Anda di halaman 1dari 10

KONSEP PESAN DAKWAH

DALAM TEMA-TEMA POLITIK (SIYASAH ISLAM)


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Materi Dakwah

Dosen Pengampu:

Azmi Mustaqim, M.A.

Kelompok /PAI.D

Indah Wahyuni 210316113


Nur Lailatus Sayyidah 210316201
Widia Mariatun Nafiah 210316119
Sri Rahayuningsih 210316127

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO (IAIN)

2019

BAB I
PENDAHULUAN
1

A. Latar Belakang
Dunia dakwah dan politik adalah dunia yang saling bersinggunan,
meskipun memiliki banyak perbedaan. Aktivitas dakwah sering berbau
politik, demikian pula sebaliknya aktivitas politik sering menjadi media
dakwah. Namun, bagi sebagian orang antara dakwah dan politik tidak setuju
digabungkan karena keduanya memiliki tujuan yang berbeda. Politik
berorientasi pada kekuasaan. Sedangkan dakwah sebagai seruan kepada
segenap manusia untuk mengikuti jalan Allah lewat amar ma’ruf nahi munkar
memiliki orientasi yang sangat nyata, yaitu sampainya pesan-pesan agama
kepada semua manusia.
Berdasarkan pernyataan diatas maka makalah kami membahas
sebaliknya, bahwa politik dapat berjalan beriringan dengan dakwah karena
dalam operasionalnya penyampaian dakwah menggunakan media akan lebih
efektif dan mempercepat untuk mencapai tujuannya, termasuk kekuasaan atau
politik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Siyasah Islam?
2. Bagaimana Cara Pendekatan Politik dalam Dakwah?
3. Bagaimana Pesan Dakwah yang Bernuansa Politik?
4. Bagaimana Pesan Dakwah dalam Berpolitik?

BAB II
PEMBAHASAN
1
2

A. Pengertian Siyasah Islam


Siyasah Islam berasal dari dua kata, Siyasah dan Islam. Siyasah adalah
sebuah istilah dalam Bahasa Arab yang dikaitkan dengan otoritas politik.
Dalam literatur pra-Islam siyasah merujuk kepada manajemen urusan dalam
suatu negeri. Penggunaan tersebut membuat maknanya dipakai dalam Bahasa
Arab modern. Dalam kajian-kajian politik, seperti al-Siyasah al-Madaniyyah
karya al-Farabi, siyasah merujuk pada cabang filsafat yang mendalami seni
berpolitik. Dalam fiqih Islam Sunni, siyasah terdapat pada kata siyasah
syar'iyyah, yang berarti pemerintahan berdasarkan hukum syariah. Kata
tersebut merujuk kepada doktrin atau dimensi politis dari hukum Islam, yang
sudah ada sejak abad pertengahan untuk mengharmonisasikan hukum Islam
dengan tuntutan dalam urusan politik.1
Dalam term politik Islam, Politik itu identik dengan siyasah, yang secara
kebahasaan artinya mengatur. Kata ini diambil dari akar kata “sasa-
yasusu”,yang berarti mengemudikan, mengendalikan mengatur dan
sebagainya. Al Qaradhawy dalam bukunya Al Siyasah al Sya’iyyah
menyebutkan dua bentuk makna siyasah menurut ulama, yaitu arti umum dan
arti khusus. Secara umum siyasah berarti pengaturan berbagai urusan manusia
dengan syari’at agama Islam. Secara khusus siyasah bermakna Kebijakan dan
aturan yang dikeluarkan oleh penguasa guna mengatasi suatu mafsadat yang
timbul atau sebagai solusi bagi suatu keadaan tertentu. Sementara Ahmad
Fathi Bahansi mendefinisikan Siyasah Syar’iyyah dengan Pengaturan
kemaslahatan manusia berdasarkan syara’.2
Berikut adalah beberapa definisi siyasah syar’iyyah (hukum politik
Islam) menurut berbagai ahli:
1. Menurut Ibnu Nujaim, siyasah syariyyah adalah: “Suatu tindakan atau
kebijakan yang dilakukan seorang penguasa demi kemaslahatan yang
dipandangnya baik, meskipun belum ada dalil/argumentasi yang terperinci
yang mengaturnya.”
1 2 17 November 2019
Wikipedia Online diakses pada tanggal
2
Mutiara Fahmi, Prinsip Dasar Hukum Politik Islam dalam Perspektif Al-Quran, jurnal
Petita, Volume 2, Nomor 1, April 2017, hal 49
3

2. Menurut Ibnu ‘Aqil al Hanbali, siyasah syariyyah adalah: “Suatu tindakan


atau kebijakan yang membawa umat manusia lebih dekat kepada
kemaslahatan dan menjauhkan mereka dari kerusakan, meskipun tidak ada
hadis yang mengaturnya atau wahyu yang turun (terkait hal itu).”
3. Menurut Abdurrahman Taj, siyasah syariyyah adalah: “Suatu nama bagi
kumpulan aturan dan prilaku dalam mengatur urusan ketatanegaraan Islam
di bidang pemerintahan, perundang-undangan, peradilan, dan semua
kekuasaan eksekutif, administratif, serta aturan hubungan luar negeri yang
terkait dengan bangsa-bangsa lain.”
4. Menurut Abdul wahab Khallaf, siyasah syariyyah adalah: “Suatu ilmu
yang membahas tentang urusan ketatanegaraan Islam dari sisi aturan
perundang-undangan dan sistim yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam,
meskipun tidak ada dalil khusus mengenai hal itu.”
5. Menurut Yusuf Al Qaradhawi, siyasah syariyyah adalah: “Politik yang
bersendikan kaedah-kaedah, aturan dan bimbingan syara’.”
6. Menurut Abdul ‘Al ‘Atwah, siyasah syariyyah adalah: “Kumpulan hukum
dan sistem dalam mengatur urusan umat Islam dengan mempertimbangkan
kesesuaiannya dengan ruh syari’at, menjalankannya berdasarkan kaedah-
kaedah yang umum, serta merealisasikannya sesuai dengan tujuan
masyarakat.”
7. Menurut Sa’ad bin Mathar al ‘Utaibi, siyasah syariyyah adalah: “Setiap
kebijakan apa saja yang ditetapkan oleh para pemimpin (ulil amri), berupa
aturan-aturan serta teknis prosedur pelaksanaan yang terkait dengan
kemaslahatan, meski tidak ada dalil syara’ yang khusus terkait hal itu,
selama tidak bertentangan dengan syari’at.”
Dari berbagai definisi tentang siyasah dapat disimpulkan bahwa hukum
politik Islam memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Berorientasi kemaslahat individu dan umat
2. Berlandaskan ideologi agama
3. Memiliki aspek tanggungjawab akhirat
4

4. Adanya seni dan kreasi penguasa dalam pengaturan pemerintahan


maupun perundang-undangan meski tidak diatur secara eksplisit
dalam Alquran dan Hadis
5. Siyasah yang diinginkan adalah yang bersumber dari syariat agama
dan bukan politik atas dasar kepentingan, kezaliman maupun
kecurangan.3

B. Pendekatan Politik dalam Dakwah


Secara historis kita dapat melihat bahwa pendekatan politik sangat
membantu keberhasilan Islamisasi dalam hal dakwah Islamiyah. Hal ini
sudah pernah dilakukan oleh para Walisongo dalam melaksanakan dakwah di
awal Islam pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat.
Dakwah Islam di Indonesia, menggunakan pendekatan politik kultural
dengan bantuan atau sekurang-kurangnya toleransi penguasa. Proses dakwah
dan keberhasilannya yang dilakukan oleh para Walisongo-khususnya di Jawa-
bisa berhasil dengan baik dan dalam waktu relative cepat, bahkan dengan
jumlah penganut paling besar di seluruh dunia Islam, tidak lepas dari bantuan
dan perlindungan yang diberikan penguasa.
Disisi lain, secara historis dapat kita lihat strategi politis yang dilakukan
oleh Nabi Muhammad dalam proses penyampaian dakwah kepada
masyarakat. pada sekitar tahun 610 M, kota Mekah telah memiliki bala
tentara sekitar 1000 orang berarti dapat ditaksir berpenduduk kurang lebih
5000 orang lebih. Mekah juga merupakan sentra perdagangan yang makmur,
menjadi titik temu (center point) para pedagang atau peziarah.
Sedangkan dilihat dari geopolitik, di kota Mekah ini Nabi Muhammad
memulai dakwah Islam yang mendapat tantangan keras dari kaumnya.
Walaupun gerakan Nabi Muhammad tidak mempunyai relevansi politik yang
jelas, namun kaum kapitalis Mekah takut pada gerakan ini dan berperan
sebagai oposan. Adapun ajakan-ajakan Nabi Muhammad dapat dilihat pada

3
Ibid, 49-50
5

sabda-sabdanya banyak mengoreksi pola Iman, pola berfikir, pola ekonomi,


dan sosial penguasa Mekah.
Gerakan politik Nabi Muhammad SAW dimulai sejak hijrahnya ke
Yatsrib pada tahun 622 M. sejak Nabi di Madinah beliau bertindak sebagai
kepala negara, dengan cara pengangkatan yang berbeda dengan lazimnya
seorang kepala negara baik kekhalifahan ataupun kerajaan.
Nabi Muhammad membawa ajaran politik yang diikat oleh ketentuan
tertentu yang unik dan spesifik – sarana pembangunan yang dapat dilihat dari
aspek politik Nabi di Madinah adalah: Membasmi akidah politeisme,
materialism, hedonism, keangkuhan rasional, melindungi kebebasan
beragama, memecahkan dominasi kekuasaan politik dengan musyawarah,
mengangkat derajat kaum wanita, meratakan keadilan.
Politik sebenarnya tidak ubahnya dengan upaya menata masyarakat
untuk mencapai tujuan tersebut, dakwah melalui jalur politik bisa ditempuh
melalui pembentukan organisasi politik dalam suatu negara. Pada era
reformasi sekarang ini berbagai organisasi massa Islam, yang tadinya tidak
memiliki partai politik, kini juga mendirikan partai politik demi
memperjuangkan strategi politiknya masing-masing. misalnya Partai
Kebangkitan Bangsa (PKB) yang didirikan oleh K.H Abdurrahman Wahid
dan secara resmi didirikan oleh PBNU dan pendukungnya berafiliasi ke
Nahdlatul Ulama, Partai Amanat Nasional (PAN) yang didirikan oleh Amien
Rais yang pendukungnya berafiliasi ke Muhammadiyah. Dan beberapat partai
politik yang bernuansa Islam seperti Partai Persatuan Pembangunan (PPP),
Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Parta Bulan Bintang (PBB), Partai Bintang
Reformasi (PBR), dan lain-lain.4

C. Pesan Dakwah Nabi Bernuansa Politik

4
Samsul Munir Amin, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, (Jakarta: AMZAH, 2008) hal. 141-
146
6

Dalam melakukan aktivitas dakwahnya, Nabi Muhammad menggunakan


berbagai media untuk penyebaran pesan-pesan agama Islam kepada sasaran.
Salah satu media yang digunakan Nabi dalam aktivitas dakwah adalah surat.
Media dakwah di zaman Rasulullah dan sahabat sangat terbatas, yakni
berkisar pada dakwah qauliyah bil lisan, dakwah fi’liyah bil uswah, ditambah
dengan media dakwah bi ar-rasail yakni dakwah melalui surat yang juga
digunakan oleh Rasulullah untuk mengajak para pembesar masuk agama
Islam.5
Menurut sejarawan Islam, Muhammad bin Sa’ad (w. 230 H) dalam
kitabnya Ath-Thabaqat Al-Kubra bahwa surat-surat Nabi leseluruhannya
berjumlah tidak kurang dari 105 buah. Surat tersebut, jika dilihat dari segi
isinya dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok berikut ini:
1. Surat-surat yang berisi seruan untuk masuk Islam. Surat jenis ini
ditujukan kepada orang-orang non muslim baik Yahudi, Nasrani, maupun
Majusi, dan orang musyrikin baik dia raja, kepala daerah, maupun
perorangan.
2. Surat-surat yang berisi aturan dalam Islam, misalnya tentang zakat,
sedekah, dan sebagainya. Surat ini tujukan kepada orang muslim yang
masih emmerlukan penjelasan-penjelasan dari Nabi.
3. Surat-surat yang berisi hal-hal yang wajib dikerjakan oleh orang-orang
non muslim terhadap pemerintah Islam, seperti masalah jizyah (iuran
keamanan). Surat ini ditujukan kepada orang non muslim (Yahudi,
Nasrani, dan Majusi) yang telah membuat perjanjian damai dengan Nabi.6

D. Pesan Dakwah dalam Tema Politik


Menurut Saifuddin Zuhri, politik sebenarnya memiliki tujuan yang
positif, antara lain:
1. Menata masyarakat dengan landasan akhlak al-karimah

5
Ibid, hal. 147
6
Ali Musthafa Ta’kub, Sejarah dan metode Dakwah Nabi, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1997) hal.
181
7

2. Menggugah mereka dengan hikmah yang mulia


3. Mempersatukan mereka dengan sikap persaudaraan dan kasih sayang
4. Menegakkan keadilan, kesejahteraan dan tolong menolong
5. Menegakkan kepemimpinan yang mengabdi kepada kepentingan umat,
mencintai dan dicintai umat
6. Menata masyarakat dengan hukum yang tidak berat sebelah
7. Menegakkan martabat manusia yang mulia dalam rangka membina
perdamaian dan kemajuan yang bermanfaat7
Kehadiran politik dalam dakwah, akan membantu menempatkan ajaran
Islam yang lebih bermartabat. Keberhasilan politikus muslim menempati roda
kepemimpinan yang disebut juga khalifah, ia tidak lebih daripada sekedar
pelaksana bagi perintah Allah dan Rasul-Nya. Tugasnya adalah memelihara
agama, menyebarkannya dan mengatur urusan dunia dengan agama. Agama
bisa menjadi salah satu cara untuk menjamin kemerdekaan dan hak hidup
bermasyarakat dengan mengedepankan perilaku-perilaku yang sempurna
yang dapat diteladani, sebagaiman yang diajarkan oleh Rasulullah SAW
beliau merupakan inspiratory umat utuk meneladani dan diteladani.8
Dalam berpolitik sudah semestinya para da’i dapat menggunakan dakwah
sebagai tujuan utama. Politik hanyalah salah satu media dalam berdakwah.
Hingga para da’I atau aktivis dakwah yang memasuki ranah politik harus
dapat menjadi wakil rakyat sekaligus da’I yang menyampaikan kebenaran
untuk dijadikan acuan bagi anak bangsa.
Keikutsertaan para ulama’, da’i atau gerakan dakwah dalam ranah politik
merupakan haknya, akan tetapi gerakan atau organisasi dakwah juga harus
menyadari serta mewaspadai terhadap orang atau oknum yang hendak
memperalat dakwah sebagai kendaraan politik dunia.9
BAB III
PENUTUP
7
Saifuddin Zuhri, Unsur Politik dalam Dakwah, (Bandung: Al Ma’arif, 1982) hal. 11
8
Ahmad Zuhdi, Dakwah sebagai Ilmu dan Perspektif Masa Depannya, (Bandung: ALFABETA,
2016) hal 157
9
Andri Nirwana, Akulturasi Politik dalam Dunia Dakwah, jurnal Substantia, Volume 18 Nomor 2,
Oktober 2016, hal. 214-215
8

1. Secara umum siyasah berarti pengaturan berbagai urusan manusia dengan


syari’at agama Islam. Secara khusus siyasah bermakna Kebijakan dan
aturan yang dikeluarkan oleh penguasa guna mengatasi suatu mafsadat
yang timbul atau sebagai solusi bagi suatu keadaan tertentu.
2. Pendekatan politik dapat dilakukan dengan pendekatan kultural dengan
bantuan atau sekurang-kurangnya toleransi penguasa. Proses dakwah dan
keberhasilannya yang dilakukan oleh para Walisongo-khususnya di Jawa-
bisa berhasil dengan baik dan dalam waktu relative cepat, bahkan dengan
jumlah penganut paling besar di seluruh dunia Islam, tidak lepas dari
bantuan dan perlindungan yang diberikan penguasa.
3. Pesan dakwah nabi bernuansa islam yaitu dengan surat. Ada beberapa
surat, diantaranya : Surat-surat yang berisi seruan untuk masuk Islam.,
Surat-surat yang berisi aturan dalam Islam, dan surat-surat yang berisi hal-
hal yang wajib dikerjakan oleh orang-orang non muslim terhadap
pemerintah Islam.
4. Pesan dakwah dalam tema politik yaitu yang didalamnya menata
masyarakat dengan landasan akhlak al-karimah, menggugah mereka
dengan hikmah yang mulia, mempersatukan mereka dengan sikap
persaudaraan dan kasih saying, menegakkan keadilan, kesejahteraan dan
tolong menolong, menegakkan kepemimpinan yang mengabdi kepada
kepentingan umat, mencintai dan dicintai umat, menata masyarakat
dengan hukum yang tidak berat sebelah, menegakkan martabat manusia
yang mulia dalam rangka membina perdamaian dan kemajuan yang
bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA
8
9

Amin, Samsul Munir. Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam. Jakarta: AMZAH.


2008
Fahmi, Mutiara. Prinsip Dasar Hukum Politik Islam dalam Perspektif Al-Quran.
Jurnal Petita. Volume 2. Nomor 1. April 2017
Nirwana, Andri . Akulturasi Politik dalam Dunia Dakwah. Jurnal Substantia.
Volume 18. Nomor 2. Oktober 2016
Ta’kub, Ali Musthafa. Sejarah dan metode Dakwah Nabi. Jakarta: Pustaka
Firdaus. 1997
Zuhdi, Ahmad. Dakwah sebagai Ilmu dan Perspektif Masa Depannya. Bandung:
ALFABETA. 2016
Zuhri, Saifuddin. Unsur Politik dalam Dakwah. Bandung: Al Ma’arif. 1982
Wikipedia Online diakses pada tanggal 17 November 2019

Anda mungkin juga menyukai