Anda di halaman 1dari 22

Isi Kandungan Q.S Al-Bayinah dan Q.

S Ad-Dhuha
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah

Al- Qur’an Hadits MI/SD

Dosen Pengampu : Dr. Siti Masyitoh M.Pd

Disusun oleh :
Nadya Nur Aulia Pertiwi 11150183000008
Nurhasanah 11150183000028
Dessyana Rachmatini 11150183000048
Amelya Razak 11150183000076

Kelas : PGMI 4A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H / 2017 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat,


sehingga atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta
salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya,
hingga mudah-mudahan sampai kepada kita selaku umatnya.
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas salah
satu mata kuliah Al-Qur’an Hadist MI/SD dengan judul makalah “Isi Kandungan
Q.S Al-Bayinah dan Q.S Ad-dhuha”. Diharapkan dengan dibuatnya makalah ini,
pembaca serta penyusun dapat lebih memahami tentang materi tersebut.
Penyusun menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
penyusun telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu, penyusun
menyampaikan permohonan maaf apabila dalam makalah ini terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sangat diperlukan untuk memperbaiki penulisan selanjutnya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penyusun dan pembacanya. Amin

Jakarta , 30 Mei 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................2
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Qur’an Surat Al- Bayinah
1. Surat Al-Bayinah dan arti ............................................................................... 3
2. Pengelanan terhadap Q.S Al-Bayinah ......................................................... 4
3. Tafsir Q.S Al-Bayinah ................................................................................... 5
2.2 Qur’an Surat Ad-Dhuha
4. Surat Ad-Dhuha dan arti ................................................................................. 8
5. Asbabul Nuzul Q.S Ad-Dhuha ..................................................................... 9
6. Tafsir Q.S Ad-Dhuha ................................................................................... 10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .......................................................................................... 18
B. Saran ............................................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Al-Qur’ān adalah kitab suci agama Islam.


Umat Islam percaya bahwa Al-Qur'an merupakan puncak dan penutup wahyu
Allah yang diperuntukkan bagi manusia, dan bagian dari rukun iman, yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, melalui
perantaraan Malaikat Jibril. Allah SWT menkhendaki pahala yang besar bagi
para pembeca dan pengamal Al-Qur’an. Dengan membacanya, kita akan
mendapatkan berbagai petunjuk atau pedoman dalam menjalankan kehidupan
kita, karena isi kandungan Al-Qur’an mencerminkan kehidupan kita di dunia
dan di akhirat.
Membaca tentu tidaklah cukup untuk mengambil intisari dalam Al-
Qur’an dan mengaplikasikannya dalam kehidupan, perlu adanya pengkajian
secara komprehensif. Oleh karena itu sangatlah penting bagi manusia untuk
memahami isi atau kandungan dari surat-surat yang ada dalam Al-Qur’an
secara subtansial. Pada kesempatan ini, penyusun mencoba mewujudkan tahap
pemahaman surat-surat Al-Qur’an dengan menyajikan tulisan mengenai dua
surat dalam Al-Qur’an, yang menurut penyusun sangat menarik untuk dikaji,
yakni Q.S Al-Bayinah dan Q.S Ad-Dhuha.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana bunyi bacaan Q.S Al-Bayinah dan artinya?
2. Bagaimana pengenalan terhadap Q.S Al-Bayinah?
3. Bagaimana tafsir dari Q.S Al-Bayinah?
4. Bagaimana bunyi bacaan Q.S Ad-Dhuha dan artinya?
5. Bagaimana asbabul nuzul Q.S Ad-Dhuha?
6. Bagiamana tafsir dari Q.S Ad-Dhuha?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui bunyi bacaan Q.S Al-Bayinah dan artinya
2. Mengetahui pengenalan terhadap Q.S AL-Bayinah
3. Mengetahui tafsir dari Q.S Al-Bayinah
4. Mengetahui bunyi bacaan Q.S Ad-Dhuha dan artinya
5. Mengetahui asbabul nuzul Q.S Ad-Dhuha
6. Mengetahui tafsir Q.S Ad-Dhuha

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Qur’an Surat Al-Bayinah


1. Surat Al-Bayinah dan Artinya

‫سورة البينة‬
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
)1( ُ‫ب َو ْال ُم ْش ِركِينَ ُم ْنفَكِينَ َحتَّى ت َأْتِ َي ُه ُم ْال َبيِنَة‬
ِ ‫لَ ْم َي ُك ِن الَّذِينَ َكفَ ُروا ِم ْن أ َ ْه ِل ْال ِكت َا‬
َ‫) َو َما تَفَ َّرقَ الَّذِين‬3( ٌ‫ب قَيِ َمة‬ ٌ ُ ‫) فِي َها ُكت‬2( ً ‫ط َّه َرة‬ َ ‫ص ُحفًا ُم‬ ُ ‫َّللاِ يَتْلُو‬
َّ َ‫سو ٌل ِمن‬ ُ ‫َر‬
َّ ‫) َو َما أ ُ ِم ُروا ِإ ََّّل ِل َي ْعبُدُوا‬4( ُ‫َاب ِإ ََّّل ِم ْن َب ْع ِد َما َجا َءتْ ُه ُم ْال َبيِنَة‬
َ‫َّللا‬ َ ‫أُوتُوا ْال ِكت‬
‫) إِ َّن‬5( ‫ِين ْالقَيِ َم ِة‬
ُ ‫الز َكاة َ َوذَ ِل َك د‬ َّ ‫صينَ لَهُ الدِينَ ُحنَفَا َء َويُ ِقي ُموا ال‬
َّ ‫ص ََلة َ َويُؤْ تُوا‬ ِ ‫ُم ْخ ِل‬
‫َار َج َهنَّ َم خَا ِلدِينَ فِي َها أُو َلئِ َك ُه ْم‬ِ ‫ب َو ْال ُم ْش ِركِينَ فِي ن‬ِ ‫الَّذِينَ َكفَ ُروا ِم ْن أ َ ْه ِل ْال ِكت َا‬
‫ت أُولَئِ َك ُه ْم َخي ُْر ْالبَ ِريَّ ِة‬ ِ ‫صا ِل َحا‬َّ ‫ع ِملُوا ال‬ َ ‫) إِ َّن الَّذِينَ آ َمنُوا َو‬6( ‫ش َُّر ْالبَ ِريَّ ِة‬
‫ار خَا ِلدِينَ فِي َها أَبَدًا‬ُ ‫عد ٍْن تَجْ ِري ِم ْن تَحْ تِ َها ْاْل َ ْن َه‬ َ ُ‫) َجزَ اؤُ ُه ْم ِع ْندَ َر ِب ِه ْم َجنَّات‬7(
)8( ُ‫ِي َربَّه‬ َ ‫ع ْنهُ ذَ ِل َك ِل َم ْن َخش‬
َ ‫ضوا‬ ُ ‫ع ْن ُه ْم َو َر‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ض‬
ِ ‫َر‬

Artinya:

1) orang-orang kafir Yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik


(mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya)
sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata
2) (yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan
lembaran-lembaran yang disucikan (Al Quran),
3) di dalamnya terdapat (isi) Kitab-Kitab yang lurus[1594].
4) dan tidaklah berpecah belah orang-orang yang didatangkan Al kitab
(kepada mereka) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti
yang nyata.
5) Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.

3
6) Sesungguhnya orang-orang yang kafir Yakni ahli kitab dan orang-
orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal
di dalamnya. mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.
7) Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
saleh, mereka itu adalah Sebaik-baik makhluk.
8) Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha
kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang
takut kepada Tuhannya.

[1594] Yang dimaksud dengan isi Kitab-Kitab yang Lurus


ialah isi Kitab-Kitab yang diturunkan kepada nabi-nabi seperti Taurat,
Zabur, dan Injil yang murni. [1595] Lurus berarti jauh dari syirik
(mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan.

2. Pengenalan terhadap Q.S Al- Bayinah

Surah ini diperselisihkan tentang masa turunnya, ada yang


menyatakan Makiyyah, yakni turun sebelum nabi Muhammad saw. hijrah
dan ada pula yang menyebutnya Madaniyah. Namanya yang diperkenalkan
oleh Nabi Muhammad saw. adalah surah “Lam Yakunilladziina Kafaruu”.
Sementara ulama mempersingkatnya dengan “Lam Yakun”. Ada juga yang
menamainya “Surah Al Bayyinah” seperti bunyi kata pada akhi ayat
pertama, atau surah “Al Qayyimah” seperti bunyi kata terakhir pada ayat
ketiga dan surah “Al Bariyyah” yang disebut dua kali dalam surah ini.
Nama lainnya adalah surah “Al Kitab”. 1 Hal ini sbegaimana disebutkan
dalam hadits Nabi Muhammad saw.:

ٍ ‫سلَّ َم ِْل ُبَي ِ ب ِْن َك ْع‬


َ‫ « ِإ َّن هللا‬:‫ب‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ قَا َل‬،‫ع ْن أَن ٍَس‬
َ ِ‫سو ُل هللا‬ َ
،»‫ «نَ َع ْم‬:‫س َّمانِي لَ َك؟ َقا َل‬ َ ‫ َو‬:‫ قَا َل‬،»‫علَي َْك لَ ْم يَ ُك ِن الَّذِينَ َكفَ ُروا‬
َ َ ‫أ َ َم َرنِي أ َ ْن أ َ ْق َرأ‬
.‫ فَ َب َكى‬:‫قَا َل‬

1
M. Quraish Shihab, Al-Lubaab,(Tangerang: Lentera Hati, 2012), h. 703.

4
Artinya:”Dari Anas ibn Malik ra. Beliau berrkata bahwasannya
Nabi Muhammad saw. bersabda kepada Ubai ibn Ka’b: sesungguhnya
Allah memerinthkan kepadaku untuk membacakan kepadamu Lam
Yakunilladziina Kafaruu. Lalu Ubai bertanya: apakah Dia menamainya
kepadamu Rasul? Lalu nabi mnejawab: ya. Kemudian Ubaipun menangis.”
(HR. Bukhari & Muslim)

Tema utama surah ini adalah uraian tentang risalah Nabi


Muhammad saw. kepada seluruh ahlul kitab, kaum musyrik bahkan
seluruh manusia. Dengan kata lain surah ini menegaskan keumuman atau
universal risalah atau ajaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw.

3. Tafsir Q.S Al- Bayinah

Pada permulaan surah Al Bayyinah ini disebut-sebut tentang situasi


sebelum islam, ahlul kitab dan musrikin Arab. Benar, mereka mengatakan
mereka diberitahu tentang kedatangan nabi islam saw. namun belakangan
ketika kitab sucinya (al Qur’an) diturunkan, keadaan berubah dan mereka
berselisih dalam gagasan mereka mengenal agama Allah. Ayat itu
mengatakan: dan tidaklah berpecah belah orang-orang yang didatangkan
Al kitab (kepada mereka) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti
yang nyata.

Dengan demikian, klaim para ahlul kitab dan orang-orang musyrik


yang meminta seorang Nabi (utusan Allah) dengan memabwa bukti yang
jelas untuk diakui, ternyata dusta. Sebab, ketika bukti nyata itu (yakni
islam) dan nabi yang ditunggu (yang seluruh kiteria sempurnanya ada pada
pibadi Muhammad) telah datang, mereka malah menolak mentah-mentah
agama silam dan melawan Nabi saw. kecuali sebagian kecil saja dari
mereka.

Ayat 1-5

Ayat-ayat awal surah ini menjelaskan bahwa orang-orang kafir


yang menutupi kebenaran , yakni ahlul kitab yaitu orang-orang Yahudi dan

5
Nasrani. Demikian juga orang musyrik yang mengatakan bahwa mereka
tidak akan meninggalkan agama dan kepercayaan mereka sebelum datang
kepada mereka bukti yang nyata, yaitu rasul yang dijanjikan Allah swt.
dan yang tercantum sifat-sifatnya dalam kitab suci kaum Yahudi dan
Nasrani.

Ayat kedua menjelaskan bahwa bukti yang nyata itu adalah


seorang rasul yang merupakan utusan Allah swt yakni Nabi Muhammad
saw. yang membacakan kepada mereka lembaran-lembaran yang
disucikan dari segala najis dan kekotoran immaterial seperti syirik dan
dosa dan yang di dalamnya terdapat ketetapan-ketetapan hukum yang
sangat lurus yang menjadi pedoman bagi kebahagiaan hidup pribadi dan
masyarakat di dunia dan akhirat.

Ayat ketiga yang berarti:” di dalamnya terdapat (isi) Kitab-Kitab


yang lurus”, menunjuk pada fakta bahwa kitab-kitab ini niscaya
mengandung peintah dan larangan yang lurus dan benar.oleh karena itu,
arti kitab di sini adalah apa yang tertulis atau ia berarti hukum-hukum yang
diturunkan oleh Allah swt. karena kitabat dalam bahasa Arab telah
digunakan dalam pengertian “menetapkan sebuah peintah” sebagaimana
tercantum dalam surah al Baqarah ayat 83 yang berarti: hai orang-orang
yang beriman! Puasa telah diwajibkan atas kamu sebagaimana telah
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu menjaga diri (dari
kejahatan). Adapun istilah Qayyimah berarti “lembut, lurus, benar, kuat,
kukuh, bernilai, berharga”.

Selanjutnya ayat 4 menegaskan bahwa yang lebih memperburuk


lagi sikap ahlul kitab dan kaum musyrik itu adalah mereka enggan percaya
serta berselisih satu sama lain, padahal mereka tidak diperintahkan kecuali
mengabdi kepada Allah yang Maha Esa. Sesuatu yang telah Allah tetapkan
hujjah kepada makhlukNya sehingga mereka berada dalam keterangan
yang jelas. Terhadap hujjah ini, tidak ada jalan lain bagi mereka, kecuali
harus mengikutinya. Mereka juga tidak boleh berbeda pendapat

6
(tentangnya).2 Jika mereka masih berbeda pendapat, perbedaan pendapat
inilah yang dicela oleh Allah swt. maka, jika seseorang bertanya, “mana

َ ‫ْال ِكت‬
dalilnya?” katakanlah bahwa Allah berfirman: ( ‫َاب‬ ‫َو َما تَفَ َّرقَ الَّذِينَ أُوتُوا‬
4( ُ‫) ِإ ََّّل ِم ْن بَ ْع ِد َما َجا َءتْ ُه ُم ْالبَ ِينَة‬ yang artinya “dan tidaklah berpecah belah
orang-orang yang didatangkan Al kitab (kepada mereka) melainkan
sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata.”

Ayat 6-8

Setelah ayat-ayat yang lalu menguraikan inti ajaran agama, sedang


sebelumnya telah diuraikan sikap kaum musyik dan ahlul kitab terhadap
ajaran agama itu, maka ayat-ayat di atas menjelaskan dampak buuk yang
dapat dialami oleh mereka yang menolaknya. Ayat 6 bagaikan menyatakan:
sesungguhnya orang-orang kafir, yaitu yang menutupi kebenaran agama
yakni ahlu kitab dari kelompok Yahudi dan Nasrani dan orang-orang
musyrik penduduk Mekkah dan semua yang menyekutukan Allah swt. bila
mereka berlanjut dalam kekufuran itu hingga mati tanpa bertaubat maka
semuanya akan masuk Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka
itulah seburuk-buruk makhluk.

Sebaliknya ayat 7 menegaskan bahwa orang-orang yang beriman


secara benar dan membuktikan kebenaran iman mereka dengan
menegrjakan ama-amal shaleh, mereka itulah yang sungguh tinggi
kedudukannya dan merupakan sebaik-baik mahkluk. Ayat 8 menegaskan
bahwa: balasan mereka di sisi Allah Pemelihara dan Pembimbing meeka
ialah surga-sirga Adn’ yang senantiasa mengalir di bawah pephonan dan
istana-istananya sungai-sungai.

2
Ahmad Musthafa al farran, Tafsir Imam Syafi’i,(Jakarta: Almahira, 2008), h. 675.

7
2.2 Qur’an Surat Ad-Dhuha
1. Surat Ad-Dhuha dan Artinya

Artinya :
1) Demi waktu duha (ketika matahari naik sepenggalah)
2) Dan demi malam apabila telah sunyi.
3) Tuhan-mu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula)
membencimu.
4) Dan sungguh, yang kemudian itu lebih baik bagimudaripada yang
permulaan.
5) Dan sungguh kelak Tuhan-mu pasti memberikan karunia-Nya
kepadamu, sehingga engkau menjadi puas.
6) Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia
melindungi(mu).
7) Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia
memberikan petunjuk.
8) Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia
memberikan kecukupan.
9) Maka terhadap anak yatim janganlah engkau berlaku sewenang-
wenang.

8
10) Dan terhadap orang yang meminta-minta, janganlah engkau
menghardiknya.
11) Dan terhadap nimat Tuhan-mu, hendaklah engkau nyatakan (dengan
bersyukur).

2. Asbabul Nuzul Q.S Ad-Dhuha

Banyak hadis telah dikutip perihal sebab turunnya surah ini.


Berikut ini salah satu sebab yang paling jelas:
Riwayat Ibnu Abbas mengatakan: 15 hari telah berlalu sejak
Rasulullah saw. menerima wahyu. Selama masa tersebut, kaum musyrikin
Mekkah mengejek Rasulullah saw. dengan mengatakan, bahwa Tuhan
Muhammad telah melupakan dan tidak senang kepadanya. Mereka
menambahkan, jika memang Muhammad benar akan misi Ilahiah, tentu
wahyu tidak akan berhenti turun kepadanya. Kemudian turunlah wahyu
berisikan 3ayat-ayat Ad-Dhuha, dan mengakhiri ejekan-ejekan mereka.
Sebuah penuturan lain dari sebuah hadis menyebutkan, bahwa
ketika surah ini turun Rasulullah saw berkata kepada sang utusan, Jibril
as “Engkau menunda-nunda sementara aku menanti untuk melihatmu.”
Jibril as menjawab, “Aku lebih tak sabar ketimbang engkau, tetapi aku
hanyalah hamba yang diutus dan tidak turun kecuali atas izin Tuhanku.”
Riwayat lain menyebutkan, sejumlah kaum Yahudi mendatangi
Nabi Muhammad saw. dan melontarkan beberapa pertanyaan mengenai
kisah Dzulqarnain dan pencipta ruh. Nabi saw. mengatakan, akan
memberitahukan jawaban kepada mereka pada hari berikutnya, namun
beliau tidak menambahkan kata Insya Allah dalam jawaban itu. Hal inilah
yang menjadi penyebab penghentian turunnya wahyu untuk waktu yang
cukup lama. Akibatnya, musuh-musuh mulai menyebarkan isu-isu dan
mencemooh beliau. Maka, Nabi SAW pun merasa sedih dan kesepian.
Tapi kemudian surah ini turun untuk menggembirakannya (sebab
turunnya ayat-ayat ini tidak sesuai sebab kelompok Yahudi ini,
pertemuan mereka dengan Nabi Saw, dan jenis pertanyaan yang diajukan
3
Allamah Kamal Faqih, Tafsir Nurul Quran, (Jakarta: Penerbit Al-Huda, 2006). h 132-133.

9
merupakan tipe atau jenis yang biasanya terjadi di Madinah, bukan di
Mekkah).
Sedangkan mengenai beberapa lama masa Nabi Saw menunggu
wahyu itu, tidak ada kesepakatan. Hadis-hadis yang menuturkan peristiwa
ini berbeda-beda menyebutkan waktunya. Sebagian menyebutkan 12 hari,
sebagian lagi 15 hari, 19 hari, 25 hari dan sebagian lain 40 hari. Sejumlah
hadis lain mengatakan, bahwa selang terhentnya wahyi itu hanya terjadi
sekitar 2-3 hari.

3. Tafsir Q.S Ad-Duha


Ayat 1-5

Dipermulaan surah ditemukan dua sumpah yang diambil atas


nama cahaya (pagi hari dan malam yang sunyi, “Demi cahaya yang
kemilau, dan demi malam apabila telah sunyi...”
Istilah duha berarti “Saat-saat permulaan di siang hari ketika
matahari menaik tinggi di langit dan cahayanya menyebar kemana-mana.
Sesungguhnya ini merupakan sebaik-sebaik waktu di siang hari.”
Istilah saja’ diturunkan dari sajw yang semula diartikan dengan
“tentram, damai”, dan digunakan pulal dalam pengertian “menutupi,
menjadi gelap.” Tapi disini ia mengacu pada pengertian “kedamaian dan
ketenangan “. Istilah lailatun sajiyah (malam yang senyap) dipakai untuk
saat malam ketika angin tidak berhembus. Sedangkan istilah bahrun saj
dalam bahasa arab digunakan untuk laut ketika badai dan gelombang
yang bergemuruh nyaris tidak nampak.
Ada suatu kesamaan dan hubungan dekat antara dua sumpah ini
dan kandungannya. Cahaya kemilau di siang hari sevara metaforis
menandakan turunnya wahyu kepada hati suci Rasulullah saw. Sedangkan
malam yang sunyi memberikan ketenangan atau kedamaian dibandingkan
di siang hari atau ketimbang periode penantian wahyu, dimana kadang-
kadang mengungkapkan hal ini menjadi penting dalam beberapa kasus.

10
Ayat berikutnya, menyusul dua sumpah besar ini, mengacu pada
kesimpulan dan respon dari sumpah-sumpah tersebut, yang berbunyi
Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada pula benci kepadamu...
Istilah wadda’a adalah turunan dari taudi’ yang bermakna
“meninggalkan”. Sedangkan istilah qala, yang didasarkan pada kata qila,
berarti “membenci dan memusuhi” Sementara turunan dari akar katanya
qalw, istilah ini berarti “melempar”.
Ar-Raghib percaya bahwa ayat-ayat ini merujuk pada satu hal,
sebab ketika seseorang membenci sesuatu itu artinya seolah-olah ia
membuang hatinya dan tidak mau menerimanya kembali.4
Bagaimanapun juga ayat ini memberikan gagasan, bahwa ada
jaminan khusus yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw. Artinya,
jika suatu masa ada saat-saat penantian, pastilah hal itu disebabkan oleh
alasan-alasan benar dimana hanya Allah yang mengetahuinya, dan tentu
saja Allah tidak akan pernah marah kepada utusanNya apalagi
meninggalkannya menghadapi hinaan-hinaan musuh-musuhnya.
Sebenarnyalah perhatian, kasih sayang dan perlindungan Allah senantiasa
menaungi dan mendukung setiap pesuruhNya.
Ayat selanjutnya mengatakan, Dan sesungguhnya akhir itu lebih
baik bagimu daripada permulaan.
Wahai Nabi! Engkau berada di bawah perhatian dan kasih
sayangNya di dunia ini dan engkau akan berada dalam kondisi yang lebih
baik di akhirat. Pendek kata, dihadapan Allah, engkau, wahai Nabi,
adalah kecintaan di dunia kini dan kesayangan di akhirat kelak.
Sebagian mufasir berpendapat bahwa kata-kata akhirat dan ula
merujuk pada paruh pertama dan terakhir kehidupan Nabi saw. Mereka
percaya ayat tersebut bermakna demikian: “wahai Nabi, engkau akan
lebih berhasil di paruh terakhir hayatmu ketimbang yang pertama”. Hal
ini merujuk pada perluasan dan pertumbuhan Islam ketika kaum muslim
setiap kali berhasil mememrangi musuh-musuh mereka, yang terjadi

4
Ibid, h, 133

11
susul-menyusul , dan kemudian cahaya Islam memupus gelap kekafiran
dan kemusyrikan di banyak tempat.
Menyatukan kedua tafsiran diatas adalah tidak mustahil.
Adapun pada ayat terakhir bagian pertama surah ini menyatakan bahwa
Allah menyampaikan kabar gembira yang sangat tinggi nilainya dengan
mengatakan, Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya
kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi ridha. Maknanya, Muhammad saw,
akan mengalahkan musuh-musuhnya di dunia ini dan Islam akan
berkembang luas keseluruh dunia. Sementara di akhirat beliau akan
diganjar dengan sebaik-baiknya ganjaran.
Sebuah hadis dari Imam Muhammad Baqir as, dari ayahnya,
Imam Ali Zain Al- Abidin as, dari pamannya, Muhammad bin Hanafiyah
dan dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as mengatakan, bahwa
Rasulullah saw. bersabda, “Pada hari perhitungan nanti aku akan tinggal
untuk memberi syafaat kepada para pendosa dari umatku sehingga Allah
akan berkata “Apakah engkau ridha, wahai Muhammad? dan aku akan
mengiyakannya dua kali”.5
Selanjutnya Amirul Mukminin Ali as berkata kepada sekelompok
penduduk Kufah (sebuah kota di Irak) dan mengimbuhkan “Apakah
engkau percaya bahwa ayat yang paling mengandung harapan dari Al-
Quran suci adalah ayat “Katakanlah (olehmu hai Muhammad!),’Hai
hamba-hambaku! Yang telah melampaui batas terhadap diri mereka
sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, Sesungguhnya
Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia Maha
Pengampun, Maha Penyayang.” (QS.az-Zumar 53) Mereka
mengiakannya bahwa mereka mengimaninya.
Kemudian beliau berkata lagi “Akan tetapi kami, Ahlulbait,
mengatakan bahwa ayat Al-Quran yang paling mengandung harapan
adalah , “Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu,
lalu (hati) kamu menjadi ridha.”.

5
Ibid, h.134

12
Tiada gunanya mengatakan bahwa syafaat Nabi Muhammad saw.
menuntut banyak syarat. Sebab, tentu saja beliau tidak akan memberikan
syafaat kepada sembarang orang dan tidak pula setiap pendosa dapat
memilki pengharapan terhadap syafaat tersebut. Setipa upaya yang
dilakukan oleh Rasulullah saw pastilah mengandung hikmah yakni
menjadikan umatnya senantiasa berjuang mengokohkan iman dan
beramal shaleh, bukan bermalasan dan terlena dalam kesesatan lantaran
iming-iming syafaat. Artinya, janji syafaat Rasulullah saw. itu semestinya
justru membawa manusia ke dalam kebaikan bukan sebaliknya.6

Ayat 6-11

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, kandungan surah ini


sebagian besar cenderung membahagiakan Nabi Muhammad SAW, juga
mengurai satu demi satu kemurahan Ilahiyah yang dilimpahkan
kepadanya. Melanjutkan maksud ayat-ayat sebelumnya yang
mengandung pengertian tersebut, ayat-ayat berikut ini dimulai dengan
menyebutkan tiga rahmat khusus dari karunia Allah SWT kepada hamba
terkasih-Nya itu.

Ayat ke- 6: Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim,


lalu Dia melindungimu.

Pengertian yang banyak dianut mengatakan bahwa Allah selalu


memberikan perlindungan terhadap Rasulullah semenjak beliau
dilahirkan, Ini adalah lanjutan bujukan Tuhan pada ayat sebelumnya,
bahwa Allah akan memberi karunia kepada beliau (Nabi Muhammad
SAW) sebanyak-banyaknya, sehingga beliau merasa ridha, senang
gembira. Selain itu, Allah juga mengingatkan bahwa sebelum nikmat
yang dijanjikan itu, banyak sekali nikmat yang Allah berikan sejak beliau
kecil.

Ayah beliau telah meninggal semasa beliau dalam kandungan


ibunya 2 bulan. Setelah lahir ke dunia, ibunya (yang bernama) Aminah
6
Ibid, h. 137

13
bintu Wahb meninggal, dan Rasulullah berada dalam penjagaan ibu yang
menyusukan beliau di desa Bani Sa’ad, yang bernama Halimatus-
Sa’diyah, sampai pulangnya ke Makkah dalam usia 4 tahun. Kemudian
ketika beliau berusia 6 tahun, beliau diasuh oleh kakeknya Abdul
Muthalib, dan akhirnya meninggal pula pada saat usia beliau delapan
tahun. Lalu beliau diasuh oleh pamannya, Abu Thalib.

Maka, paman beliaulah yang benar-benar melindunginya,


membelanya, meninggikan derajatnya, menghormatinya, dan terus
menolong dan melindunginya dari gangguan kaumnya, sampai akhirnya
Allah mengutus beliau sebagai seorang Rasulullah, dan usia beliau ketika
itu sudah empat puluh tahun. Demikianlah, namun Abu Thalib tetap
memeluk agama kaumnya, (berupa) penyembahan berhala. Semuanya itu
terjadi dengan takdir Allah dan bimbinganNya. Hal ini membuktikan
bahwa Allah selalu memberikan penjagaan dan bimbingan terhadapnya,
jelas sekali pada semuanya itu bahwa beliau tidak pernah lepas dari
pemeliharaan dan pengasuhan Allah.

Ayat ke- 7: Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung,


lalu Dia memberikan petunjuk.

Sejak masa muda belianya telah terlihat Rasulullah tidak


menyukai perbuatan-perbuatan kaumnya (kaum Quraisy) yang penuh
dengan kefahaman-kefahaman dan kepercayaan-kepercayaan yang kacau-
bilau, kelakuan-kelakuan yang sesat dan peraturan-peraturan yang
menyeleweng. Tetapi beliau bingung, tak tahu jalan, bagaimana
memperbaiki kebobrokan yang didapatinya dalam masyarakat ini.
Kemudian Allah memberi hidayat kepada beliau dengan agama-Nya yang
benar yang telah diwahyukan kepada beliau, dan dengan sebuah sistem
hidup yang menghubungkan engkau dengan-Nya. Selanjutnya,
diceritakan pula bahwa wahyu itu datang bertingkat-tingkat. Mulanya
berupa suatu mimpi yang benar, kemudian sebagai bunyi lonceng dan
datanglah malaikat membawa wahyu pertama di gua Hira’. Datangnya
wahyu sebagai hidayat daripada Allah tersebut, maka hilanglah

14
kebingungan beliau dan dapatlah beliau memimpin kaumnya dan bangsa
dunia seluruhnya.

Jelaslah, bahwa sebelum menerima misi kenabiannya,


Muhammad SAW tidak memiliki pancaran Illahi, namun kemudian Allah
membantu dan membimbingnya. Hidayat yang menyelamatkan manusia
dan kekacauan ‘aqidah dan kesesatannya merupakan ni’mat yang paling
agung yang tidak dapat ditandingi oleh ni’mat-ni’mat yang lain. Hidayat
itu memberikan kerehatan dan ketenteraman dari segala kegelisahan dan
kepenatan jiwa yang tiada tolok bandingnya. Ayat ini mungkin
diturunkan dengan sebab penderitaan jiwa yang dialami Rasulullah s.a.w.
semasa berlakunya keputusan wahyu, dan semasa Rasulullah s.a.w.
menerima berbagai-bagai cemuhan dan penghinaan dari kaum Musyrikin,
dan sewaktu beliau merasa sepi dari kekasih, lalu ayat ini turun untuk
mengingat dan menenangkan beliau bahawa Allah tidak akan
meninggalkannya dalam kebingungan, sebagaimana ia tidak
meninggalkannya sebelum ini dalam keadaan kebingungan dan tanpa
pedoman.

Ayat ke- 8: Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang


kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan

Dahulu Rasulullah adalah seorang yang miskin, lalu Allah


menjadikan seorang wanita saleh dan ikhlas (Khadijah) yang teratarik
perhatiannya kepada beliau, hingga ia (Khadijah) ikhlas memberikan
seluruh kekayaanya untuk Rasulullah guna dibelanjakan dalam mencapai
tujuan-tujuan yang agung dan suci di jalan Islam. Kemudian Allah pun
membukakan jalan bagi Rasulullah untuk mencapai kejayaan yang
demikian melimpah melalui perang-perang, memudahkan Rasul untuk
menjadi mandiri dalam memperoleh tujuan-tujuan besarnya. Hingga
Rasulullah terselamat dari perasaan merasa miskin dan dari perasaan
ingin berangan-angan untuk mendapat kekayaan yang wujud di sekeliling
beliau.

15
Ayat ke- 9: Adapun terhadap anak yatim, maka janganlah kamu
berlaku sewenang-wenang

Ayat ini adalah perintah pertama Allah kepada Rasulullah yang


sekaligus mencerminkan diri Rasul sendiri yang merupakan anak yatim.
Pada ayat ini Allah mengingatkan dan menjelaskan bahwa sebagaimana
dahulu Nabi Muhammad adalah seorang yatim yang tidak memiliki ayah,
Allah selalu memberikan perlindungan dan penjagaan terhadap beliau.
Maka Allah memerintahkan Rasul agar tidak berlaku sewenang-wenang
atau menzhalimi anak yatim, merasa ‘jijik’ dengan kehadirannya, dan
menghardik atau membentaknya. Allah memberikan arahan agar kita
selalu memuliakannya (anak yatim), memberikan sesuatu yang kita miliki
dan bermu’amalahlah kepadanya dengan sebaik-baiknya, sebagaimana
kita bermu’amalah dengan anak-anak kita.

Ayat ke- 10: Dan terhadap orang yang minta-minta, maka


janganlah kamu menghardiknya.

Ayat ini adalah perintah kedua Allah kepada Rasulullah yang


sekaligus mencerminkan diri Rasul sendiri yang pernah berada dalam fase
bingung dan ‘tersesat’. Pada ayat ini Allah mengingatkan dan
menjelaskan bahwa sebagaimana dahulu Nabi Muhammad tersesat dan
tidak memahami apapun, lalu Allah memberikan petunjuk, maka kita
tidak boleh menghardik dan menolak dengan keras orang yang meminta-
minta. Bahkan berilah sesuatu yang mudah untuk diberikan kepadanya.
Atau jika tidak, maka tolaklah dengan baik, lemah-lembut, dan dengan
akhlak yang baik. Hal ini, mencakup orang yang meminta harta ataupun
ilmu. Hal ini jelas mengemukakan bahwa Allah memerintahkan Rasul
agar selalu menanggapi secara positif orang-orang yang mengajukan
permintaan dari tipe (peminta-minta) manapun. Gagasan ini sesuai
dengan petunjuk Ilahiyah kepada Nabi SAW yang telah melindunginya
sebagai seorang anak yatim. Oleh karenanya, seorang guru dituntut untuk
berperangai mulia dan berakhlak baik terhadap anak didiknya. Ia dituntut
untuk memuliakan dan mengasihi muridnya.

16
Ayat ke- 11: Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah
kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)

Ayat ini adalah perintah ketiga Allah kepada Rasulullah yang


sekaligus mencerminkan diri Rasul sendiri yang dahulu adalah fakir dan
membutuhkan pertolongan orang lain, lalu Allah pun mencukupkannya.
Maka Allah memerintahkan beliau agar selalu bersyukur kepadaNya
dengan menyebut-nyebut kenikmatan-kenikmatan Allah yang mencakup
kenikmatan di dunia maupun kenikmatan di akhirat, yang telah Ia
karuniakan kepada beliau jika terdapat padanya kemaslahatan. Dan jika
tidak ada maslahatnya, maka Allah memerintahkan agar menyebutkan
kenikmatan-kenikmatan Rabb-mu secara mutlak. Karena menyebut-
nyebut kenikmatan-kenikmatan Allah akan mengundang rasa syukur
seorang mu’min, dan membuahkan bertambahnya rasa cinta dalam
hatinya kepada Rabb-nya yang telah memberinya kenikmatan tersebut.
Karena hati seseorang terfitrahkan mencintai orang yang berbuat baik
kepadanya.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesmpulan
Surat Al Bayyinah merupakan surat yang ke 98 dalam Al Quran.
Diturunkan sesudah surat At Talaq. Surat ini termasuk dalam golongan
surat Madaniyyah, yaitu turun setelah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah.
Terdiri dari 8 ayat. Kata Al Bayyinah diambil dari ayat pertama dalam
surat ini, artinya bukti yang nyata. Tema utama surah ini adalah uraian
tentang risalah Nabi Muhammad saw kepada seluruh ahlul kitab, kaum
musyrik bahkan seluruh manusia. Dengan kata lain surah ini menegaskan
keumuman atau universal risalah atau ajaran yang disampaikan oleh Nabi
Muhammad saw.
Surah Ad-Duha adalah surah ke-93 dalam al-Qur'an dan terdiri
atas 11 ayat. Surah ini termasuk golongan surah Makkiyah dan diturunkan
sesudah surah Al-Fajr. Nama Adh Dhuhaa diambil dari kata yang terdapat
pada ayat pertama, yang artinya "waktu matahari sepenggalahan naik".
Surat Adh Dhuhaa, menerangkan tentang pemeliharaan Allah SWT
terhadap Nabi Muhammad SAW dengan cara yang tak putus-putusnya,
selain itu berisi 3 perintah, yakni larangan berbuat buruk terhadap anak
yatim, menolong orang yang meminta-minta dan mensyukuri segala
nikmat yang diterima.

B. Saran
Kami sebagai penyusun makalah ini berharap agar seluruh
pembaca mampu mengkaji makalah ini secara utuh dan menerapkan
maksud kandungan dari kedua surat di atas dalam kehidupan sehari-hari.
Selain memahmi dan mengaplikasikan dalam kehidupan pribadi, kami
berharap kita semua dapat membagikan ilmu yang ada di dalam makalah
ini kepada yang lain, sehingga makalah ini menjadi bermanfaat.

18
DAFTAR PUSTAKA

Shihab, M. Quraish, 2012, Al-Lubaab,Tangerang: Lentera Hati


Faqih, Allamah Kamal, 2006, Tafsir Nurul Quran, Jakarta: Penerbit Al-
Huda
Al farran, Ahmad Musthafa, 2008, Tafsir Imam Syafi’i, Jakarta: Almahira

19

Anda mungkin juga menyukai