Anda di halaman 1dari 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehidupan Manusia Modern


Manusia modern ialah seseorang yang cenderung menjadi sekuler. Pandangan
dunia sekuler, hanya mementingkan kehidupan duniawi, telah secara signifikan
menyingkirkan mereka dari segala aspek spiritualitas. Akibatnya mereka hidup secara
terisolir dari dunia-dunia lain yang bersifat nonfisik, yang diyakini adanya oleh para
sufi. Mereka menolak segala dunia nonfisik seperti dunia imajinal atau spiritual
sehingga terputus hubungan dengan segala realitas-realitas yang lebih tinggi daripada
entitas-entitas fisik. Bagi mereka, kehidupan dimulai di dunia ini dan berakhir juga di
dunia ini, tanpa tahu dari mana ia berasal dan hendak kemana setelah ini ia pergi.
Akibatnya, mereka hanya berkutat di satu dunia ini saja, seakan mereka tidak pernah
punya asal dan tempat kembali (Kartanegara, 2006).
Keterputusan spiritual yang seperti itu membuat manusia modern juga
kehilangan kontak mereka dengan Tuhan, sumber dari segala yang ada. Sementara bagi
para sufi, Tuhan adalah Alfa dan Omega, Asal dan Tempat Kembali. Bagi banyak orang
modern Tuhan hanyalah dipandang sebagai penghalang bagi penyelenggaraan diri
mereka, dan kebebasan yang menyertainya (Kartanegara, 2006). Akibat dari
keterputusan ini, manusia modern mengalami gelisah dan sebangsanya, karena mereka
tidak lagi mengarahkan jiwanya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi sumber
ketauhidan manusia tetapi bertumpu kepada beraneka benda-benda fisik, yang selalu
timbul tenggelam, oleh karena itu benda-benda tersebut tidak pernah memberi
kepuasan dan ketenangan kepada mereka.
Dan dengan berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) ini juga
akan berbahaya jika berada ditangan orang yang secara mental dan keyakinan
agamanya belum siap. Mereka dapat menyalahgunakan teknologi untuk tujuan-tujuan
yang mengkhawatirkan. Mereka belum memahami bahwa iptek juga merupakan
sumber dari berbagai ilmu pengetahuan yang bersifat positif yang bisa mereka
manfaatkan isinya.
Husen Nasr (seorang ulama Iran) menyatakan bahwa akibat masyarakat modern
yang mendewa-dewakan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadikan mereka berada
dalam wilayah pinggiran eksistensinya sendiri, bergerak menjauh dari pusat, sementara
pemahaman agama yang berdasarkan wahyu mereka tinggalkan, hidup dalam keadaan
sekuler. Masyarakat yang demikian adalah masyarakat barat yang dikatakan the post
industrial society telah kehilangan visi keilahian. Masyarakat yang demikian ini telah
tumpul penglihatan intelectusnya dalam melihat realitas hidup dan kehidupan (Syukur,
1999).
Menurut ‘Ata Muzhar, menyatakan bahwa manusia modern ditandai oleh lima
hal, yakni (Syukur, 1997) :
1. Berkembangnya mass culture karena pengaruh kemajuan mass media sehingga
kultur tidak lagi bersifat lokal, melainkan nasional dan bahkan global.
2. Tumbuhnya sikap-sikap yang lebih mengakui kebebasan bertindak manusia
menuju perubahan masa depan. Dengan demikian alam dapat ditaklukkan,
manusia merasa lebih leluasa kalau bukan merasa lebih berkuasa.
3. Tumbuhnya berfikir rasional, sebagian besar kehidupan umat manusia ini
semakin diatur oleh aturan-aturan rasional.
4. Tumbuhnya sikap hidup yang materialistik, artinya semua hal diukur oleh nilai
kebendaan dan ekonomi.
5. Meningkatnya laju urbanisasi.

Dapus

Kartanegara, Mulyadhi. 2006. Menyelami Lubuk Tasawuf. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Syukur, Amin. 1997. Zuhud di Abad Modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Syukur, Amin. 1999. Menggugat Tasawuf. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai