Anda di halaman 1dari 1

Metode Ilhaqi

Apabila metode qawli tidak dapat dilaksanakan karena tidak ditemukan jawaban tekstual
dari kitab mu’tabar, maka yang dilakukan adalah apa yang disebut dengan ilhaq al-masail bi
nazairiha yakni menyamakan hukum suatu kasus atau masalah yang belum dijawab oleh
kitab (belum ada ketetapan hukumnya) dengan kasus atau masalah serupa yang telah dijawab
oleh kitab (telah ada ketetapan hukumnya), atau menyamakan dengan pendapat yang sudah
jadi.
Sama dengan metode qawli, metode ini secara operasional juga telah diterapkan sejak
lama oleh para ulama NU dalam menjawab permasalahan keagamaan yang diajukan oleh
umat islam khususnya warga Nahdiyin, walaupun baru secara implisit dan tanpa nama
sebagai metode ilhaqi. Namun secara resmi dan eksplisit metode ilhaqi baru terungkap dan
dirumuskan dalam keputusan Munas Alim Ulama Nahdatul Ulama di Bandar Lampung tahun
1992, yang menyatakan bahwa untuk menyelesaikan msalah yang tidak ada qawl/wajah sama
sekali maka dilakukan dengan ilhaq al-masail bi nazairiha secara jama’i oleh para ahlinya.
Sedangkan prosedur ilhaq adalah dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut
:Mulhaq bih (sesuatu yang belum ada ketentuan hukumnya), mulhaq ‘alayh (sesuatu yang
sudah ada ketentuan hukumnya), wajh al-ilhaq (faktor keserupaan antara mulhaq
bihdengan mulhaq ‘alayh), oleh para mulhiq yang ahli.
Metode penjawaban permasalahan semacam ini kemudian disebut sebagai
metodeilhaqi. Dalam praktiknya menggunakan prosedur dan persyaratan mirip qiyas. Oleh
karenanya, dapat juga dinamakan metode qiyas versi NU. Ada perbedaan
antara qiyasdengan ilhaq. Yaitu kalau qiyas adalah menyamakan hukum sesuatu yang belum
ada ketetapannya dengan sesuatu yang sudah ada kepastin hukumnya berdasarkan nass al-
Qur’an dan atau al-Sunnah. Sedangkan ilhaq adalah menyamakan hukum sesuatu yang belum
ada ketetapannya dengan sesuatu yang sudah ada kepastian hukumnya berdasarkan teks suatu
kitab (Mu’tabarah).

Anda mungkin juga menyukai