Anda di halaman 1dari 4

Analisis unsur intrinstik,nilai-nilai kehidupan dan pandangan pengarang

terhadap kehidupan dalam novel Dua Barista

Nama kelompok : Aisyah dwi khasanah

Elmia putri

Futichatur rochmah

A. Identitas novel :
Penulis : Najhaty sharma
Penerbit : Telaga aksara
Tahun terbit :2020
Jumlah halaman :495
B. Unsur intrinsik :
Tokoh :
“Maza,Gus ahvash telepon berkali-kali nggak diangkat, barusan dia
telepon aku.kamu itu, kalau mau puasa mbok ya akhlaknya juga di
toto.mosok puasa, tapi suami diceuekin?Duso!Ra kanggo ganjarane”
(Dosa!tidak berguna pahalanya).

“jadi gini nak kirun,eh Badrun, sudah yang ketiga kali ini ada teman Asih
main kemari, punya niat yang sama.tapi sebelum melangkah lebih
jauh,saya petegas ya,Asih ini mondok bukan untuk cari jodoh yang
sepadan,dia kurang cocok kalau nikah sama santri Al-Amin yang
notabene bukan kaum sarjana.maaf ya ini nak kirun,eh Badrun,bukan
berniat apa-apa,hanya perlu ketegasan supaya teman-teman tak lagi salah
faham”.

Saat aku mulai terlelap,muncul WA Ning Farah membangunkanku,ia


ingin bertemu denganku di luar.Aku beranjak mematut diri dalam
cermin,dengan buru-buru keluar dari kamar demi mengajar Ning Farah
yang hampir pulang.

Alur :
Pengenalan :
Di masa lalu,aku adalah perempuan pecinta seni yang terbungkus di balik
jiwa-jiwa pesantren salaf yang menghabiskan waktu belajar di pesantren
orang tua sendiri dengan nilai-nilai yang memuaskan.dengan mudah
kuhafal bait-bait nadzom alfiyah juga matan-matan kitab fikih,demi
memainkan peran sebagai putri abah yang membanggakan.

Konflik :
“ibunya yanti pernah melihat Mazarina bersama lelaki yang sama dengan
yang ada dalam HP lasmi,dan yang mengantarnya tengah malam ke
Tegalklopo!mereka hanya berdua di restoran itu’kedadiyan iki pas
sliramu nang dieng,Vash!” (kejadian ini ketika kamu masih menginap di
dieng ) dada gus Ahvash kian memanas.gestur wajahnya menegang.ia
dan ibunya saling pandang,meluapkan kekecewaan masing-masing pada
tatapan itu.

Konflik :
“lebih baik mey diceraikan hari ini dari pada nanti setelah beranak
empat.asal njenengan tahu gus,masih banyak perjaka yang mau sama
mey,lebih gemati dan bertanggung jawab.Banyak gus! Biarkan kami
memilihkan kebahgiaan untuknya”

Latar :
Latar tempat
Sepulang dari madrasah di pondok,aku pulang dan berjingkat-jingkat
mengintip dua orang yang sedang berbincang-bincang di ruang
tamu.Ternyata mas Avash dan leaki paruh baya dalam jaket abu-abu.
Mungkin saja tamu itu baru saja datang,karena tidak ada gelas teh yang
bertengger di atas meja.

Latar waktu
Pada sore harinya, saat bu bidan sudah memperbolehkan Mey pulang ke
rumah.Kang badrun membantu mengusung barang-barang ke dalam
mobil,sementara Gus Ahvash menuntun Mey pelan-pelan duduk di kursi
tengah, dan simbok menggendong selendang bayi dengan selendangnya.

Latar suasana
Dua hari berturut turut asih pura-pura nyapu demi menemaninya mencuci
mobil hingga selesai. Orang-orang kasmaran memang sering kehilangan
rasa malu dan kewarasan. Bahkan saat santri yang lewat menggodanya
dengan batuk-batuk dan dehem, asih ta ambil pusing tetap menyelesaikan
tugasnya. Kecali jika Ning Mazarina lewat dan menatapnya dengan
pandangan ‘aneh’, baru Asih akan menghilang dari teras menyingkirkan
sapunya.

Sudut pandang :
Orang ketiga
Ia perhtikan kronologi akun dengan seksama. Benar kata Mbak Lina,
lelaki itu memang tampan. Ia adalah selebgram dengan 431 follower.
Foto-fotonya sering mengenakan berbagai model jas dengan latar
belakang pesta. Jarang sekali ada perempuan berhijab kedapatan foto
dengannya, Cuma beberapa saja dan salah satunya adalah Ning Mazarina.

Orang pertama
Tapi saat kewarasanku muncul, aku membiarkan Mas Ahvash menikmati
malam-malamnya bersama Mey tanpa sedetik pun menunggu. Aku akan
menderas Alqur’an atau menonton fim-film sedih ang membuatku merasa
beruntung tidak seperti tokoh-tokoh dalam film.

Orang ketiga
Sering ia tepis rasa cemburu ketika Gus Ahvash bercanda dengan Ning
Maza melalui HP, dan itu dilakukan dalam rumah Mey di sela-sela
aktivitas. Ia dapat menangkap senyum bahagia itu dari sudut matanya,
yang tak pernah ia temukan saat bersama dirinya.

Nilai kehidupan :
Nilai budaya
Perempuan tua itu menuturkan kisah remaja Gus Ahvash saat
transformasi dari masa kecil yang bahagia, mendapat perhatian lebih dan
kesempatan-kesempatan untuk menikmati kanak-kanak, tetiba berubah
menjadi masa remaja yang berat karena Abah Yai mulai sadar bahwa Gus
Ahvash adalah satu-satunya pemegang tongkat estafet pesantren ketika
Bu Nyai tak lagi mampu memberikan buah hati.

Nilai agama
Dari fitnah Yu Sari aku belajar, tidak ada skenario Tuhan yang diciptakan
tanpa diselipkan hikmah di dalamnya, nyatanya orang-orang yang
membenciku sebelu fitnah itu terjadi justru tampak lebih simpati dan
berbaik hati stelah mengetahui kebenarannya. Mereka jadi tahu kemelut
hidupku dan tidak serta merta selalu berkutat dalam penghakiman.

Anda mungkin juga menyukai