Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah, Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas berkah, rahmat, taufiq, dan inayah-Nyalah makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, sebagai suri tauladan bagi umat
Islam.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan. Makalah yang kami beri judul Demokrasi dan
Implementasinya, juga bertujuan untuk membantu mahasiswa agar lebih
memahami materi demokrasi dan implementasinya. Dalam penyelesaian makalah
ini saya banyak mengalami hambatan karena sedikitnya ilmu pengetahuan, namun
berkat bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya karya ilmiah ini dapat kami
selesaikan walaupun masih banyak terdapat kekurangan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1
Istilah "demokrasi" berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena
kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal
dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun,
arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah
berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem
"demokrasi" di banyak negara.
Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu
politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai
indikator perkembangan politik suatu Negara.
Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan
dalam suatu negara (umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias politica)
dengan kekuasaan negara yang diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Prinsip semacam trias politica ini menjadi sangat penting untuk
diperhitungkan ketika fakta-fakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah
(eksekutif) yang begitu besar ternyata tidak mampu untuk membentuk masyarakat
yang adil dan beradab, bahkan kekuasaan absolut pemerintah seringkali
menimbulkan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.
Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain, misalnya
kekuasaan berlebihan dari lembaga legislatif menentukan sendiri anggaran untuk
gaji dan tunjangan anggota-anggotanya tanpa mempedulikan aspirasi rakyat, tidak
akan membawa kebaikan untuk rakyat.
Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus akuntabel (accountable),
tetapi harus ada mekanisme formal yang mewujudkan akuntabilitas dari setiap
lembaga negara dan mekanisme ini mampu secara operasional (bukan hanya
secara teori) membatasi kekuasaan lembaga negara tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2
1. Pengertian Demokrasi dan Perkembangan Demokrasi
2.1 Pengertian Demokrasi
2.1.1 Menurut Etimologis/Bahasa
Menurut etimologi/bahasa, demokrasi berasal dari bahasa yunani yaitu
dari demos = rakyat dan cratos atau cratos/cratein = pemerintahan atau kekuasaan.
Demokrasi berarti pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat. Oleh karena itu
dalam sistem demokrasi rakyat mendapat kedudukan penting didasarkan adanya
rakyat memegang kedaulatan.
2.1.2 Menurut Terminology
Demokrasi dari segi terminology mengandung makna demokrasi
konseptual(dilihat dari segi pemikiran politik). (Abraham Lincoln th 18673)
memberikan pengertian demokrasi “ government of the people, by the people, and
for the people”. (pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat)
Menuut (Torres) demokrasi dilihat dari tiga tradisi pemikiran politik,
yaitu:
1. Clssical Aristotelian theory(demokrasi merupakan salah satu bentuk
pemerintahan),
2. Medieval theory(menerapkan roman law dan konsep popular souvregnty) dan
3. contemporary doctrine(dengan konsep republik dipandang sebagai bentuk
pemerintahan rakyat yang murni).
(Torres) melihat demokrasi dari segi formal dan substantive. Formal
menunjuk pada demokrasi dalam arti system pemerintahan. Substantive menunjuk
pada demokrasi dalam 4 bentuk,yaitu:
(1) menitik beratkan pada perlindungan terhadap tirani.
(2) titik berat pada manusia mengembangkan kekuasaan dan kemampuan.
(3) melihat keseimbangan partisipasi masyarakat terhadap beban yang berat dan
tuntutan yang tidak dapat dipenuhi.
(4) bahwa tidak dapat mencapai partisipasi yang demokratis tanpa perubahan
lebih dulu dalam keseimbangan sosial dan kesadaran sosial. Perubahan sosial dan
partisipasi demokratis perlu dikembangkan secara bersamaan karena satu sama
lain saling ketergantungan.
3
2.2 Perkembangan demokrasi
Konsep demokrasi telah mengalami perkembangan sejak definisi empirik
“Schumpeter” dikemukakan(demokrasi dari sudut prosedur kelembagaan untuk
mencapai keputusan politik yang di dalamnya setiap individu memperoleh
kekuasaan untuk membuat keputusan melalui perjuangan kompetititf dalam
rangka memperoleh dukungan berupa suara rakyat.), perdebatan akademis seputar
demokrasi melahirkan definisi konsep paling beragam dalam ranah akademis.
Berbagai studi mengenai demokrasi dalam ilmu politik dan sosiologi cenderung
untuk menilainya dari sudut pandang berbeda-beda. Demokrasi tidak memiliki
tolak ukuran pasti dalam pengukurannya karena membutuhkan konsensus baik
dalam lingkup publik maupun akademik sekalipun. Sebagai contoh, pemerintahan
Amerika Serikat yang memiliki agenda utama dalam mempromosikan demokrasi
dalam kebijakan luar negerinyapun ternyata belum memiliki kesepakatan tentang
makna demokrasi. Karena itulah demokrasi masih menimbulkan perdebatan
terutama dalam penerapannya di negara-negara berkembang.
Menurut “Donald Horowitz (2006)”, (the world’s only superpower is
rhetorically and militarily promoting a political system that remains undefined-
and it is staking its credibility and treasure on the pursuit), (negara superpower
satu-satunya di dunia secara retorik dan militeristik mempromosikan sistem
politik yang tetap tidak terdefinisikan sampai saat ini dan hal tersebut
mempertaruhkan kredibilitas dan sumber daya teramat berharga demi mencapai
maksudnya). Sehingga, pengertian demokrasi di berbagai belahan dunia merujuk
pada penegakkan demokrasi di Amerika Serikat mengalami distorsi makna.
Demokrasi dapat dipertukarkan dengan pengertian sangat sempit semisal voting
atau pemilihan umum semata, padahal demokrasi sebagai suatu konsep memiliki
pengertian lebih luas. Karena pencitraan demokrasi di Amerika Serikat absurd-
nya, hingga dikatakan bahwa demokrasi merupakan instrumen penekan negara-
negara Eropa Barat dan Amerika Serikat terhadap negara-negara lainnya di dunia,
maka perlu didefinisikan kembali karakteristik dari demokrasi.
1. Bentuk-Bentuk Demokrasi
4
3.1 Menurut Torres
Demokrasi dapat dilihat dari dua aspek yaitu yang pertama ialah, formal
democracy (formal democracy menunjuk pada demokrasi dalam arti system
pemerintahan) dan substansive democracy (menunjuk pada bagaimana proses
demokrasi itu dilakukan). Hal ini dapat dilihat dari dalam berbagai pelaksanaan
demokrasi di berbagai Negara. Dalam suatu Negara misalnya dapat demokrasi
dengan menerapkan system presidensial, atau sistem parlementer.
a)Sistem Presidensial
b) Sistem Parlementer
c) Sistem Semiparlementer
5
3. demokrasi permusyawaratan(deliberative democracy).
6
terpisah secara tegas, demokratis tidaknya demokrasi bentuk ini tergantung pada
kemampauan para wakil yang dipilih membangun dan mempertahankan hubungan
yang efektif antara pemerintah dan yang diperintah.
7
Konsekuensi dari implementasi sistem dan prinsip demokrasi ini adalah
berkembang persaingan bebas, terutama dalam kehidupan ekonomi sehingga
akibatnya individu yang tidak mampu menghadapi persaingan tersebut akan
tenggelam. Akibatnya kekuasaan kapitalislah yang menguasai kehidupan Negara,
bahkan berbagai kebijakan dalam Negara sangat ditentukan oleh kekuasaan
kapital.
8
Membicarakan demokrasi Indonesia, bagaimanapun juga tidak terlepas
dari periodesasi sejarah politik di Indonesia, yaitu apa yang disebut sebagai
periode pemerintahan massa revolusi kemerdekaan, pemerintahan demokrasi
liberal, pemerintahan demokrasi terpimpin, dan pemerintahan demokrasi
pancasila.
9
yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa,…”.
10
Menurut Samuel Huntington sistem politik demokrasi dapat dibedakan
dari system politik demokrasi dan non demokrasi. Sistem politik demokrasi
didasarkan pada nilai, prinsip, prosedur dan kelembagaan yang demokratis.
Sistem ini mampu menjamin hak kebebasan warganegara, membatasi kekuasaan
pemerintah dan mem-berikan keadilan. Indonesia sejak awal berdiri sudah
menjadikan demokrasi sebagai pilihan sistem politik. Negara Indonesia sebagai
negara demokrasi terdapat pada pembukaan UUD 45 alinea ke 4 dan pasal 1 ayat
(2) UUD 45 (sebelum di amandemen), kedaulatan adalah di tangan rakyat dan
dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). pasal 1
ayat (2) setelah diamandemen berubah menjadi “kedaulatan berada di tangan
rakyat dan dilaksanakan menurut UUD”. Perubahan ini menghilangkan kata
“dilaksanakan sepenuhnya” menjadi dilaksanakan menurut UUD. Apapun
perubahannya ini membuktikan sejak berdirinya negara Indonesia telah menganut
demokrasi.
f. Sistem perwakilan. Sistem ini jelas dalam UUD 45 dengan adanya Pemilihan
Umum, untuk memilih wakil rakyat di DPR/D dan DPD.
11
g. Sistem pemerintahan Presidensiil. Hal ini jelas pada makna negara berbentuk
republik, dan Presiden memegang kekua-saan pemerintahan menurut UUD.
Presiden dibantu oleh wakil Presiden. Selain itu Presiden dibantu oleh menteri-
menteri.
12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
http://yanel.wetpaint.com/page/Demokrasi
http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi
http://www.scribd.com/doc/33733141/PERKEMBANGAN-demokrasi
http://www.raconquista.files.wordpress.com
http://www.scribd.com/doc/27543684/Bentuk-Bentuk-Demokrasi
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_%281959-1966%29
http://www.scribd.com/doc/22007655/Pelaksanaan-Demokrasi-Di-Indonesia-2
http://ahmadsamantho.wordpress.com/2007/05/21/demokrasi-atau-oligarchi-
pasca-refomasi/
14