Anda di halaman 1dari 22

TAFSIR SURAT AN-NUUR AYAT 4-6

MAKALAH

(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Tafsir Tahlili)

Disusun oleh :

Abdul Rahman

Abdurrasyid

Firman Nurahim

Ramdhanil Mubarokah

ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI ILMU USHULUDDIN (STIU) DARUL HIKMAH

Kp. Cakung RT01/05 Jatiasari Jatiasih, Jl. Wibawa Mukti II, RT.001/RW.005,

Jatisari, Kec. Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat 17426


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah ‫ﷻ‬, atas
limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran.
Alhamdulillah penulis mampu menyelesaikan makalah dengan judul “Tafsir Surat
An-Nuur Ayat 4-6”. Tujuan penulisan makalah adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah tafsir tahlili.

Penulis menyadari dalam penyajian makalah masih terdapat kekurangan,


oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca diperlukan
untuk memperbaiki kekurangan makalah agar menjadi makalah yang lebih baik
lagi. Keberhasilan penulisan makalah tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan
dosen pengampu mata kuliah, untuk itu penulis haturkan terimakasih kepada
Ustadz selaku pengampu mata kuliah tafsir tahlili.

Di akhir penulis berharap makalah ini dapat dipahami oleh setiap pihak
yang membaca. Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila penulisan
makalah ini masih jauh dari sempurna.

Bekasi, 8 Oktober
2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................
C. Tujuan Penelitian..............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................

A. Makna mufrodat surat An-Nuur ayat 4-6.........................................................


1. Makna mufrodat surat An-Nuur ayat 4-5..................................................
2. Makna mufrodat surat An-Nuur ayat 6......................................................
B. Makna secara global surat An-Nuur ayat 4-6...................................................
1. Makna secara global surat An-Nuur ayat 4-5............................................
2. Makna secara global surat An-Nuur ayat 6...............................................
C. Asbabun nuzul surat An-Nuur ayat 4-6. ..........................................................
1. Asbabun nuzul surat An-Nuur ayat 4-5.....................................................
2. Asbabun nuzul surat An-Nuur ayat 6.......................................................
D. Rincian tafsir surat An-Nuur ayat 4-6..............................................................
1. Rincian tafsir surat An-Nuur ayat 4-5.......................................................
2. Rincian tafsir surat An-Nuur ayat 6...........................................................
E. Hukum-hukum syariat yang terdapat dalam surat An-Nuur ayar 4-6..............
1. Hukum-hukum syariat yang terdapat dalam surat An-Nuur ayar 4-5.......
2. Hukum-hukum syariat yang terdapat dalam surat An-Nuur ayar 6...........

BAB III PENUTUP....................................................................................................

A. Kesimpulan..................................................................................................
B. Saran............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................


BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama samawi dengan sistem hidup yang selaras dengan
perintah Allah ‫ ﷻ‬dalam Wahyu-Nya dan sejalan pula dengan tuntutan
Rasulullah ‫ ﷺ‬dalam sunnah. Setiap muslim diwajibkan untuk
menempuh pola kehidupan yang integral islamis, sinkron dengan ketentuan al-
Qur’an dan Sunnah tersebut. Untuk itu, semua muslim wajib mempertimbangkan
dengan akal sehat setiap langkah dan perilakunya, sehingga mampu memisahkan
antara perilaku yang dibenarkan dengan perbuatan yang disalahkan.
Syariat Islam diturunkan untuk melindungi harkat dan martabat manusia.
Setiap perilaku yang merendahkan harkat dan martabat manusia, baik secara
pribadi maupun sebagai anggota masyarakat tentu dilarang oleh Allah ‫ﷻ‬.
Allah ‫ ﷻ‬mengabarkan dalam surat An-Nuur ayat 4-5 bawasanya orang-
orang yang merendahkan kehormatan orang-orang mukmin, mereka adalah orang
yang paling buruk disisi Allah ‫ ﷻ‬dan yang paling pedih azabnya karena
tidak menjaga kehormatan seorang mukmin.
Selain harus menjaga kehormatan seorang mukmin, Allah ‫ ﷻ‬juga
memerintahkan untuk saling menjaga kehormatan pasangan. Allah ‫ﷻ‬
menjelaskan dalam surat An-Nuur ayat 6 bahwasanya seorang suami yang
menuduh istrinya berzina dan tidak bisa mendatangkan saksi, maka dia harus
bersumpah empat kali atas nama Allah ‫ ﷻ‬terkait kebenaran tuduhan kepada
istrinya. Selain itu agar terhindar dari had dan dia juga harus bersumpah sekali
lagi atas nama Allah ‫ ﷻ‬bahwasanya dia akan mendapat laknat Allah ‫ﷻ‬
jika dia berbohong.

Hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk menggali informasi tentang
tafsir surat An-Nuur ayar 4-6.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan yang dapat penulis
rumuskan adalah sebagai berikut: 
1. Apa makna mufrodat surat An-Nuur ayat 4-6?
2. Apa makna secara global surat An-Nuur ayat 4-6?
3. Bagaimana asbabun nuzul surat An-Nuur ayat 4-6?
4. Bagaimana perincian tafsir surat An-Nuur ayat 4-6?
5. Hukum apa saja yang terdapat dalam surat An-Nuur ayar 4-6?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian makalah adalah


sebagai berikut: 
1. Untuk mengetahui makna mufrodat surat An-Nuur ayat 4-6.
2. Untuk mengetahui makna secara global surat An-Nuur ayat 4-6.
3. Untuk mengetahui asbabun nuzul surat An-Nuur ayat 4-6.
4. Untuk dapat menjelaskan perincian tafsir surat An-Nuur ayat 4-6.
5. Untuk mengetahui hukum-hukum syariat yang terdapat dalam surat An-Nuur
ayar 4-6.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Makna Mufrodat Surat An-Nuur Ayat 4-6.


1. Makna Mufrodat Surat An-Nuur Ayat 4-5.

Surat An-Nuur ayat 4-5

‫اجلِدُو ُه ْم ثَ َمانِينَ َج ْل َدةً َواَل تَ ْقبَلُوا‬ ُ ‫ت ثُ َّم لَ ْم يَأْتُوا بِأ َ ْربَ َع ِة‬
ْ َ‫ش َهدَا َء ف‬ َ ‫َوالَّ ِذينَ يَ ْر ُمونَ ا ْل ُم ْح‬
ِ ‫صنَا‬
‫اسقُون‬ ِ َ‫ش َها َدةً أَبَدًا ۚ َوأُو ٰلَئِ َك ُه ُم ا ْلف‬
َ ‫لَ ُه ْم‬

Artinya: ”Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik


(berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka
deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah
kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah
orang-orang yang fasik”. (Q.S. An-Nuur: 4)

ٰ
ْ َ‫إِاَّل الَّ ِذينَ تَابُوا ِمنْ بَ ْع ِد َذلِ َك َوأ‬
‫صلَ ُحوا فَإِنَّ هَّللا َ َغفُو ٌر َر ِحي ٌم‬

Artinya:“Kecuali orang-orang yang bertaubat sesudah itu dan memperbaiki


(dirinya), maka sesungguhnya Allah ‫ ﷻ‬Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”. (Q.S. An-Nuur: 5)

a. َ‫ون‬nn‫ يَ ْر ُم‬: Kata yarmuna bermkana menuduh zina dan berasal dari kata
‫ الرمي‬yaitu melempar dengan batu atau sesuatu yang keras kemudian di
isytia’rahkan atau diserupakan dengan makna melempar dengan lisan,
karena melempar atau menuduh itu sama dengan menyakiti secara fisik
sebagaimana An-Nabighoh berkata “Melukai dengan lisan sama dengan
melukai dengan tangan”.
b. ‫ت‬ َ ‫ ا ْل ُم ْح‬: Kata al- muhsonat bermakna wanita yang terhormat atau
ِ ‫نَا‬nn‫ص‬
wanita yang terjaga dan asal dari kata ihshon yaitu mencegah dan makna
lain dari ihshon itu setiap wanita yang sudah menikah.
c. ‫ش َهدَا َء‬
ُ : Kata syuhada bermakna jama’ dari kata syahid maksudnya yaitu
meraka bersaksi keatas perempuan yang melakukan zina dan yang
dikehendaki dengan para saksi yaitu para laki-laki karena ayat tersebut
menyebutkan jumlah secara muannats ‫ ) )بأربعة‬sebagaimana yang kita
ketahui bawasnya jika bilangan tesebut berupa mudzakar maka di
muannatskan dan jika bilangan berupa muannats maka di mudzakarkan.
d. ْ َ‫ ف‬: Imam Qurtubi mengatakan “ kata al- jildu adalah ad -dhorbu
‫اجلِدُو ُه ْم‬
dan yang orang dicambuk itu adalah orang yang dipukul dengan cambuk.
e. ِ ‫ ا ْلفَا‬: Kata al fasiqun adalah jama’ dari kata fasiq yang artinya keluar
‫سقُون‬
dari ketaatan dan melampaui batas dalam mengerjakan kemaksiatan dan
setiap orang yang keluar dari ketaan kepada Allah ‫ ﷻ‬disebut orang
yang fasiq dan setiap orang yang mengingkari atau mendustakan ayat
ayat Allah ‫ ﷻ‬maka disebut orang kafir.
2. Makna Mufrodat Surat An-Nuur Ayat 6

ٍ ‫س ُه ْم فَشَها َدةُ أَ َح ِد ِه ْم أَ ْربَ ُع شَهادا‬


‫ت‬ ُ ُ‫ش َهدا ُء إِالَّ أَ ْنف‬ َ ‫َو الَّذينَ يَ ْر ُمونَ أَ ْز‬
ُ ‫واج ُه ْم َولَ ْم يَ ُكنْ لَ ُه ْم‬
َّ ‫بِاهللِ إِنَّهُ لَ ِمنَ ال‬
‫صا ِدق‬

Artinya : “Dan orang-orang yang menuduh isteri-isteri mereka sendiri,


padahal tidak ada mempunyai saksi-saksi , kecuali diri mereka sendiri saja ,
maka kesaksian seorangnya ialah empat kali kesaksian di atas nama Allah
‫ ﷻ‬, bahwa sungguh sungguh dia berkata benar. (Q.S. An-Nuur:6)

a. َ‫ يَ ْر ُمون‬: Kata yarmuna maksudanya adalah menuduh istri-istrinya berzina


dan ini sama dengan makna yarmun pada ayat sebelumnya.
b. َ ‫ أَ ْز‬: jama’ dari kata ‫( زوج‬suami) tapi dalam ayat ini bermakna “‫”زوجة‬
‫واج ُه ْم‬
(istri) karena membuang huruf ta’ itu lebih mudah di ucapkan dari pada
di tetapkan.
c. ‫ فَشَها َدةُ أَ َح ِد ِه ْم‬: maksudnya adalah bersaksi dengan empat kali sumpah atas
nama Allah ‫ ﷻ‬bahwasanya dia adalah orang yang jujur telah
menuduh istrinya berbuat zina dan dengan sumpah tersebut maka dia bisa
terlepas dari had.sungguh sudah mahsyur dalam ungkapan syar’i yaitu
menggunakan kata syahadah yang bermakna mengabarkan , untuk
menunaikan haq satu sama lain, dan biasa juga di sebut dengan bayyinah.
B. Makna secara global surat An-Nuur ayat 4-6.
1. Makna secara global surat An-Nuur ayat 4-5

Allah ‫ ﷻ‬mengabarkan dalam surat An-Nuur ayat 4-5 bawasanya


orang-orang yang merendahkan kehormatan orang-orang mukmin, kemudian
menuduh keburukan kepada wanita yang mulia dan suci dengan tuduhan
zina, tetapi tidak mendatangkan empat orang saksi yang adil atas tuduhannya
maka mereka dicambuk dengan delapan puluh cambukan, karena dianggap
berdusta dan fasiq. Kemudian hukuman ditambah dengan dihinakannya
kehormatan mereka sebagai manusia dan kesaksianya tidak diterima selama
masih terus menerus dalam perbuatan dosa tersebut. Mereka adalah orang
yang paling buruk disisi Allah ‫ ﷻ‬dan yang paling pedih azabnya karena
tidak menjaga kehormatan seorang mukmin.

Kemudian jika mereka bertaubat, merubah jalan hidup, memperbaiki


keadaan, dan kembali kepada jalan yang benar maka maafkanlah. Terimalah
permintaan maaf mereka dan terimalah kembali persaksian mereka karena
sesungguhnya Allah ‫ ﷻ‬Maha pengampun lagi Maha penyayang,
menerima taubat hamba-Nya jika dia bertaubat dan memperbaiki diri.

2. Makna secara global surat An-Nuur ayat 6.

Allah ‫ ﷻ‬menjelaskan dalam surat An-Nuur ayat 6 bahwasanya


seorang suami yang menuduh istrinya berzina dan tidak bisa mendatangkan
saksi, maka dia harus bersumpah empat kali atas nama Allah ‫ ﷻ‬terkait
kebenaran tuduhan kepada istrinya. Selain itu agar terhindar dari had dan dia
juga harus bersumpah sekali lagi atas nama Allah ‫ ﷻ‬bahwasanya dia
akan mendapat laknat Allah ‫ ﷻ‬jika dia berbohong.

Dan bagi istrinya yang dituduh zina jika dia tidak mau mengakui
dosanya, dan menginginkan terbebas dari had zina maka wajib baginya untuk
bersumpah empat kali atas nama Allah ‫ ﷻ‬. Bahwasanya suaminya
adalah seorang pendusta dengan apa yang dituduhkan suaminya kepadanya
maka sumpah tersebut mencukupi sebagaimana kesaksian empat orang saksi.
Kemudian dia harus bersumpah sekali lagi atas nama Allah ‫ ﷻ‬bahwa dia
akan mendapatkan kemurkaan Allah ‫ ﷻ‬apabila suaminya benar atas
tuduhannya.

C. Asbabun nuzul surat An-Nuur ayat 4-6.


1. Asbabun nuzul surat An-Nuur ayat 4-5

Sebagian para mufassir berpendapat bahwasanya ayat ini turun karena


adanya berita bohong tentang Ummul Mu’minin Aisyah Binti Abu Bakar
istri Nabi ‫ ﷺ‬yang mana orang orang munafiq menuduh beliau
berzina. Ibnu jarir at –thabari mengatakan “bahwasanya ayat ini turun untuk
orang-orang yang menuduh Aisyah dan memberitakan kebohongan”.

Maka adapun pendapat yang paling shohih yaitu sebagaimana


disebutkan Imam Qurtubi dan At Thabari pun memilihnya bahwasanya ayat
ini turun sebab qodzaf secara umum bukan karena ada sebab yng khusus,
maka ayat ini adalah hukum dari Allah ‫ ﷻ‬kepada setiap orang yang
menuduh zina.

2. Asbabun nuzul surat An-Nuur ayat 6

Al-Bukhari meriwayatkan dari jalur Ikrimah dari Ibnu Abbas bahwa


dihadapan Nabi ‫ﷺ‬. Hilal bin Umayah menuduh istrinya berzina
dengan Syuraik bin Sahma’. Nabi ‫ ﷺ‬bersabda kepadanya,
“keluarkan saksi! Kalau tidak, kamu harus menerima hukuman had” Ia
berkata, ”Rosulullah ‫ﷺ‬, kalau salah seorang dari kami melihat
lelaki lain bersama istrinya, apakah kami harus menerima hukuman had?”
Hilal pun berkata,”Demi Allah ‫ ﷻ‬yang mengutusmu dengan
membawa kebenaran, saya berkata apa adanya semoga Allah ‫ﷻ‬
menurunkan ayat yang membebaskan punggung saya dari hukuman had”.
Maka Jibril turun membawa firman Allah ‫ﷻ‬, ”Dan orang-orang yang
menuduh istrinya (berzina), padahal mereka tidak mempunyai saksi-saksi
selain diri mereka sendiri, maka kesaksian masing-masing orang itu ialah
empat kali bersumpah dengan (nama) Allah ‫ﷻ‬, bahwa sesungguhnya dia
termasuk orang yang berkata benar”
Hadits Li’an:
‫ َد‬a‫وْ َو َج‬aaَ‫ول هَّللَا ِ! أَ َرأَيْتَ أَ ْن ل‬ َ َ‫ ( َسأ َ َل فُاَل ٌن فَق‬:‫ض َي هَّللَا ُ َع ْنهُ َما قَا َل‬
َ ‫ يَا َر ُس‬:‫ال‬ ِ ‫ع َِن اِ ْب ِن ُع َم َر َر‬
‫ َوإِ ْن َسكَتَ َسكَتَ َعلَى‬,‫ َك ْيفَ يَصْ نَعُ? إِ ْن تَ َكلَّ َم تَ َكلَّ َم بِأ َ ْم ٍر َع ِظ ٍيم‬,‫أَ َح ُدنَا اِ ْم َرأَتَهُ َعلَى فَا ِح َش ٍة‬
‫أ َ ْنزَ َل‬aaَ‫ ف‬,‫يت بِ ِه‬ُ ِ‫ إِ َّن اَلَّ ِذي َسأ َ ْلتُكَ َع ْنهُ قَ ِد ا ْبتُل‬:‫ فَقَا َل‬,ُ‫ فَلَ َّما َكانَ بَ ْع َد َذلِكَ أَتَاه‬,ُ‫ِم ْث ِل َذلِكَ ! فَلَ ْم يُ ِج ْبه‬
ُ‫ َون‬a‫اب اَل ُّد ْنيَا أَ ْه‬
َ ‫ َذ‬aَ‫ َوأَ ْخبَ َرهُ أَ َّن ع‬،ُ‫ فَتَاَل ه َُّن َعلَ ْي ِه َو َو َعظَهُ َو َذ َّك َره‬,‫ور‬ ِ ُّ‫ت فِي سُو َر ِة اَلن‬ ِ ‫هَّللَا ُ اَآْل يَا‬
‫ا اَلنَّبِ ُّي صلى هللا‬aaَ‫ ثُ َّم َدعَاه‬,‫ْت َعلَ ْيهَا‬ ُ ‫ق َما َك َذب‬ ِّ ‫ك بِ ْال َح‬
َ َ‫ َواَلَّ ِذي بَ َعث‬, ‫ اَل‬:‫ال‬َ َ‫ ق‬.‫ب اَآْل ِخ َر ِة‬
ِ ‫ِم ْن َع َذا‬
ِ a‫دَأَ بِال َّر ُج‬aَ‫ فَب‬, ٌ‫ا ِذب‬aa‫ق إِنَّهُ لَ َك‬
‫ ِه َد‬a‫ فَ َش‬,‫ل‬a ِّ ‫ َواَلَّ ِذي بَ َعثَكَ بِ ْال َح‬, ‫ اَل‬:‫ت‬ ْ َ‫ قَال‬,‫ك‬ َ ِ‫ َك َذل‬a‫عليه وسلم فَ َو َعظَهَا‬
aَ ‫ ثُ َّم فَ َّر‬,‫ ثُ َّم ثَنَّى بِ ْال َمرْ أَ ِة‬,‫ت‬
) ‫ق بَ ْينَهُ َما‬ ٍ ‫أَرْ بَ َع َشهَادَا‬
“Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu berkata: Si fulan bertanya: Dia
berkata, wahai Rasulullah, bagaimana menurut pendapat baginda jika ada
salah seorang di antara kami mendapati istri dalam suatu kejahatan, apa
yang harus diperbuat? Jika ia menceritakan berarti ia telah menceritakan
sesuatu yang besar dan jika ia diam berarti ia telah mendiamkan sesuatu
yang besar. Namun beliau tidak menjawab. Setelah itu orang tersebut
menghadap kembali dan berkata: Sesungguhnya yang telah aku tanyakan
pada baginda dahulu telah menimpaku. Lalu Allah ‫ ﷻ‬menurunkan
ayat-ayat dalam surat An-Nuur (ayat 6-9). beliau membacakan ayat-ayat
tersebut kepadanya, memberinya nasehat, mengingatkannya dan
memberitahukan kepadanya bahwa adzab dunia itu lebih ringan daripada
adzab akhirat. Orang itu berkata: Tidak, Demi Allah ‫ ﷻ‬yang telah
mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak berbohong. Kemudian beliau
memanggil istrinya dan menasehatinya juga. Istri itu berkata: Tidak, Demi
Allah ‫ ﷻ‬yang telah mengutusmu dengan kebenaran, dia (suaminya) itu
betul-betul pembohong. Maka beliau mulai memerintahkan laki-laki itu
bersumpah empat kali dengan nama Allah ‫ﷻ‬, lalu menyuruh istrinya
(bersumpah seperti suaminya). Kemudian beliau menceraikan keduanya”.
D. Tafsir surat An-Nuur ayat 4-6.
1. Perincian tafsir surat An-Nuur ayat 4-5
a. Dalam firman Allah ) ‫ت‬ َ ‫ونَ ا ْل ُم ْح‬n‫ ﷻ ( يَ ْر ُم‬para ulama bersepakat
ِ ‫نَا‬n‫ص‬
bawhasanya yang dimaksud yaitu menuduh zina dan mereka mengambil
dalil dengan beberapa pendapat:
1) Karena penyebutan zina telah ada di ayat sebelumnya.
2) Karena Allah ‫ ﷻ‬menyebutkan al muhsonat artinya perempuan
yang mulia, maka ar-romyu artinya kebalikan dari pada mulia (zina).
3) Karena secara ijma bahwasanya tidak akan dicambuk hanya dengan
sebab menuduh kecuali menuduh zina.
ُ ‫ ِة‬n‫أْتُوا بِأ َ ْربَ َع‬nَ‫ ﷻ (ثُ َّم لَ ْم ي‬maka diketahui
4) Dalam firman Allah ) ‫ َهدَا َء‬n‫ش‬
bahwasanya jumlah tersebut tidak disyaratkan kecuali di dalam zina.
b. Mengkhususkan wanita pada perkataan al muhsonat, karena tertuduhnya
wanita itu lebih umum meskipun tidak ada bedanya didalam hukum
antara menuduh wanita dan laki laki.
c. Pada anggapan ihshon adalah isyarat yang mendalam kepada orang yang
menuduh zina, tapi yang dituduh bukan orang yang mulia atau terjaga.
Jika orang yang dituduh adalah orang yang diketahui pendosa maka tidak
ada had qodzaf padanya. Karena sesungguhnya had qodzaf itu
disyariatkan untuk menjaga kehormatan manusia yang mulia.
d. Menerangkan hukum Allah ‫ ﷻ‬keatas orang yang menuduh zina
dengan tiga hukuman :
1) Dicambuk delapan puluh kali.
2) Direndahkan kehormatanya dengan cara ditolak kesaksianya.
3) Dihukumi sebagai orang fasiq.
e. Qodzaf merupakan dosa yang besar disisi Allah ‫ﷻ‬. Dalam firman
ْ َ‫ ﷻ ( َوأ‬didalam kata tersebut menunjukan dalil
Allah ) ‫لَ ُحوا‬nnn‫ص‬
bahwasnya hukuman untuk pelaku qodzaf tidak cukup hanya dihad akan
tetapi ia harus menunjukan tanda-tanda kebaikanya karena dosa ini
bersangkutan dengan haq-haq manusia. Oleh karena itu hukumannya
lebih berat. Ar-Rozi berkata “sahabat kami berkata bahwasanya setelah
taubat harus melalui beberapa masa sampai diterima kesaksianya dan
para ulama memperkirakan masa tersebut selama satu tahun.
2. Penafisran surat An-Nuur ayat 6:

Setelah menjelaskan mengenai hukuman tuduhan, secara umum


menuduh orang yang baik-baik berzina, baik laki-laki maupun perempuan.
Lalu Allah ‫ ﷻ‬menjelaskan hukum tuduhan yang khusus, yaitu seorang
suami yang menuduh istrinya berzina, Allah ‫ ﷻ‬SWT berfirman “Dan
orang-orang yang menuduh istrinya berzina dengan melakukan perbuatan
keji, Padahal mereka tidak mempunyai saksi-saksi kecuali diri mereka
sendiri yakni sipenuduh saja, maka dia bersumpah sebanyak empat kali
dengan nama Allah ‫ ﷻ‬sebagai pengganti dari empat orang saksi yang
tidak ada dengan mengucapkan ‘Saya bersaksi dengan nama Allah ‫ ﷻ‬,
sesungguhnya saya telah melihat dia berzina atau telah berzina’ atau ‘Anak
yang dalam kandungan ini bukan anakku’ kemudian dia (suami) melaknat
dan berkata pada sumpahnya yang kelima, bahwa laknat Allah ‫ﷻ‬
atasnya jika dia termasuk orang-orang yang berdusta, yaitu terhadap apa yang
dia tuduhkan kepada istrinya”. Lalu ditawarkan kepada si istri untuk
mengakui apa yang dituduhkan oleh suaminya kemudian ditegakkan atasnya
hukuman yaitu rajam.
 Atau si istri bersumpah sebanyak empat kali sumpah dengan nama
Allah ‫ ﷻ‬bahwasanya dia tidak berzina, kemudian pada sumpahnya yang
kelima dia mendo’akan dirinya dengan murka Allah ‫ ﷻ‬dengan ucapan
“bahwa laknat Allah ‫ ﷻ‬atasnya jika suaminya benar-benar termasuk
orang-orang yang benar” terhadap apa yang dituduhkan suaminya kepada dia.
Dan dengan itu dia terhindar dari azab yang merupakan hukuman, kemudian
keduanya dipisahkan tidak boleh berkumpul selamanya. “Dan andai kata
tidak ada karunia Allah ‫ ﷻ‬dan rahmatnya atas dirimu” jawaban dari
lafadz Law laa “Andai kata Tidak” adalah Mahdzuf (dibuang) maka takdirnya
“Pasti Allah ‫ ﷻ‬akan menyegerakan bagi kalian dengan hukuman dan
pasti akan membuka aib salah seorang dari keduanya yang berdusta. Akan
tetapi Allah ‫ ﷻ‬Maha menerima taubat dan bijaksana sehingga Allah
‫ ﷻ‬tutupi atas kalian agar bertaubat, orang yang mau bertaubat diantara
kalian dan akan merahmati kalian dengan syari’at yang adil lagi bijaksana.

E. Hukum-hukum syariat yang terdapat dalam surat An-Nuur ayar 4-6.


1. Hukum-hukum syariat yang terdapat dalam surat An-Nuur ayat 4-5.
a. Apa itu makna makna ihshon?

Makna ishon terwarid dalah hukum syariat islam yaitu ada empat perkara :

1) ‫ العفة‬sebagaimana firman Allah ‫ﷻ‬

َ ‫ت ِمنَ الَّ ِذ ۡينَ اُ ۡوتُوا ۡالـ ِك ٰت‬


‫ب‬ َ ‫ت َو ۡال ُم ۡح‬
ُ ‫ص ٰن‬ ِ ‫ت ِمنَ ۡال ُم ۡؤ ِم ٰن‬ َ ‫‌و ۡال ُم ۡح‬
ُ ‫ص ٰن‬ َ

Artinya “Dan (dihalalkan bagimu menikahi) perempuan-perempuan


yang menjaga kehormatan di antara perempuan-perempuan yang
beriman dan perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di
antara orang-orang yang diberi kitab” (Q.S. Al- Maidah ayat 5)

2) ‫ الحرية‬sebagaimana firman Allah ‫ﷻ‬

ِ a‫ ا‬a‫ َذ‬a‫ل َع‬aaْ ‫ ا‬a‫ن‬aَ a‫ ِم‬a‫ت‬


aۚ a‫ب‬ aَ a‫ح‬aْ a‫ل ُم‬aaْ ‫ى ا‬a‫ع َل‬
ِ a‫ ا‬aَ‫ ن‬a‫ص‬ aْ aِ‫َّ ن‬a‫ ن‬a‫ي ِه‬aْ a‫ َل‬a‫ َع‬aَ‫ ف‬a‫ ٍة‬a‫ َش‬a‫ح‬aِ a‫ ا‬aَ‫ ف‬aِ‫ ب‬a‫ن‬aَ ‫ي‬aْ aَ‫ ت‬aَ‫ أ‬a‫ن‬aْ aِ‫ إ‬aَ‫ف‬
aُ a‫ص‬
aَ a‫ ا‬a‫ َم‬a‫ف‬

Artinya: “Dan apabila mereka telah menjaga diri dengan kawin,


kemudian mereka melakukan perbuatan yang keji (zina), maka atas
mereka separo hukuman”

3) ‫ األسالم‬rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda ( ‫) من أشرك باهلل فليس بمحصن‬.


Artinya “barang siapa yang menyekutukan Allah ‫ ﷻ‬maka dia
tidak di jaga “ maka seorang manusia akan menjadi terjaga dengan
sebab kehormatannya, kemerdekaan, pernikahannya dan
keislamannya.
4) Makna yang paling mahsyur yaitu memutlakkan makna ihshon yaitu
kehormatan maka yang di kehendaki oleh ayat ini adalah barang siapa
yang mengqodzaf orang yang tidak terhormat maka tidak had
untuknya menurut kesepakatan para fuqoha.

b. Apa itu syarat-syarat qodzaf ?

Ada beberapa yaitu ;

1) Wajib adanya qodzif

Syarat qodzif antara lain:

a) Berakal,
b) Baligh,
c) Ikhtiar.

Maka syarat diatas disebut juga taklif karena apabila orang yang
tidak berakal/ gila, anak kecil, atau orang yang di paksa apabila
mereka melakukan qodzaf maka tidak ada had atas mereka. Sabda
rasulullah ‫ ﷺ‬kewajiban di angkat dari 3 orang, pertama
dari orang yang tidur sampai dia terbangun, kedua dari anak kecil
sampai dia baligh, dan ketiga dari orang yang gila sampai dia sadar.

Sebab di angkatnya had qodzaf dari orang yang tidak berakal


karena dia tidak menyadari apa yang diperbuat. Adapun orang gila
maka tidak di anggap perkataannya dan qodzafnya pun tidak di
anggap. Sedangkan anak kecil apabila melakukan qodzaf maka hanya
di hukum saja tidak sampai di had dengan 80 cambukan karena yang
termasuk syarat-syarat had qodzaf yaitu baligh.

2) Wajib adanya maqdzuf.


3) Wajib adanya maqdzuf bih.
c. Apa itu syarat-syarat yang berlaku untuk maqdzuf ?
1) Islam

Sabda rasulullah ) ‫ن‬aaa‫رك باهلل فليس بمحص‬aaa‫ﷺ (من أش‬.


Artinya “barang siapa yang mensekutukan Allah ‫ ﷻ‬maka dia
tidak di jaga“. Maka berangkat dari hadits tersebut jumhur ulama
berpendapat “barang siapa yang menyekutukan Allah ‫ ﷻ‬maka
tidak ada had keatas orang yang mengqodzaf nya”, karena dia
bukanlah seorang muslim yang tidak terjamin terjaga dari zina.

2) Berakal

Had itu di syariatkan karena menimbulkan sakit hati dan


hilangnya kehormatan nya maqdzuf maka tidak mengapa apabila
maqdzuf tersebut tidak berakal karena tidak akan berefek apapun
kepada maqdzuf di sebabkan hilangnyua akal dan tidak ada had keatas
orang yang mengqodzafnya.

3) Baligh

Pada dasarnya anak kecil itu tidak terbayang untuk berzina maka
tidak di had bagi orang yang mengqodzaf anak perempuan atau pun
laki-laki. Sedangkan Imam Malik r.ha mengatakan “apabila seseorang
menuduh zina keatas anak perempuan yang di mungkinkan untuk di
wati’ sebelum ia baligh maka itu termasuk qodzaf” dan Imam Ahmad
juga mengatakan ”apabila menuduh anak perempuan yang sudah
berusia sembilan tahun maka di had orang yang mengqodzafnya”.

4) Merdeka

Derajat seorang hamba itu berbeda dari dengan derajat orang


yang berbeda dan akan berbeda juga hukum untuk orang yang
mengqodzafnya karena tidak ada had bagi orang yang mengqodzaf
hamba meskipun itu haram, akan tetapi ia di hukum. Kemudian nanti
akan menerima had di akhirat.

5) Terhormat/ terjaga dari zina


Maka para fuqoha tidak ada khilaf dalam syarat ini .

Kelima syarat-syarat di atas harus ada pada maqdzuf sampai di


tegakkannya had keatas qodzif

d. Apa itu lafadz-lafadz qodzaf yang mengharuskan di had?


1) Shorih/ atau jelas: lafadz shorih yaitu si qodzif/ penuduh terang-
terangan dengan perkataannya menuduh zina dengan lafadz zina
contoh: wahai penzina atau wahai perempuan yang berzina atau
wahai anak hasil zina maka perkataan seperti ini sudah di haruskan
untuk qodzaf.
2) Kinayah/ sindiran: Seperti perkataan seseorang “wahai fasiq, wahai
pendosa, wahai perempuan kotor, maka ini tidak langsung di qodzaf
di lihat dari niatnya dalam mengatakannya.
3) Ta’ridh/ sindiran halus: Seperti perkataan seseorang “bukankah
kamu seorang penzina“ dalam lafadz ta’ridh para ulama berbeda
pendapat apakah lafadz tersebut termasuk qodzaf yang
mengharuskan had atau tidak? Kemudain Imam Malik berpendapat
”bahwasanya itu adalah qodzaf sedangkan Imam Syafi’i dan Imam
Abu Hanifah tidak termasuk qodzaf kecuali dia berniat untuk
qodzaf.
e. Apa hukum mengqodzaf satu kelompok ?

Maka para fuqoha berbeda pendapat dan terbagi ke atas tiga mahdzab:

1) Mahdzab ulama yang berpendapat bahwasanya pelaku hanya di had


1 kali saja ini adalah pendapat jumhur yaitu Imam Abu Hanifah,
Imam Malik dan Imam Ahmad.
2) Mahdzab ulama yang berpendapat bahwasanya pelaku di had untuk
setiap satu orang dari kelompok tersebut dan ini adalah pendapat
Imam Syafi’i dan Al-Laits.
3) Mahdzab ulama yang membedakan antara dia menuduh dengan
lafadz jama’ dan menuduh satu persatu contoh perkataan “wahai
para penzina” maka perkataan seperti ini hanya mendapat 1 kali had.
Sedangkan apabila dia mengatakan kepda setiap orang yang ada di
kelompok tersebut “wahai penzina” maka hadnya untuk setiap orang
yang ia tuduh.

f. Apakah disyaratkan saksi yang adil?

Di dalam al-quran tidak di sebut kan sifat para saksi harus adil akan
tetapi para ulama berbeda pendapat dalam menanggapainya, menurut
syafi’iyah saksi harus adil dan orang fasiq apabila bersaksi maka harus di
had juga sama sperti qodzif. Sedangkan menurut hanafiyyah saksi tidak
harus orang adil, orang fasik pun boleh asalkan empat orang karena akan
menjadi syubhat zina sehingga tidak ada had .

g. Apakah disyaratkan para saksi untuk menunaikan kesaksiannya secara


bersamaan?

Secara dzohir ayat tidak ada bedanya antara berbarengan ataupun


terpisah dalam menununaikan kesaksian nya dan ini adalah pendapat
Imam Malik dan Imam Syafi’i berdasarkan dzohir ayat. Sedangkan
menurut Imam Abu Hanifah jika mereka datang terpisah maka jatuh had
keatas mereka.

h. Apakah hukuman seorang hamba seperti hukuman orang merdeka ?

Para ulama bersepakat apabila seorang budak mengqodzaf orang


yang merdeka maka dia wajib kena had, akan tetapi apakah had nya
seperti had orang merdeka atau setengahnya? Belum ada hukum yang
tetap mngenai jumlahnya di dalam hadits dan sebab itu para ulama fiqih
berselisih. Adapun menurut jumhur ulama yaitu empat imam mahdzab
bahwasanya seorang budak apabila melakukan qodzaf maka di cambuk 40
kali, pendapat ini berdasarkan perbuatan para khulafa rosyidin yang
mencambuk seorang budak 40 kali setelah melakukan qodzaf.
i. Apakah had itu termasuk haq-haq Allah ‫ ﷻ‬atau haq-haq manusia?
1) Imam Abu Hanifah berpendapat bahwasanya had termasuk haq-haq
Allah ‫ ﷻ‬dan pendapat ini menarik kesimpulan sebagai berukut:
a) Bahwasanya jika kasusnya sudah sampai kepada hakim maka had
tetap harus di tegakkan meskipun maqdzuf tidak menuntut.
b) Tidak gugur had dengan sebab maqdzuf memaafkan qodzif ,dan
qodzif bisa bertaubat kepada Allah ‫ ﷻ‬setelah di had.
c) Had menjadi setengah dengan sebab ia seorang hamba
sebagaimana zina.
2) Imam Syafi’i dan Imam Malik berpendapat bahwasanya had termasuk
haq-haq manusia. Pendapat ini menarik kesimpulan sebagai berikut:
a) Sesungguhnya hakim tidak akan menegakkan had kecuali atas
tuntutan maqdzuf.
b) Gugur had dengan sebab memaafkannya maqdzuf.
c) Jika maqdzuf meninggal sebelum di tegakan nya had maka di
wariskan kepada ahli warisnya dan apabila ahli warisnya
memaafkan maka gugur.
3) Sebagaian fuqoha berpendapat had termasuk haq-haq Allah ‫ﷻ‬
dan juga haq-haq manusia dan inilah pendapat yang paling rojih.
2. Hukum-hukum syariat yang terdapat dalam surat An-Nuur ayat 6.
a. Penjelasan mengenai hukuman bagi seorang suami yang menuduh
istrinya berbuat zina dan baginya tidak memiliki empat orang saksi yang
menguatkan persaksiannya, inilah yang disebut dengan Li’an.
b. Penjelasan mengenai tata cara li’an, dan ini mengharuskan untuk
ditegakkan hukuman, jika sang istri tidak mau menerima tuduhan itu,
yaitu bersumpah sebanyak empat kali sumpah. Kemudian pada sumpah
yang kelima, dia mendo’akan dirinya dengan mengatakan “Bahwa laknat
Allah ‫ ﷻ‬SWT atasnya (istri) jika suaminya itu termasuk orang-
orang yang benar”.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kesimpulan tafsir surat An-Nuur ayat 4-5.
a. Menuduh zina keatas orang yang terhormat/ muhshon itu adalah
termasuk dosa besar.
b. Menuduh seorang mukmin dengan qodzaf termasuk mencemarkan
namanya dengan keburukan dihadapan masyarakat.
c. Bagi seorang muslim hendaknya dia senantiasa menjaga kehormatan
saudaranya dengan cara menutupinya ketika saudaranya melakukan
kesalahan.
d. Bagi seorang yang sudah melakukan qodzaf harus mendatangkan empat
orang saksi laki-laki yang adil.
e. Hukuman yang didapat pada pelaku qodzaf ada tiga: hukuman fisik,
hukuman adab, dan hukuman agama. Ini menunjukan betapa besarnya
dosa seorang pelaku qodzaf.
f. Tidak boleh cepat menuduh seseorang hanya karena mendengar ataupun
prasangka saja.
g. Setiap had adalah penggugur dari kesalahan maka wajib kepada para
hakim untuk menegakkannya agar berlangsungnya hukum Allah ‫ﷻ‬
.
h. Bertaubat dan menyesal keatas kesalahan dapat membersihkan namanya
dari fasiq.
i. Ketika qodzif memperbaiki jalan hidupnya maka akan di terima kembali
persaksiannya.
j. Allah ‫ ﷻ‬Maha luas rahmatnya Maha Agung keutamaannya,
ketaatan tidak akan bermanfaat untuk Allah ‫ ﷻ‬dan kemaksiatan
tidak akan membahayakan Allah ‫ ﷻ‬, Dialah yang menghukum
orang dzolim.
2. Kesimpulan tafsir surat An-Nuur ayat 6.
a. Jika seorang suami menuduh istrinya berbuat zina dan dia tidak dapat
menghadirkan saksi, maka untuk menghindarkan dirinya dari hukuman
had dilakukan li’an, yiatu laki-laki itu mengucapkan sumpah sebanyak
empat kali dengan menyatakan bahwa dia adalah seorang yang benar.
Sumpah yang kelima dikatakannya, ”kutukan Allah ‫ ﷻ‬atasku jika
aku bukan seorang yang benar.”
b. Istri yang tertuduh melakukan zina, jika memang dia tidak
melakukannya, maka untuk membela dirinya, dia boleh mengucapkan
empat kali sumpah dengan menyatakan bahwa ia adalah orang yang
benar. Sumpah yang kelima dikatakanya,”murka Allah ‫ ﷻ‬atasku
jika aku bukan seorang yang benar”. 
c. Jika pihak suami menentang keterangan perempuan dan mengatakan
bahwa anak dari perempuan itu bukanlah anak darinya, melainkan anak
yang berasal dari orang lain, maka penolakan itu hendaklah dikatakan
dengan sumpah. Dengan demikian putuslah hubungan hubungan turunan
anak itu darinya dan tidak dibangsakan kepadanya lagi melainkan hanya
kepada ibu anak itu saja.

B. Saran
Sebagai seorang muslim hendaknya kita saling melindungi harkat dan
martabat manusia baik secara pribadi maupun kelompok. Kemudian tidak terburu-
buru dalam mengambil tindakan ketika mendengar kabar yang belum tentu jelas
kebenarannya. Apalagi kabar yang menyangkut tentang kehormatan saudara
muslim.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Asqalany, Imam Ibnu Hajar. (2008). Bulugul Maram Min Adillatil Ahkam.
Tasikmalaya: Pustaka al-Hidayah.

Ashobuni, Muhammad Ali. (2004). Tafsir Ayatul Ahkam. Libanon: Daru Ibnu
Ubait.

As-Suyuti, Jalaluddin. (2008). Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzuul. Depok:


Gema Insani.

Aziz, Amir Abd. (2008). Al-Fiqh Al-Jina’I, Palestin : Dar As-Salam.

Djazuli. (2017). Fiqh Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Islam).


Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Halim Hasan, Abdul. (2006). Tafsir Al-Ahkam. Jakarta: Kencana.

Jabir al-Jazari, Abu Bakar. (2008). Tafsir Al-Aisar. Jakarta: Darus Sunnah Pres.

Nurun, Fawaid. (2012). Sumpah Li’an.


http://fawaidnurun.blogspot.com/2012/11/sumpah-lian_25.html. Diunduh
pada 5 oktober 2020. Pukul 21.36.

Zainuddin Ali. (2007). Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika.

Anda mungkin juga menyukai