Disusun Oleh :
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan
makalah Mata Kuliah Dakwah Multikultural tepat waktu. Tidak lupa
shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya
kita nantikan kelak.
( _____________)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada NU (Nahdlatul Ulama), dikenal sebagai organisasi yang
berhaluan “tradisional” yang dilawankan dengan “modernis”.
Disebut demikian, karena NU memang bertujuan untuk
mempertahankan atau memelihara tradisi Islam yang disebut
paham “ahlussunnah wa al jamaah” (aswaja). Tradisi ini
sebenarnya adalah sebuah konsensus besar di bidang teologi dan
fikih. Di bidang teologi, NU mengikuti aliran kalam Asy`ariah dan
Maturidiyah. Di bidang fikih, mengikuti empat mazhab besar,
yaitu mazhab Maliki, mazhab Syafi`ie, mazhab Hanafie dan
mazhab Hanbali. Di Indonesia, ada juga organisasi-organisasi
gerakan Islam yang memang mengikuti mazhab yang lebih khusus
lagi, yakni Syafi`ie, sedang di bidang tasawuf mengikuti al Ghazali.
Di dunia Islam, ada juga yang mengikuti mazhab yang lebih
spesifik, misalnya di Pakistan yang umat Islamnya cenderung
mengikuti mazhab Hanafie, di Saudi Arabia, khususnya di
Madinah, mengikuti mazhab Maliki dan di negara-negara Afrika
Utara, banyak mengikuti mazhab Hanbali. Umat Islam Indonesia
sendiri dikenal sebagai penganut mazhab Syafi`ie. Namun NU di
Indonesia lebih “terbuka”, sehingga dalam pembahasan mengenai
fikih atau hukum-hukum agama, NU bisa melakukan analisis
perbandingan mazhab.
B. Rumusan Masalah
1. Sejarah Nahdatul Ulama
2. Keragka Berfikir NU
3. Metode pendekatan Multikultural Dakwah NU
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Sejarah nah NU
2. Untuk mengetahui Kerangka berfikir NU
3. Untuk mengetahui Metode pendekatan Multikultural dakwah
NU
BAB II
PEMBAHASAN
B. KERANGKA BERFIKIR NU
NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, sebuah
pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli
(rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli (skripturalis). Karena
itu sumber pemikiran bagi NU tidak hanya al-Qur'an, sunnah,
tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan
realitas empirik. Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir
terdahulu seperti Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-
Maturidi dalam bidang teologi. Kemudian dalam bidang fiqih
lebih cenderung mengikuti mazhab: imam Syafi'i dan
mengakui tiga madzhab yang lain: imam Hanafi, imam
Maliki,dan imam Hanbali sebagaimana yang tergambar dalam
lambang NU berbintang 4 di bawah. Sementara dalam bidang
tasawuf, mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid Al-
Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan
syariat.
Gagasan kembali kekhittah pada tahun 1984,
merupakan momentum penting untuk menafsirkan kembali
ajaran ahlussunnah wal jamaah, serta merumuskan kembali
metode berpikir, baik dalam bidang fikih maupun sosial. Serta
merumuskankembali hubungan NU dengan negara. Gerakan
tersebut berhasil kembali membangkitkan gairah pemikiran
dan dinamika sosial dalam NU.
Dalam menentukan basis pendukung atau warga NU
ada beberapa istilah yang perlu diperjelas, yaitu anggota,
pendukung atau simpatisan dan Muslim tradisionalis yang
sepaham dengan NU. Jika istilah warga disamakan dengan
istilah anggota, maka sampai hari ini tidak ada satu dokumen
resmipun yang bisa dirujuk untuk itu. Karena sampai hari ini
tidak ada upaya serius di tumbuh NU di tingkat apapun untuk
mengelola keanggotaannya. Dari segi pendukung atau
simpatisan ada dua cara melihatnya. Dari segi politik, ini bisa
dilihat dari jumlah perolehan suara partai-partai yang berbasis
atau diasosiasikan dengan NU, seperti PKBU, PNU, PKU,
Partai SUNI, dan sebagian dari PPP. Dari segi paham
keagamaan maka bisa dilihat dari jumlah orang yang
mendukung dan mengikuti paham kegamaan NU. Maka
dalam hal ini bisa dirujuk hasil penelitian Saiful Mujani (2002)
yiatu berkisar 48% dari Muslim santri Indonesia. Suaidi Asyari
(Nalar Politik NU & Muhammadiyah, 2009) memperkirakan
ada sekitar 51 juta dari Muslim santri Indonesia dapat
dikatakan pendukung atau pengikut paham keagamaan NU.
Sedangkan jumlah Muslim santri yang disebut sampai 80 juta
atau lebih merupakan mereka yang sama paham
keagamaannya dengan paham kegamaan NU. Belum tentu
mereka ini semuanya warga atau mau disebut berafiliasi
dengan NU. Mayoritas pengikut NU terdapat di pulau Jawa,
Kalimantan, Sulawesi dan Sumatra. Perkembangan terakhir
pengikut NU mempunyai profesi beragam yang sebagian
besar dari mereka adalah rakyat jelata, baik di kota maupun di
desa. Mereka memiliki kohesifitas yang tinggi karena secara
sosial ekonomi memiliki problem yang sama, selain itu mereka
juga sangat menjiwai ajaran ahlususunnah wal jamaah. Pada
umumnya mereka memiliki ikatan cukup kuat dengan dunia
pesantren yang merupakan pusat pendidikan rakyat dan
cagar budaya NU.
A. Kesimpulan
Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan
Islam), disingkat NU, adalah sebuah organisasi Islam yang terbesar di
Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 oleh KH Hasyim
Asy’ari dan bergerak di bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi.Tujuan
didirikannya NU adalah menegakkan ajaran Islam menurut paham
Ahlussunnah waljama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.Dalam metodenya NU
menggunakan metode yang digunakan Wali Songo dulu. Nahdlatul Ulama
berkomitmen memperkuat pendekatan budaya sebagai salah satu elemen
penting dakwah Islam di Tanah Air. Sebab, dengan budaya lah agama
Islam dapat diterima baik oleh penduduk pribumi awal kedatangan Islam.
Kebudayaan Islam lokal saat ini kian terancam oleh beragam budaya dan
ideologi baik yang muncul dari kalangan barat ataupun timur. Akibatnya,
upaya memperkenalkan Islam sebagai agama yang damai dan cinta
keindahan justru semakin buram oleh pertarungan budaya tersebut.
B. Saran