Anda di halaman 1dari 7

PENDIDIKAN KESEHATAN DI TEMPAT KERJA

A. Tujuan Umum: seteleah mengikuti proses belajar peserta didik memahami dan mampu
melaksanakan pendidikan kesehatan di tempat kerja.

B. Tujuan Khusus: setelah menyelesaikan kegiatan belajar peserta didik mampu


1. menjelaskan pengertian pendidikan kesehatan di tempat kerja
2. menjelaskan tujuan pendidikan kesehatan di tempat kerja
3. menjelaskan efektivitas pendidikan kesehatan di tempat kerja
4. menyebutkan 4 upaya pendidikan kesehatan di tempat kerja
5. menjelaskan sasaran kegiatanpendidikan kesehatan di tempat kerja
6. melaksanakan kegiatan pendidikan kesehatan di tempat kerja dengan baik dan benar

C. Materi Pendidikan Kesehatan di Tempat Kerja (PKdTK)

1. Urgensi PKdTK
a. Sejarah Singkat
Menurut Goetsch, 1996 dalam Notoatmodjo, 2010 Pada abad ke -18 Bernardino
Ramazzini membuktikan bahwa penyakit para pekerja tambang disebabkan oleh
penanganan bahan berbahaya yang tidak terkontrol dan gerakan yang tidak lazim dan
tidak alamiah.Beberapa hasil penelitian juga menunjukan kaitan yang erat antara
pekerjaan dan kesehatan pekerja.Kemudian lahir berbagai kebijakan untuk melindungi
pekerja dari bahaya kerja dan akhirnya upaya tersebut dilakukan untuk meningkatkan
produktivitas pekerja yang dikemas dalam disiplin ilmu kesehatan dan keselamatan
kerja atau K-3 (Occupational Health and safety).Perkembangan selanjutnya PKdTK
dikembangkan dan ditujukan agar pekerja mematuhi peraturan perusahaan termasuk
dalam penggunaan alat pelindung kerja.Semakin disadari bahwa produktivitas pekerja
tidak hanya ditentukan oleh desain pekerja tetapi juga oleh perilaku sehat pekerja.
Pekerja adalah mereka yang bekerja dan menerima upah atau imbalan tertentu (SK
Menakerstrans No: KEP/68/IV/2004 pasal 1) sementara yang dimaksud perilaku sehat
pekerja adalah perilaku yang mendukung kondisi pekerja agar tetap sehat
misalnyamakan siang tidak selalu mie instan, banyak minum air putih jika bekerja di
ruang AC.

b. Contoh kasus:
Disebuah pabrik garmen setiap hari beberapa pekerja yang pingsan pada pukul
10.00.waktu yang diperlukan untuk istirahat ± 2 jam kondisi ini jelas menggangu
produktivitas perusahaan. Kemudian perusahaan menganggap kasus ini cukup
diselesaikan dengan upaya kuratif. Padahal, inti masalahnya adalah karyawan tidak
terbiasa makan pagi.Sementara, upaya yang selama ini dilakukan hanya upaya kuratif
untuk menyembuhkan gejala sehingga tidak menyelesaikan masalah yang ada.

c. Tujuan.
Perkembangan selanjutnya dari kasus ini adalah munculnya ilmu baru yaitu
promosi atau pendidikan kesehatan ditempat kerja (PKdTK) atau Health promotion in
workplace.Kegiatan ini bertujuan untuk menurunkan angka penyakit akibat kerja,
menumbuhkan kebiasaan kerja dan gaya hidup sehat, menciptakan lingkungan kerja
yang sehat kondusif dan aman dan memberikan dampak positif terhadap lingkungan
kerja di mayarakat.

2. Tema Kegiatn
Tingkat I : Pemberian Informasi
Dilakukan berbagai strategi untuk memberikan informasi kesehatan pada pekerja,
misalnya dengan mengadakan pameran, menyediakan leaflet dan lain- lain.Tujuannya
untuk memancing minat atas topik kesehatan tertentu.Perubahan perilaku pada tingkat
ini masih kecil dan lemah karena pemberian informasi tidak mempunyai daya tekan
dalam upaya perubahan perilaku.Artinya, tidak ada sanksi apapun yang dapat dikenakan
kepada seseorang yang telah mendapat informasi kesehatan namun tidak mau
melakukannya. Misalnya: setelah diberi penjelasan tentang bahaya rokok seorang
pekerja tetap merokok tidak dapat dikenai sanksi apapun.
Tingkat II : Penjajakan Risiko Kesehatan
Mengidentifikasi masalah kesehatan pada pekerja saat ini dan masa yang akan
datang. Bentuk kegiatanya misalnya pemeriksaan kesehatan secara
rutin/berkala.Biasanya seseorang akan mengalami perubahan perilaku pada saat
mengetahui bahwa dirinya memiliki faktor risiko penyakit tertentu.Oleh karena itu
sangat penting pemberian informasi mengenai faktor risiko terhadap masalah kesehatan
yang dihadapi. Diharapkan melalui informasi yang jelas dan akurat akan menumbuhkan
kesadaran pentingnya perilaku baru yang harus diperjuangkan. Misalnya,setelah
mengetahui asmanya semakin berat karena perilaku merokoknya, seorang pekerja
termotivasi untuk berhenti merokok.

Tingkat III : Pemberian Resep


Memberitahu pekerja mengenai faktor risiko yang teridentifikasi dan apa yang
harus dilakukan. Memberikan layanan konseling bagi pekerja agar berperilaku sehat
sehubungan dengan faktor risiko yang teridentifikasi.Dalam fase ini informasi yang
diberikan lebih spesifik berkaitan dengan masalah kesehatan yang dihadapi.Disamaikan
dengan lebih intensif dan seksama dan konselor harus yakin bahwa pekerja memahami
informasi yang disampaikan. Misalnya ada pekerja yang terdiagnosis hipertensi
diberitahu bagaimanacara mengurangi atau menghilangkan faktor risiko tersebut dengan
mengurangi makanan sumber kolesterol dan lebih banyak mennkonsumsi buah dan
sayuran.
.
Tingkat IV :Menciptakan Lingkungan yang Mendukung
Pada fase ini pekerja diminta berperilaku hidup sehat daan perusahaan atau
tempat kerja harus menyediakan fasilitas agar perilaku sehat dapat dipraktikan di
tempat akerja.Yang menjadi masalah adalah kenyataannya meskipun telah disediakan
fasilitas yang memadai, sudah ada peraturan untuk berperilaku sehat namun banyak
pekerja yang tetap berperilaku semaunya sendiri.Secara teoritis mengubah perilaku
memang bukan hal yang mudah.Hal ini terjadi karena perilaku sehari-hari sudah
merupakan kebiasaan yang muncul secara otomatis sehingga untuk mengubahnya perlu
upaya yang maksimal dan motivasi intrinsik dari yang bersangkutan.Oleh karena itu
perlu dibuat peraturan atau sistem tertentu untuk mengatur perilaku para karyawan. Hal
ini sesuai dengan pepatah yang berbunyi Don’t change the people but change the
system, artinya jika orangnya sulit diubah perilakunya maka harus dibuat sistem untuk
mengubah perilaku pekerja. Misalnya, Jika teridentifikasi banyak karyawan yang
hipertensi, menu yang disediakan adalah yang rendah kalori, membuat ruangan untuk
perokok untuk menciptakan kawasan bebas asap rokok.

3. Waktu dan Durasi


Secara umum pendidikan kesehatan di tempat kerja dapat dilakukan kapan saja sesuai
kebutuhan institusi. Pada jam kerja dapat dilakukan dengan memutarkan lagu – lagu
yang dapat mengendurkan urat- urat syaraf diluar jam kerja misalnya pada saat makan
siang diputar kaset tentang kesehatan atau nutrisi. Durasi PKDT dapat diselenggarakan
untuk periode waktu tertentu (one shot) atau terus menerus (on going).
Dalam kondisi tertentu perusahaan dapat bekerja sama dengan institusi kesehatan untuk
menyampaikan isu-isu mutakhir mengenai penyakit tertentu. Misalnya, mengenai HIV-
AIDS yang sebenarnya dapat dicegah melalui perilaku sehat.Selain hal tersebut, jika
terjadi kasus tertentu diperusahaan juga dapat dijadikan momentum yang tepat untuk
menghadirkan pakar yang dapat mengupas tuntas tentang penyakit tersebut.Misalnya
jika ada karyawan yang meninggal karena kanker lambung dan pekerja tersebut telah
memiliki kebiasaan makan mie instan sejak masih duduk di SMP.

4. Lokasi
Pada prinsipnya pendidikan kesehatan di tempat kerja dapat dilakukan di luar atau di dalam
ruangan tergantung kebutuhan dan media yang digunakan. Diluar ruangan misalnya dengan
kegiatan outbondDiluar tempat kerja juga dapat dilakukan dengan rekreasi bersama pekerja,
penyuluhan kesehatan kepada para penjaja makanan di sekitar tempat kerja.Didalam tempat
kerja dengan cara merekrut pekerja untuk menjadi kader kesehatan. Kemudian kepadanya
diberikan pelatihan secara khusus selanjutnya diberi tugas untuk memantau kondisi
kesehatan karyawan. Jika ditemukan kasus-kasus tertentu segera dilaporkan kepada
pimpinan untuk dicari solusi terbaik untuk perusahaan dan karyawan.Selain itu,
pemasangan poster dan himbauan berkaitan dengan perilaku
hidup bersih dan sehat di lokasi-lokasi strategis di perusahaan juga dapat dikategorikan
pendidikan kesehatan di tempat kerja.

5. Penyelenggara
Perusahaan besar biasanya memiliki divisi khusus yang diberi tangung jawab mengenai
kesehatan kerja para karyawan lengkap dengan dokter perusahaaan.Namun, tidak
sedikit perusahaan yang baru mencari tenaga kesehatan jika ditemukan kasus kesehatan
ada karyawannya. Bahkan sebagian yang lain mengganggap pendidikan kesehatan di
perusahaan dapat merusak citra perusahaan. Misalnya jika paerusahaan memberikan
pendidikan kesehatan mengenai HIV-AIDS bagi karyawannya khawatir di cap sebagai
perusahaan yang bereputasi buruk karena menganggap ada karyawan yang menderita
HIV-AIDS. Dalam hal ini pengetahuan dan komitmen pimpinan menjadi hal yang
sangat penting. Selain itu, penyelenggara dapat mengndang pihak ketiga yang dianggap
ahli, misalnya departement trining , general affair, dsb. Perusahaan juga dapat bekerja
sama dengan LSM yang berperan memfasilitasi program PKDT yang meliputi,
merancang program, menyediakan SDM/narasumber, menyediakan berbagai media
pendidikan kesehatan, hingga melakukan evaluasi.

6. Efektivitas Program PKDT


Seperti kegiatan pendidikan pada umumnya keberhasilan sebuah program pendidikan
kesehatan juga dilakukan dengan pre and post design. Hal ini dipandang tepat dilakukan
karena pendidikan kesehatan di tempat kerja juga merupakan sebuah intervensi yang
keberhasilannya dilakukan dengan membandingkan kondisi sebelum dan sesudah
intervensi.Beberapa hasil penelitian mengenai efektivitas PKDT menemukan bahwa
terjadi penurunan yang tajam proporsi pekerja yang mempunyai pengetahuan buruk
mengenai gizi, dari 56,1% (2000) menjadi 14.9% (2003) pekerja yang merokok
menurun dari 44,4% (2000) menjadi 34,7% (2003). Proporsi pekerja yang berperilaku
makan yang sehat meningkat dari 32,2% du tahun 2000 menjadi 47,1% di tahun 2003.
7. Manfaat PKD
Implementasi pendidikan kesehatan di tempat kerja memberikan manfaat yang
banyak baik bagi pekerja maupun bagi perusahaan. Manfaat bagi pekerja antara lain lebih
memahami dan mampu berperilaku sehat, kepuasan kerja meningkat karena menyadari
kepedulian prusahaan, dan menurunkan abstenteism sehingga meningkatkan
produktivitas. Kondisi ini akan meningkatkan loyalitas pekerja terhadap perusahaan dan
pada akhirnya perusahaan juga diuntungkan.
Bagi perusahaan pendidikan kesehatan di tempat kerja sangat bermanfaat seperti
menunjukan kepedulian terhadap karyawan sehingga karyawan lebih loyal kepada
perusahaan atau institusi, angka turn-over rendah sehingga rekrutmen dan pelatihan
untuk karyawan baru juga rendah sehingga meningkatkan produktivitas perusahaan.
Selain itu juga menurunkan biaya kompensasi pengobatan karyawan,menurunkan angka
penyakit akibat kerja, menumbuhkan kebiasaan kerja dan gaya hidup sehat, menciptakan
lingkungan kerja yang sehat kondusif dan aman, memberikan dampak positif terhadap
lingkungan kerja di mayarakat. Pada akhirnya perusahaan mempunyai citra positif dari
masyarakat dan mitra bisnis sehinga maendapatkan kepercayaan baik dari masyarakat
maupun mitra bisnis.

D. Rangkuman
Pendidikan kesehatan di tempat kerja adalah kegiatan ini bertujuan untuk menurunkan
angka penyakit akibat kerja, menumbuhkan kebiasaan kerja dan gaya hidup sehat,
menciptakan lingkungan kerja yang sehat kondusif dan aman dan memberikan dampak
positif terhadap lingkungan kerja di mayarakat. Kegiatan ini dilakukan melalui
pemberian informasi, penjajakan risiko kesehatan, pemberian resep, dan menciptakan
lingkungan yang mendukung.
Pendidikan kesehatan di tempat kerja dapat dilakukan kapan saja sesuai kebutuhan
institusi. Pada jam kerja dapat dilakukan dengan memutarkan lagu – lagu yang dapat
mengendurkan urat- urat syaraf diluar jam kerja misalnya pada saat makan siang diputar
kaset tentang kesehatan atau nutrisi. Durasi PKDT dapat diselenggarakan untuk periode
waktu tertentu (one shot) atau terus menerus (on going).Selain itu PKDT,dapat
dilakukan di luar atau di dalam ruangan tergantung kebutuhan dan media yang
digunakan.Perusahaan besar biasanya memiliki divisi khusus yang diberi tangung
jawab
mengenai kesehatan kerja para karyawan lengkap dengan dokter
perusahaaan.Namun,
tidak sedikit perusahaan yang baru mencari tenaga kesehatan jika ditemukan kasus
kesehatan ada karyawannya.
Efektivitas program pendidikan kesehatan juga dilakukan dengan pre and post
design.
Hal ini dipandang tepat dilakukan karena pendidikan kesehatan di tempat kerja juga
merupakan sebuah intervensi yang keberhasilannya dilakukan dengan
membandingkan
kondisi sebelum dan sesudah intervensi.

Anda mungkin juga menyukai