Manusia modern ialah seseorang yang cenderung menjadi sekuler. Pandangan dunia sekuler, hanya mementingkan kehidupan duniawi, telah secara signifikan menyingkirkan mereka dari segala aspek spiritualitas. Akibatnya mereka hidup secara terisolir dari dunia-dunia lain yang bersifat nonfisik, yang diyakini adanya oleh para sufi. Mereka menolak segala dunia nonfisik seperti dunia imajinal atau spiritual sehingga terputus hubungan dengan segala realitas-realitas yang lebih tinggi daripada entitas-entitas fisik. Bagi mereka, kehidupan dimulai di dunia ini dan berakhir juga di dunia ini, tanpa tahu dari mana ia berasal dan hendak kemana setelah ini ia pergi. Akibatnya, mereka hanya berkutat di satu dunia ini saja, seakan mereka tidak pernah punya asal dan tempat kembali (Kartanegara, 2006). Keterputusan spiritual yang seperti itu membuat manusia modern juga kehilangan kontak mereka dengan Tuhan, sumber dari segala yang ada. Sementara bagi para sufi, Tuhan adalah Alfa dan Omega, Asal dan Tempat Kembali. Bagi banyak orang modern Tuhan hanyalah dipandang sebagai penghalang bagi penyelenggaraan diri mereka, dan kebebasan yang menyertainya (Kartanegara, 2006). Akibat dari keterputusan ini, manusia modern mengalami gelisah dan sebangsanya, karena mereka tidak lagi mengarahkan jiwanya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi sumber ketauhidan manusia tetapi bertumpu kepada beraneka benda-benda fisik, yang selalu timbul tenggelam, oleh karena itu benda-benda tersebut tidak pernah memberi kepuasan dan ketenangan kepada mereka. Dan dengan berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) ini juga akan berbahaya jika berada ditangan orang yang secara mental dan keyakinan agamanya belum siap. Mereka dapat menyalahgunakan teknologi untuk tujuan-tujuan yang mengkhawatirkan. Mereka belum memahami bahwa iptek juga merupakan sumber dari berbagai ilmu pengetahuan yang bersifat positif yang bisa mereka manfaatkan isinya. Husen Nasr (seorang ulama Iran) menyatakan bahwa akibat masyarakat modern yang mendewa-dewakan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadikan mereka berada dalam wilayah pinggiran eksistensinya sendiri, bergerak menjauh dari pusat, sementara pemahaman agama yang berdasarkan wahyu mereka tinggalkan, hidup dalam keadaan sekuler. Masyarakat yang demikian adalah masyarakat barat yang dikatakan the post industrial society telah kehilangan visi keilahian. Masyarakat yang demikian ini telah tumpul penglihatan intelectusnya dalam melihat realitas hidup dan kehidupan (Syukur, 1999). Menurut ‘Ata Muzhar, menyatakan bahwa manusia modern ditandai oleh lima hal, yakni (Syukur, 1997) : 1. Berkembangnya mass culture karena pengaruh kemajuan mass media sehingga kultur tidak lagi bersifat lokal, melainkan nasional dan bahkan global. 2. Tumbuhnya sikap-sikap yang lebih mengakui kebebasan bertindak manusia menuju perubahan masa depan. Dengan demikian alam dapat ditaklukkan, manusia merasa lebih leluasa kalau bukan merasa lebih berkuasa. 3. Tumbuhnya berfikir rasional, sebagian besar kehidupan umat manusia ini semakin diatur oleh aturan-aturan rasional. 4. Tumbuhnya sikap hidup yang materialistik, artinya semua hal diukur oleh nilai kebendaan dan ekonomi. 5. Meningkatnya laju urbanisasi.