Anda di halaman 1dari 11

BUGHAT

(PEMBERONTAKA
N)
OLEH KELOMPOK 7 :
1. RISKA (31)
2. SHAZA AL FAYZA (32)
3. SYAHRUL RAMADHANA K.
(33)
4. WAFIQ CHAIRANI (34)
PENGERTIA
N
DASAR
HUKUM
SYARAT
BUGHA TERJADINYA

T TINDAKAN HUKUM TERHADAP


PELAKU
SANK
SI
HIKMA
H
PENGERTIAN BUGHAT
Secara etimologi, kata bughat berasal dari bahasa Arab ‫بَغَى‬
yang memiliki arti yang hampir sama dengan kata ‫ظلَ ََم‬
َ yaitu berlaku
zalim, menindas. Al-Baghyu menurut bahasa juga berarti mencari,
menghendaki, menginginkan, melampaui batas, zalim. Dalam
‘urf, kata al-baghyu diartikan meminta sesuatu yang tidak halal atau
melanggar hak.
Sedangkan menurut istilah Al-Baghyu adalah keluarnya
seseorang dari ketaatan kepada Imam yang sah tanpa alasan yang
benar. Pemberontakan merupakan upaya melakukan kerusakan.
Islam memerintahkan Pemerintah untuk berunding, dan diperangi
apabila tidak bersedia kembali bergabung dalam masyarakat.
DASAR HUKUM
Hukum bughat adalah haram, dan dapat diperangi sampai
mereka kembali taat. Terdapat beberapa ayat al-Quran dan hadits
yang membicarakan persoalan bughat, antara lain;

1. Q.S. AL-HUJURAAT : 9

َ‫َتَ ِإ ْح َدا ُه َماَ َعلَى ْاْل ُ ْخ َر ٰى‬


ْ ‫ص ِل ُحواَبَ ْينَ ُه َماََۖفَإِ ْنَبَغ‬ ْ َ‫َمن‬
ْ َ ‫َال ُمؤْ ِمنِينَ َا ْقتَتَلُواَفَأ‬ َ َ‫َو ِإ ْن‬
ِ َ ‫طائِفَت‬
ِ ‫ان‬
َ‫ص ِل ُحواَبَ ْيَنَ ُه َماَ ِب ْالعَ ْد ِل‬
ْ َ ‫تَفَأ‬ ََِّ ‫فَقَا ِتلُواَالَّ ِتيَت َ ْب ِغيَ َحت َّ ٰىَت َ ِفي َءَ ِإلَ ٰىَأ َ ْم ِر‬
ْ ‫َّللاََۚفَإِ ْنَفَا َء‬
ََ‫بَ ْال ُم ْق ِس ِطين‬ ُ ‫َوأ َ ْق ِس‬
َ َّ َ‫طواََۖ ِإ َّن‬
ُّ ‫ّللاَيُ ِح‬
Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu
berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau
yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah
yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali
pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara
2. Q.S. AN-NISAA : 59

َْ َ‫َم ْن ُك ْمََۖفَإِ ْنَتَنَاز‬


َ‫عت ُ ْمَفِي‬ ْ ‫ل َوأُو ِل‬
ِ ‫يَاْل َ ْم ِر‬ ََ ‫سو‬
ُ ‫واَالر‬
َّ ُ‫َوأَ ِطيع‬ َ َّ ُ‫يَاَأَيُّ َهاَالَّذِينَ َآ َمنُواَأ َ ِطيع‬
َ ‫واَّللا‬
‫ن‬ َ ‫َوأَ ْح‬
َُ ‫س‬ ََ َ‫َاْل ِخ ِرََۚ ٰ َذ ِل َك‬
َ ‫خي ٌْر‬ ْ ‫َو ْاليَ ْو ِم‬ ِ َّ ِ‫سو ِلَ ِإ ْنَ ُك ْنت ُ ْمَتُؤْ َِمنُونَ َب‬
َ ‫اَّلل‬ ُ ‫الر‬
َّ ‫َو‬ ِ َّ َ‫ش ْيءٍ َفَ ُر ُّدوهَُ ِإل‬
َ ‫ىَّللا‬ َ
َ ً ‫تَأ ْ ِو‬
‫يل‬
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.
3. H.R. Bukhori dan Muslim
Dari ibnu umar r.a. dari nabi SAW beliau bersabda: mendengar
dan menaati terhadap imam yang adil merupakan kewajiban orang
SYARAT TERJADINYA BUGHAT
Dalam al Mausû’ah al Fiqhiyyah, bughât itu terjadi jika
terpenuhi semua syarat berikut:
1) Pelaku penentangannya adalah sekelompok kaum muslimin
yang punya kekuatan. Kalau pelakunya tidak punya kekuatan
maka tidak disebut bughât, begitu juga jika pelakunya non
muslim maka tidak pula disebut bughât,.
2) Penentangannya bukan karena alasan yang benar, dengan
maksud menggulingkan penguasa dengan ta’wil yang salah,
yang masih ada sisi kebenarannya.
3) Menentang Imam (Kepala Negara) yang hak, yang betul-
betul berkuasa dan masyarakat sepakat atas kepemimpinan
mereka, yang dengan Imam tersebut masyarakat menjadi
aman. Jika hal ini tidak terjadi, berarti Imam tersebut lemah
atau sewenang-wenang, hal ini membolehkan keluar dari
ketaatan kepadanya dan memecatnya jika tidak dikhawatirkan
timbul fitnah.
4) Melawannya dengan kekuatan fisik, atau dengan
peperangan. Oleh karena itu, kelompok yang keluar dari
PERLAKUAN TERHADAP PELAKU
BUGHATsedemikian rupa agar sadar
Para bughat harus diusahakan
atas kesalahan yang mereka lakukan, hingga akhirnya mau
kembali taat kepada imam dan melaksanakan kewajiban mereka
sebagai warga negara.

Proses penyadaran kepada mereka harus dimulai dengan


cara yang paling halus. Jika cara tersebut tidak berhasil maka
boleh digunakan cara yang lebih tegas. Jika cara tersebut masih
juga belum berhasil, maka digunakan cara yang paling
tegas.Berikut urutan tindakan hukum terhadap bughat sesuai
ketentuan Fikih Islam:

1. Mengirim utusan kepada mereka agar diketahui sebab-sebab


pemberontakan yang mereka lakukan. Apabila sebab-sebab itu
3. Jika usaha kedua tidak berhasil, maka usaha selanjutnya
adalah memberi ultimatum atau ancaman bahwa mereka
akan diperangi. Jika setelah munculnya ultimatum itu mereka
meminta waktu, maka harus diteliti terlebih dahulu apakah
waktu yang diminta tersebut akan digunakan untuk
memikirkan kembali pendapat mereka, atau sekedar untuk
mengulur waktu. Jika ada indikasi jelas bahwa mereka
meminta penguluran waktu untuk merenungkan pendapat-
pendapat mereka, maka mereka diberi kesempatan, akan
tetapi sebaliknya, jika didapati indikasi bahwa mereka
meminta penguluran waktu hanya untuk mengulur-ulur
waktu maka mereka tak diberi kesempatan untuk itu.

4. Jika mereka tetap tidak mau taat, maka tindakan terakhir


SANKSI BAGI PELAKU BUGHAT
Dalam menentukan sanksi bagi pelaku pidana bughat
dibagi menjadi dua hal, yakni;

Pertama, Tindak pidana yang berkaitan langsung dengan


pemberontakan. Yang dimaksud tindak pidana yang
berkaitan langsung dengan pemberontakan adalah
berbagai tindak pidana yang muncul sebagai bentuk
pemberontakan terhadap pemerintah, seperti perusakan
fasilitas publik, pembunuhan, penganiayaan, penawanan
dan lain sebagainya. Sebagai konsekuensi dari berbagai
kejahatan yang langsung berkaitan dengan pemberontakan
Kedua, Tindak pidana yang tidak berkaitan langsung
dengan pemberontakan. Yang dimaksudkan dengan tindak
pidana yang tidak berkaitan dengan pemberontakan
adalah berbagai tindak kejahatan yang tidak ada
korelasinya dengan pemberontakan, tapi dilakukan pada
saat terjadinya pemberontakan atau peperangan. Beberapa
kejahatan tersebut seperti minum minuman keras, zina atau
pemerkosaan, pencurian, dan lain sebagainya. Ketika salah
satu dari perbuatan tersebut dilakukan, maka akan
dihukumi dengan hukuman jarimah biasa dan akan
mendapat hukuman hudud sesuai dengan jarimah yang
dilakukan.
HIKMAH DILARANGNYA BUGHAT
1. Terjadinya kedamaian dan kerukunan didalam
masnyarakat.

2. Pemerintahan atau iman yang sah menurut hukum


diberikan kebebasan untuk bertindak dalam rangka
membela diri dan menegakkan keadilan.

3. Jika ada perbedaan pendapat harus disalurkan


dengan cara-cara yang baik dan benar.

4. Menyadarkan betapa pentingnya persatuan dan


kesatuan

5. Mengingatkan agar senantiasa mengamalkan

Anda mungkin juga menyukai