A. Pendahuluan
1
Mengutip dari Fazlurrahman (alm) misalnya pada pertengahan dekade 1980, setelah ia
berkunjung ke Indonesia untuk menhadiri suatu seminar, menyatakan optimismenya terhadap
perkembangan Islam di kawasan ini, dan memprediksi “kebangkitan islam” terjadi bukan di kawasan
lain, tetapi di Asia Tenggara. Lihat Azumardi Azra, “Reneisans Islam Asia Tenggara, Sejarah Wacana
dan Kekuasaan”. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2006: xv.
Disampiakan pada Sekolah Islam Gender_SIG_Kopri PMII OKI
Lempuing Jaya_OKI, 03 Agustus 2019
1 Oleh: Dr. Darul Abror, M.Pd.
pada yang satu (sama) yaitu Al-Qur’an dan As-Sunah. 2 Selain itu, kalimat “Islam itu
sudah sempurna, tidak perlu embel-embel lagi, menjadi bagian isu yang sering
ditonjolkan dalam menantang konsep Islam nusantara. Bahkan ada pula yang
tampaknya dengan sengaja menulis Islam Nusantara sebagai agama baru. Mereka yang
ikut Islam Nusantara dianggap sudah batal keislamannya sehingga harus syahadat
ulang. Jelas bagi orang seperti itu, telah merendahkan dirinya sendiri di depan publik
sebagai pembuat fitnah dan berita bohong belaka. Mereka yang membagikannya di
media sosial tanpa alasan jelas juga menunjukkan literasi digitalnya rendah karena
membantu menyebarkan informasi hoaks di dunia maya. 3 Tentunya realitas ini perlu
adanya diskusi ilmiah dan titik temu apa dan mengapa harus ada istilah Islam
nusantara itu.
Disisilain, dinamika Islam di Timur Tengah menjadi bahan evaluasi sekaligus
tantangan masa depan Islam di Asia agar tetap damai dan tetap bersatu dengan
eksistensi praksisnya nilai pancasila.
B. Tela’ah Historis
2
https://www.nu.or.id/post/read/60458/maksud-istilah-islam-nusantara. Diakses pada 02
Agustsu 2019
3
Jika alasannya karena Islam sudah sempurna, dan tidak perlu embel-embel lagi, mengapa tak
ada keberatan dengan penggunaan istilah Islam Kaffah (berarti ada Islam yang tidak kaffah), Islam
Berkemajuan (berarti ada Islam yang tidak berkemajuan), Islam Wasathiyah atau Islam Moderat (berarti
ada Islam yang tidak Moderat), dan sederetan istilah lainnya seperti Islam Transformatif, Islam Hadhari,
atau Islam Progresif yang coba dikembangkan oleh organisasi masyarakat Islam atau intelektual
Muslim? Islam Nusantara malah mereduksi makna Islam itu sendiri”. Demikan di antara ungkapan
ketidak setujuan atas penggunaan istilah Islam Nusantara yang banyak beredar di media sosial. Alasan
ini pula yang menjadi salah satu pertimbangan MUI Sumbar yang baru-baru ini menyatakan tidak
perlunya Islam Nusantara berada di wilayah Sumatera Barat.
https://www.nu.or.id/post/read/93570/salah-kaprah-memahami-islam-nusantara. Diakses pada 03
Agustus 2019.
Disampiakan pada Sekolah Islam Gender_SIG_Kopri PMII OKI
Lempuing Jaya_OKI, 03 Agustus 2019
2 Oleh: Dr. Darul Abror, M.Pd.
kaum ulama, para kiai di pesantren. Model penyebaran Islam seperti ini terutama
ditemukan di Jawa. Beberapa aspek dari Islam tradisional telah memasukkan berbagai
budaya dan adat istiadat setempat.4
4
Lihat https://id.wikipedia.org/wiki/Islam_Nusantara. Diakses pada 02 Agustus 2019
5
Lihat https://id.wikipedia.org/wiki/Islam_Nusantara. Diakses pada 02 Agustus 2019
6
Seperti apa yang disampaikan oleh Azumardi Azra, adanya 95 pesantren salafi (dari total 111
lembaga pendidikan) di 25 kota/kabupaten pada 13 provinsi, jelas belum menggambarkan penyebarannya
di seluruh Indonesia. Bisa dipastikan, ada pesantren salafi--berapa pun jumlahnya--di daerah lain. Karena
itu, masih diperlukan penelitian lanjutan untuk pemetaan pesantren salafi secara komprehensif di Tanah
Air. Bahwa pesantren salafi merupakan lokus santri yang memegangi salafisme tidak diragukan lagi. Ini
terlihat, misalnya, dari kitab-kitab yang digunakan dalam proses mengajar dan belajar yang hampir
sepenuhnya merupakan karya ulama salafi. Kitab kuning yang menjadi pegangan di pesantren salafiyah
dan khalafiyah tidak menjadi rujukan dan sumber ajar di pesantren salafi. Sekali lagi, literatur yang
digunakan umumnya di pesantren salafi adalah karya ulama yang dikenal sebagai ulama salafi atau
wahabihttps://www.republika.co.id/berita/kolom/resonansi/18/02/21/p4if4a440-pesantren-salafi-4.
DIakses pada 01 Agustus 2019.
Disampiakan pada Sekolah Islam Gender_SIG_Kopri PMII OKI
Lempuing Jaya_OKI, 03 Agustus 2019
3 Oleh: Dr. Darul Abror, M.Pd.
ajaran-ajaran Islam yang mencerminkan dan dipengaruhi oleh kawasan ini. 7
Ada beberapa definisi tentang Islam Nusantara yang dikemukakan oleh
pemikir-pemikir Islam, antara lain: “Islam Nusantara ialah paham dan praktek
keislaman di bumi Nusantara sebagai hasil dialektika antara teks syariat dengan
realitas dan budaya setempat.”8 Pemaknaan senada, “Islam Nusantara adalah Islam
yang khas ala Indonesia, gabungan nilai Islam teologis dengan nilai-nilai tradisi lokal,
budaya, adat istiadat di tanah air”.9 Definisi pertama ini menunjukkan bahwa secara
substantif, Islam Nusantara merupakan paham Islam dan implementasinya yang
berlangsung di kawasan Nusantara sebagai akibat sintesis antara wahyu dan budaya
lokal, sehingga memiliki kandungan nuansa kearifan lokal (local wisdom). Sedangkan
definisi kedua merupakan Islam yang berkarakter Indonesia, tetapi juga sebagai hasil
dari sintesis antara nilai-nilai Islam teologis dengan nilai-nilai tradisi lokal. Hanya
saja, wilayah geraknya dibatasi pada wilayah Indonesia, sehingga lebih sempit
daripada wilayah gerak dalam pengertian yang pertama yang menyebut bumi Nusantara.
Sayangnya, dalam sumber-sumber tersebut bumi Nusantara tidak dijelaskan wilayah
jangkauannya.
Islam Nusantara atau model Islam Indonesia adalah suatu wujud
empiris Islam yang dikembangkan di Nusantara setidaknya sejak abad ke-16, sebagai
hasil interaksi, kontekstualisasi, indigenisasi, interpretasi, dan vernakularisasi terhadap
ajaran dan nilai-nilai Islam yang universal, yang sesuai dengan realitas sosio-kultural
Indonesia. Istilah ini secara perdana resmi diperkenalkan dan digalakkan oleh
organisasi Islam Nahdlatul Ulamapada 2015, sebagai bentuk penafsiran alternatif
masyarakat Islam global yang selama ini selalu didominasi perspektif Arab dan Timur
Tengah.10 Menurut Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siradj, Islam Nusantara merupakan Islam
yang menghargai budaya, Islam yang dibangun di atas infrastruktur budaya, bukan
madzhab atau bukan aliran, melainkan tipologi Islam yang manyatu dengan budaya,
7
Qomar, Mujamil. Jurnal el Harakah IAIN Tulung Agung Vol.17 No.2 Tahun 2015. Diakses
pada 02 Agustus 2019.
8
Lihat Muhajir dalam Sahal & Aziz, 2015: 67. Qomar, Mujamil. Jurnal el Harakah IAIN
Tulung Agung Vol.17 No.2 Tahun 2015. Diakses pada 02 Agustus 2019.
9
Lihat juga Bizawie dalam Sahal & Aziz, 2015: 239. Qomar, Mujamil. Jurnal el Harakah IAIN
Tulung Agung Vol.17 No.2 Tahun 2015. Diakses pada 02 Agustus 2019.
10
Lihat https://id.wikipedia.org/wiki/Islam_Nusantara. Diakses pada 02 Agustus 2019.
Disampiakan pada Sekolah Islam Gender_SIG_Kopri PMII OKI
Lempuing Jaya_OKI, 03 Agustus 2019
4 Oleh: Dr. Darul Abror, M.Pd.
dan puncaknya Islam Nusantara adalah hubbul wathan minal iman (menyatunya
agama dengan politik kebangsaan atau nasionalisme).11
Islam Nusantara didefinisikan sebagai penafsiran Islam yang
mempertimbangkan budaya dan adat istiadat lokal di Indonesia dalam
merumuskan fikihnya. Pada Juni 2015, Presiden Joko Widodo telah secara terbuka
memberikan dukungan kepada Islam Nusantara, yang merupakan bentuk Islam yang
moderat dan dianggap cocok dengan nilai budaya Indonesia. 12 Hal ini juga didukung
oleh pendapat Ketua Mahkamah Konstitusi periode 2008-2013, Mahfud MD
menegaskan bahwa “Islam Nusantara artinya mengidonesiakan Islam, adalah
membawa Islam ke dalam realitas-realitas yang ada di Indonesia, bukan memaksa
orang lain atau suatu bangsa untuk masuk Islam”. 13
Islam Nusantara adalah Islam yang khas ala Indonesia, gabungan nilai Islam
teologis dengan nilai-nilai tradisi lokal, budaya, dan adat istiadat di Tanah Air. Karakter
Islam Nusantara menunjukkan adanya kearifan lokal di Nusantara yang tidak melanggar
ajaran Islam, namun justru menyinergikan ajaran Islam dengan adat istiadat lokal yang
banyak tersebar di wilayah Indonesia. Kehadiran Islam tidak untuk merusak atau
menantang tradisi yang ada. Sebaliknya, Islam datang untuk memperkaya dan
mengislamkan tradisi dan budaya yang ada secara tadriji (bertahap). Bisa jadi butuh
waktu puluhan tahun atau beberapa generasi. Pertemuan Islam dengan adat dan tradisi
Nusantara itu kemudian membentuk sistem sosial, lembaga pendidikan
(seperti pesantren) serta sistem Kesultanan (KH. Said Aqil Siraj: 2015). Tradisi itulah
yang kemudian disebut dengan Islam Nusantara, yakni Islam yang telah melebur dengan
tradisi dan budaya Nusantara.
Ahmad Baso juga menegaskan bahwa Islam nusantara tidak hanya terbatas pada
sejarah atau lokalitas Islam di tanah Jawa. Lebih dari itu, Islam Nusantara
sebagai manhaj atau model beragama yang harus senantiasa diperjuangkan untuk masa
11
Ceramah Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siradj di LD PBNU dalam acara Istighotsash untuk
Indonesia aman dan damai bersama Gus Miftah dan Dedy Cobuser. Diakses pada 03 Agustsu 2019
12
Lihat https://id.wikipedia.org/wiki/Islam_Nusantara. Diakses pada 02 Agustus 2019
13
"Kalau meminjam istilah Gus Dur adalah 'membumikan' Islam," ujar Mahfud pada Halaqah
Kebangsaan Pengasuh Pondok Pesantren, Selasa (24/7) di Pondok Pesantren Futuhiyyah, Mranggen,
Demak, Jawa Tengah. Lihat
https://www.nu.or.id/post/read/93374/penjelasan-mahfud-md-soal-islam-nusantara. Diakses pada 03
Agustus 2019.
Disampiakan pada Sekolah Islam Gender_SIG_Kopri PMII OKI
Lempuing Jaya_OKI, 03 Agustus 2019
5 Oleh: Dr. Darul Abror, M.Pd.
depan peradaban Indonesia dan dunia. 14 Islam Nusantara adalah Islam yang ramah,
terbuka, inklusif dan mampu memberi solusi terhadap masalah-masalah besar bangsa
dan negara. Islam yang dinamis dan bersahabat dengan lingkungan kultur, sub-kultur,
dan agama yang beragam. Islam bukan hanya cocok diterima orang Nusantara, tetapi
juga pantas mewarnai budaya Nusantara untuk mewujudkan sifat akomodatifnya
yakni rahmatan lil ‘alamin.
Beberapa tahun terakhir, Islam Nusantara menjadi lebih populer karena dijadikan
tema utama Muktamar Nahdatul Ulama (NU) ke-33 di Jombang Jawa Timur yang
berlangsung pada 1-5 Agustus 2015. Sementara NU mewakili umat Islam mainstream
Indonesia, Islam Nusantara makin terpublikasikan dalam masyarakat Muslim
Indonesia yang lebih luas, menembus masyarakat perkotaan hingga pedesaan.
Penentuan tema utama Islam Nusantara dalam muktamar tersebut sebagai respons
terhadap citra Islam di pentas internasional yang semakin merosot bahkan cenderung
dinilai negatif, lantaran kasus-kasus kekerasan yang dilakukan dengan
mengatasnamakan Islam, baik pembunuhan, penyanderaan, pemboman dan sebagainya.
14
https://www.nu.or.id/post/read/60510/landasan-operasional-islam-nusantara. Diakses pada
03 Agustus 2019.
Teologi
Tasawuf Fiqh
Budaya Politik
Pendidikan
Ide Islam Nusantara datang bukan untuk mengubah doktrin Islam. Ia hanya ingin
mencari cara bagaimana melabuhkan Islam dalam konteks budaya masyarakat yang
beragam. Upaya itu dalam ushul fikih disebut tahqiq al-manath yang dalam praktiknya
15
bisa berbentuk mashlahah mursalah, istihsan dan `urf. Untuk itu, penting bahwa
dipahami secara kontekstula dan realitis akar paradigma berpikir dan esensi tujuan Islam
Nusantara tersebut agar mampu memberikan nilai yang lebih maslahah dengan tetap
mengawinkan budaya dengan agama berbasis nasionalisme “Pancasila dan UUD 1945”.
Ciri utama dari Islam Nusantara adalah tawasut (moderat), rahmah (pengasih),
anti-radikal, inklusif dan toleran. Dalam hubungannya dengan budaya lokal, Islam
Nusantara menggunakan pendekatan budaya yang simpatik dalam menjalankan syiar
Islam; ia tidak menghancurkan, merusak, atau membasmi budaya asli, tetapi
sebaliknya, merangkul, menghormati, memelihara, serta melestarikan budaya lokal.
15
Lihat https://www.nu.or.id/post/read/60834/metodologi-islam-nusantara. Diakses pada 13 Agustus 2019
16
Lihat https://id.wikipedia.org/wiki/Islam_Nusantara. Diakses pada 02 Agustus 2019
17
Salah satu aspek khas adalah penekanan pada prinsip Rahmatan lil Alamin (rahmat bagi
semesta alam) sebagai nilai universal Islam, yang memajukan perdamaian, toleransi, saling
hormat-menghormati, serta pandangan yang berbineka dalam hubungannya dengan sesama umat Islam,
ataupun hubungan antaragama dengan pemeluk agama lainLihat
https://id.wikipedia.org/wiki/Islam_Nusantara. Diakses pada 02 Agustus 2019
BUDAYA AGAMA
Dalam konteks ini, budaya suatu daerah atau negara tertentu menempati posisi
yang setara dengan budaya Arab dalam menyerap dan menjalankan ajaran Islam. Suatu
tradisi Islam Nusantara menunjukkan suatu tradisi Islam dari berbagai daerah di
Indonesia yang melambangkan kebudayaan Islam dari daerah tersebut. Dengan
demikian, corak Islam Nusantara tidaklah homogen karena satu daerah dengan daerah
lainnya memiliki cirikhasnya masing-masing tetapi memiliki nafas yang sama.
Kesamaan nafas merupakan saripati dan hikmah dari perjalanan panjang Islam
berabad-abad di Nusantara yang telah menghasilkan suatu karakteristik Islam Nusantara
yang lebih mengedepankan aspek esotoris hakikah ketimbang eksoteris syariat.
Islam moderat itu memiliki misi untuk msenjaga keseimbangan antara dua
macam ekstrimitas, khususnya antara pemikiran, pemahaman dan gerakan Islam
fundamental dengan liberal, sebagai dua kutub ekstrimitas yang sulit dipadukan. Maka
Islam moderat memelihara dan mengembangkan kedamaian holistik, yakni kedamaian
sesama umat Islam maupun dengan umat-umat lainnya, sehingga Islam moderat
membebaskan masyarakat dari ketakutan. Islam moderat menawarkan wacana
21
http://www.nu.or.id/post/read/51986/pmii-unwahasy-integrasikan-mahasiswa-dan-tanggung-jawab-s
osial, di akses pada 20 Oktober 2016, pukul 22.18 Wib.
Disampiakan pada Sekolah Islam Gender_SIG_Kopri PMII OKI
Lempuing Jaya_OKI, 03 Agustus 2019
11 Oleh: Dr. Darul Abror, M.Pd.
Dr. Darul Abror, M.Pd.
Mabinda PKC PMII Sumsel