SEJARAH NU
Nahdlatul ‘Ulama (NU) adalah merupakan gerakan keagamaan yang bertujuan untuk ikut
membangun dan mengembangkan insan dan masyarakat yang bertaqwa kepada Allah
Swt, cerdas, trampil, berakhlaq mulia, tenteram, adil dan sejahtera. NU mewujudkan cita-cita dan
tujuannya melalui serangkaian ikhtiar yang didasari oleh dasar-dasar faham keagamaan, yang
membentuk kepribadian khas Nahdlatul Ulama.
B. Sejarah Kelahiran NU
Latar belakang berdirinya NU berkaitan erat dengan perkembangan pemikiran
keagamaan dan politik dunia Islam kala itu. Pada tahun 1924, Syarif Husein Raja Hijaz
(Makkah) yang berpaham Sunni ditaklukkan oleh Abdul Aziz bin Saud yang beraliran
Wahabi. Tersebarlah berita penguasa baru itu akan melarang semua bentuk amaliah
keagamaan ala kaum Sunni, yang sudah berjalan berpuluh-puluh tahun di Tanah Arab, dan
akan menggantinya dengan model Wahabi. Pengamalan agama dengan system bermadzhab,
tawasul, ziarah kubur, maulid Nabi dan lain sebagainya akan segera dilarang.
Tidak hanya itu, Raja Ibnu Saud juga ingin melebarkan pengaruh kekuasaannya ke
seluruh dunia Islam. Dengan dalih demi kejayaan Islam, ia berencana meneruskan kekhilafan
Islam yang terputus di Turki pasca runtuhnya daulah Utsmaniyyah. Untuk itu dia berencana
menggelar Muktamar Khilafah di Kota Suci Makkah, sebagai penerusKhilafah yang terputus
itu.
Seluruh negara Islam di dunia akan diundang untuk menghadiri muktamar tersebut,
termasuk Indonesia. Awalnya, utusan yang direkomendasikan adalah HOS Cokroaminoto
(SI), KH. Mas Mansur (Muhammadiyah) dan KH. Abdul Wahab Chasbullah (pesantren).
Namun, rupanya ada permainan licik diantara kelompok yang mengusung para calon utusan
Indonesia. Dengan alasan Kiai Wahab tidak mewakili organisasi resmi, maka namanya
dicoret dari daftar calon utusan.
Peristiwa itu menyadarkan para ulama’ pengasuh pesantren akan pentingnya sebuah
organisasi. Sekaligus menyisahkan sakit hati yang mendalam, karena tidak ada lagi yang bisa
dititipi sikap keberatan akan rencana Raja Ibnu Saud yang akan mengubah model beragama
di Makkah. Para ulama’ pesantren sangat tidak bisa menerima kebijakan raja yang anti
kebebasan bermadzhab, anti mauled Nabi, anti ziarah makam dan lain sebagainya. Bahkan
santer terdengar berita makam Nabi Muhammad SAW pun berencana digusur.
Bagi para kyai pesantren, pembaruan adalah suatu keharusan. KH. Hasyim Asy’ari juga
tidak mempersoalkan dan bisa menerima gagasan para kaum modernis untuk menghimbau
umat Islam kembali pada ajaran Islam murni. Namun Kyai Hasyim tidak bisa menerima
pemikiran mereka yang meminta umat Islam melepaskan diri dari system bermadzhab.
Disamping itu, karena ide pembaruan dilakukan dengan cara melecehkan, merendahkan
dan membodoh-bodohkan, maka para ulama’ pesantren menolaknya. Bagi mereka,
pembaruan tetap dibutuhkan, namun tidak dengan meninggalkan khazanah keilmuan yang
sudah ada dan masih relevan. Karena latar belakang yang mendesak itulah akhirnya
Jam’iyyah Nahdlatul Ulama’ didirikan.
Pendiri resminya adalah Hadratus Syeikh KH. M. Hasyim Asyari, pengasuh Pondok
Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Sedangkan yang bertindak sebagai arsitek dan
motor penggerak adalah KH. Abdul Wahab Chasbullah, pengasuh Pondok Pesantren Bahrul
‘Ulum Tambak beras, Jombang. Kiai Wahab adalah salah seorang murid utama Kiai Hasyim.
Ia lincah, energik dan banyak akal.
Tanfidziyyah:
Ketua : H. Hasan Gipo (Surabaya)
Penulis : M. Sidiq Sugeng Judodiwirjo (Pemalang)
Bendahara : H. Burhan (Gresik)
Pembantu : H. Soleh Sjamil (Surabaya)
H. Ichsan (Surabaya)
H. Dja’far Alwan (Surabaya)
H. Utsman (Surabaya)
H. Ahzab (Surabaya)
H. Nawawi (Surabaya)
H. Dachlan (Surabaya)
H. Mangun (Surabaya)
Bagi NU Dakwah atau member bimbingan kepada masyarakat adalah kegiatan yang
tidak boleh diabaikan. Pada masa awal kegiatan dakwah NU berbentuk lailatul ijtimak,
pengajian rutin, pengajian Umum, bimbingan secara langsung tapi untuk saat ini lebih
modern seperti melalui artikel, buku. seminar dll.
Pendidikan dan ilmu pengetahuan adalah kebutuhan mutlak bagi seluruh umat manusia
yang ingin meningkatkan diri dalam bidang kehidupan.
Di Tara tokoh NU dalam bidang pendidikan seperti H.M. Thalhah Hasan, KH. M.
Hasyim Latif, dll.
Seni budaya merupakan salah satu jenis kegiatan manusia yang tak dapat dilepaskan
dari pengaturan agama. Atas dasar pemikiran tersebut NU mengembangkan seni budaya
sebagai sarana dakwah dengan bukti pada tahun 50-an H. jamaludin Malik mendirikan
LESBUMI ( lembaga seni budaya muslim Indonesia ).
Sejak berdirinya NU selalu berperan dalam perjuangan dan bela Negara. Pada masa
penjajahan Belanda NU Banyak melakukan lobi seperti tentang perkawunan di bawah umur,
pengangkatan penghulu, dll.
Pada tanggal 22 Oktober 1945 PBNU mengeluarkan Resolosi Jihad yang isinya :
Pada waktu muktamar ke 19NU menjadi partai politik dan banyak tokoh NU yang
menjadi menteri.
Ketika pemilu tahun 1955 NU mendapat suara terbesar ke-4 dengan mendapat 45 kursi.
Tetapi tanggal 23 Juli 1998 warga NU mendidrikan partai kebangkitan bangsa yang
didirikan oleh 5 ulama yaitu : KH abdurrohman Wahid, KH Munasir, KH Mustofa Bisri, KH
Mukhid Muzadi.