Anda di halaman 1dari 9

TRADISI KEAGAMAAN NAHDLATUL ULAMA

SEBAGAI MODAL SOSIAL


MASYARAKAT DAN BANGSA
Oleh :
Azwan Lutfi, S.Sos, ME

1. Pendahuluan
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Kapita
Selekta Sosial Budaya dari Dosen Ibu Prof. Dr. Hj. Ummu Salamah, MS
dalam pelaksanaan kuliah secara online karena terjadinya wabah Covid
2019. Tugas yang diberikan bersifat implementatif karena melihat
keterkaitan modal sosial antara agama dan tradisi, lebih jelasnya tugas
yang diberikan oleh dosen berupa sumber modal sosial dari agama
(yang ajarannya sebagai sumber nilai dan norma yang menuntun
perilaku umatnya), dan tradisi (yang secara turun temurun sebagai
sumber terciptanya nilai dan norma dalam hubungan relasional antar
masyarakat). Pada saat ini banyak pihak yang mempertentangkan
agama dan tradisi. Penulis sebagai
mahasiswa diminta untuk menguraikan konsep/gagasan tentang upaya
yang perlu dilakukan dalam memanfaatkan kedua sumber sosial
tersebut, yang kemudian memunculkan agama dan tradisi sebagai
modal sosial yang kuat dalam membentuk kekuatan masyarakat dan
bangsa.
Dari tugas yang diberikan tersebut penulis tertarik untuk
mengkaji konsep atau ajaran yang berkembang dalam kehidupan
masyarakat yang berbaur dengan tradisi yaitu Organisasi Nahdatul
Ulama sebagai organisasi keagamaan juga berbaur dengan tradisi
masyarakat. Pembauran ini pada era saat ini menimbulkan perbedaan
pandangan terutama dari kaum muda yang mengenyam pendidikan
dari luar negeri. Perbedaan ini terjadi karena mereka menganggap

1
Organisasi Nahdalatul Ulama ajaran yang bidah karena tidak sesuai
dengan ajaran nabi, mereka menganggap tradisi yang berbaur dengan
Organisasi Nahdalatul Ulama masih bersifat atau mengandung unsur
Agama Hindu dan Budha. Padahal para pendiri atau founding father
Organisasi Nahdalatul Ulama adalah para kyai, ulama, pendiri Pondok
Pesantren yang terkenal tingkat kredibilitas keilmuwannya. Mereka
adalah para Ilmuwan sejati karena disamping belajar seumur hidup
sampai ke Mekah, Madinah dan Mesir juga langsung menerapkan
seluruh ilmu yang dimiliki kepada masyarakat. Cara penerapan ilmu ada
yang melalui jalur formal seperti dalam Pondok Pesantren atau
Madrasah, ada juga secara informal dengan belajar di
Surau/Mushola/Langgar atau di rumah-rumah masyarakat. Kajian yang
mereka terapkan jelas kajian Ahlisunnahwaljamah dengan meyakinkan
pada 4 (empat) mazhab.
Jika ada tradisi yang berbaur itu adalah strategi berdakwah
dalam menyiarkan Agama Islam ditengah-tengah masyarakat. Islam
yang dianut oleh sebagian besar bangsa Indonesia adalah Islam yang
penuh Rahmatan Lil Aalamin. Ketika awal-awal agama Islam masuk ke
Tanah Air Indonesia hampir tidak pernah terjadi konflik. Dari sinilah
maka Agama Islam dapat diterima oleh sebagian besar Bangsa
Indonesia karena dapat berbaur dengan tradisi-tradisi yang berlaku
dalam masyarakat. Perbauran inilah yang kemudian memunculkan
agama dan tradisi sebagai modal sosial yang kuat dalam membentuk
kekuatan masyarakat dan bangsa. Sudah terbukti dan tercatat dalam
sejarah bahwa organisasi Nahdalatul Ulama berperan dan bahkan ikut
dalam berjuang mengusir Penjajah Belanda, berperan dalam
pelaksanaan Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, berperan dalam
memajukan politik dan pembangunan pada awal-awal kemerdekaan,
berperan dalam menghancurkan PKI, berperan dalam keseimbangan

2
kekuasaan Orde Baru, berperan dalam Era Reformasi sampai pada
terpilihnya Presiden RI ke 4 Mantan Ketua PBNU KH. Abdurrachman
Wahid atau Gus Dur.
2. Kehadiran Nahdatul Ulama
Organisasi Nahdlatul Ulama termasuk organisasi yang tertua di
Indonesia yang mampu bertahan sampai saat ini dengan jumlah
keanggotaannya mencapai puluhan juta orang. Nahdlatul Ulama berarti
Kebangkitan Ulama adalah organisasi yang berdiri pada pada tanggal
31 Januari 1926 di Surabaya. Latar belakang berdirinya Nahdlatul Ulama
berkaitan erat dengan perkembangan pemikiran keagamaan dan politik
dunia Islam kala itu. Pada tahun 1924, Syarif Husein, Raja Hijaz Mekah
yang berpaham Sunni ditaklukkan oleh Abdul Aziz bin Saud yang
beraliran Wahabi. Tersebarlah berita bahwa penguasa baru itu akan
melarang semua bentuk amaliah keagamaan yang sudah diterapkan
berpuluh-puluh tahun oleh kaum Sunni di tanah Arab dan akan diganti
dengan faham Wahabi. Pengamalan agama dengan sistem bermazhab,
tawasul, ziarah kubur, maulid nabi dan sebagainya akan dilarang.
Berdasarkan isu tersebut, para ulama di Indonesia
menyampaikan keberatan secara personal-personal, namun keberatan
secara personal tidak bisa diterima oleh kerajaan Arab Saudi.
Berdasarkan penolakan dari kerajaan Arab Saudi itu maka KH. Hasyim
Asyari pimpinan Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang Jawa Timur
membentuk organisasi Nahdlatul Ulama sebagai perwakilan umat Islam
Indonesia. Keberatan disampaikan kepada kerajaan Arab Saudi melalui
organisasi Nahdltul Ulama. Bagi kalangan Nahdlatul Ulama
pembaharuan adalah hal yang wajib untuk kemajuan umat, akan tetapi
pembaharuan tidak dengan meninggalkan khazanah keilmuan yang
sudah ada dan masih relevan.

3
Dalam Anggaran Dasar pertama tahun 1927 yang disusun oleh
para Kyai dari berbagai kalangan tujuan berdirinya Organisasi Nahdlatul
Ulama berkembang dari tujuan semula yaitu bahwa tujuan didirikan
Nahdlatul Ulama adalah untuk melestarikan, mengembangkan dan
mengamalkan ajaran Islam Ahlusunnah Waljamaah dengan menganut
salah satu dari empat Mahzab (Hanafi, Maliki, Syafii dan Hambali).
Sebenarnya sebelum Nahdlatul Ulama didirikan kebiasaan-kebiasaan
beribadah agama Islam sudah berlangsung dan sudah diajarkan kepada
penduduk bangsa Indonesia. Praktek-praktek seperti tawasul, ziarah
kubur, maulid nabi, istigosah, tahlilan, rukyat, tasawuf dan sebagainya
sudah berjalan lebih dahulu. Kehadiran Organisasi Nahdlatul Ulama
menjadi wadah dan tempat praktek-praktek ibadah yang menjadi tradisi
itu berkembang dan terorganisir dengan rapi.
3. Tradisi Keagamaan Organisasi Nahdlatul Ulama

Beberapa Tradisi Keagamaan dan amalan dalam Organisasi


Nadlatul Ulama sebagai modal sosial masyarakat dan bangsa yang telah
berlangsung lama sejak agama Islam dibawa ke Tanah Air oleh para
pedagang dari Gujarat dan Persi dan dikembangkan lagi oleh para
ulama dan kyai telah membawa dan memunculkan agama dan tradisi
sebagai modal sosial yang kuat dalam membentuk kekuatan
masyarakat dan bangsa Indonesia semakin maju dan unggul. Ada
banyak tradisi atau budaya dan amaliah warga Nahdlatul Ulama yang
semakin mempererat persatuan dan kesatuan bangsa sebagai modal
sosial bangsa antara lain adalah seperti aqiqah, berzanji, haul, ijazah,
istighasah, kajian kitab kuning, manaqib, maulid nabi, rukyat, salawat
badar, tahlil, talqin, tasawuf, wirid atau ziarah kubur.
Seluruh amalan warga Nahdlatul Ulama tersebut berlangsung
secara turun temurun selama bertahun-tahun yang akhirnya menjadi
tradisi. Diantara tradisi-tradisi tersebut penulis mencoba menganalisis

4
beberapa saja yang paling banyak dipraktekkan dan dapat mempererat
persatuan dan kesatuan bangsa sebagai modal sosial bangsa antara lain
adalah :
A. Haul
Disebut juga dengan khol, adalah salah satu tradisi yang
berkembang kuat di kalangan Nahdliyin (sebutan untuk warga
Nahdlatul Ulama). Berbentuk peringatan kematian seseorang setiap
tahun. Biasanya dilakukan tepat pada hari dan tanggal kematiannya.
Kata haul (peringatan satu tahunan setelah kematiannya)
diambil dari ungkapan yang berasal hadist Nabi SAW dari Al-Waqidi
yang artinya sebagai berikut :
Rasulullah SAW setiap haul (setahun sekali) berziarah ke makam
syuhada Perang Uhud. Ketika Nabi SAW sampai di suatu tempat
bernama Syab, beliau mengeraskan suaranya dan berseru :
Keselamatan bagimu atas kesabaranmu, alangkah baiknya
tempatmu di alam akhirat. Abu Bakar RA juga melakukan seperti
itu, demikian juga Umar bin Khatab RA dan Usman bin Affan RA
(HR. Baihaqi).
Acara haul seringkali diisi dengan tahlil dan pembacaan doa-doa lain
secara bersama-sama, lalu selamatan dengan membagikan sedekah.
Kadang ditambah dengan ceramah agama dari para Kyai. Dalam skala
besar, biasanya ditambah lagi dengan seminar, hadrah dan sebagainya.
B. Istighosah
Istigoshah artinya memohon pertolongan kepada Allah SWT.
Kaum Nahdliyin berhubungan erat dengan Istighosah ini, mulai dari
Pengurus Ranting hingga Pengurus Besar. Hampir semua Ranting selalu
mempunyai Jamiyah Istighisah. Demikian juga dengan Banom (Badan
Otonom) rata-rata memiliki Jamaah Istighosah sendiri-sendiri.

5
Istighosah sangat dianjurkan oleh agama. Lebih-lebih ketika
sedang menghadapi persoalan yang besar dan jalan yang ditempuh
semakin sulit. Pada saat itulah permohonan kepada Allah SWT sngat
diperlukan dalam bentuk Istighosah.
Dalam skala besar, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)
telah beberapa kali menggelar Istighosah Nasional yang dihadiri lebih
dari satu juta kaum Nahdliyin. Pernah dilaksanakan di Lapangan Parkir
Monas Jakarta, Gelora 10 Nopember dan Lapangan Makodam
V/Brawijaya Surabaya. Disemua tingkat kepengurusan NU, selalu akrab
dengan tradisi Istighosah tersebut. Kadang menggunakan istilah
Istighosah Kubro, Istighosah Nasional dan sebagainya. Zikir yang
dibaca dalam Istighosah di kalangan NU memakai zikir yang dibakukan
oleh Jamiyah Ahli Thoriqoh Al-Muktbarah an-Nahdliyah, ijazah dari
Syaikhona Cholil Bangkalan.
C. Maulid Nabi
Maulid Nabi adalah memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad
SAW tepatnya pada tanggal 12 Rabiulawal. Kalangan Nahdlatul Ulama
sudah terbiasa melakukan hal itu. Pada umumnya peringatan Maulid
Nabi dilaksanakan dalam bentuk pembacaan Berzanji yang di dalamnya
banyak diisi dengan Shalawat. Kitab Berzanji ini berisi tentang kisah-
kisah kehidupan, perjalanan dan sifat-sifat terpuji Rasulullah SAW.
Setelah pembacaan Berzanji, peringatan Maulid Nabi biasanya diisi
dengan ceramah agama dari para Kyai, isi ceramah biasanay dikaitkan
dengan kisah perjalanan Rasulullah.
Pada daerah tertentu biasanya diikuti dengan suasana meriah.
Sudut-sudut kota diberi hiasan, aneka umbul-umbul dan dilakukan
acara mengarak gunungan buah keliling kota. Kadang disertai lelang
hasil panen penduduk setempat berupa hasil-hasil pertanian. Di
Kabupaten Sidoarjo, Maulid biasa dilakukan dengan acara meriah dan

6
diakhiri dengan lelang Ikan Bandeng. Satu ekor Ikan Bandeng bisa
dihargai jutaan rupiah di tempat itu. Di Kota Yogyakarta, Maulid
diperingati dengan upacara Sekatenan. Para Abdi Dalem mengarak
gunungan buah untuk dibagikan kepada masyarakat. Biasanya
masyarakat langsung memperebutkannya secara beramai-ramai karena
buah itu diyakini membawa berkah.
Imam Suyuti menjelaskan orang pertama yang
menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi adalah Sultan al-Muzaffar,
penguasa Arbil (suatu tempat di Irak Timur). Peringatan tersebut
dihadiri oleh para Ulama setempat dan orang-orang saleh dari kaum
Sufi. Tiap tahun Raja Muzaffar mengeluarkan biaya sebesar 300.000
dinar untuk peringatan tersebut.
Di Indonesia peringatan Maulid Nabi sudah menjadi acara resmi
kenegaraan yang diperingati setiap tahun. Seluruh pejabat pemerintah,
mulai dari Presiden, Menteri, Kepala Staf Angkatan Bersenjata, Kepala
Kepolisian, Anggota DPR, Pengusaha dan sebagainya semuanya turut
menghadiri acara tersebut.
D. Tahlil
Tahlil secara bahasa berarti pengucapan kalimat laa ilaaha
illallah. Tahlil atau biasa disebut dengan Tahlilan sangat erat kaitannya
dengan kaum Nahdliyin, yaitu berkumpulnya orang-orang untuk
melakukan doa bersama bagi orang yang sudah meninggal dunia.
Mereka berharap agar orang yang sudah meninggal itu amalnya
diterima oleh Allah SWT dan dosanya diampuni.
Sebelum doa dilakukan, dibacakan terlebih dahulu kalimah-
kalimah Toyibah berwujud Hamdalah, Takbie, Shalawat, Tasbih,
beberapa Ayat Suci Alquran dan tidak ketinggalan membaca laa ilaaha
illallah secara bersama-sama.

7
Biasanya acara Tahlilan dilaksanakan sejak malam pertama
orang meninggal sampai tujuh harinya. Lalu dilanjutkan lagi pada hari
ke-40, hari ke-100, dan hari ke-1000. Selanjutnya dilakukan setiap
tahun dengan nama khlol atau haul yang waktunya tepat pada hari
kematiannya. Setelah pembacaan doa biasanya Tuan Rumah
menghidangkan makanan dan minuman kepada para Jemaah. Kadang
masih ditambah dengan berkat (buah tangan berbentuk makanan
matang). Semua itu dilakukan sebagai sedekah, yang pahalanya
dihadiahkan kepada orang yang sudah meninggal dunia tersebut.
E. Ziarah Kubur
Masyarakat kalangan Nahdlatul Ulama akrab dengan tradisi
Ziarah Kubur. Yaitu mereka mendatangi makam-makam orang tua,
kakek-nenek, anak, leluhur, para ulama, para wali dan sebagainya,
untuk mendoakan atau bertawasul kepada mereka. Biasanya waktu
yang dipilih adalah Kamis sore atau Jumat pagi. Di atas makam mereka
membaca Tahlil dan ayat-ayat Alquran yang pahalanya dihadiahkan
kepada ahli kubur tersebut.
Pada masa awal Islam, ziarah kubur sempat dilarang oleh
Rasulullah SAW. Hal itu dimaksudkan untuk menjaga akidah mereka
yang belum kuat agar tidak menjadi musyrik dan penyembah kuburan.
Namun setelah Islam kuat dan akidah mereka juga kuat, Rasulullah
justru menyuruh kaum muslimin untuk melakukannya.
Dahulu saya melarang menziarahi kubur, adapun sekarang
berziarahlah ke sana, karena yang demikian itu akan
mengingatkanmu akan hari akhirat (HR. Ahmad, Muslim dan
Ashabus Sunan).
Ziarah kubur sangat dianjurkan dalam Islam, sebab manfaat di
dalamnya sangat besar. Baik bagi orang yang sudah meninggal dunia
berupa hadiah pahala bacaan Alquran maupun bagi orang yang

8
berziarah itu sendiri yakni mengingatkan manusia akan kematian yang
pasti akan menjemputnya.
Dipilihnya hari Kamis sore atau Jumat pagi karena hari Jumat
adalah hari paling mulia (dalam penganggalan hijriyah dimulai dari
tenggelamnya Matahari) dan diyakini para arwah sedang diberi
kebebasan pada hari itu untuk menengok keluarganya, sekaligus
menunggu kiriman dari mereka berupa amal. Sedangkan banyaknya
rombongan kaum Nahdliyin mendatangi makam-makam para wali
(khususnya ziarah ke makam Walisongo) adalah untuk bertawasul dan
bertabaruk kepeda mereka.
4. Kesimpulan
Dari tulisan di atas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
banyak tradisi atau budaya dan amaliah warga Nahdlatul Ulama yang
semakin mempererat persatuan dan kesatuan bangsa sebagai modal
sosial bangsa antara lain adalah seperti aqiqah, berzanji, haul, ijazah,
istighasah, kajian kitab kuning, manaqib, maulid nabi, rukyat, salawat
badar, tahlil, talqin, tasawuf, wirid atau ziarah kubur.
Dari khazanah amaliah warga Nahdliyin tersebut ada 5 yang
paling menonjol sebagai modal sosial yang kuat dalam membentuk
kekuatan masyarakat dan bangsa yaitu :
- Haul
- Istighosah
- Maulid Nabi
- Tahlilan
- Ziarah Kubur
Demikian makalah/kajian/paper ini penulis buat semoga
bermanfaat dan terima kasih. Wassalaamualaikum Wr. Wb.

Anda mungkin juga menyukai