Anda di halaman 1dari 24

Keluarga Berencana

dengan Metode
Operasi Pria (MOP)

Kelompok 17
Intan Septi permani
18621610
Pengertian Metode Operasi Pria ( MOP )
• MOP ( Medis Operatif Pria ) / vasektomi atau juga dapat disebut
dengan sterilisasi. MOP adalah alat kontrasepsi jenis sterilisasi
melalui pembedahan dengan cara memotong saluran sperma yang
menghubungkan testikel (buah zakar) dengan kantung sperma
sehingga tidak ada lagi kandungan sperma di dalam ejakulasi air
mani pria.
• Vasektomi dilakukan dengan cara pemotongan Vas Deferens
sehingga saluran transportasi sperma terhambat dan proses
penyatuan dengan ovum tidak bekerja. Seorang pria yang sudah
divasektomi, volume air maninya sekitar 0,15 cc yang tertahan
tidak ikut keluar bersama ejakulasi karena scrotum yang
mengalirkannya sudah dibuat buntu. Sperma yang sudah dibentuk
tidak akan dikeluarkan oleh tubuh, tetapi diserap & dihancurkan
oleh tubuh.
Syarat – syarat MOP

• Tanpa
Sukarela paksaan

• Adanya
Bahagia Kesepakan

• Tidak ada
Kesehata hambatan
n atau kontra
indikasi.
Keuntungan & Kerugian MOP
Keuntungan MOP Kerugian MOP
1. Efektif, karena tingkat 1. Diperlukan suatu tindakan operatif, harus
kegagalannya kecil dan dilakukan pembedahan dan harus
merupakan metode kontrasepsi meunggu sampai sel mani menjadi
negatif.
yang permanen.
2. Kadang – kadang menyebabkan
2. Aman , morbiditas rendah dan komplikasi seperti perdarahan atau
hampir tidak ada mortalitas infeksi.
( kesakitan ). 3. Kontrasepsi manrap pria belum
3. Sederhana, sehingga pasien tidak memberikan perlindungan total samapi
semua spermatozoa yang sudah ada di
perlu dirawat dirumah sakit. dalam sistem reproduksi distal dari
4. Cepat, hanya memerlukan waktu tempat oklusi vas deferens dikeluarkan.
5 – 10 menit, 4. Problem psikologis yang berhubungan
5. Bianya rendah, yang paling dengan perilaku seksual mungkin
bertambah parah setelah tindakan operatif
penting adalah persetujuan dari yang menyangkut sistem reproduksi pria.
pasangan.
Indikasi & Kontraindikasi
1. Indikasi MOP
Pada dasarnya indikasi untuk melakukan
vasektomi ialah bahwa pasangan suami-istri tidak
menghendaki kehamilan lagi dan pihak suami
bersedia bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan
pada dirinya.
2. Kontraindikasi MOP
1. Infeksi kulit lokal, misalnya scabies.
2. Infeksi traktus genetalia.
Lanjutan...
3. Kelainan skrotum dan sekitarnya :
a)    Varicocele, yaitu pembesaran vena di dalam skrotum.
b)    Hydrocele besar (penumpukan cairan).
c)    Hernia inguinalis, yaitu prolaps sebagian usus ke dalam anulus
inguinalis di atas kantongskrotum, disebabkan oleh kelemahan atau
kegagalan menutup yang bersifat kongenital.
d)    Orchiopexy, yaitu fiksasi testis yang tidak turun pada skrotum.
e)    Luka parut bekas operasi hernia.
f)    Skrotum yang sangat tebal.
4. Penyakit sistemik :
a)    Penyakit - penyakit perdarahan.
b)    Diabetes mellitus.
c)    Penyakit jantung koroner yang baru.
d)    Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil.
Konseling , Informasi, dan Persetujuan Tindakan Medis

1. Klien harus diberi informasi bahwa prosedur vasektomi tidak


mengganggu hormon pria atau menyebabkan perubahan kemampuan
atau kepuasan seksual. 

2. Setelah prosedur vasektomi, gunakan salah satu kontrasepsi terpilih


hingga spermatozoa yang tersisa dalam vesikula seminalis telah
dikeluarkan seluruhnya. Secara empirik, sperma-analis akan
menunjukkan hasil negatif setelah 15-20 kali ejakulasi.
Perawatan Pra Operasi

Pemeriksaan
laboratorium
Pemeriksaan fisik 1. Urin
1. Ttv 2. Darah
2. Kardiovaskuler
Anammesis 3. paru-paru
1. Identitas 4. Ginjal
2. Umur 5. genetalia
3. Riwayat
Pencegahan Infeksi
a. Sebelum tindakan.
1. cuci dan gosokskrotum,penis, dandaerah pubis dengan sabun
dan bilas dengan air yang bersih. Setelah itu, oleskan cairan
antisepik pada daerah operasi.
2. Operator mencuci tangan dengan larutan antiseptic dan
membilasnya dengan air yang bersih.
b. Selama tndakan
1. Gunakan instrumenyang telah disterilisasi atau disinfeksi
tingkat tinggi, termasuk sarung tangan dan kain penutup.
2. Lakukan dengan tingkat keterampilan yang tinggi sehingga
akan sangat mengurangi risiko perdarahan dan infeksi.
Lanjutan ….
c. Setelah tindakan
1. Sementara masih menggunakan sarung tangan
operator, membuang bahan-bahan yang terkontaminasi
( kapas,kain kasa,atau bahan lainnya) kedalam wadah atau
kantong plastik yang tertutup rapat.
2. Lakukan tindakan dekontaminasi dengan larutan 0,5
% pada instrumen atau alat yang masih akan digunakan
lagi,baik sementara dalam ruangan tindakan maupun
sebelum dilakukan pencucian.
3. Cuci tangan setelah melepas sarung tangan.
Persiapan Pra Operasi
1. Menjelaskan secara lengkap mengenai tindakan MOP termasuk
mekanisme dalam mencegah kehamilan dan efek samping yang
mungkin terjadi.
2. Memberikan nasehat untuk perawatan luka pembedahan kemana minta
pertolongan bila terjadi kelainan atau keluhan sebelum waktu kontrol.
3. Memberikan nasehat tentang cara menggunakan obat yang diberikan
sesudah tindakan pembedahan.
4. Klien dianjurkan membawa celana khusus untuk menyangga skrotum.
5. Mengajurkan calon pengguna kontrasepsi untuk puasa sebelum operasi
atau sekurang-kurangnya 2 jam sebelum operasi.
6. Datang ke klinik dengan diantar anggota keluarga atau teman yang
telah dewasa.
7. Rambut pubis yang cukup panjang digunting pendek dan dibersihkan
dengan sabun dan air serta dilanjutkan dengan antiseptik.
Prosedur Operasi

• Medika Prabedah dan Anastesi.


Pada umumnya tidak diperlukan medikasi prabedah tetapi apabila
klien tampak sangat gelisah, segera tentukan penyebab kegelisahan
tersebut. Pada umumnya dengan konseling yang baik hal tersebut
dapat diatasi, tetapi bila tidak diketahui secara pasti tentang penyebab
kegelisahannya klien dapat diberi diazepam 5 – 10 mg per oral, 30 –
45 menit sebelum operasi.

Tujuan Anastesi
• Menghilangkan rasa nyeri dan rasa tidak enak.
• Mengurangi stress dan kecemasan.
Vasektomi harus menggunakan anastesi
lokal ( lidokain tanpa epinefrin ) karena :
1. Cara pemberian anastesi yang tepat sudah cukup
menghambat rasa nyeri pada skrotum dan bungkus vas
deferens.
2. Dengan tindakan yang halus ( tidak banyak memanipulasi
jaringan ) operator dapat tetap bekerja walaupun klien dalam
keadaan sadar atau dipengaruhi obat penenang dan kadang-
kadang dengan sedikit berdialog, pasien merasa tenang.
3. Anastesi umum lebih mengandung resiko, penggunaan pada
vasektomi terbatas pada kasus yang khusus saja, misalnya
klien dengan kelainan anatomik atau terdapat masalah medis
yang serius.
TEKNIK VASEKTOMI STANDAR
1. Celana dibuka dan baringkan pasien dalam posisi terlentang.
2. Daerah kulit skrotum, penis, supra pubis dan bagian dalam pangkal
paha kiri kanan dibersihkan dengan cairan yang tidak merangsang
seperti larutan Iodofor ( betadine ) 0,75 % atau larutan Klorheksidin (
Hibiscrub ) 4%. Bila ada bulu perlu dicukur terlebih dahulu,
sebaiknya dilakukan oleh pasien sendiri sebelum berangkat ke klinik.
3. Tutuplah daerah yang telah dibersihkan tersebut dengan kain steril
berlubang pada tempat skrotum ditonjolkan keluar.
4. Tepat di linea mediana diatas vas deferens, kulit skrotum diberi
anastesi lokal ( Prokain atau Novokain atau Xilokain 1% ) 0,5 ml,
lalu diteruskan masuk dan di daerah distal serta proksimal deferens
dideponir lagi masing-masing 0,5 ml.
5. Kulit skrotum diiris longitudinal 1-2 cm, tepat diatas vas deferens
yang telah ditonjolkan ke purmukaan kulit.
6. Setelah kulit dibuka, vas deferens dipegang dengan klem, dibuka sampai
tampak vas deferens mengkilat seperti mutiara, perdarahan dirawat dengan
cermat. Sebaiknya ditambah lagi obat anastesi ke dalam fasia vas deferens
dan baru kemudian fasia disayat longitudinal sepanjang 0,5 cm. Usahakan
tepi sayatan rata ( dapat dicapai jika pisau cukup tajam ) hingga memudahkan
penjahitan kembali. Setelah fasia deferens dibuka terlihat vas deferens yang
berwarna putih mengkilat seperti mutiara. Selanjutnya vas deferens dan
fasianya dibebaskan dengan gunting halus berujung runcing.
7. Jepitlah vas deferens dengan klem pada dua tempat dengan jarak 1-2 cm dan
ikat dengan benang kedua ujungnya. Setelahnya diikat jangan dipotong dulu.
Tariklah benang yang mengikat kedua ujung vas deferens tersebut untuk
melihat kalau ada perdarahan yang tersembunyi. Jepitan hanya pada titik
perdarahan, jangan terlalu banyak, karena dapat menjepit pembuluh darah lain
seperti arteri testikularis atau deferensialis yang berakibat kematian testis itu
sendiri.
8. Potonglah diantara dua ikatan tersebut sepanjang 1 cm. Gunakan benang sutra
No.00,0 atau 1untuk mengikat vas deferens tersebut. Ikatan tidak boleh terlalu
longgar tetapi juga jangan terlalu keras karena dapat memotong vas deferens.
9. Untuk mencegah rekanalisasi spontan yang diajurkan
adalah dengan melakukan interposisi fasia vas deferens,
yakni menjahit kembali fasia yang terluka sedemikian
rupa, vas deferens bagian distal ( sebelah ureteral
dibenamkan dalam fasia dan vas deferens bagian
proksimal ( sebelah testis ) terletak diluar fasia . cara ini
akan mencegah timbulnya kemungkinan rekanalisasi.
10.Lakukan tindakan diatas ( langkah 6-9 ) untuk vas
deferens kanan dan kiri, dan setelah selesai, tutup lah
kulit dengan 1-2 jahitan plain cagut No.000 kemudian
rawat luka operasi sebagaimana mestinya, tutuplah
dengan kassa steril dan diplester
Cara mengikat vas deferens ada
beberapa macam :
TEKNIK VASEKTOMI TANPA PISAU
1. Celana dibuka dan baringkan pasien dalam posisi terlentang.
2. Rambut daerah skrotum dicukur sampai bersih.
3. Penis diplester ke dinding perut.
4. Daerah kulit skrotum, penis, supra pubis dan bagian dalam pangkal
paha kiri kanan dibersihkan dengan cairan yang tidak merangsang
seperti larutan lodofor ( betadine ) atau larutan Klorheksidin
( Hibiscrub ) 4%.
5. Tutuplah daerah yang telah dibersihkan dengan kain steril berlubang
pada tempat skrotum ditonjolkan keluar.
6. Tepat di linea mediana di atas vas deferens, kulit skrotum diberi
anastesi lokal ( prokain atau Novokain atau Xilokain 1%) 0,5 Ml,
lalu jarum diteruskan masuk sejajar vas deferens kearah distal,
kemudian dideponir lagi masing-masing 3-4 ml, prosedur ini
dilakukan sebelah kanan dan kiri.
7. Vas deferens dengan kulit skrotum yang ditegangkan difiksasi
didalam lingkaran klem fiksasi pada garis tengah skrotum.
Kemudian klem direbahkan ke bawah sehingga vas deferens
mengarah kebawah kulit.
8. Kemudian tusuk bagian yang paling menonjol dari vas deferens ,
tepat disebelah distal lingkaran klem dengan sebelah ujung klem
diseksi dengan membentuk sudut kurang lebih 45 derajat.
Sewaktu menusuk vas deferens sebaiknya sampai kena vas
deferens, kemudian klem diseksi ditarik,tutup ujung-ujung klem
dan dalam keadaan tertutup ujung klem dimasukkan kembali
dalam lobang tusukan, searah jalannya vas deferens.
9. Renggangkan ujung-ujung klem pelan-pelan. Semua lapisan
jaringan dari kulit sampai dinding vas deferens akan dapat
dipisahkan dalam satu gerakan. Setelah itu dinding vas deferens
yang telah telanjang dapat terlihat.
10. Dengan ujung klem diseksi menghadap kebawah, tusukan salah
satu ujung klem ke dinding vas deferens dan ujung klem diputar
menurut arah jarum jam, sehingga ujung klem menghadap keatas.
Ujung klem pelan-pelan dirapatkan dan pegag dinding anterior
vas deferens. Lepaskan klem fiksasi darinkulit dan pindahkan
untuk memegang vas deferens yang telah terbuka. Pegang dan
fiksasi vas deferens yang sudah telanjang dengan klem fiksasi lali
lepaskan klem diseksi.
11. Pada tempat vas deferens yang melengkung, jaringan sekitarnya
dipisahkan pelan-pelan kebawah dengan klem diseksi. Kalau
lobang telas cukup luas, lalu klem diseksi dimasukkan kelobang
tersebut. Kemudian buka ujung-ujung klem pelan-pelan paralel
dengan arah vas deferens yang diangkat. Diperlukan kira-kira 2
cm vas deferens yang bebas. Vas deferens di-crush secara lunak
dengan klem diseksi, sebelum dilakukan ligasi dengan benang
sutra 3-0.
12. Diantara dua ligasi kira-kira 1-1,5 cm vas deferens dipotong dan
diangkat. Benang pada putung distal sementara tidak dipotong.
Kontrol perdarahan dan kembalikan putung-putung vas deferens
dalam skrotum.
13. Tarik pelan-pelan benang pada puntung yang distal. Pegang secara
halus fasia vas deferens dengan klem diseksi dan tutup lubang
fasia dengan mengikat sedemikian rupa sehingga puntung bagian
epididimis tertutup dan puntung distal ada diluar fasia. Apabila
tidaka ada perdarahan pada keadaan vas deferens tidak tegang,
maka benang yang terakhir dapat dipotong dan vas deferens
dikembalikan dalam skrotum.
14. Lakukanlah tindakan prosedur untuk vas deferens sebelah yang
lain, melalui luka digaris tengah yang sama. Kalau tidak ada
perdarahan, luka kulit tidak perlu dijahit hanya diaprokasimasikan
dengan band aid atau tensoplas.
Informasi dan Pewatan setelah Operasi
1. Istirahat 1-2 jam di klinik.
2. Pertahankan band aid selama 3 hari.
3.  Luka yang sedang dalam penyembuhan jangan ditarik-tarik atau digaruk.
4. Boleh mandi setelah 24 jam, asal daerah luka tidak basah. Setelah 3 hari
luka boleh dicuci dengan sabun dan air.
5. Memakai penunjang skrotum selama 7-8 hari, usahakan daerah operasi
kering.
6. Jika ada nyeri, berikan 1-2 tablet analgetik seperti parasetamol atau
ibuprofen setiap 4-5 jam.
7. Hindari pekerjaan berat selama 2-3 hari.
8. Kompres dingin/es pada skrotum.
9. Boleh bersenggama sesudah hari ke 2-3. Namun untuk mencegah
kehamilan, pakailah kondom atau cara kontrasepsi lain selama 3 bulan atau
sampai ejakulasi 15-20 kali.
10. Periksa semen 3 bulan pasca vasektomi atau sesudah 15-20 kali ejakulasi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai