Anda di halaman 1dari 6

ARTIKEL KE-NU-AN

Ditulis Oleh : Diding Nursidin Maula

SEJARAH NU

Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi keagamaan sekaligus organisasi


kemasyarakatan terbesar dalam lintasan sejarah bangsa Indonesia, mempunyai makna penting
dan ikut menentukan perjalanan sejarah bangsa Indonesia. NU lahir dan berkembang dengan
corak dan kulturnya sendiri. Sebagai organisasi berwatak keagamaan Ahlussunnah Wal Jama'ah,
maka NU menampilkan sikap akomodatif terhadap berbagai madzhab keagamaan yang ada di
sekitarnya. NU tidak pernah berfikir menyatukan apalagi menghilangkan mazdhab-mazdhab
keagamaan yang ada. Dan sebagai organisasi kemasyarakatan, NU menampilkan sikap toleransi
terhadap nilai-nilai lokal. NU berakulturasi dan berinteraksi positif dengan tradisi dan budaya
masyarakat lokal. Dengan demikian NU memiliki wawasan multikultural, dalam arti kebijakan
sosialnya bukan melindungi tradisi atau budaya setempat, tetapi mengakui manifestasi tradisi dan
budaya setempat yang memiliki hak hidup di Republik Indonesia tercinta ini.
Sebagai warga negara Indonesia, khususnya sebagai warga Nahdlatul ‘Ulama alangkah
baiknya kita mengetahui lebih dalam mengenai apa itu Nahdlatul ‘Ulama. Banyak hal yang bisa
kita temukan dan kita kaji dalam perkembangan organisasi ini sehingga kita dapat memetik
segala hikmah kebaikan yang bisa dijadikan motivasi dan semangat untuk kehidupan kita. Dalam
makalah ini, kami akan mencoba menguraikan sedikit tentang sejarah Nahdlatul Ulama beserta
Anggaran Dasar & Anggaran RumahTangga.
Materi yang akan kita bahas meliputi :
1. Pengertian Nahdlatul Ulama
2. Sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama

A. Pengertian Nahdlatul ‘Ulama


Pengertian secara bahasa, Nahdlatul ‘Ulama artinya Kebangkitan Ulama. Sebuah
organisasi yang didirikan oleh para ulama pada tanggal : 16 Rajab 1344 H / 31 Januari 1926
M di Surabaya.
Pengertian secara istilah, Nahdlatul ‘Ulama sebagai jam’iyah diniyah adalah wadah
para Ulama’ dan pengikut-pengikutnya, dengan tujuan memelihara, melestarikan,
mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam yang berhaluan Ahlussunnah wal Jama’ah
dan menganut salah satu dari madzhab empat masing-masing adalah :
1. Imam Abu Hanifah an-Nu’man
2. Imam Malik bin Anas
3. Imam Muhammad Idris As-Syafi’i dan
4. Imam Ahmad bin Hanbal.

Nahdlatul ‘Ulama (NU) adalah merupakan gerakan keagamaan yang bertujuan untuk ikut
membangun dan mengembangkan insan dan masyarakat yang bertaqwa kepada Allah
Swt, cerdas, trampil, berakhlaq mulia, tenteram, adil dan sejahtera. NU mewujudkan cita-cita dan
tujuannya melalui serangkaian ikhtiar yang didasari oleh dasar-dasar faham keagamaan, yang
membentuk kepribadian khas Nahdlatul Ulama.

B. Sejarah Kelahiran NU
Latar belakang berdirinya NU berkaitan erat dengan perkembangan pemikiran
keagamaan dan politik dunia Islam kala itu. Pada tahun 1924, Syarif Husein Raja Hijaz
(Makkah) yang berpaham Sunni ditaklukkan oleh Abdul Aziz bin Saud yang beraliran
Wahabi. Tersebarlah berita penguasa baru itu akan melarang semua bentuk amaliah
keagamaan ala kaum Sunni, yang sudah berjalan berpuluh-puluh tahun di Tanah Arab, dan
akan menggantinya dengan model Wahabi. Pengamalan agama dengan system bermadzhab,
tawasul, ziarah kubur, maulid Nabi dan lain sebagainya akan segera dilarang.
Tidak hanya itu, Raja Ibnu Saud juga ingin melebarkan pengaruh kekuasaannya ke
seluruh dunia Islam. Dengan dalih demi kejayaan Islam, ia berencana meneruskan kekhilafan
Islam yang terputus di Turki pasca runtuhnya daulah Utsmaniyyah. Untuk itu dia berencana
menggelar Muktamar Khilafah di Kota Suci Makkah, sebagai penerusKhilafah yang terputus
itu.
Seluruh negara Islam di dunia akan diundang untuk menghadiri muktamar tersebut,
termasuk Indonesia. Awalnya, utusan yang direkomendasikan adalah HOS Cokroaminoto
(SI), KH. Mas Mansur (Muhammadiyah) dan KH. Abdul Wahab Chasbullah (pesantren).
Namun, rupanya ada permainan licik diantara kelompok yang mengusung para calon utusan
Indonesia. Dengan alasan Kiai Wahab tidak mewakili organisasi resmi, maka namanya
dicoret dari daftar calon utusan.
Peristiwa itu menyadarkan para ulama’ pengasuh pesantren akan pentingnya sebuah
organisasi. Sekaligus menyisahkan sakit hati yang mendalam, karena tidak ada lagi yang bisa
dititipi sikap keberatan akan rencana Raja Ibnu Saud yang akan mengubah model beragama
di Makkah. Para ulama’ pesantren sangat tidak bisa menerima kebijakan raja yang anti
kebebasan bermadzhab, anti mauled Nabi, anti ziarah makam dan lain sebagainya. Bahkan
santer terdengar berita makam Nabi Muhammad SAW pun berencana digusur.
Bagi para kyai pesantren, pembaruan adalah suatu keharusan. KH. Hasyim Asy’ari juga
tidak mempersoalkan dan bisa menerima gagasan para kaum modernis untuk menghimbau
umat Islam kembali pada ajaran Islam murni. Namun Kyai Hasyim tidak bisa menerima
pemikiran mereka yang meminta umat Islam melepaskan diri dari system bermadzhab.
Disamping itu, karena ide pembaruan dilakukan dengan cara melecehkan, merendahkan
dan membodoh-bodohkan, maka para ulama’ pesantren menolaknya. Bagi mereka,
pembaruan tetap dibutuhkan, namun tidak dengan meninggalkan khazanah keilmuan yang
sudah ada dan masih relevan. Karena latar belakang yang mendesak itulah akhirnya
Jam’iyyah Nahdlatul Ulama’ didirikan.
Pendiri resminya adalah Hadratus Syeikh KH. M. Hasyim Asyari, pengasuh Pondok
Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Sedangkan yang bertindak sebagai arsitek dan
motor penggerak adalah KH. Abdul Wahab Chasbullah, pengasuh Pondok Pesantren Bahrul
‘Ulum Tambak beras, Jombang. Kiai Wahab adalah salah seorang murid utama Kiai Hasyim.
Ia lincah, energik dan banyak akal.

Susunan pengurus PBNU yang pertama (1926) :


Syuriah:
Rais Akbar : KH. M. Hasyim Asy’ari (Jombang)
Wakil rais Akbar : KH. Dahlan Ahyad, Kebondalem (Surabaya)
Katib Awal : KH. Abdul Wahab Chasbullah (Jombang)
Katib Tsani : KH. Abdul Chalim (Cirebon)
A’wan : KH. Mas Alwi Abdul Aziz (Surabaya)
KH. Ridwan Abdullah (Surabaya)
KH. Said (Surabaya)
KH. Bisri Syansuri (Jombang)
KH. Abdullah Ubaid (Surabaya)
KH. Nahrowi (Malang)
KH. Amin (Surabaya)
KH. Masykuri (Lasem)
KH. Nahrowi (Surabaya)
Mustasyar :
KH. R. Asnawi (Kudus)
KH. Ridwan (Semarang)
KH. Mas Nawawi, Sidogiri (Pasuruan)
KH. Doro Muntoho (Bangkalan)
Syeikh Ahmad Ghonaim al-Misri (Mesir)
KH. R. Hambali (Kudus)

Tanfidziyyah:
Ketua : H. Hasan Gipo (Surabaya)
Penulis : M. Sidiq Sugeng Judodiwirjo (Pemalang)
Bendahara : H. Burhan (Gresik)
Pembantu : H. Soleh Sjamil (Surabaya)
H. Ichsan (Surabaya)
H. Dja’far Alwan (Surabaya)
H. Utsman (Surabaya)
H. Ahzab (Surabaya)
H. Nawawi (Surabaya)
H. Dachlan (Surabaya)
H. Mangun (Surabaya)

Organisasi Nahdltul Ulama’ didirikan dengan tujuan untuk melestarikan,


mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah dengan
menganut salah satu dari empat madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hambali).
Bahkan dalam Anggaran Dasar yang pertama (1927) dinyatakan bahwa organisasi
tersebut bertujuan untuk memperkuat kesetiaan kaum muslimin pada salah satu madzhab
empat.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan kala itu antara lain :


1. Memperkuat persatuan ulama’ yang masih setia kepada madzhab.
2. Memberikkan bimbingan tentang jenis-jenis kitab yang diajarkan pada lembaga-lembaga
pendidikan Islam.
3. Penyebaran ajaran Islam yang sesuai dengan tuntunan madzhab empat.
4. Memperluas jumlah madrasah dan memperbaiki organisasinya.
5. Membantu pembangunan masjid-masjid, langgar dan pondok pesantren.
6. Membantu anak-anak yatim piatu dan fakir miskin.

Dalam pasal 3 Statuten Perkumpulan NU (1933) disebutkan:


“Mengadakan perhubungan diantara ulama’-ulama’ yang bermadzhab, memeriksa
kitab-kitab apakah itu dari kitab Ahlussunnah Waljama’ah atau kitab-kitab ahli bid’ah,
menyiarkan agama Islam dengan cara apa saja yang halal; berikhtiar memperbanyak
madrasah, masjid, surau dan pondok pesantren, begitu juga dengan hal ikhwalnya anak yatim
dan orang-orang fakir miskin, serta mendirikan badan-badan untuk memajukan urusan
pertanian, perniagaan, yang tidak dilarang oleh syara’ agama Islam”.
ARTIKEL KE-NU-AN
Ditulis Oleh : Endi Sutanto

KHIDMAH NAHDLOTUL ULAMA

A. Bidang Keagamaan dan Dakwah


Bentuk aktifitas dakwah di lingkungan NU adalah
1. Dakwah billisan ( pengajian, ceramah,dll.)
2. Dakwah melalui media cetak dan elektroonik
3. Dakwah melalui kegiatan seni dan budaya
4. Dakwah melalui pendekatan budaya(tradisi)
5. Dakwah melaui bahtsul masail, seminar dll.

Bagi NU Dakwah atau member bimbingan kepada masyarakat adalah kegiatan yang
tidak boleh diabaikan. Pada masa awal kegiatan dakwah NU berbentuk lailatul ijtimak,
pengajian rutin, pengajian Umum, bimbingan secara langsung tapi untuk saat ini lebih
modern seperti melalui artikel, buku. seminar dll.

B. Bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan

Pendidikan dan ilmu pengetahuan adalah kebutuhan mutlak bagi seluruh umat manusia
yang ingin meningkatkan diri dalam bidang kehidupan.

Pada masa awal berdirinya program NU di bidang pendidikan adalah mengembangkan


pesantren dan madrasah juga perguruan tinggi. Kemudian NU berhasil mengupayakan
madrasah masuk dalam system pendidikan nasional.

Untuk memeberikan pembinaan dalam mengembangkan pendidikan NU membentuk


lembaga Pendidikan maarif yang menangani madrasah dan sekolah di lingkungan NU serta
membentuk Rabithah Maahid Islami yang mengurusi pondok pesantren.

Di Tara tokoh NU dalam bidang pendidikan seperti H.M. Thalhah Hasan, KH. M.
Hasyim Latif, dll.

C. Bidang Kesejahteraan Masyarakat

Wujud nyata darikegiatan NU dalam bidang kesejahteraan masyarakat adalah rumah


bersalin,rumah sakit klinik KB, panti asuhan, lembaga bantuan hum, dll.

Di awal perkembangan NU, KH Mahfudz sidiq mendirikan syirkah taawuniyah


(Koperasi) serta dirumuskannya mabadi khoiro ummah.
D. Bidang seni Budaya

Seni budaya merupakan salah satu jenis kegiatan manusia yang tak dapat dilepaskan
dari pengaturan agama. Atas dasar pemikiran tersebut NU mengembangkan seni budaya
sebagai sarana dakwah dengan bukti pada tahun 50-an H. jamaludin Malik mendirikan
LESBUMI ( lembaga seni budaya muslim Indonesia ).

Jenis kesenian yang dikembangkan LESBUMI antara lain : kaligrafi,seni baca al


Qur’an, qasidah rebana, teater,dll.

E. Bidang Bela Negara

Sejak berdirinya NU selalu berperan dalam perjuangan dan bela Negara. Pada masa
penjajahan Belanda NU Banyak melakukan lobi seperti tentang perkawunan di bawah umur,
pengangkatan penghulu, dll.

Pada masa mempertahankan kemerdekaan dibentuklah lascar sabilillah dengan angota


para santri dibawah pimpinan KH Zainul Arifin. Dan dibentuk pula barisan sabilillah dengan
anggota para kyai yang dipimpin KH Masykur.

Pada tanggal 22 Oktober 1945 PBNU mengeluarkan Resolosi Jihad yang isinya :

1. Kemerdekaan RI harus dipertahankan


2. RI adalah pemerintahan yang sah harus dibela
3. Belanda ingin kembali menjajah Indonesia
4. Jihad hukumnnya fardliu ain

Pada waktu muktamar ke 19NU menjadi partai politik dan banyak tokoh NU yang
menjadi menteri.

Ketika pemilu tahun 1955 NU mendapat suara terbesar ke-4 dengan mendapat 45 kursi.

Pada waktu muktamar ke 27 di situbondo tahun 1984 NU menetapkan diri sebagai


jamiyah diniyah ijtimaiyah dan kembali ke khittoh bukan sebai partai politik.

Tetapi tanggal 23 Juli 1998 warga NU mendidrikan partai kebangkitan bangsa yang
didirikan oleh 5 ulama yaitu : KH abdurrohman Wahid, KH Munasir, KH Mustofa Bisri, KH
Mukhid Muzadi.

NU dan PKB mempunyai 3 pola hubungan, yaitu :

1. Hubungan historis (kesejarahan) karena PKB didirikn oleh ulama NU


2. Hubungan cultural ( kebudayaan)
3. Hubungan aspiratif, perjuangan PKB sejalan dengan aspirasi NU

Anda mungkin juga menyukai