Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dimasa pemerintahan setelah orde baru, system pendidikan di
Indonesia semakin menanjak. Pemerintah semakin gencar dan giat
memperluas jaringan system pendidikannya, dengan dibuatnya Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Indonesia menunjukan
keseriusannya dalam pendidikan di tanah air. Disamping sector bantuan dana
pendidikan yang semakin diperhatikan, pemerintah pun selalu mencari
kurikulum yang terbaik untuk perkembangan anak didik di Indonesia.
sebelum itu berkembang, pada masa sebelum kemerdekaan banyak tokoh-
tokoh pendidikan Indonesia yang sudah mengawali perjuangannya, seperti
yang sudah kita kenal tokoh pendidikannya adalah Ki Hadjar Dewantara yang
sekarang menjadi tokoh pahlawan nasional.
Penting bagi kita selaku generasi penerus bangsa seyogyanya selalu
mengenang kepahlawanan generasi sebelum kita, jati diri bangsa-bangsa
tercermin dari kepeduliannya terhadap jasa pahlawannya.
Pada masa penjajahan di Indonesia, banyak bermunculan wadah-wadah
pendidikan yang berjuang seperti hal nya yang sekarang kita kenal adalah
sekolah. Ada beberapa perbedaan yang mencolok antara sekolah jaman
sekarang dan masa penjajahan. Diantaranya adalah dari tidak adanya wadah
pengaturan system, keberadaan wadah itu sangat penting untuk menjadi
komponen penggerak pendidikan.
Didalam makalah ini akan dijelaskan beberapa hal mangenai kepanduan
HW (Hizbul Wathan). Kepanduan HW dalam perjalanan sejarahnya telah
menjadi wadah pendidikan bagi generasi muda muhammadiyah yang
berhasil, sekaligus menjadi sarana da'wah yang ampuh. Banyak anak- anak
muda yang tertarik memasuki kepanduan Hizbul Wathan. Mereka merasakan
banyak mendapatkan manfaat dan keuntungan menjadi pandu Hizbul Wathan.
Tidak sedikit pemuda- pemuda anggota pandu Hizbut Wathan menjadi orang
yang percaya diri dan memiliki keperibadian yang baik (memiliki akhlak
utama, luhur budi pekertinya, beriman serta bertaqwa kepada Allah) serta
menjadi warga masyarakat yang berguna.
Pertumbuhan Muhammadiyah di masa awal tidak dapat dilepaskan dari
peranan HW yang selalu menjadi pelopor dalam setiap perintisan berdirinya
Cabang dan Ranting Muhammadiyah. Sebelum Muhammadiyah berdiri di
suatu daerah, biasanya lebih dahulu telah berdiri HW. Oleh karena itu, dari
HW ini kemudian lahir pemimpin, da'i, dan mubaligh yang ulet, percaya diri,
dan disiplin, serta mereka menjadi penggerak Muhammadiyah. Hizbut
Wathan diakui sebagai wadah untuk mendidik generasi muda menjadi
generasi muda yang disiplin, jujur, berani,mandiri, dan terampil dan berjiwa
perwira sebagaimana ditanamkan datam kesadaran setiap anggota Hizbut
Wathan metalui perjanjian Hizbul Wathan dan Undang-undang Hizbul
Wathan.
Persyarikatan Muhammadiyah merupakan Gerakan Islam dan Dawah
Amar Maruf nahi Munkar, beraqidah Islam, bersumber pada Al Quran dan
As Sunnah, bertujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam
sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, bergerak dalam
segala bidang kehidupan, antara lain bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial
ekonomi.
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan sebagai organisasi otonom,
memiliki tugas mengemban visi dan misi Muhammadiyah dalam pendidikan
anak, remaja dan pemuda, sehingga mereka menjadi muslim yang sebenar-
benarnya dan siap menjadi kader Persyarikatan, Umat, dan Bangsa.
Sebagai suatu gerakan, setiap anggota Hizbul Wathan berarti memiliki
tugas dan tanggungjawab untuk ikut serta secara aktif mengamalkan dan
menyebar-luaskan maksud dan tujuan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan.
Hizbul Wathan sendiri memiliki arti Pembela Tanah Air. Hal ini
dimaksudkan agar setiap anggota memiliki jiwa dan semangat nasionalisme
yang tinggi, sehingga sanggup untuk membela dan mempertahankan tanah air
Indonesia dari segala hal yang dapat mengancam keutuhan dan
kedaulatannya.

B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah yang akan di bahas dalam Makalah ini adalah :
1. Sejarah Kelahiran Hizbul Wathan?
2. Sejarah Berdirinya Hizbul Wathan?
3. Sejarah Pemberian Nama Hizbul Wathan ?
4. Asas, Maksud dan Tujuan Gerakan Hizbul Wathan?
5. Metode Pendidikan Gerakan Hizbul Wathan?
6. Keanggotaan dan Keorgansisasian?
7. Gerakan Hizbul Wathan di Masa Pergerakan Nasional?
8. Hizbul Wathan Pada Masa Penjajahan Jepang?
9. Hizbul Wathan di Masa Revolusi Kemerdekaan 1945?
10. Masa Kebangkitan Kembali Hizbul Wathan?
11. Masa Peleburan Kedua?
12. Masa Kebangkitan Kedua dari Hizbul Wathan?

C. Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan dari Penulisan Makalah ini yaitu :
1. Untuk Memenuhi salah satu Tugas Individu Mata Kuliah Hizbul Wathan.
2. Untuk Mengetahui Sejarah Kelahiran Hizbul Wathan.
3. Untuk Mengetahui Sejarah Berdirinya Hizbul Wathan.
4. Untuk Mengetahui Sejarah Pemberian Nama Hizbul Wathan.
5. Untuk Mengetahui Asas, Maksud dan Tujuan Gerakan Hizbul Wathan.
6. Untuk Mengetahui Metode Pendidikan Gerakan Hizbul Wathan.
7. Untuk Mengetahui Keanggotaan dan Keorgansisasian.
8. Untuk Mengetahui Gerakan Hizbul Wathan di Masa Pergerakan
Nasional.
9. Untuk Mengetahui Hizbul Wathan Pada Masa Penjajahan Jepang.
10. Untuk Mengetahui Bagaiman Hizbul Wathan di Masa Revolusi
Kemerdekaan 1945.
11. Untuk Mengetahui Bagaimana Masa Kebangkitan Kembali Hizbul
Wathan.
12. Untuk Mengetahui Masa Peleburan Kedua.
13. Untuk Mengetahui Bagaimana Masa Kebangkitan Kedua dari Hizbul
Wathan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Kelahiran Hizbul Wathan


Berdirinya Budi Utomo pada tanggal 20 mei 1908 menjadi tonggak
sejarah kebangkitan indonesia. Pada tahun 1912 tokoh NPO (Nederland
Padvinders Organitation) mendirikan cabangnya di indonesia dan diresmikan pada
tahun 1914 dengan nama Nederland Indische Padvinders Vereeniging (NIPV).
Pada tahun 1916 SP Mangkunegara VII di surakarta mendirikan
kepanduan dengan nama JPO (Java Padvinders Organitation) disusul dengan
lahirnya Taruna Kembang untuk daerah kasunanan oleh pangeran Suryobrata.
Pada tahun 1918, KH. A. Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah, dengan
didampingi Bapak Mulyadi Djojomartono sepulang pengajian SATF (Sidik ,
amanat, tabligh, Fathonah) di solo melihat NIPV, JPO dan Taruna Kembang
sedang latihan baris-berbaris di alun-alun Mangkunegaraan Surakarta beliau
menghendaki putera Muhammadiyah didik seprti itu, untuk mengabdi atau
menghamba kepada Allah.
Beberapa waktu kemudian, Bapak Mulyadi Djojomartono mengumpulkan
para pemuda Muhammadiyah dan dilatih pertama kali dihalaman Masjid Agung
Solo dengan seragam seadannya. Pada perkembangan selanjutnya, pemuda
Donowardoyo ikut bergabung (1924).
Sesampai di Jogja, beliau menunjuk bebrapa guru antara lain: mantri Guru
SD Muhammadiyah Suronatan (Standart School) Bapak Somodirjo, Bapak Siradj
Dahlan dan Bapak Syarbini guru SD Muhammadiyah bausasran, untuk
mengarahkan pemuda Muhammadiyah.
Dengan resmi lahirlah Padvinders Muhammadiyah, baik yang ada di solo
maupun Yogyakarta. Pembinanya diserahkan kepada pemuda Muhammadiyah
bagian sekolah. Latihan bermula bagi guru-guru, setiap ahad sore di standart
school, Suronatan Yogyakarta.
Selanjutnya dibentuk anak-anak dan dewsa dengan seraga kemeja drile
khekhi, celana biru tua, kacu merah tua berbentuk hitam (deler kecer) atas usaha
bapak H. Nawawi.
Pada suatu hari K.H. Ahmad Dahlan memanggil beberapa guru
Muhammadiyah, saat itu bertepatan dengan hari ahad siang. Pertemuan itu bukan
untuk mengedakan rapat yang membincangkan suatu masalah, melainkan suatu
pertemuan biasa yang mana K.H Ahmad Dahlan ingin menanyakan suatu
peristiwa yang ia temukan saat pergi ke solo. Bahwasanya Kiai melihat anak-anak
berbaris dimuka alun-alun, sedangkan setengahnya sedang asik bermain hanya
saja semua anak tersebut memakai satu seragam yang sama. Lalu salah satu guru
yakni mantri guru Somodirjo menjawab bahwasanya itu adalah anak-anak
Padvinder Mangkunegaran (sebuah pandu dimasa itu) yang bernama Javaansche
Padvinderi Organisatie. Sejak saat itu (tahun 1336 H/1918 M) Muhammadiyah
membuat kegiatan kepanduan bagi anak-anak sekitar kauman yang waktu itu
dipelopori oleh bapak Somodirjo dan Syarbini yang mantan militer dimasanya.

Pertama kali kepanduan tersebut diberi nama Padvinder Muhammadiyah


lalu baru pada tanggal 20 jumadil awal 1338 H bertepatan dengan tanggal 30
januari 1920 nama HW (Hizbul Wathan) mulai dikenal mayarakat, yang
mempunyai arti Golongan yang Cinta Tanah Air.

Seiring dengan gejolak politik di negri ini pada tahun 1961 dibentuklah
sebuah gerakan kepanduan bagi pemuda yang diberi nama Pramuka sejak saat itu
semua kepanduan yang ada di negeri ini dileburkan menjadi satu (Pramuka), lalu
pada tanggal 10 Syaban 1420 H/18 november 1999 M. Pimpinan Pusat
Muhammadiyah kembali membangkitkan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan
(HW), yang dipertegas dengan keluarnya surat keputusan pada tanggal 1
Dzulhijjah 1423 H/2 februari 2003.
B. Sejarah Berdirinya Hizbul Wathan
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan didirikan di Yogyakarta pada tahun 1336
H/1918 M. Namun pada tahun 1943 M. bersama dengan organisasi kepanduan
lainnya, Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan dibubarkan oleh pemerintah
penjajahan Jepang.
Pada tanggal 29 Januari 1950 M. Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan bangkit
kembali dengan berbagai perubahan. Namun berdasarkan surat keputusan
Presiden Republik Indonesia nomor 238/61 tanggal 9 meret 1961 M. bersama
dengan organisasi kepanduan lainnya, Gerkan Kepanduan Hizbul Wathan dilebur
menjadi Pramuka, sebagai satu-satunya organisasi kepanduan di Indonesia.
Dan pada tanggal 10 Syaban 1420 H. bertepatan dengan tanggal 18
November 1999 M. oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Gerakan Kepanduan
Hizbul Wathan dibangkitkan kembali untuk kedua kalinya, dengan surat
keputusan nomor 92/SK-PP/VI-B/1.b/1999 dan dipertegas dengan surat keputusan
Pimpinan Pusat Muhammadiyah nomor 10/Kep/I.O/B/2003.

C. Sejarah Pemberian Nama Hizbul Wathan


Dalam pertemuan di rumah Bapak H. Hilal di Kauman Yogyakarta, atas
prakarsa bapak H. Hadjid diusulkan mengganti nama Padvinders Muhammadiyah
menjadi HIZBUL WATHAN, yang bermakna cita tanah (Pembela Tanah Air),
Sesuai dengan jiwa perjuangan melawan penjajah belanda pada saat itu. Peristiwa
ini terjadi pada tahun 1920.

D. Asas, Maksud dan Tujuan Hizbul Wathan


Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan berasaskan Islam. Sedangkan maksud
dan tujuannya adalah menyiapkan dan membina anak, remaja, dan pemuda
menjadi manumur muslim yang sebenar-benarnya dan siap menjadi kader
Persyarikatan, Umat, dan Bangsa.
E. Metode Pendidikan Kepanduan Hizbul Wathan
Kepanduan Hizbul Wathan adalah sistem pendidikan di luar keluarga dan
sekolah untuk anak, remaja dan pemuda. Dilakukan di alam terbuka dengan
metode yang menarik, menyenangkan dan menantang, dalam rangka membentuk
warga negara yang berguna dan mandiri.
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan adalah Kepanduan Islami, artinya
dalam upaya menanamkan aqidah Islamiyah dan membentuk akhlaq mulia kepada
peserta didik dilakukan dengan metode kepanduan.
Ciri khas Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan ada dalam prinsip dasar dan
metode pendidikannya , yaitu:
1. Pengamalan aqidah Islamiyah.
2. Pembentukan dan pembinaan akhlaq mulia menurut ajaran Islam.
3. Pengamalan kode kehormatan pandu.
4. Pemberdayaan anak didik lewat sistem beregu.
5. Kegiatan dilakukan di alam terbuka.
6. Pendidikan dengan metode yang menarik, menyenangkan, dan
menantang.
7. Penggunaan sistem kenaikan tingkat dan tanda kecakapan.
8. Sistem satuan dan kegiatan terpisah antara pandu putera dan pandu puteri.
9. Tidak terkait dan berorientasi pada partai politik atau golongan tertentu.

F. Usaha Hizbul Wathan


Dalam mencapai maksud dan tujuan yang telah diterangkan di atas,
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan berusaha :
1. Mengembangkan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan di seluruh
Indonesia.
2. Mengadakan pendidikan dan pelatihan kepanduan bagi anak, remaja, dan
pemuda muslim.
3. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan untuk para pelatih, pimpinan,
dan pemimpin anak didik.
4. Menyelenggarakan pendidikan kepanduan Islami.
5. Mengadakan kerjasama kelembagaan di dalam dan di luar negeri.
6. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan Gerakan
Kepanduan Hizbul Wathan.

G. Keanggotaan dan Keorgansisasian Kepanduan Hizbul Wathan


1) Anggota Kepanduan Hizbul Wathan adalah warga negara Republik
Indonesia, beragama Islam, yang terdiri dari :
a. Anggota Biasa adalah peserta didik putera dan puteri yang dikelompokkan
menjadi:
b. Athfal : berumur 6 sampai 10 tahun
c. Pengenal : berumur 11 sampai 16 tahun
d. Penghela : berumur 17 sampai 20 tahun
e. Penuntun : berumur 21 sampai 25 tahun
2) Anggota Pembina adalah mereka yang tugas utamanya memimpin dan atau
melatih peserta didik serta mengelola dan atau memimpin Kwartir atau Qabilah.
Anggota pembina terdiri dari pelatih, Instruktur, Pemimpin Satuan, dan Pimpinan
Kwartir atau Qabilah.
3) Anggota Kehormatan adalah para pecinta Kepanduan Hizbul Wathan,
yang karena usia, kesehatan, atau kesibukan kerja tidak dapat berpartisipasi aktif
dalam kegiatan kepanduan.
a. Pandu Wreda Hizbul Wathan dan Pandu Wreda Nasyiatul Aisyiyah.
b. Orang yang berjasa dalam pengembangan Gerakan Kepanduan Hizbul
Wathan.
c. Simpatisan Kepanduan Hizbul Wathan.
Jenjang organisasi Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan diatur sejajar dengan
jenjang organisasi di Persyarikatan Muhammadiyah, sebagai berikut :
a. Di tingkat PP Muhammadiyah disebut Kwartir Pusat.
b. Di tingkat PW Muhammadiyah disebut Kwartir Wilayah.
c. Di tingkat PD Muhammadiyah disebut Kwartir Daerah.
d. Di tingkat PC Muhammadiyah disebut Kwartir Cabang.
e. Di tingkat PR Muhammadiyah disebut Qabilah.
H. Masa Pergerakan Nasional
Pada tanggal 3 April 1926 G.J. Ranneft, komisaris besar NIPV
menyelenggarakan dan memimpin konperensi kepaduan di rumah KH Ahmad
dahlan (dari Hizbul Wathan) Yogyakarta, dengan mengundang Kepaduan
Nasional Indonesia. Dalam konperensi tersebut disampaikan konsep NIPV untuk
mempersatukan organisasi kepanduan yang ada di indonesia.
Berdasar alasan prinsip Kepanduan Nasinal Indonesia, kosep tersebut tidak
dapat diterima dan HW tidak bersidia bergabung dengan NIPV yang berorientasi
pada kepentingan kolonial Belanda.
Karena menolak, Belanda melarang menggunakan istilah Padvinder atau
Padvinderij karena larangan tersebut, Bapak H. Agus Salim dalam konggres SIAP
tahun 1928 di Bayumas, mengunakan istilah Pandu dan kepanduan, sebagai
pengganti istilah Padvinder dan Padvinderij

I. Masa Penjajahan Jepang


Pada awalnya HW masih dapat aktif, ikut pawai ulang tahun Tenno Heika
(HW dipimpin Bapak Haiban Hadjid, putera Bapak H. Hadjid). Penjajah Jepang
melarang semua partai, organisasi pemuda, termasuk pandu. Sebagai gantinya
Pemuda Indonesia dimasukan dalam Gerakan Seinendan, Keibondan, PETA.

J. Masa Revolusi Kemerdekaan 1945


1. Masa Peleburan Pertama
Pada Akhir September 1945, di balai Mataram Yogyakarta diadakan rembuk
pandu-pandu yang menghasilkan keinginan membangkitkan kembali pandu. Dari
HW diwakili Bapak Mawardi Haiban Hadjid.
Tanggal 27-29 Desember 1945 Kesatuan kepanduan Indonesia dalam
konggersnya di Solo sepakat bergabung dengan nama Pandu Rakyat Indonesia
Pengurus Kwarti besarnya: Dr. Mawardi dari kepanduan KBI, Hertog Dari pandu
KBI, Abdulghonie dari Hizbul Wathan, Djoemadi dari Hizbul Wathan dan lain-
lain.
Pada Bulan Desember 1948 saat terjadinya clash II/PK II kegiatan kepanduan
terhenti. Di daerah yang diduduki belanda Pandu Rakyat Indonesia dilarang
mengadakan kegiatan, namun di daerah pendudukan yang tidak diduduki Belanda
masih bertahan.

K. Masa Kebangkitan Kembali


Pada tanggal 20-22 Januari 1950, konggres pandu Rakyat ke-2 di
Yogyakarta mengeluarkan beberapa keputusan diantaranya yaitu:
a. Menerima kosep baru, memberikan kesempatan golongan untuk
menghidupkan kembali golongan kepanduannya
b. Melangkah menuju pengakuan internasional
c. Menetapkan susunan pengurus besar Kwartir besar putra dan kwartir
besar putri.
Sebelum Bapak Jendral Sudirman wafat, beliau berpesan kepada
Muhammadiyah, sesuai dengan keputusan konggres Pandu Rakyat, supaya Pandu
HW dibangkitkan kembali.
a. Pada tanggal 29 Januari 1950, diadakan apel kebangkitan di halaman
masjid besar/ Masjid Agung Yogyakarta yang dipimpin oleh bapak Haiban
Hadjid.
b. Dengan bangkitnya kembali Hizbul Wathan, bangkit pula Pandu Hizbul
Islam, Pandu Al-Wathani, Pandu SIAP, Pandu Islam, Pandu Ansor, Pandu A-
Irsyad, agama lain. Barulah pandu-pandu umum/ yang tidak mengkhususkan
agama ikut memisahkan diri dari Pandu Rakyat.
c. Dalam perkembangan pada tahun 1960 Pandu HW mengadakan suatu
kursus Pemimpin d i Kaliurang Yogyakarta dengan nama Jaya Melati I (semacam
kursus kepanduan/unit leaders course/woodbadge course/kursus mahir dasar).

L. Masa Peleburan Kedua


Dengan munculnya Keppres no. 238 tahun 1961 tentang lahirnya Gerakan
Kepanduan Pramuka, semua organisasi kepanduan harus meleburkan diri kedalam
Gerakan Kepanduan Pramuka termasuk HW
Dasar-dasar peleburan:
a. Pidato PJM Presiden kepada para Pemimpin Pandu tanggal 9 maret 1961
di Istana Merdeka.
b. Surat dari PERKINDO NO. 071/DK/III/61. tentang tindak lanjut amanat
PJB Presiden tanggal 9 Maret 1961.
c. Maklumat keputusan PP Muhammadiyah Majlis HW No. 302/IV-A/61
hal perintah peleburan organisasi kepanduan.
d. Pengunguman PP Muhammadiyah Majlis HW no.10/HM/61 tanggal 1
April 1961 hal aktifitas HW.
e. Keputusan Presiden RI no.121 tahun 1961 tanggal 11 April tentang
Pantia Pembentukan Gerakan Pramuka.
f. Surat dari penguasa perang tertinggi no. 0605/Peperti/1961 tanggal 11
April1961 hal aktifitas kepanduan.
g. Kepres RI no. 238 tahun 1961 tertangal 20 mei 1961 tentang Gerakan
Pramuka.
h. Surat dari Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka no. 8/PPGP tanggal 27
Mei 1961 hal pernyataan bersedia meleburkan diri.
i. Surat dari Majlis HW tanggal 8 Juni 1961 berisi pernyataan bersedia
meleburkan diri.

M. Masa Kebangkitan Kedua


Sejak dilebur menjadi gerakan pramuka beberapa anggota HW tidak
bersedia ikut meleburkan diri mereka membentuk suatu kegiatan pemuda yang
senapas dengan jiwa mereka seperti pencinta alam, drumband atau lebih
mempokouskan sebagai kader persayrikatan dalam pemuda muhammadiyah dan
lain-lain
Begitu pula dengan pandu nasiatul aisyyah lebih banyak membina diri
dalam pengajian membentuk pendidikan non formal bagi anak-anak, serta
kegiatan sosial lainnya. Dalam muktamar muhammadiyah tahun 1980 di surabaya
bermunculan para mantan pandu HW dengan seragamnya sebagai visualisasi
adanya kegiatan muhammadiya dari masa kemasa.
Pada muktamar selanjutnya baik disolo, yogyakarta maupun aceh pandu
HW Wreda takmau ketinggalan. Pada tahun 1994 mantan pandu HW dan pandu
NA mengadakan silaturrahim serta taziah kepada istri bpk Sumitro di komplek
Prumahan Dosen UGM. Pada tahun 1996 diadakan reuni nasional I di yogyakarta
yang didahului reuni se DIY, Reuni Malang. dalam reuni nsional munculan ide
untuk membangkitkan kembali kepanduan hizbul wathan.
Sejak saat itu diadakan pertemuan rutin baik sepekan sekali maupun
sebulan sekali untuk mempersiapkan konsep kepandua yang islami. Dari hasil
pertemuan tersebut, pimpinan HW Wreda menghadap PP Muhammadiyah untuk
membangkitkan kembali pada tanggal 18 november 1998 dan disetujui oleh PP
Muhammadiyah. Keputusan tanwir muhammadiyah di semarang 1998
memutuskan kebangkitan kembali pandu HW dan IRM kembali Menjadi IPM.
Berhubungan pada bulan mei 1998 ada peristiwa repormasi yang
dampaknya terjadi huru hara, kerusuhan dan kondisi keamanan tidak
memungkinkan maka kebangkitn HW tertunda pada tanhun berikutnya, 18
November 1999 M/ 10 syaban 1420 H. bertepatan dengan 87 tahun kelahiran
Muhammadiyah menurut kalender miladiyah.
Dengan surat keputusan pimpinan Pusat Muhammadiyah no 92/SK-PP/VI-
B/1.b/1999 Kepanduan hizbul Wathan resmi dibangkitkan. Dalam perjalanannya
SK tersebut disempurnakan dengan surat keputusan PP Muhammadiyah no
10/KEP/1.0/B/2003 sebagai pelaksanaan SK PP No 92/SK-PP/VI-B/1.b/1999
lahirlah surat edaran PP Muhammadiyah no VI/B/I.A/58/2000 tanggal 23
Djulqodah 1420 H/ 28 Pebruari 2000 M.

N. Melacak Jejak Sejarah


Bermula dari perjalanan dakwah yangdilakukan Kiai Ahmad Dahlan ke
Surakarta pada tahun 1920, berdirinya Hizbut Wathan merupakan inovasi
terbuka dan kreatif untuk membina anak- anak muda dalam keagamaan dan
pendidikan mereka. Ketika melewati alun-alun Mangkunegaran, Kiai Dahlan
melihat anak-anak muda berseragam ( para anggota Javaannsche Padvinder
Organisatie ), berbaris rapi, dan metakukan berbagai kegiatan yang menarik.
Mereka kelihatan tegap dan disiplin. Sekembalinya di Yogyakarta, Kiai
Dahlan memangit beberapa guru Muhammadiyah untuk membahas
metodologi baru dalam pembinaan anak-anak muda Muhammadiyah, baik di
sekolah-sekolahmaupun di masyarakat umum. Kiai Dahlan mengungkapkan
bahwa alangkah baiknya kalau Muhammadiyah mendirikan padvinder untuk
mendidik anak-anak mudanya agar memiliki badan yang sehat serta jiwa
yang luhur untuk mengabdi kepada Allah.

Metode padvinder diambil sebagai metode pendidikan anak muda


Muhammadiyah di luar sekolah. Hal ini sangat bermanfaat bagi metode
pendidikan dan dakwah yang dilakukan Muhammadiyah, yang semuanya
merupakan tindakan strategis yang sangat erat dengan masa depan Islam,
pembaharuan masyarakat dan bangsa, serta kecepatan penyebaran gagasan-
gagasan pembaharuan dan da'wah Islam.

Gagasan Kiai A. Dahlan tersebut kemudian dikembangkan lagi, setelah


diadakan pembahasan oleh beberapa orang yang dipelopori oleh
Soemodirdjo, dengan mendirikan Padvinder Muhammadiyah yang terbentuk
pada tahun 1921 (Almanak Muhammadiyah, 1924: 49, lihat juga Almanak
1357 H: 226-227) yang diberi nama nama Hizbut Wathan. Namun ada
pendapat lain yang mengemukakan bahwa Hizbut Wathan berdiri pada tahun
1919.

Aktivitas-aktivitas kepanduan di lingkungan Muhammadiyah segera dimulai.


Syarbini, seorang bekas anggota militer Belanda dan bekas order office,
mengadakan latihan berbaris dan berolahraga setiap hari Ahad sore di
halaman Sekolah Muhammadiyah Suronatan. Kian hari kian bertambah
pengikutnya, tidak lagi terbatas pada guru saja, juga banyak para pemuda
Kauman yang ikut berlatih. Yang sangat menarik perhatian masyarakat ialah
adanya barisan Padvinder Muhammadiyah yang tegap, disiplin, dan rapi,
yang merupakan hal yang sangat menarik bagi masyarakat saat itu.
Semboyan Hizbut Wathan pada waktu itu ialah setia kepada util amri;
sungguh berhajat akan menjadi orang utama; tahu akan sopan santun dan
tidak akan membesarkan diri; boleh dipercaya; bermuka manis; hemat dan
cermat; penyayang; suka pada sekalian kerukunan; tangkas, pemberani, tahan,
serta terpercaya; kuat pikiran menerjang segata kebenaran; ringan menolong
dan rajin akan

kewajiban; menetapi akan undang-undang Hizbul Wathan (Almanak Muham-


madiyah, 1924: 50). Dari semboyan (kewajiban) Hizbut Wathan ini dapat
diketahui semangat, cita-cita dan karakter yangakan itanamkan pada setiap
anggota pandu Hizbut Wathan. Semboyan itu kemudian menjadi Undang-
Undang Hizbul Wathan, dan selalu diucapkan pada setiap latihan dan
upacara, sehingga meresap dalam kesadaran setiap anggota Hizbut Wathan,
yang pada akhirnya akan membentuk karakter dan kepribadian setiap
anggota pandu Hizbut Wathan.

Pada perkembangan selanjutnya, Hizbul Wathan banyak mendapatkan


sambutan hangat dari masyarakat umum dan kepanduan lain. Di Solo, Hizbut
Wathan mendapat tanggapan hangat dari Javaannsche Padvinder Organisatie.
H izbut Wathan juga banyak terlibat dalam berbagai aktivitas di masyarakat
umum, sehingga Hizbut Wathan akhirnya cepat dikenal di tengah masyarakat.

Dalam berbagai moment, seperti penghormatan atas pengiringan Sultan


Hamengkubuwono Vll yang pindah dari Keraton ke Amburukmo, Hizbut
Wathan banyak mengambil peran dalam prosesi tersebut. Dalam setiap
kongres yang diselenggarakan Muhammadiyah dan Aisiyah, Hizbut Wathan
selalu siap untuk membantu menyelenggarakan, menjaga keamanan,
menyemarakkan dengan barisan tambur dan terompetnya. Demikian pula di
setiap hari besar Islam dan hari besar nasional, Hizbut Wathan selalu tampil
dalam barisan 'elite' yang dengan gagah dan tegap berada di tengah-tengah
barisan organisasi kemasyarakatan yang lain. Juga, tidak jarang Hizbut
Wathan tampil dalam berbagai upacara jumenengan Sri Sultan
Hamengkubuono Vill. Di situ Hizbut Wathan tampil dengan barisan tambur
dan terompetnya yang dipimpin langsung oleh KHA.Dahlan.

Hizbut Wathan juga sering tampil senciri dengan acara dan kegiatan yang
menarik dan menjadi perhatian masyarakat. Pada giliranya banyak warga
masyarakat, khususnya anak-anak dan generasi mudanya tertarik untuk
menjadi anggota Hizbul Wathan. Tidak sedikit dengan golongan yang dulu
tidak senang dengan Muhammadiyah tertari kepada Hizbut Wathan-nya,
bahkan dari kalangan kaum'abangan' pun tidak sedikit yang memasukan
anak-anaknya kedalam pandu Hizbut Wathan.Pesatnya kemajuan Hizbut
Wathan rupanya mendapat perhatian pihak NIPV, yaitu perkumpulan
padvinder Hindia Belanda yang merupakan cabang dari padvinderij di negeri
Belanda (NPV). Pada saat itu, gerakan padvinderij Hindia Belanda
(Indonesia) yang dapat pengakuan internasional adalah yang bergabung
dalam NIPV tersebut yang merupakan perwakilan NPV. Pimpinan NIPV
datang ke Yogyakarta untuk mengajak Hizbut Wathan bergabung ke dalam
organisasi NIPV. Usaha-usaha Comissaris NIPVReneff) tiada hentinya untuk
mengajak Hizbut Wathan menjadi anggota NIPV, sehingga ketika Kongres
Muhammadiyah tahun 1926 di Surabaya, mereka mengambil inisiatif
mengikuti Hizbut Wathan dalam Kongres Muhammadiyah dari awal sampai
akhir. Pertemuan dilanjutkan lagi di Yogyakarta oleh wakil NIPV untuk
mengajak Hizbut Wathan masuk kedalam organisasi NIPV, tetapi Hizbul
Wathan tetap ingin mempertahankan kedaulatannya, tidak mau menerima
tawaran dari Reneff (wakil NIPV) tersebut, arena Hizbul Wathan mempunyai
prinsip-prinsip tersendiri.

Kepanduan HW dalam perjalanan sejarahnya telah menjadi wadah


pendidikan bagi generasi muda muhammadiyah yang berhasil, sekaligus
menjadi sarana da'wah yang ampuh. Banyak anak- anak muda yang tertarik
memasuki kepanduan Hizbul Wathan. Mereka merasakan banyak
mendapatkan manfaat dan keuntungan menjadi pandu Hizbul Wathan. Tidak
sedikit pemuda- pemuda anggota pandu Hizbut Wathan menjadi orang yang
percaya diri dan memiliki keperibadian yang baik (memiliki akhlak utama,
luhur budi pekertinya, beriman serta bertaqwa kepada Allah) serta menjadi
warga masyarakat yang berguna.

Kepanduan Hizbut Wathan melahirkan orang- orang yang kemudian tidak


hanya menjadi tokoh Muhammadiyah, tetapi juga menjadi tokoh nasional,
seperti Soedirman (Panglima Besar TNI/Bapak TNI), Soedirman Bojonegoro
(Mantan Pangdam Brawijaya), Syarbini (Mantan Pangdam
Diponogoro/Menteri Veteran), M. Amien Rais (Ketua MPR), Soeharto
(mantan Presiden RI II), Daryadmo (Mantan Ketua MPR), Feisal Tanjung
(mantan Menko Polkam), Hari Sabarno (Wakil Ketua MPR), dan lain-lain.

Pertumbuhan Muhammadiyah di masa awal tidak dapat dilepaskan dari


peranan HW yang selalu menjadi pelopor dalam setiap perintisan berdirinya
Cabang dan Ranting Muhammadiyah. Sebelum Muhammadiyah berdiri di
suatu daerah, biasanya lebih dahulu telah berdiri HW. Oleh karena itu, dari
HW ini kemudian lahir pemimpin, da'i, dan mubaligh yang ulet, percaya diri,
dan disiplin, serta mereka menjadi penggerak Muhammadiyah. Hizbut
Wathan diakui sebagai wadah untuk mendidik generasi muda menjadi
generasi muda yang disiplin, jujur, berani,mandiri, dan terampil dan berjiwa
perwira sebagaimana ditanamkan datam kesadaran setiap anggota Hizbut
Wathan metalui perjanjian Hizbul Wathan dan Undang-undang Hizbul
Wathan.

Perjalanan Hizbut Wathan terpotong oleh rasionalisasi yang dilakukan


pemerintah pada tahun 1960 bahwa seluruh organisasi kepanduan harus
melebur ke dalam pramuka. Dengan demikian, perjalanan sejarah pandu
Hizbul Wathan menjadi terhenti. Geliat untuk bangkit kembali muncul
setelah datangnya gelombang reformasi, yaitu keinginan untuk metahirkan
kembali gerakan kepanduan Hizbul Wathan. Pada Sidang Tanwir
Muhammadiyah di Bandung pada tahun 2000 akhirnya diputuskan bahwa
gerakan kepanduan Hizbut Wathan dilahirkan kembali sebagai organisasi
otonom di lingkungan Muhammadiyah.

O. Prinsip Dasar Organisasi

Prinsip Dasar Organisasi

Kepanduan Hizbul Wathan adalah organisasi otonom Persyarikatan


Muhammadiyah yang bergerak dalam bidang pendidikan kepanduan putra
maupun putri, merupakan gerakan Islam dan dakwah amar makruf nahi
munkar, berakidah Islam dan bersumberkan Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Organisasi ini didirikan dengan tujuan untuk mewujudkan masyarakat utama,
adil dan makmur yang diridlai Allah dengan jalan menegakkan dan
menjunjung tinggi Agama Islam lewat jalur pendidikan kepanduan.

Pencapaian maksud dan tujuan HW dilakukan dengan upaya-upaya sebagai


berikut:

1. Melalui jalur kepanduan ingin meningkatkan pendidikan angkatan muda


putra ataupun putri menurut ajaran Islam.

2. Mendidik angkatan muda putra dan putri agar menjadi manusia muslim
yang berakhlak mulia, berbudi luhur sehat jasmani dan rohani.

3. Mendidik angkatan muda putra dan putrid menjadi generasi yang taat
beragama, berorganisasi, cerdas dan trampil.
4. Mendidik generasi muda putra dan putri gemar beramal, amar makruf nahi
munkar dan berlomba dalam kebajikan.

5. Meningkatkan dan memajukan pendidikan dan pengajaran, kebudayaan


serta memperluas ilmu pengetahuan sesuai dengan ajaran agama Islam.

6. Membentuk karakter dan kepribadian sehingga diharapkan menjadi kader


pimpinan dan pelangsung amal usaha Muhammadiyah.

7. Memantapkan persatuan dan kesatuan serta penanaman rasa demokrasi


serta ukhuwah sehingga berguna bagi agama, nusa dan bangsa.

8. Melaksanakan kegiatan lain yang sesuai dengan tujuan organisasi


P. Nama Hizbul Wathan
Sepulang dari kunjungan ke Solo dibicarakan nama dari Padvinder
Muhammadiyah. Di rumah Bp. H. Hilal Kauman, R.H. Hajid mengajukan
nama yang dianggap cocok pada waktu itu yaitu HIZBUL WATHAN, yang
berarti Pembela Tanah Air. Hal ini mengingat adanya pergolakan-pergolkan
di luar negeri, dan dalam negeri sendiri sedang berjuang melawan penjajahan
Belanda.

Nama HIZBUL WATHAN sendiri berasal dari nama kesatuan tentara Mesir
yang sedang berperang membela tanah airnya. Dengan kata sepakat nama
HIZBUL WATHAN dipakai mengganti nama Pdvinder Muhammadiyah
tahun 1920.

Kejadian itu waktunya bertepatan dengan peristiwa akan turunnya dari tahta
Paduka Sri Sultan VII di Yogyakarta. Untuk turut menghormat dan akan ikut
mengiringkan pindahnya Sri Sultan VII dari keratin ke Ambarukmo, didakan
persiapan-persiapan dan latihan. Pada tanggal 30 januari 1921 barisan HW
keluar turut mengiringkan Sri Sultan pindah dari keratin ke ambarukmo.
Keluarga HW mendapat penuh perhatian dari kayalak ramai. Dari saat itulah
HW mulai terkenal pada umum. Hal ini ditambah lagi sesudah beberapa hari
kemudian HW berbaris dalam perayaan penobatan Sri Sultan VIII dengan
para tamu menyaksikannya. HW telah menjadi buah bibir masyarakat.

Demikianlah uniform HW mulai dikenal masyarakat. Maka tidak heranlah


kadang-kadang kalau ada anak belanda atau cina berpakaian Padvinder
(NIPV) dikatakan : Lho, itu ada HW Landa, lho itu ada HW Cina, yang
sebetulnya yang dimaksud adalah Padvinder NIPV, bahkan setiap ada anak
berpakaian pandu selalu dikatakan Pandu HW. Pada tanggal 13 Maret 1921
KH. Fachrudin menunaikan ibadah haji yang ke dua kalinya yang diantar oleh
barisan pandu HW dan warga Muhammadiyah sampai di stasiun Tugu. Kyai
H. Fachrudin sempat berpesan di depan anggota-anggota HW dengan
menanamkan semangat anti penjajahan pada anah HW:Tongkat-tongkat
yang kamu panggul itu pada suatu hari nanti akan menjadi senapan dan
bedil.Pesan Kyai H. Fachrudin ini ternyata benar, karena beberapa tahun
kemudian banyak anggota HW yang memegang senjata pada zaman Jepang
dengan memasuki barisan PETA (Pembela Tanah Air) seperti : Suharto (ek
Pres), Jendral Soedirman, Mulyadi Joyomartono, Kasman singodimejo,
Yunus Anis dll.

Pesatnya kemajuan HW, rupanya mendapat perhatian dari NIPV ialah


perkumpulan kepanduan Hindia Belanda (NPV). Pada waktu itu gerakan
kepanduan yang mendapat pengakuan International hanyalah yang bergabung
dalam NIPV tersebut.

Q. Hizbul Wathan Menolak Bergabung dengan NIPV


M. Ranelf seorang pemimpin dari NIPV dan yang memegang perwakilan
NIPV telah dating ke Yogyakarta menemui pimpinan HW, mengajak supaya HW
masuk dalam organisasi NIPV. Usaha-usaha Ranelf selaku komisaris NIPV tiada
hentinya untuk menarik HW menjadi anggota NIPV sehingga ketika Konggres
Muhammadiyah tahun 1926 di Surabaya, ia mengikuti HW dalam konggres
Muhammadiyah dari awal sampai akhir. Selanjutnya diadakan pertemuan lagi di
yogyakarta oleh Wakil NIPV, mengajak HW masuk ke dalam organisasi NIPV.
Tetapi HW adalah HW, bukannya seperti yang biasanya di sebut padvinder. HW
mempunyai prinsip-prinsip yang sukar di terima oleh padvinder, karena akan
menyalahi prinsip-prinsip sebagai padvinder. Adapun HW jika di katakana itu
bukannya Padvinder bagi HW tidak keberatan, bagi HW adalah Hizbul Wathan
mau dikatakan itu padvinder terserah yang mau mengatajannya.

Kyai Haji Fachrudin mengetahui bahwa NIPV merupakan kepanduan yang


bersifat ke Belanda-an dan merupakan alat dari penjajah Belanda sehingga ajakan
tersebut ditolak HW. Alas an HW menolak ajakan tersebut ialah karena HW
sudah mempunyai dasr sendiri yaitu Islam, HW sudah mempunyai induk sendiri
yaitu Muhammadiyah. Sesuai dengan induknya HW bersemangat anti penjajah.
HW tidak dapat diatur menurut aturan NIPV.

R. Pengalaman Oragnisasi

Disamping aktif dalam menggulirkan gagasannya tentang gerakan dakwah


Muhammadiyah, ia juga dikenal sebagai seorang wirausahawan yang cukup
berhasil dengan berdagang batik yang saat itu merupakan profesi wiraswasta
yang cukup menggejala di masyarakat.
Sebagai seorang yang aktif dalam kegiatan bermasyarakat dan mempunyai
gagasan-gagasan cemerlang, Dahlan juga dengan mudah diterima dan
dihormati di tengah kalangan masyarakat, sehingga ia juga dengan cepat
mendapatkan tempat di organisasi Jam'iyatul Khair, Budi Utomo, Syarikat
Islam dan Comite Pembela Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Pada tahun 1912, Ahmad Dahlan pun mendirikan organisasi Muhammadiyah
untuk melaksanakan cita-cita pembaruan Islam di bumi Nusantara. Ahmad
Dahlan ingin mengadakan suatu pembaruan dalam cara berpikir dan beramal
menurut tuntunan agama Islam. la ingin mengajak umat Islam Indonesia
untuk kembali hidup menurut tuntunan al-Qur'an dan al-Hadits. Perkumpulan
ini berdiri bertepatan pada tanggal 18 November 1912. Dan sejak awal
Dahlan telah menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik
tetapi bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan.

Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan ini juga


mendapatkan resistensi, baik dari keluarga maupun dari masyarakat
sekitarnya. Berbagai fitnahan, tuduhan dan hasutan datang bertubi-tubi
kepadanya. la dituduh hendak mendirikan agama baru yang menyalahi agama
Islam. Ada yang menuduhnya kyai palsu, karena sudah meniru-niru bangsa
Belanda yang Kristen, mengajar di sekolah Belanda, serta bergaul dengan
tokoh-tokoh Budi Utomo yang kebanyakan dari golongan priyayi, dan
bermacam-macam tuduhan lain. Saat itu Ahmad Dahlan sempat mengajar
agama Islam di sekolah OSVIA Magelang, yang merupakan sekolah khusus
Belanda untuk anak-anak priyayi. Bahkan ada pula orang yang hendak
membunuhnya. Namun ia berteguh hati untuk melanjutkan cita-cita dan
perjuangan pembaruan Islam di tanah air bisa mengatasi semua rintangan
tersebut.

Pada tanggal 20 Desember 1912, Ahmad Dahlan mengajukan permohonan


kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan badan hukum.
Permohonan itu baru dikabulkan pada tahun 1914, dengan Surat Ketetapan
Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus 1914. Izin itu hanya berlaku untuk
daerah Yogyakarta dan organisasi ini hanya boleh bergerak di daerah
Yogyakarta. Dari Pemerintah Hindia Belanda timbul kekhawatiran akan
perkembangan organisasi ini. Maka dari itu kegiatannya dibatasi. Walaupun
Muhammadiyah dibatasi, tetapi di daerah lain seperti Srandakan, Wonosari,
Imogiri dan lain-Iain telah berdiri cabang Muhammadiyah. Hal ini jelas
bertentangan dengan keinginan pemerintah Hindia Belanda. Untuk
mengatasinya, maka KH. Ahmad Dahlan menyiasatinya dengan
menganjurkan agar cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta memakai
nama lain. Misalnya Nurul Islam di Pekalongan, Al-Munir di Ujung Pandang,
Ahmadiyah di Garut. Sedangkan di Solo berdiri perkumpulan Sidiq Amanah
Tabligh Fathonah (SATF) yang mendapat pimpinan dari cabang
Muhammadiyah. Bahkan dalam kota Yogyakarta sendiri ia menganjurkan
adanya jama'ah dan perkumpulan untuk mengadakan pengajian dan
menjalankan kepentingan Islam.

Berbagai perkumpulan dan jama'ah ini mendapat bimbingan dari


Muhammadiyah, diantaranya ialah Ikhwanul-Muslimin, Taqwimuddin,
Cahaya Muda, Hambudi-Suci, Khayatul Qulub, Priya Utama, Dewan Islam,
Thaharatul Qulub, Thaharatul-Aba, Ta'awanu alal birri, Ta'ruf bima kanu wal-
Fajri, Wal-Ashri, Jamiyatul Muslimin, Syahratul Mubtadi.

Dahlan juga bersahabat dan berdialog dengan tokoh agama lain seperti Pastur
van Lith pada 1914-1918. Van Lith adalah pastur pertama yang diajak dialog
oleh Dahlan. Pastur van Lith di Muntilan yang merupakan tokoh di kalangan
keagamaan Katolik. Pada saat itu Kiai Dahlan tidak ragu-ragu masuk gereja
dengan pakaian hajinya.

Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh Ahmad Dahlan


dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota, disamping juga melalui relasi-
relasi dagang yang dimilikinya. Gagasan ini ternyata mendapatkan sambutan
yang besar dari masyarakat di berbagai kota di Indonesia. Ulama-ulama dari
berbagai daerah lain berdatangan kepadanya untuk menyatakan dukungan
terhadap Muhammadiyah. Muhammadiyah makin lama makin berkembang
hampir di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, pada tanggal 7 Mei 1921
Dahlan mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk
mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah di seluruh Indonesia.
Permohonan ini dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 2
September 1921.

Sebagai seorang yang demokratis dalam melaksanakan aktivitas gerakan


dakwah Muhammadiyah, Dahlan juga memfasilitasi para anggota
Muhammadiyah untuk proses evaluasi kerja dan pemilihan pemimpin dalam
Muhammadiyah. Selama hidupnya dalam aktivitas gerakan dakwah
Muhammadiyah, telah diselenggarakan dua belas kali pertemuan anggota
(sekali dalam setahun), yang saat itu dipakai istilah AIgemeene Vergadering
(persidangan umum).
C. Pahlawan Nasional

Atas jasa-jasa KH. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran


bangsa Indonesia melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, maka Pemerintah
Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan surat
Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961. Dasar-dasar penetapan itu ialah sebagai
berikut:

a. KH. Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan ummat Islam untuk


menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat;

b. Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak


memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut
kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan umat, dengan dasar iman
dan Islam;

c. Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah mempelopori amal usaha sosial


dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa,
dengan jiwa ajaran Islam; dan
d. Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah
mempelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan
berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria.

3 ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA HIZBUL


WATHAN

KEPUTUSAN MUKTAMAR H.W KE-2 DI JAKARTA

ANGGARAN DASAR

GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN

MUQADDIMAH

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Yang menguasai semua alam. Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada
Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah, kami mohon
pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang
telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang
dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

AMMA BADU, bahwa sesungguhnya ke-Tuhanan itu adalah hak Allah semata.
Ber-Tuhan dan beribadah, tunduk dan taat kepada Allah adalah satu-satunya
ketentuan yang wajib bagi setiap makhluk, terutama manusia.
Hidup bermasyarakat adalah sunnah (hukum qudrat iradat) Allah atas kehidupan
manusia di dunia. Masyarakat yang sejahtera, aman, damai, makmur, dan bahagia
dapat diwujudkan hanya di atas keadilan, kejujuran, persaudaraan, gotong-royong,
dan tolong menolong dengan bersendikan hukum Allah yang sebenar-benarnya,
lepas dari pengaruh setan dan hawa nafsu.

Selanjutnya, untuk menciptakan masyarakat yang bahagia dan sentosa seperti


yang tersebut di atas, setiap orang, terutama umat Islam, yang percaya kepada
Allah dan Hari Kemudian, wajib mengikuti jejak seluruh Nabi Allah; beribadah
kepada Allah dan berusaha sekuat tenaga untuk menciptakan masyarakat yang
bahagia dan sentosa di dunia. Dengan niat yang tulus dan ikhlas karena Allah, dan
hanya mengharapkan karunia dan rida-Nya, serta rasa tanggung jawab terhadap
Allah atas segala perbuatannya; harus sabar dan tawakal, serta tabah hati
menghadapi segala kesulitan dan rintangan yang menghalanginya, dengan penuh
pengharapan memohon perlindungan dan pertolongan kepada Allah Yang Maha
Kuasa.

Untuk melaksanakan terwujudnya masyarakat sebagaimana yang dicita-citakan


dan digambarkan di atas, maka dengan berkat dan rahmat Allah didorong oleh
firman Allah dalam Al-Quran Surat Ali-Imran 104:

Adakanlah dari kamu sekalian, golongan yang mengajak kepada ke-Islaman,


menyeru kepada kebajikan (amar makruf) dan mencegah dari keburukan (nahi
munkar). Mereka itulah golongan yang beruntung berbahagia

Sidang Tanwir Muhammadiyah tahun 1998 di Semarang, mengamanatkan kepada


Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk menghidupkan kembali Kepanduan Hizbul
Wathan dalam upaya menanamkan pendidikan kemandirian, kejujuran,
keterbukaan dan akhlak mulia sesuai dengan perkembangan zaman.
Untuk landasan dasar Organisasi Kepanduan Hizbul Wathan, disusunlah
Anggaran Dasar, sebagai berikut.

BAB I

NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN

Pasal 1

Nama dan Waktu

1) Organisasi Kepanduan satu-satunya dalam Muhammadiyah bernama


Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan, disingkat HW.

2) HW adalah Gerakan Kepanduan sekaligus Gerakan Dawah Amar Maruf


Nahi Munkar, berasas Islam, bersumber pada Al Quran dan As Sunnah.

3) HW didirikan pertama kali di Yogyakarta oleh K.H.A.Dahlan pada tahun


1336 H / 1918 M, dan dibangkitkan kembali atas amanat Sidang Tanwir
Muhammadiyah 1998 di Semarang. Dideklarasikan oleh PP Muhammadiyah
melalui Surat Keputusan No. 92/SK-PP/VI-B/1.b/1999 tanggal 10 Syaban
1420 H / 18 Nopember 1999 M dan dipertegas dengan SK
No.10/Kep/I.O/B/2003 tanggal 1 Dzulhijjah 1423 H / 2 Februari 2003 M,
untuk waktu yang tidak terbatas.

Pasal 2

Tempat Kedudukan
1) HW berpusat di tempat kedudukan Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

2) Kantor Pusat HW berada di Yogyakarta dan di ibu kota Negara Kesatuan


Republik Indonesia (NKRI).

3) Kegiatan HW dapat diselenggarakan di mana saja, termasuk yang belum


terdapat Pimpinan Muhammadiyah.

KEANGGOTAAN DAN ORGANISASI

Pasal 6

Keanggotaan

1) Anggota HW adalah warga negara Indonesia, beragama Islam, dan bersedia


melaksanakan maksud dan tujuan HW.

2) Anggota HW terdiri dari 2(dua) kelompok, yakni :

2.1 Kelompok anggota muda, berusia 6 25 tahun.

2.2 Kelompok anggota dewasa, berusia diatas 25 tahun.

3) Setiap anggota HW mempunyai kewajiban dan hak.

4) Kewajiban dan hak anggota HW diatur di dalam Anggaran Rumah Tangga,


anggota HW mempunyai hak bersuara, memilih dan dipilih.
5) Peraturan keanggotaan ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 7

Susunan Organisasi

H.W. bergerak dalam wilayah Negara Republik Indonesia dan tersusun dalam
tingkatan sebagai berikut:

1) Qabilah adalah kesatuan anggota dalam suatu tempat / kawasan.

2) Kwartir Cabang disingkat KWARCAB adalah kesatuan Qabilah Qabilah


dalam suatu kecamatan.

3) Kwartir Daerah disingkat KWARDA adalah kesatuan KWARCAB


KWARCAB dalam suatu kota / kabupaten.

4) Kwartir Wilayah disingkat KWARWIL ialah kesatuan KWARDA


KWARDA dalam suatu provinsi.

5) Kwartir Pusat disingkat KWARPUS ialah kesatuan KWARWIL


KWARWIL

Pasal 8

Penetapan Organisasi
1) Penetapan KWARWIL dan KWARDA dengan ketentuan luas
lingkungannya diputuskan oleh KWARPUS.

2) Penetapan KWARCAB dengan ketentuan luas lingkungannya diputuskan


oleh KWARWIL.

3) Penetapan QABILAH dengan ketentuan luas lingkungannya diputuskan oleh


KWARDA.

4) Dalam hal-hal luar biasa KWARPUS dapat mengambil ketetapan lain.

PIMPINAN

Pasal 9

Kwartir Pusat

1) Kwartir Pusat disingkat KWARPUS adalah pimpinan tertinggi yang


memimpin HW secara keseluruhan.

2) KWARPUS terdiri atas sekurang kurangnya tiga belas orang anggota,


dipilih dan ditetapkan oleh Muktamar HW untuk satu masa jabatan dari calon
calon yang diusulkan oleh Tanwir HW.

3) Ketua Umum, Sekretaris Umum, dan Bendahara Umum KWARPUS


dikenalkan langsung sebelum penutupan Muktamar HW atas kesepakatan dari
tiga belas anggota KWARPUS yang terpilih.
4) Apabila dipandang perlu, KWARPUS dapat mengusulkan tambahan
anggotanya kepada Tanwir HW.

5) KWARPUS dilantik dan disahkan dengan Surat Keputusan Pimpinan Pusat


Muhammadiyah.

6) KWARPUS mewakili HW untuk tindakan di dalam dan di luar pengadilan,


KWARPUS diwakili Ketua Umum atau seorang Ketua bersama seorang
Sekretaris.

Pasal 10

Kwartir Wilayah

1) Kwartir Wilayah disingkat KWARWIL memimpin HW dalam wilayahnya


serta melaksanakan kebijakan KWARPUS.

2) KWARWIL terdiri atas sekurang kurangnya sebelas orang, ditetapkan oleh


KWARPUS untuk satu masa jabatan dari calon calon yang dipilih dalam
Musyawarah KWARWIL.

3) Ketua, Sekretaris, dan Bendahara KWARWIL dikenalkan langsung sebelum


penutupan Musyawarah atas kesepakatan sebelas anggota KWARWIL yang
terpilih.

4) KWARWIL dilantik oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM)


setempat dan disahkan dengan Surat Keputusan KWARPUS.
5) KWARWIL dapat mengusulkan tambahan anggotanya kepada Rapat Kerja
KWARWIL yang kemudian dimintakan ketetapan KWARPUS.

Pasal 11

Kwartir Daerah

1) Kwartir Daerah disingkat KWARDA memimpin HW dalam wilayahnya


serta melaksanakan kebijakan pimpinan di atasnya.

2) KWARDA terdiri atas sekurang kurangnya sembilan orang, ditetapkan


oleh KWARWIL untuk satu masa jabatan dari calon calon yang dipilih
dalam Musyawarah KWARDA.

3) Ketua, Sekretaris, dan Bendahara KWARDA dikenalkan langsung sebelum


penutupan Musyawarah atas kesepakatan sembilan anggota KWARDA yang
terpilih.

4) KWARDA dilantik oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) dan


disahkan dengan Surat Keputusan KWARWIL setempat.

5) KWARDA dapat mengusulkan tambahan anggotanya kepada Rapat Kerja


KWARDA yang kemudian dimintakan ketetapan KWARWIL.
Pasal 12

Kwartir Cabang

1) Kwartir Cabang disingkat KWARCAB memimpin H.W. dalam wilayahnya


serta melaksanakan kebijakan pimpinan di atasnya.

2) KWARCAB terdiri atas sekurang kurangnya tujuh orang, ditetapkan oleh


KWARDA untuk satu masa jabatan dari calon calon yang dipilih dalam
Musyawarah KWARCAB.

3) Ketua, Sekretaris, dan Bendahara KWARCAB dikenalkan langsung sebelum


penutupan Musyawarah atas kesepakatan tujuh anggota KWARCAB yang
terpilih.

4) KWARCAB dilantik oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) dan


disahkan dengan Surat Keputusan KWARDA setempat.

5) KWARCAB dapat mengusulkan tambahan anggotanya kepada Rapat Kerja


KWARCAB yang kemudian dimintakan ketetapan KWARDA.

Pasal 13

Qabilah

1) Qabilah memimpin HW dalam wilayahnya serta melaksanakan kebijakan


pimpinan di atasnya.
2) Qabilah terdiri atas sekurang kurangnya lima orang, ditetapkan oleh
KWARCAB / KWARDA untuk satu masa jabatan dari calon calon yang
dipilih dalam Musyawarah Qabilah.

3) Ketua, dan Staf Qabilah disahkan dengan Surat Keputusan KWARCAB /


KWARDA dan dilantik oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM)
setempat atau oleh Pimpinan Lembaga bagi Qabilah yang berbasis di suatu
Lembaga.

4) Qabilah dapat mengusulkan tambahan anggotanya kepada Rapat Kerja


Qabilah yang kemudian dimintakan ketetapan KWARCAB / KWARDA.

Pasal 14

Pemilihan Pimpinan

1) Anggota Pimpinan Kwartir Pusat, Wilayah, Daerah, Cabang, dan Qabilah


terdiri atas anggota HW dan Muhammadiyah.

2) Cara pemilihan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 15

Masa Jabatan

1) Masa jabatan Pimpinan Kwartir Pusat, Wilayah, Daerah, Cabang selama 5


(lima) tahun dan Qabilah selama 2 (dua) tahun.
2) Ketua Kwartir Pusat, Wilayah, Daerah, Cabang, dan Qabilah, masing
masing dapat dijabat oleh orang yang sama maksimal dua kali masa jabatan
berturut turut.

3) Dalam hal hal luar biasa, KWARPUS dapat mengambil ketetapan lain.

Pasal 16

Unsur Pendukung Pimpinan

1) Unsur Pendukung Pimpinan terdiri atas, Lembaga, Badan, Dewan, Panitia,


atau Tim Satuan Kerja.

2) Unsur Pendukung Pimpinan dibentuk melalui Surat Keputusan masing


masing Kwartir dan Qabilah yang bersangkutan.

3) Unsur Pendukung Pimpinan memiliki wewenang dan tanggungjawab


sebagaimana yang diatur dan ditetapkan dalam Surat Keputusan
pengangkatannya.
b. Upacara Pengenal

Istilah

Regu adalah sekumpulan dari anggota pengenal. Biasanya dalam satu regu

terdiri dari 10 orang.

Pasukan adalah sekumpulan dari regu regu.

Qobilah/Sekolah adalah pangkalan kegiatan anggota pandu HW.


Pemimpin Regu adalah pemimpin dari sekumpulan dari anggota pengenal

(regu).

Pemimpin Pasukan adalah pemimpin dari sekumpulan regu regu.

Pemimpin Upacara adalah pemimpin dari sekumpulan pasukan pasukan

dalam kegiatan upacara.

Pemimpin Qobilah/Sekolah adalah pembina yang mengelola kegiatan di

Qobilah/Sekolah

Dewan Pembina adalah Kepala Sekolah

Jenis Upacara dalam Pengenal

1 Upacara Pembukaan dan Penutupan Latihan

2 Upacara Pelantikan Calon Pengenal

3 Upacara Kenaikan Tingkat

4 Upacara Pemberian Tanda Kecakapan Khusus atau Penghargaan

Lainnya

5 Upacara Pindah Satuan Pengenal ke Penghela

Perlengkapan Upacara

1 Tiang Bendera

2 Bendera (Bendera Latihan, boleh ditambah Bendera Merah Putih dan

HW)

Pelaksanaan Upacara Pembukaan dan Penutupan

1 Pendahuluan

a. Formasi Upacara adalah Angkare

b. Boleh dilakukan secara protokoler atau otomatis


c. Dalam Pembacaan Undang Undang Athfal dan Doa boleh memakai

teks.

2 Pembukaan

a. Pemimpin Regu memeriksan kerapihan pakaian anggota

b. Masing masing pemimpin regu menyiapkan anggotanya di lapangan

upacara membentuk angkare.

c. Pemimpin pasukan menyiapkan di depan pasukan yang terbentuk,

kemudian kembali ke barisan paling kanan pasukan yang dipimpin.

3 Inti

a. Pemimpin Upacara memasuki lapangan upacara dengan lari pandu dan

menghadap ke pasukan.

b. Pemimpin Pasukan paling kanan memimpin penghormatan.

c. Pemimpin pemimpin pasukan laporan kepada pemimpin upacara.

d. Pemimpin Upacara menjemput pemimpin Qobilah/Sekolah di tempat

transitnya dengan lari pandu dan melaporkan bahwa upacara siap dilaksanakan

dan mohon kepada Pemimpin Qobilah/Sekolah untuk menempatkan diri.

Pemimpin Upacara mengikuti dibelakang dengan langkah biasa.

e. Pemimpin Qobilah/Sekolah siap di samping tiang bendera dan

pemimpin upacara di tempatnya menghadap ke Pembina Qobilah/Sekolah .

f. Penghormatan kepada pemimpin Qobilah/Sekolah dilanjutkan oleh

laporan.

g. Penghormatan merah putih (kalau berdiri bendera merah putih)


h. Menyanyikan Mars HW dipimpin oleh petugas dan dinyanyikan

bersama sama.

i. Pembacan UU HW oleh petugas ditirukan peserta upacara.

j. Amanah Pemimpin Qobilah/Sekolah pasukan di istirahatkan.

k. Pembacaan Doa oleh Pemimpin Qobilah/Sekolah

l. Laporan pemimpin upacara kepada Pemimpin Qobilah/Sekolah .

m. Penghormatan kepada pemimpin Qobilah/Sekolah .

n. Pemimpin Qobilah/Sekolah meninggalkan lapangan diikuti pemimpin

upacara.

o. Setelah pemimpin Qobilah/Sekolah sampai di tempat transit

pemimpin upacara kembali ke tengah lapangan.

p. Pemimpin pasukan menghadap ke pasukan.

q. Pemimpin Pasukan paling kanan memimpin penghormatan.

r. Pemimpin upacara meninggalkan lapangan upacara.

4 Penutup

a. Pemimpin pasukan membubarkan pasukannya. (Berada di depan

pasukan masing masing).

b. Pemimpin Qobilah/Sekolah melanjutkan dengan permainan

permainan dan latihan latihan di baik di ruangan atau di lapangan. Namun

sebaiknya kegiatan pengenal sebaiknya dilakukan di luar ruangan (lapangan)

c. Upacara Penghela
Istilah

Kawan/Regu adalah sekumpulan dari anggota pengenal.

Biasanya dalam satu Kawan/Regu terdiri dari 10 orang.

Ikhwan/Pleton adalah sekumpulan dari Kawan/Regu, biasanya terdiri dari

4 Kawan/Regu.

Qobilah/Sekolah adalah pangkalan kegiatan anggota pandu HW.

Ikhwan/Pleton adalah pemimpin dari sekumpulan Kawan/Regu

Pemimpin Kerabat/Pemimpin Upacara adalah pemimpin dari sekumpulan

Ikhwan/Pleton dalam kegiatan upacara.

Pemimpin Qobilah/Pelatih HW/Pembina Upacara adalah pelatih yang

mengelola kegiatan di Qobilah/Sekolah

Dewan Pembina adalah Kepala Sekolah

Jenis Upacara dalam Penghela

1. Upacara Pembukaan dan Penutupan Latihan

2. Upacara Pelantikan Calon Penghela

3. Upacara Kenaikan Tingkat

4. Upacara Pemberian Tanda Kecakapan Khusus atau Penghargaan

Lainnya
5. Upacara Pindah Satuan dari Penghel

Perlengkapan Upacara

1. Tiang Bendera

2. Bendera (Bendera Latihan, boleh ditambah Bendera Merah Putih dan

HW)

Pelaksanaan Upacara Pembukaan dan Penutupan

1. Pendahuluan

a. Formasi Upacara adalah bershaff

b. Boleh dilakukan secara protokoler atau otomatis

c. Dalam Pembacaan Undang Undang Athfal dan Doa boleh memakai

teks.

d. Dalam upacara pembukaan dan penutupan latihan penghela, yang

menjadi Pembina Upacara boleh dari Dewan Kerabat Qobilah/Sekolah.


2. Pembukaan

a. Masing-masing Ikhwan/Pleton memeriksa kerapian anggotanya

b. Ikhwan/Pleton menyiapkan pasukan di lapangan dalam bentuk

bershaff

3. Inti

a. Pemimpin Kerabat / Pemimpin Upacara memasuki lapangan upacara

b. Penghormatan kepada Pemimpin Kerabat / Pemimpin Upacara

dipimpin oleh Pemimpin Ikhwan / Pleton paling kanan dilanjutkan laporan.

c. Pemimpin Kerabat / Pemimpin menjemput Pemimpin Qobilah /

Pembina Upacara ditempatnya.

d. Pemimpin Qabilah / Pembina Upacara memasuki lapangan upacara

e. Penghormatan umum kepada pemimpin Qabilah dipimpin Pemimpin

Ikhwan/Pleton
f. Laporan Pemimpin Kerabat/Pemimpin Upacarakepada Pemimpin

Qabilah

g. Penghormatan kepada bendera Qabilah dipimpin oleh Pemimpin

Kerabat

h. Menyenyikan Mars Hizbul Wathan

i. Pembacaan Undang Undang Pandu Hizbul Wathan

j. Amanat Pemimpin Qabilah, pasukan diistirahatkan

k. Pembacaan doa oleh petugas

l. Laporan Pemimpin Kerabat/Pemimpin Upacarakepada Pemimpin

Qabilah

m. Penghormatan umum kepada Pemimpin Qabilah dipimpin Pemimpin

Kerabat/Pemimpin Upacara

n. Pemimpin Qabilah/Pembina Upacara meninggalkan lapangan upacara


o. Penghormatan kepada Pemimpin Kerabat/Pemimpin Upacara

dipimpin Ikhwan/Pleton paling kanan

p. Pemimpin Kerabat/Pemimpin Upacara meninggalkan lapangan

upacara

4. Penutup

a. Masing-masing Ikhwan/Pleton membubarkan pasukannya

b. Dewan Kerabat dan atau Pemimpin Qobilah melanjutkan dengan

latihan penghela.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada tahun 1918, KH. A. Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah, dengan

didampingi Bapak Mulyadi Djojomartono sepulang pengajian SATF (Sidik ,

amanat, tabligh, Fathonah) di solo melihat NIPV, JPO dan Taruna Kembang

sedang latihan baris-berbaris di alun-alun Mangkunegaraan Surakarta beliau

menghendaki putera Muhammadiyah didik seprti itu, untuk mengabdi atau

menghamba kepada Allah.

Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan didirikan di Yogyakarta pada tahun 1336

H/1918 M. Namun pada tahun 1943 M. bersama dengan organisasi kepanduan

lainnya, Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan dibubarkan oleh pemerintah

penjajahan Jepang.

Pada tanggal 10 Syaban 1420 H. bertepatan dengan tanggal 18 November

1999 M. oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Gerakan Kepanduan Hizbul

Wathan dibangkitkan kembali untuk kedua kalinya, dengan surat keputusan

nomor 92/SK-PP/VI-B/1.b/1999 dan dipertegas dengan surat keputusan Pimpinan

Pusat Muhammadiyah nomor 10/Kep/I.O/B/2003.

Itulah sebagian dari sepenggal sejarah organisasi Hizbul Wathan yang

sampai saat ini organisasi kemuhammadiyahan tersebut masih menunjukan

eksistensi didunia pendidikan. Selain berkontribusi di dunia kependidikan, Hizbul

Wathan juga memiliki sejarah perjuangan di masa penjajahan. Hizbul Wathan

berdiri pada tanggal 30 januari 1920 sebelum berubah nama menjadi Hizbul
Wathan, Hizbul Wathan semulanya kepanduan tersebut diberi nama Padvinder

Muhammadiyah. Seiring dengan gejolak politik di negri ini pada tahun 1961

dibentuklah sebuah gerakan kepanduan bagi pemuda yang diberi nama Pramuka

sejak saat itu semua kepanduan yang ada di negeri ini dileburkan menjadi satu

(Pramuka), lalu pada tanggal 10 Syaban 1420 H/18 november 1999 M. Pimpinan

Pusat Muhammadiyah kembali membangkitkan Gerakan Kepanduan Hizbul

Wathan (HW), yang dipertegas dengan keluarnya surat keputusan pada tanggal 1

Dzulhijjah 1423 H/2 februari 2003.

Kepanduan Hizbul Wathan adalah organisasi otonom Persyarikatan

Muhammadiyah yang bergerak dalam bidang pendidikan kepanduan putra

maupun putri, merupakan gerakan Islam dan dakwah amar makruf nahi munkar,

berakidah Islam dan bersumberkan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Organisasi ini

didirikan dengan tujuan untuk mewujudkan masyarakat utama, adil dan makmur

yang diridlai Allah dengan jalan menegakkan dan menjunjung tinggi Agama

Islam lewat jalur pendidikan kepanduan.

Pencapaian maksud dan tujuan HW dilakukan dengan upaya-upaya

sebagai berikut:

1. Melalui jalur kepanduan ingin meningkatkan pendidikan angkatan muda putra

ataupun putri menurut ajaran Islam.


2. Mendidik angkatan muda putra dan putri agar menjadi manusia muslim yang

berakhlak mulia, berbudi luhur sehat jasmani dan rohani.

3. Mendidik angkatan muda putra dan putrid menjadi generasi yang taat

beragama, berorganisasi, cerdas dan trampil.

4. Mendidik generasi muda putra dan putri gemar beramal, amar makruf nahi

munkar dan berlomba dalam kebajikan.

5. Meningkatkan dan memajukan pendidikan dan pengajaran, kebudayaan serta

memperluas ilmu pengetahuan sesuai dengan ajaran agama Islam.

6. Membentuk karakter dan kepribadian sehingga diharapkan menjadi kader

pimpinan dan pelangsung amal usaha Muhammadiyah.

7. Memantapkan persatuan dan kesatuan serta penanaman rasa demokrasi serta

ukhuwah sehingga berguna bagi agama, nusa dan bangsa.

8. Melaksanakan kegiatan lain yang sesuai dengan tujuan organisasi.

Anda mungkin juga menyukai