Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nizar Palak

Prodi : Ekonomi Syariah


Matkul : Metodolodi Study Islam

ISLAM NUSANTARA
Penulis : Nizar Palak

Mengkaji tentang Islam Nusantara maka akan bekaitan dengan salah satu
Organisasi Islam di Indonesia yaitu Nahdataul Ulama atau yang sering kita kenal
dengan istilah NU. Maka dari itu tidak kalah pentingnya sebelum kita membahas
Islam Nusantara kita bahas terlebih dahulu Penggagas Islam Nusantara tersebut
yaitu Organisasi NU ( Nahdatul Ulama ).

Nahdatul Ulama adalah organisasi keagamaan Islam di Indonesia yang


didirikan oleh KH Hasyim Asy'ari, kepala Pondok Pesantren
Tebuireng dari Jombang, Jawa Timur. NU memiliki anggota berkisar dari 40 juta
(2013) hingga lebih dari 95 juta pada Tahun (2021) yang menjadikannya sebagai
organisasi Islam terbesar di Indonesia bahkan di dunia. NU juga merupakan badan
amal yang mengelola pondok pesantren, sekolah, perguruan tinggi, dan rumah
sakit, serta mengorganisir masyarakat untuk membantu peningkatan kualitas hidup
umat Islam.

NU didirikan pada 16 Rajab 1344 H (yang bertepatan dengan tanggal 31


Januari 1926) di Kota Surabaya oleh seorang ulama dan para pedagang untuk
membela praktik Islam tradisionalis (sesuai dengan akidah Asy'ariyah dan
fikih Mazhab Imam Syafi'i) dan kepentingan ekonomi anggotanya. Pandangan
keagamaan NU dianggap "tradisionalis" karena menoleransi budaya lokal selama
tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Hal ini membedakannya dengan organisasi
Islam terbesar kedua di Indonesia, Muhammadiyah, yang dianggap "reformis"
karena membutuhkan interpretasi yang lebih literal terhadap Al-
Qur'an dan Sunnah.
Beberapa tokoh NU adalah pendukung konsep islam nusantara, sebuah ciri
khas Islam yang telah mengalami interaksi, kontekstualisasi,
pribumisasi, interpretasi, dan vernakularisasi sesuai dengan kondisi sosial
budaya di Indonesia. Islam Nusantara mempromosikan moderasi, anti-
fundamentalisme, pluralisme dan pada titik tertentu, sinkretisme.

Pada Muktamar ke-33 NU ‘’ Islam Nusantara ‘’ menjadi tema besar


muktamar, yang di selenggarakan di Jombang Jawa Timur. Gagasan Islam
Nusantara sebenarnya telah di telaah terlebih dahulu oleh Kedua Tokoh besar NU
yakni KH. Mustafa Bisri dan KH Said Aqil Siradj.

Menurut KH. Mustafa Bisri ‘’ Islam Nusanatara ‘’ adalah solusi untuk


peradaban, dimana nilai – nilai harmoni dan sosial masyarakat yang dibutuhkan
oleh masyarakat Nusantara ada pada nilai – nilai Islam Nusantara . Islam Nusantara
sendiri berkembang berdasarkan atas bimbingan para Ulama Aswaja yang memiliki
kedalaman ilmu agama dan mampu meleburkan diri di tengah masyarakat
Nusantara, sehingga dengan sendirinya menjadi corak masyarakat Nusantara yang
khas. Para ulama Aswaja tersebut selalu mengedepankan Kebersamaan, Keadilan,
Gotong Royong dan persatuan sosial yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

Sedangkan menurut KH. Said Aqil Siradj ‘ Islam Nusantara ‘ merupakan


sarana pendorong terwujudnya perdamaian dengan mengkombinasikan antara
islam dan nasionalisme. Islam Nusantara bukan mazhab, bukan aliran, bukan sekte.
Tetapi hanya tipologi Islam kita orang nusantara.
contohnya bagaimana Islam bisa masuk dalam kebudayaan Indonesia, seperti
dalam tradisi larungan atau syukuran laut maupun penggunaan beduk untuk
penanda masuknya waktu shalat. Beduk itu tadinya kan alat musik, kemudian
diterima oleh para alim ulama kegunaannya diganti, untuk memberitahu masuknya
waktu solat.

Puncak Islam Nusantara adalah 'hubbul wathon minal iman', fatwa yang
disampaikan oleh KH Hasyim Asy'ari ketika mempertahankan kemerdekaan
Indonesia. para ulama di dunia tak ada yang mengenal istilah 'hubbul wathon minal
iman'."Islam harus menyatu dengan nasionalisme, nasionalisme harus diberi spirit
dengan Islam. Setelah beberapa perwakilan pengurus PWNU dari sejumlah wilayah
seperti Sulawesi Selatan, Lampung, Banten, hingga Jawa Timur menyampaikan
pandangannya, kemudian disepakati pengertian Islam Nusantara secara substansi.

Islam Nusantara dalam pengertian substansial adalah Islam ahlussunnah


waljamaah yang diamalkan, didakwahkan, dan dikembangkan sesuai karakteristik
masyarakat dan budaya di Nusantara.Pengertian Islam Nusantara itu kemudian
disepakati dalam forum Komisi Bahtsul Masail Maudluiyah.

Ketika awal mula dikenalkan istilah Islam Nusantara banyak sekali pihak
yang mendukung istilah tersebut. Salah satunya yaitu presiden Republik Indonesia
Ir. Joko Widodo. Beliau menyatakan dukungannya secara terbuka atas Istilah Islam
Nusantara, pada saat berpidato dalam membuka Munas Alim Ulama NU di Masjid
Iatiqlal Jakarta.

Respon mengenai istilah Islam Nusantara juga muncul bukan hanya dari
ulama atau warga NU saja. Melainkan dari ulama yang lain juga memberikan
respon baik terhadap Istilah Islam Nusantara. Mekerka mendefinisikan Islam
Nusantara dari latar belakang dan ilmu yang mereka miliki.

M. Quraish shihab M.A mengemukakan pendapatnya mengenai islam


nusantara . meneurut beliau istilah Islam Nusantara biasa saja diperselisihkan
namun beliau lebih terfokus pada subtansi, islam sebagai subtansi ajaran.

Islam pertama turun di Makkah lalu tersebar ke Madinah dan ke daerah-


daerah lain, negara Yaman, Mesir, Irak, India, Pakistan, Indonesia dan seluruh
dunia, Islam yang menyebar itu bertemu dengan budaya setempat, pada mulanya,
Islam di Makkah bertemu dengan budaya Makkah dan sekitarnya, akulturasi antara
budaya dan agama ini -sebagaimana di tempat lain kemudian- oleh Islam dibagi
menjadi tiga, yaitu: pertama Adakalanya Islam menolak budaya setempat, kedua
Islam merevisi budaya yang telah ada, dan yang ketiga Islam hadir menyetujui
budaya yang telah ada tanpa menolak dan tanpa merevisinya.
Jadi Islam itu bisa bermacam-macam akibat keragaman budaya setempat,
bahkan adat, kebiasaan dan budaya bisa menjadi salah satu sumber penetapan
hukum Islam, seperti yang dikatakan Imam Syafii "semua negeri memiliki ilmunya
sendiri-sendiri.

Dan yang paling penting adalah tidak perlu berkutat pada istilah namun
lebih pada substansi, dengan begitu umat Islam di negeri ini akan lebih saling
menerima, dan menjadikan perbedaan sebagai rahmat bukan laknat.

Tetapi hampir bersamaan muncul juga kritikan dan penolakan terhadap


istilah Islam Nusantara, yang diwarnai dengan perdebatan keras terutama melalui
media sosial atau dalam diskusi terbuka. Hal ini karena Islam Nusantara memiliki
kejanggalan, diantaranya menolak istilah – istilah yang diambil dari Bahasa Arab,
hingga sebutan ana antum pun di kritisi, sehingga mesti diganti dengan istilah –
istilah Jawa atau Indonesia sendiri.

Beberapa penolakan Istilah Islam Nusantara juga muncul dari para


penceramah salah satunya Ust. Felix Siauw, menurut pandangan beliau islam
nusantara adalah sebuah narasi yang di usung oleh pemerintahan presiden Joko
Widodo. Peristiwa penistaan surat Al Maidah hingga puisi konde di lakukan dari
keolmpok itu – itu saja dengan narasi yang sama. Ini adalah upaya menghilangkan
Islam dari nusantara dengan sekulerisasi memisahkan agama dan negara.

Secara garis besar, penolakan pada istilah Islam Nusantara karena istilah itu
seolah – olah mencerminkan bahwa ajaran islam itu tidak tunggal. Sedangkan
ajaran islam itu hanya satu / tunggal.

Respon dari para ulama dan kyai mengenai isu tentang islam nusantara, baik
yang pro maupun kontra terhadap istilah Islam Nusantara. Dari sini menimbulkan
dampak munculnya dilema masyarakat awam dalam belajar agama islam. Bingung
dengan reaksi para pendakwah yang berdakwah kasar ada yang pro ada yang kontra.
Islam yang katanya Rahmatan lil alamin, tapi dakwahnya marah-marah dan
provokatif hingga saling bermusuhan, hal Ini membuat masyarakat awam dilema.
Dengan demikian dapat kita simpulkan Islam Nusantara dapat menjadi
identitas diri orang Indonesia yang membedakannya dengan kelompok Islam di
negara lain, khususnya dalam hal paham Aswaja.

Dengan kata lain, Islam Nusantara adalah sebuah bangunan identifikasi


karakter diri kader NU beserta jamaahnya yang menjadi identitas diri mereka serta
membedakan mereka dengan yang lain. Dengan menjadikan pengertian Islam
Nusantara sebagai Islam Ahlussunnah Wal Jamaah harus diberi kata al-Nadhliyah
dibelakangnya, artinya Islam Ahlussunnah Wal Jamaah orang Nusantara

Islam Nusantara adalah Islam universal yang diterapkan oleh setiap Muslim
yang hidup dalam budaya Nusantara. Pengertian Nusantara mencakup beragam
karakter, tradisi, keyakinan dan budaya sesuai daerah yang tersebar di Indonesia
dari Sabang sampai Merauke. Karakter dasar Nusantara adalah keragaman dalam
toleransi, bukan dominasi keyakinan dan tradisi suku tertentu atau daerah tertentu.

Yang perlu dipertegas bahwa islam nusantara bukan agama baru, bukan
ideology baru, perlu adanya pemahaman islam nusantara ke banyak pihak agar tdak
terjadi kesalah pahaman. Masyarakat masih bingung dan gagal paham apa makna
dan tujuan yang dimaksud dengan istilah Islam Nusantara. sebab banyaknya
definisi serta penjabaran yang belum secara tuntas mendefinisikan dan menjabarkan
islam nusantara ini.

Oleh karen itu Istilah Islam Nusantara sangat perlu untuk sering di bahas
dan di suarakan kepada masyarakat khususnya yang masih awam mengenail ilmu
agama umumnya untuk semua kalangan, agar terhindar dari kesalah pahaman antar
pihak.

Anda mungkin juga menyukai