tapak Suci Putra Muhammadiyah • Hizbul Wathan Majelis Tarjih Muhammadiyah • Secara umum tarjih bemakna menguatkan. Sebagaimana ar-Razi mendefinisikan tarjih sebagai aktivitas “menguatkan salah satu dalil atas yang lain, sehingga diketahui mana yang kuat lalu diamalkan yang lebih kuat itu dan ditinggalkan yang tidak kuat.” Dalam usul fikih, aktivitas tarjih meliputi upaya dalam menetapkan dalil yang paling rajih setelah sebelumnya melakukan penyelidikan terhadap dalil yang saling bertentangan, dan juga menetapkan pendapat ulama yang paling kuat berdasarkan pada sumber ajaran dan penggunaan kaedah usul fikih. • Hal ini sesuai dengan latar belakang lahirnya Majelis Tarjih di Muhammadiyah adalah untuk menghindari perselisihan dalam khilafiyah yang terdapat di kalangan anggota. • Muhammadiyah melihat tarjih bukan lagi sekadar aktivitas menentukan (menguatkan) dalil yang paling rajih di antara dalil-dalil yang telah ada, melainkan juga sebagai upaya melahirkan ketetapan hukum terhadap persoalan yang tidak disinggung Al-Qur’an dan as-Sunnah maupun dalam karya ulama klasik. Majelis Tajdid Muhammadiyah • tajdid dimaksudkan sebagai pemeliharaan matan ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan as-Sunnah ash-Shohiha. Dalam arti peningkatan, pengembangan, modernisasi, dan yang semakna dengannya, tajdid dimaksudkan sebagai penafsiran, pengamalan, dan perwujudan ajaran Islam dengan tetap berpegang teguh kepada Al- Qur’an dan as-Sunnah ash-Shohiha. • Syamsul Anwar juga menerangkan kalau tajdid memiliki dua makna: pertama dalam akidah dan ibadah, tajdid bermakna pemurnian dalam arti mengembalikan akidah dan ibadah kepada kemurniannya sesuai dengan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Dan kedua dalam bidang muamalat keduniaan, tajdid berarti mendinamisasikan kehidupan masyarakat dengan semangat kreatif dan inovatif sesuai tuntutan zaman. Karakter tarjih dan tajdid menjadi warna dalam produksi pengetahuan Muhammadiyah. Tarjih merupakan aktivitas Muhammadiyah dalam menjawab berbagai persoalan keagamaan, dan tajdid menjadi ruh dalam gerakan warga Muhammadiyah. Sehingga, tidak heran jika Lembaga Tarjih dan Tajdid menjadi salah satu lembaha istimewa dalam tubuh Muhammadiyah, bahkan dikatakan merupakan jantungnya Muhammadiyah.