Bapak ibu guru yang kami hormati dan anak-anak semua yang kami
banggakan. Puji syukur kehadirat Allah SWT marilah senantiasa kita
panjatkan, karena atas segala anugerah dan hidayahnya pada pagi ini kita
dapat menyelenggarakan upacara dalam rangka memperingati hari jadi
Kabupaten Karanganyar ke 102 tahun 2019. Semoga kita semua
diberikan kemudahan, kebaikan dan kelancaran dalam mejalankan tugas
kita masing-masing. Tak lupa salam serta sholawat semoga tetap
tercurah kepada junjungan kita nabi Besar Muhammad SAW, mudah-
mudahan kita mendapatkan safaat dari beliau di akhir zaman nanti.
Bapak/ibu yang kami hormati dan anak-anak semua yang kai banggakan
Berdasarkan perda kabupaten Daerah Tk II Karanganyar Nomor 20 tahun 1998 tentanh hari jadi
Kabupaten Karanganyar ditetapkan pada tanggal 18 Nopember 1917. Sesuai penelususran
sejarah
Karanganyar lahir sebagai dukuh kecil, tepatnya terjadi pada tanggal 19 April. Pencetus nama
Karanganyar adalah Raden Mas Said, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pangeran
Sambernyawa. Cikal bakal daerah Karanganyar berasal dari Raden Ayu Diponegoro atau Nyi
Ageng Karang dengan nama kecil Raden Ayu Sulbiyah. Pada waktu itu Karanganyar menjadi
sebuah dukuh kecil (badran baru) yang termasuk dalam wilayah Kasunanan Surakarta,
pada saat itu pimpinan Swapraja Kasunanan Surakarta adalah Sri Pakubuwono II
Pada tahun 1847, Sri Mangkunegara III di Kerajaannya Mangkunegaran mengadakan tatanan baru,
analogi yang berlaku di Kasunanan Surakarta mulai berlaku pada tanggal 5 Juni 1847, yang salah
satu peraturan tersebut menyatakan bahwa Karanganyar merupakan salah satu wilayah.
Nama Karanganyar sendiri terbentuk dari tiga kata yang masing-masing mempunyai arti dan
maksud:
Dalam pelantikan disampaikan pidato pengarahan oleh KGPAA Mangkunegaran VII antara
lain: “Seorang Bupati harus benar-benar menjalankan tugas dengan baik dan loyal kepada tugas
pemerintahan, yaitu:
Lebih dari itu dalam kita memaknai hari jadi ini tidak lepas keberadaan pejuang kanjeng gusti
pangeran Adipati Ario Mangkunegoro I atau pangeran sambernyowo yag telah melahirkan
kabupaten Karanganyar. Bertitik tolak ajaran Tri Dharma dari pangeran Sambernyowo sewaktu
dikukuhkan menjadi Raja yaitu : 1. Rumongso Melu Handerbeni. 2 Wajib Melu Hanggondeli
3.Mulat Sariri Hangroso Wani
Dapat dimaknai dari nilai filosofi Tri Dharma tersebut adalah kita sebagai warga masyarakat harus
senantiasa mampu dan mau mengembangkan rasa ikut memiliki daerah atau negeri,
mengembangkan rasa melindungi membela dan membangun daerah atau negeri ini serta berani
mawas diri dalam pengabdian untuk daerah maupun Negara kita tersebut.
Pada tahun 1930 Kabupaten Karanganyar dihapuskan dan secara administratif dimasukkan ke
dalam wilayah Kabupaten Kota Mangkunegaran dengan maksud agar pengelolaan terhadap
perkebunan-perkebunan milik Mangkunegaran lebih efisien dan efektif.
Pada akhir tahun 1945 di Surakarta timbul gerakan anti Swapraja yang berkembang hingga
Karanganyar, Sragen, Klaten, Boyolali, Wonogiri dan Kota Surakarta menyatakan lepas dari
Pemerintah Swapraja. Hal ini mendapat tanggapan dari Pemerintah Pusat dengan terbitnya
Penetapan Pemerintah No. 16/SD Tahun 1946 yang antara lain menetapkan daerah-daerah tersebut
tergabung dalam Karesidenan surakarta yang dipimpin oleh seorang Residen.
Selanjutnya dalam rangka hari jadi Karanganyar ke 102 yanng mengambil Tema “Karanganyar
Maju dan Berintregritas” dan sejalan dengan ajaran Tri Dharma Raden Mas Said.