Anda di halaman 1dari 5

A.

Biografi Theodor Noldeke


Tokoh Orientalis yang bermana lengkapnya Theodor Noldeke lahir pada 2 maret 1837 di Kota Harburg,
Jerman, sejak 1977 masuk ke dalam wilayah Hamburg, Jerman. Dan Noldeke berasal dari keluarga yang
berpendidikan bagi anak-anak beliau. Ayah-Nya adalah seorang wakil kepala sekolah menengah di Hamburg,
kemudian diangkat menjadi pengawas sekolah menengah di Kota Lingen sejak tahun 1849-1866 M. Di Kota Lingen
inilah pada tahun 1849-1853 M, Theodor Noldeke mempersiapkan diri untuk memasuki pendidikan tinggi di bawah
arahan ayahnya, dengan mempelajari sastra klasik, Yunani dan Latin.
Namun akhirnya dia tertarik pada kajian bahasa-bahasa Semit. Di antara alasannya adalah ketika Theodor
Noldeke hendak masuk Universitas Gonttingen pada tahun 1853, ayahnya menitipkan kepada sahabatnya, H.
Ewald, pakar bahasa-bahasa Semit, terutama bahasa Ibrani. H. Ewald kemudian mengarahkan Theodor Noldeke
agar terlebih dahulu menekuni dua bahasa Semit, yaitu Arab dan Persia beserta sastranya. 1
Kemudian Theodor Noldeke belajar bahasa Suryani dan Aramiah kepada H. Ewald untuk memahami kitab suci,
dan kepada Berteau beliau belajar bahasa Aramiah yang dipelajari Theodor Noldeke di universitas, sedangkan
dialek-dialek bahasa Aramiah lainnya dipelajari sendiri. Dan belajar bahasa Sansekerta Kepada Benfay yang
kemudian di teruskan di Universitas Kiel, saat menjadi profesor di Universitas tersebut (1864-1872).
Ketika duduk sebagai mahasiswa, Theodor Noldeke sudah mulai mempelajari bahasa Turki dan Persia. Dia
memperoleh gelar sarjana tingkat pertamanya pada tahun 1856 dengan mengajukan risalah judul “Tarikh
alQurʻān”, yang kelak digeluti Theodor Noldeke secara total. Dua tahun kemudian pada tahun 1858, Akademi Paris
mengumumkan pemberian hadiah bagi penelitian tentang sejarah al-Qur`an. Kesempatan ini tidak dilewatkan
begitu saja oleh Theodor Noldeke, ia segera mengajukan hasil penelitiannya tentang sejarah al-Qur`an. Akhirnya,
bersama dengan dua rekan lainnnya, yaitu Sprenger (w. 1893 M) dan Mitchelle Amari (w. 1889 M), masing-masing
mendapatkan 1.333 lebih Franc Prancis. Dua tahun setelah itu, tahun 1860 Theodor Noldeke dengan dibantu oleh
muridnya Friedrich Schwally (w. 1919 M), menerbitkan karangannya yang ditulis dalam bahasa Latin ke dalam
bahasa Jerman, dengan beberapa tambahan yang sangat luar, yang diberi judul “ Geschichte Des Qorans”. 2
Theodor Noldeke meraih gelar sarjana tingkat pertama pada usianya yang ke-20 tahun, setelah itu beliau mulai
mengadakan berbagai penelitian di luar Jerman. Pertama Theodor Noldeke pergi ke Wina dan menetap disana
selama satu tahun (1856-1857 M) untuk mempelajari dan meneliti manuskrip-manuskrip yang tersimpan di
perpustakaan Wina. Pada saat itu, Theodor Noldeke juga memperdalam bahasa Persia dan Turki dengan
membaca syair-syair sufistik yang ditulis oleh penyair besar Persia, seperti seperti Sa'di dan Fariduddin ath-Thaar.
Hampir setahun di Wina (Austria), Theodor Noldeke pindah ke Leiden (Belanda), dari tahun 1857 di musim dingin
sampai tahun 1858 di musim semi. Di sinilah Theodor Noldeke menjumpai manuskrip-manuskrip Arab yang amat
banyak, sekaligus para Orientalis yang sangat mumpuni, seperti Anne Dozy (w. 1883 M), T. W. Juynboll (w. 1861
M), Mattys de Vries, dan Kuenen. Kepada mereka-lah Theodor Noldeke menjalin hubungan persahabatan yang
amat erat dan belajar membaca manuskripmanuskrip Arab dan Turki selama satu setengah tahun (hingga 2
September 1860 M) yang sangat bermutu. Beliau belajar dan membaca manuskripmanuskrip dari mereka (guru).
Beliau juga berkenalan dengan tokoh-tokoh Orientalis seperti M. Jan de Goejo (w. 1909 M), de Jong, dan
Engelmann. Muridnya yakni Christian Snouck Hurgronje (w. 1936 M), Charles Cutler Torrey (w. 1956 M), dan
Friedrich Zacharias Schwally (w. 1919 M).3
Tidak berhenti belajar beliau di Leiden, Noldeke kembali pulang ke Jerman, tetapi beliau tidak pulang kampung,
melainkan melanjutkan penelitian di Goeta (Jerman) dan menetap disana selama satu bulan. Pada 26 April 1858,
Noldeke kembali melanjutkan perlawatan-Nya ke Berlin untuk kembali bersentuhan dengan manuskrip-manuskrip. 4
Dari Berlin, Jerman, pada 2 September 1860, Theodor Noldeke meneruskan lawatannya ke Roma, Italia dan
berada disana selama tiga bulan. Lawatannya ke Roma merupakan satu-satunya tujuan perjalanan Theodor
Noldeke ke Iura, Jerman, selain ke Wina, Leiden dan Inggris. Yang amat mengherankan, Theodor Noldeke justru
tidak pernah mengunjungi negeri-negeri Arab dan Islam, meskipun hampir seluruh kajian ilmiah berkisar tentang
bahasa, sastra, sejarah dan geografi negara-negara Arab dan Islam.5
Sekembalinya dari Italia, Theodor Noldeke ditunjuk sebagi asisten pengelola perpustakaan Gottingen, Desember
1860 hingga Januari 1862. Sejak tahun 1861, Noldeke sudah ditugaskan menjadi asisten dosen di Universitas
Gottingen. Oleh H. Ewald, Theodor Noldeke dibebani tugas untuk mengajarkan tafsir dan tata bahasa Arab, setelah
itu Theodor Noldeke diberi tugas mengajarkan tafsir-tafsir Kitab Suci Perjanjian Lama. 6
Pada tahun 1861, beliau menyampaikan kuliah di universitas di Göttingen dan diangkat diangkat menjadi asisten
dosen. Selain itu, H. Ewald gurunya juga memberikan kepercayaan kepadanya untuk mengajarkan tafsir dan tata

1
Abdurahman Badawi, Ensiklopedi Tokoh Orientalis (Yogyakarta: PT. LkiS Printing Cemerlang, 2012).
2
Ibid.
3
Wan Mohammad Ubaidillah bin Wan Abas, “Wahyu menurut Noldeke: Analisis Terhadap Isu Kenabian Muhammmad dalam karya Geschichte des Qorans,” Jurnal International Journal on Quranic Research (2012).
4
Kurdi Kurdi, “PANDANGAN ORIENTALIS TERHADAP AL-QUR’AN (‘Teori Pengaruh’ Al-Qur’an Theodor Nöldeke),” RELIGIA, vol.14, no. 2 (3 Oktober 2017), diakses 28 Juli 2022, http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Religia/article/view/89.
5
Bisri Musthofa, “SERANGAN NOLDEKA TERHADAP AUTENTISITAS AL-QUR’AN,” El-HARAKAH (TERAKREDITASI), vol.8, no. 1 (8 Desember 2008): 97.
6
Ibid.
bahasa Arab. Pada saat itu, beliau juga mengajarkan kajian syair-syair klasik kepada para mahasiswanya dengan
menggunakan bahan-bahan yang pernah disalinnya dahulu dari beberapa manuskrip di Kota Wina, Leiden, Goeta,
dan Berlin. Setelah itu, Noldeke pun mulai menulis dan mengumpulkan kajian tersebut dalam sebuah karya yang
berjudul "Beitrage Zur Kanntnis der Poesie der Alten Araber".
Setelah itu Noldeke melakukan penelitian mengenai tata bahasa Arab, perbandingan tata bahasa, dan bahasa-
bahasa Semit yang terdapat dalam dua bukunya dengan judul Zur Grammatik des Klassichen Arabish (1897) dan
Neue Beitrage zur Semitischen Sprachkunde (1911).
Tiga tahun kemudian, beliau dilantik menjadi extraordinary professor. Pada tahun 1868 beliau menjadi profesor di
Universitas Kiel dan pada tahun 1872 dipilih untuk menyandang kursi bahasa-bahasa timur atau Semitik (the Chair
of Oriental languages) di Universitas Strassburg. Beliau menjadi profesor Jerman pertama setelah Alsace-Lorraine
berjaya diambil semula dari perancis. Pada tahun 1906 setelah berkhidmat lebih daripada 30 tahun.
Pada tahun 1864-1872, Theodor Noldeke ditunjuk sebagai guru besar bahasa-bahasa Semit di Universitas Kiel.
Pada musim semi tahun 1872, dia diangkat menjadi Guru Besar di Universitas Strassburg hingga tahun 1920.
Pada musim bunga tahun 1920, Theodor Noldeke pindah ke Kota Karlsruhe, kawasan Rien, Jerman atas, tinggal di
rumah anaknya yang Theodor Noldeke dikaruniai sepuluh anak putra putra-putri. 7 Pada 25 Desember 1930,
Theodor Noldeke meninggal dunia di Karlsruhe, Jerman dengan berusia 94 tahun.
B. Karya-Karya dan Pemikiran Theodor Noldeke
1. Karya-Karya Theodor Noldeke
Ia banyak menerbitkan sejumlah buku, artikel, dan Theodor Noldeke telah banyak menghasilkan banyak karya
dalam berbagai bidang, baik tafsir, sejarah Islam dan bahasa, maupun akidah dengan menggunakan bahasa yang
ia kuasai. Hasil karya kreatifnya diantaranya: 8
1) Geschichte Des Qorans (The History of Qur`an),
Buku ini diterbitkan di Kota Gottingen, dan dari karya tulis inilah Theodor Noldeke berada dalam deretan
tokoh-tokoh Orientalis terkemuka.9 Dalam buku ini, Noldeke mengkaji al-Quran dari sisi sejarah teks,
penulisan, variasi bacaan, dan hal-hal yang terkait dengan mushaf Utsmani.10
Geschichte des Qorans adalah tesis asli milik Noldeke, yang diserahkan pada tahun 1860 di Universitas
Gottingen. Buku ini dikuatkan dengan begitu banyak dokumen yang dijadikan footnote, yang jumlahnya lebih
dari 3.100. Dengan adanya buku tersebut, Noldeke dinobatkan menjadi sarjana terbaik. Dalam penulisan buku
tersebut, Noldeke tidak lepas dari pengaruh pemikiran dari 3 tokoh, yaitu: Alfred Guillaume, sesorang yang
pada tahun 1955 itu dipertimbangkan Noldeke sebagai sesorang yang dibutuhkan untuk studi kritisnya. Regis
Blachere dan Wlliam Montgomery Watt, yang keduanya terkadang menjadi guru penerjemah di Toronto.
2) Sketches from Eastern History (1892)
Yang artinya “Sketsa dari Sejarah Timur” (1892). Jumlah halaman: 116 halaman, Penerbit: Create Space
Independent Publishing Platform (2017), Bahasa: Inggris, ISBN-10: 1546981268, ISBN-13: 978- 1546981268.
3) Uber d Mundart Mandaer von Theodor Noldeke
Jumlah halaman: 170 halaman. Penerbit: Ulan Press (2012). Bahasa: Jerman. ASIN: B009QLPYD2.
4) Des Leben Mohammads Beitrage zur Kentmiss der Poesie der Alten Araber
Jumlah halaman: 210 halaman, Penerbit: Forgotten Books (2018), Bahasa: Jerman, ISBN-10: 1527627535,
ISBN-13: 978-152762753613.
5) Sketches from Eastern History (Skizzen aus der östlichen Geschichte)
Jumlah halaman: 116 halaman, Penerbit: CreateSpace Independent Publishing Platform (2017), Bahasa:
Inggris, ISBN-10: 1546981268, ISBN-13: 978-1546981268.
6) Compendious Syriac Grammar (Kompendente Syrissche Grammatik)
7) Assyrios Syrios Syros, 8)Tarikh al-Qur`ān, 9)A life of Muḥammad (1863), 10)The Qurʻan: An Introductory
Essay,
12) The History and Cilivizations of Islam,
13) Geschichte der Perser und Araber zur Zeit der Sasaniden (1879), Yang artinya “Sejarah Persia dan Arab di
periode Sasanid”.
14) Mandäische Grammatik (1874),
Hasil terjemahan tentang Thabari pada (1881-1882), menunjukkan bahwa dia adalah seorang ahli kajian Ke-
Islaman,
15) Die Gedichte des Urwa bin Alward,
16) Geschichte der Pesser und Araber zur,
17) Zeit der Sasaniden,
18) Die Semitischte Sprachthen Das iranische Nationalepos,

7
Abdurahman Badawi, Ensiklopedi Tokoh Orientalis.
8
Wan Mohammad Ubaidillah bin Wan Abas, “Wahyu menurut Noldeke: Analisis Terhadap Isu Kenabian Muhammmad dalam karya Geschichte des Qorans.”
9
Kurdi, “PANDANGAN ORIENTALIS TERHADAP AL-QUR’AN (‘Teori Pengaruh’ Al-Qur’an Theodor Nöldeke).”
10
Al Makin, Antara Barat dan Timur: Batasan, Dominasi, Relasi dan Globalisasi (Jakarta: Antara Barat dan Timur: Batasan, Dominasi, Relasi dan Globalisasi, 2015).
19) Funt Moʻallakat,
20) Neue Beitrage zur Semitischen sprachkunde,
21) Orientalische Skizzen,
22) The History and civilization of Islam,
23) Grammatik der neusyrischen Sprache,
24) Semit Sprachwissenschaf,
25) Neuc Beitrage zur Semit,
Dan masih banyak beliau menulis artikel (Jurnal) yang dimuatkan dalam majalah Zeitschrift der Deutschen
Morgenlandischen Gesselschaft dan majalah-majalah yang lainnya.11
2. Pemikiran Theodor Noldeke
Pendekatan yang dilakukan oleh Theodor Noldeke melakukan suatu analisis pada al-Qur`an adalah pendekatan
Historisme dengan melihat nilai atau arti pada suatu konteks sejarah. Menurut Meinecke, bahwa pendekatan beliau
yaitu meminjam teori ini melakukan tradisi, adat, bahasa yang bisa dikaitkan bahwa asal-usul al-Qurʽan, merupakan
bukan transender realitas yang tidak dijangkau, akan tetapi juga berasal dari sublimasi sosial dan psikologi
manusia.12 Lalu bagaimana metodologi pemikiran Noldeke dalam memahami al-Qurʽan? Bisa dilihat di bawah tabel
tersebut.
Theodor Noldeke menggunakan Pendekatan Kritik Sumber (sources
criticism), yaitu menganalisis secara kritis mengenai kisah-kisah Al-
Qur`an, lalu membandingkan dengan sumber pada kitab Yahudi-Nasrani
Pendekatan
dan Analisis Filologis (philological study), yaitu aplikasi pada menelisik
istilah-istilah dengan al-Qur`an, lalu membandingkan dengan sumber
pada kitab Yahudi-Nasrani.
Theodor Noldeke menggunakan Metode Kritis Historis (historical
criticism). Pendekatan ini menitikberatkan pada data yang berisi
Metode membandingkan antara sejarah dan legenda, antara fakta dan fiksi,
antara realitas dan mitos. Pendekatan tersebut digunakan untuk
mengkaji Studi Bibel (biblical studies).
Pertama: Melacak dan menemukan secara kritis asal muasal al-Qur`an.
Kedua: Menjadikan karya beliau sebagai model kajian kritis al-Qur`an
Analisis
dengan menggunakan analisis kritik bibel berupa historis-kritis. Ketiga:
Merekontruksi sejarah teks al-Qurʽan.13
C. Pendekatan Orientalis dan Mengenal Buku Theodor Noldeke (Geschichte Des Qorans)
1. Pendekatan Orientalis
Banyak metode yang digunakan Sarjana Barat dalam studi Islam untuk melakukan dialog konstruktif. Ada
beberapa metodologi pendekatan yang digunakan oleh Orientalis dalam studi al-Qur`an, yaitu pendekatan filologis
(teks), pendekatan kritik sejarah (historis), dan pendekatan fenomenologis (ontologis).
a) Pendekatan Filologis (Teks)
Pendekatan filologi yakni metode penelitian yang berdasarkan analisis pada teks, (berupa karya sastra, dokumen
arsip, dan teks kitab suci). Analisis ini berupa hasil bacaan, perbandingan berbagai teks atau variasi teks,
penerapan kritik teks, ataupun penyelidikan mengenai asal- usul teks itu. Pendekatan ini terdiri dari beberapa
tahapan: Pertama: Penelitian kritik nilai naskah tersebut (textual criticism). Kedua: Dalam bentuk karya tulis
terebut (form criticism). Ketiga: Penelusuran hasil sumber karya tersebut (source criticism).
Pendekatan ini adalah penelusuran dan pengumpulan sumber rujukan asal, yaitu dengan mencari tulisan tangan
berupa manuskrip-manuskrip dari berbagai versi, dan meneliti otentisitasnya, serta menilai otoritasnya dan
kemudian membuat edisi kritisnya (Syarifuddin, 2012: 42)
Pendekatan ini dipergunakan oleh Richard Bell, selain beliau ada John Wansbrough, Theodor Noldeke, Blachere,
Gustav Weil dan Scwally dalam kajian formasi sastra dan kronologi al-Qur’an.
b) Pendekatan Historisme (Kritik Sejarah)
Dalam studi al-Qur’an, Pendekatan Kritis Historis (historical criticism). Pendekatan ini menitikberatkan pada data
yang berisi kebenaran informasi yang mengandung perbandingan antara sejarah dan legenda, antara fakta dan
fiksi, dan antara realitas dan mitos.
Pendekatan Historisme yaitu bahwa Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi yang menyerupakan terhadap ajaran
tentang Nabi dalam kitab Taurat dan Injil dan wahyu yang disampaikan atas inspirasinya berdasarkan kondisi
lingkungan dan kitab suci sebelumnya. 14

11
A. Muin Umar, Orientalisme dan studi tentang Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1978).
12
Fahruddin Faiz, Hermeneutika al-Qur`an (tema-tema kontoversial) (Yogyakarta: Kalimedia, 2015).
13
Muzayyin, “Tesis Pendekatan Historis-Kritis dalam Studi al-Qur`an, (Studi Komparatif terhadap Pemikiran Theodor Noldeke & Arhur Jeffery)” (Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2015).
14
Muhammad Shaleh, , Religious Studies, Problem Hubungan Islam Barat Kajian Atas Pemikiran, Karel A. Steenbrink (Yogyakarta: Blukar, 2003).
Diantaranya tokoh tersebut adalah Maximen Rodinson. Tor Andrae, A. Juffery, Willian Muir, D.B. Macdonald,
A.Guillaume, Richard Bell, A.T. Welch, A.I. Katsh, W. Montgomery Watt, J. Wansbrough dan salah satu tokoh
dibahas skripsi tersebut adalah Theodor Noldeke. 15
Pendekatan Fenomenologis (Ontologis) Pendekatan tersebut adalah pendekatan yang menggabungkan dua
pendekatan sebelumnya yang pernah digunakan oleh W. M. Watt yang terbuka, melalui pendekatan tersebut,
Richard Bell dan juga muridnya melihat al-Qur`an memiliki kegandaan. Watt, menilai bahwa al-Qur`an
merupakan Firman Allah, akan tetapi diciptakan melalui pengalaman pribadi dari Nabi SAW, ia juga
menganologikan fenomena kewahyuan Nabi Muhammad SAW dengan konsep agama beliau (Kristen) 16
Fenomenologi empiris masa-masa awal tidak sama dengan fenomenologi agama klasik yang berkembang pada
paruh pertama di abad ke-20 dan mungkin banyak dikenal melalui karya Belanda Garardus van der Leew.
Pendekatan ini pada dasarnya murni lahir dari Islam sendiri.
Pendekatan tersebut adalah bukan bawaan dari Barat, melainkan murni dari metodologi Islam itu sendiri.
Pendekatan tersebut tidak timbulnya perseteruan dalam penerapan metodologi barat, sekalipun mereka
mengelaborasi metodologi barat. Seperti karya Louis Massignon dalam al-Ḥallāj al-Ṣūfī al-Syahīd fī Islām ketika
beliau menjadikan figur Abu Mansur al-Hallaj, (Abad ke-2 dan 3 H) sebagai “guru spiritualitas beliau”. Beliau tidak
suka dengan budaya hedonisme dan materalisme Barat yang menemukan kedamaian dalam sosok spritualitas
al-Hallaj.
2. Mengenal Buku Theodor Noldeke (Geschichte Des Qorans)
Dari berbagai pendekatan di atas, Noldeke menggunakan pendekatan kritis historis dengan mengaplikasikan
pendekatan tersebut dalam karya beliau yakni “Geschicte des Qorans” (The History of Qur`an) dalam edisi
bahasa Arab berjudul “Tārīkh al-Qur`an”. Theodor Noldeke menyimpulkan bahwa wahyu dalam al-Qur`an
bersumber dari ajaran sebelumnya. Pendekatan serupa banyak digunakan oleh Orientalis, hasilnya dapat
disaksikan dalam karya yang terkemuka, seperti T.J. De Boer dalam karyanya “Tārīkh al-Falsafah fī al-Islām”.
Beliau menyebutkan dalam karyanya bahwa filsafat Islam berasal dari helenistik filsafat Yunani. 17
Penulis membahas pandangan Theodor Noldeke tentang al-Qur`an yang diturunkan oleh Nabi Muhammad
SAW bersangkutan dengan buku Geschichte Des Qorans karya Theodor Noldeke sebab di dalam buku
membahas tentang al-Qurʽan yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Maka dari itu penulis sedikit
mengulang tentang karya Theodor Noldeke dalam bukunya Geschichte Des Qorans.
Pada awalnya buku Geschichte Des Qorans ditulis sendiri oleh Theodor Noldeke sebagai kajian tesisnya.
Kemudian dikembangkan oleh Schwally, Bergsträsser, dan Otto Pretzl yang ditulis selama 68 tahun sejak
edisi pertama. Sehingga, karya tersebut dengan judul Geschichte des Qorans dianggap sebagai karya
standar buat para Orientalis, khususnya bagi untuk meneliti sejarah secara kritis dalam penyusunan al-
Qur`an.
Karya ini merupakan tesis kedoktoran yang beliau kemukakan kepada Universitas Göttingen pada 1856.
Beliau ditulis dalam bahasa Latin. Ketika itu umurnya 20 tahun. Pada tahun 1858, tesis tersebut, beliau
mempertandingkan karya beliau French Académie des Inscriptionset Belles-Lettres dan menang karya beliau.
Beliau menulis semula karya itu ke dalam bahasa Jerman dan diterbitkan dengan beberapa penambahan di
Göttingen pada tahun 1860.
Hadiah yang ditawarkan sekitar 1.333 lebih Franc Prancis, beliau menjadikan sebagai motivasi awal dalam
mengikutsertakan karya beliau dalam lomba penulisan artikel (jurnal) yang diadakan oleh Akademi Inskripsi
dan Sastra Paris. Beliau juga memiliki motivasi akademik yang tinggi, terbukti dua tahun setelahnya. Pada
tahun 1860, Noldeke dibantu oleh muridnya Schwally berhasil menerbitkan karangannya yang ditulis dalam
menggunakan bahasa Latin ke dalam bahasa Jerman, yang diberi judul kitab tersebut yaitu Geschichte des
Qorans. Perlombaan mengenai penelitian sejarah al-Quran ini menjadi salah satu motivasi Theodor Noldeke
untuk meneliti al-Qur`an lebih lanjut khususnya mengenai sejarahnya. Di samping itu, Beliau terobsesi untuk
membuktikan bahwa al-Qur`an bukan kitab orisinal agama Islam. Namun, hasil duplikat dari kitab agama
terdahulu.18 Cetakan kedua dari Geschichte des Qorans, diterjemahkan ke dalam bahasa inggris menjadi
History of the Quran. Buku ini yang berdedikasi terhadap Ignaz Golziher dan Chistiaan Snouck Hurgronje
sebaik Frau Marga Bergstraber. Buku ini dicetak ulang yang ke-empat kalinya oleh edisi Leipzig pada tahun
1909-1938, dan terbit pada tahun 2000. 19 Rudi Paret berkata: “Kitab Tārīkh al-Qur`ān sejak sekian lama sudah
menjadi kitab asasi dalam bidang ini. Tidak perlu hormati atau muliakan lebih daripada itu. Bagi sesiapa yang
mahir ‘menyibuk’ secara ilmiah dengan al-Qur`an dalam bentuk hendaklah beliau berpegang kepada kitab ini.
Ia adalah kitab yang terpelihara nilainya sepanjang zaman.” Arthur Jeffery berkata: “Ia adalah asas kepada

15
Dadan Rusmana, Al-Quran dan hegemoni wacana Islamologi Barat (Bandung: CV Pustaka Setia, 2006).
16
Ibid.
17
Hilmy Pratomo, “Aplikasi Pendekatan Kritis-Historis (Geschichte Des Qorans) Theodor Noldeke (1837-1930) Dalam Studi Al-Qur’an,” Syariati : Jurnal Studi Al-Qur’an dan Hukum, vol.4, no. 01 (1 Mei 2018): 1–12.
18
M. Anwar Syarifuddin, Kajian Orientalis terhadap al-Qur`an dan Hadis (Jakarta: UIN Jakarta, 2011).
19
Theodor Noldeke, Das Leben Muhammed’s nach den Quellen Populär Dargestellt (Classic Reprint) (German Edition) (German: Forgotten Books, 2018).
segala kajian tentang Ulūm al-Qur`ān di Eropa yang merupakan karya pertama dalam studi sejarah Islam
yang mempunyai landasan ilmiah untuk mengkaji kitab orang Islam.” Abu Abdillah al-Zanjani menganggap
bahwa kitab Theodor Noldeke ini merupakan kitab penting karena kajiannya yang mendalam dan isinya kitab
tersebut terdapat kajian analisis. Sehingga beliau mendapat gelar oleh para penyelidik Barat sebagai The
Father of Qur`anic Criticism. Atau disebut sebagai “Syeikh Orientalis” di Jerman. Isi dari kitab keseluruhan,
yakni mengandung 3 juz yaitu Aṣl al-Qur`ān, Jām’ul al-Qur`ān dan Tārīkh Naṣ al-Qur`ān. Juz pertama
mengandungi isi KeNabian Muhammad dan Wahyu, dan asal bagian al-Qur`an yang ditulis oleh beliau
sebanyak 49 halaman.20
Setelah melihat biografi Theodor Noldeke baik dari segi pendidikan, bahasa dan karir di dunia akademik,
tokoh Orientalis ini memiliki intelektual yang tinggi, ia mempunyai motivasi yang tinggi terhadap kajian studi al-
Qur`an. Sehingga beliau mampu memberikan kajian-kajian tentang sejarah Islam. Banyak tokoh Orientalis
sesudahnya yang menjadikan karyakarya Theodor Noldeke sebagai rujukan dalam mengkaji studi Islam dan
sejarahnya.

20
Wan Mohammad Ubaidillah bin Wan Abas, “Wahyu menurut Noldeke: Analisis Terhadap Isu Kenabian Muhammmad dalam karya Geschichte des Qorans.”

Anda mungkin juga menyukai