Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP EFEKTIFITAS

BIROKRASI PEMERINTAH
Oleh :
Azwan, S.Sos, ME

1. Latar Belakang
Organisasi adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang
mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta
dengan hubungan kerja yang rasional. Dengan demikian antar satu
orang dengan orang yang lain dalam sebuah organisasi akan saling
terjadi interaksi, komunikasi dan saling mempengaruhi. Menurut Mr.
Chester J. Bernard pengertian organasisasi ialah merupakan pekerjaan
yang dilakukan dengan secara bersama dengan dua orang atau lebih
dari dua orang, sebuah komposisi atau bentuk aktivitas-aktivitas atau
energi pada setiap orang yang telah di kordinasikan.
Pemerintah tentu memiliki banyak organisasi yang bekerja untuk
satu tujuan diatur dalam organisasi kementerian atau lembaga. Satu
tujuan tersebut dirangkum dalam Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional untuk kurun waktu 25 tahun dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional untuk kurun waktu 5 tahun.
Setiap pemerintah pada masing-masing era mempunyai arah dan
tujuan yang berbeda sesuai dengan perkembangan dan tuntutan
zaman. Era Presiden pertama Sukarno berbeda dengan era Presiden
Suharto berbeda juga dengan era Presiden Habibi berbeda juga
dengan era Presiden Gus Dur berbeda juga dengan era Presiden
Megawati berbeda pula dengan era Presiden SBY dan berbeda juga
era Presiden Jokowi sekarang.
Dengan perbedaan arah dan tujuan maka implementasi
pelaksanaan pemerintahan tergantung dari orang-orang yang berada

1
pada lingkaran pemerintah. Orang-orang yang berada pada lingkaran
pemerintah ini yang akan mengatur seluruh sistem dan mekanisme
pelaksanaan pemerintahan sesuai dengan janji-janji yang disampaikan
kepada rakyat saat kampanye. Lingkaran pemerintah ini akan
menciptakan budaya kerja dalam organisasi atau lebih simple disebut
budaya organisasi.
Lingkaran pemerintahan ini juga akan menentukan dinamika
pergerakan roda birokrasi. Sebagaimana diketahui bersama dinamika
birokrasi sangat ditentukan oleh regulasi yang diciptakan. Regulasi
dalam perspektif ekonomi klasik terjadi ketika pemerintah atau badan
pemerintah dengan otoritasnya membuat aturan-aturan (yang
memaksa) yang kemudian menjadi beban atau menimbulkan beban
bagi sektor ekonomi atau masyarakat konsumen (catatan kuliah Kapita
Selekta Ilmu Administrasi Publik Kontemporer, 2020). Biasanya
birokrasi selalu menjadi penghambat dalam pelaksanaan
pembangunan karena banyaknya regulasi. Permasalahan birokrasi ini
terjadi karena terjebak dalam Principal-Agent Problem. Lingkaran
pemerintahan yang disebut dengan Birokrat menjadi penyedia barang
publik dengan dibantu oleh staf-staf birokrasi. Dalam catatan Mata
Kuliah Kapita Selekta Ilmu Administrasi Publik Kontemporer, 2020
disebutkan bahwa birokrasi adalah penyedia barang dan jasa (publik)
dengan staf birokrasi sebagai pelaksana masyarakat (voters) sebagai
principal.
Berdasarkan analisis di atas penulis memilih untuk membuat
makalah dengan judul “Pengaruh Budaya Organisasi terhadap
Efektifitas Birokrasi Pemerintah” dengan lokus pada Ditjen PHI-JSK,
Ditjen Binalattas dan Ditjen Binapenta-PKK karena dalam struktur
anggaran tiga direktorat jenderal tersebut adalah tertinggi. Efektifitas
birokrasi yang penulis pilih adalah efektifitas serapan anggaran
Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) selama terjadinya pandemi
Covid 19 yaitu serapan anggaran mulai bulan Juni 2020. Dalam analisis

2
ini penulis berasumsi bahwa apabila anggaran terserap berarti tujuan
pelaksanaan pembangunan bidang ketenagakerjaan tercapai.
2. Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah suatu sistem makna atau sistem nilai
bersama yang ada di dalam suatu organisasi. Hanpuwadal, Nupakorn
dan Ussahawanitchakit, Phapruke (2010) menyatakan budaya
organisasi didefinisikan sebagai dukungan pemerintah untuk
pengembangan etika dan teknologi pelatihan yang terus-menerus
untuk meningkatkan hubungan dan keselarasan para anggota
organisasi dan pengaruh yang penting terhadap setiap aspek dari
operasi pemerintah. Oleh karena itu budaya organisasi perlu
dikembangkan sedemikian rupa, sehingga mampu menjadi pemersatu
dan pemacu gerak langkah anggota organisasi.
Berbagai faktor yang menentukan keberhasilan pelaksanaan
budaya organisasi antara lain adalah good governance. Konsep good
governance merupakan tuntutan yang harus dipenuhi pada sektor
publik. Pemerintah dituntut untuk lebih responsif atau cepat dan
tanggap. Mardiasmo (2006:2) menyatakan bahwa terdapat 3 (tiga)
mekanisme yang dapat dilaksanakan Pemerintah agar lebih responsif,
transparan, dan akuntabel serta selanjutnya dapat mewujudkan good
governance yaitu: (1) mendengarkan suara atau aspirasi masyarakat
serta membangun kerjasama pemberdayaan masyarakat, (2)
memperbaiki internal rules dan mekanisme pengendalian, dan (3)
membangun iklim kompetisi dalam memberikan layanan terhadap
masyarakat serta marketisasi layanan. Ketiga mekanisme tersebut
saling berkaitan dan saling menunjang untuk memperbaiki efektivitas
birokrasi pemerintah.
Keberhasilan penerapan good governance tersebut tidak
terlepas dari pengaruh faktor internal organisasi. Faktor internal adalah
berbagai faktor yang berasal dari dalam pemerintahan, salah satunya
adalah budaya organisasi (Daniri, 2005: 15). Senada dengan pendapat

3
Keith Kefgen dan Manav Thadani (2003) yang menyatakan bahwa
corporate culture was viewed as an integral part of the governance
mentality of a company.
Fenomena yang terjadi pada organisasi pemerintah penyebab
kurang berhasilnya good governance disebabkan kurangnya perhatian
pemerintah terhadap budaya oranisasi. Hal ini seperti dikemukakan
Sofian Effendi (2005) yang menyatakan salah satu penyebab kurang
berhasilnya reformasi administrasi untuk mendukung penyelenggaraan
tata pemerintahan yang amanah dan baik karena pemerintah tidak
menaruh pehatian yang serius terhadap perubahan budaya organisasi.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa budaya organisasi memainkan
peran penting di dalam penyelenggaraan tata pemerintahan yang
amanah dan baik. Dalam upaya merealisasikan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Nasional sebagaimana
diamantkan dalam Undang-Undang Nomor 25 tantang Perencanaan
Pembangunan Nasional.
3. Efektifitas Birokrasi
Birokrasi pemerintah atau aparatur negara dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan memiliki posisi dan
peran strategis dalam pelaksanaan pembangunan di suatu negara.
Raining (dalam Zulkarnaen, 1996 : 23) menyatakan bahwa,
“kebanyakan dari keberhasilan pembangunan ekonomi dan sosial di
negara manapun, tergantung pada kualitas dan efektivitas pegawai
negerinya”. Oleh sebab itu, produktivitas maupun efektivitas dan
efisiensi organisasi negara atau pemerintah amat tergantung pada
aparatur negara, karena merekalah yang akhirnya menjadi pelaksana
pemerintahan dan pembangunan. Tuntutan masyarakat terhadap
pelayanan publik terus meningkat seiring dengan semakin
meningkatnya dinamika masyarakat itu sendiri. Kondisi ini menurut
perlu diimbangi oleh kualitas aparatur yang baik, atau peka dan tanggap
dalam menangkap aspirasi masyarakat.

4
Pelaksanaan pelayanan publik, ternyata erat kaitannya dengan
masalah-masalah moral dan etika birokrasi (moral and ethical of
bureaucracy). Raining (dalam Zulkarnaen, 1994 : 24) menyebutkan
bahwa, “Para birokrat sangat memerlukan kepekaan etika, agar dapat
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dengan demikian,
jelaslah, bahwa pelaksanaan tugas pelayanan publik, hanya akan
berjalan dengan baik, apabila didukung oleh moral dan etika, serta
sikap dan tindakan aparatur yang profesional, dalam pelaksanaan
tugas”. Hal ini, pada gilirannya, akan dapat meningkatkan efektivitas
pelayanan publik, yang dilakukan oleh aparatur pemerintah. Semangat
kerja birokrasi pemerintah yang berorientasi pada pelayanan publik,
perlu menjadi pedoman.
Efektifitas birokrasi dalam penulisan ini terkait dengan efektifitas
serapan anggaran. Efektivitas untuk melihat sejauh mana suatu
keadaan keuangan dipergunakan atau dimanfaatkan dengan sumber-
sumber daya yang ada secara ekonomis, hemat (efisien) dan dilakukan
secara tepat dan memenuhi sasaran (efektif) serta hasil yang dicapai
tersebut memiliki rasionalitas terhadap penggunaan sumber-sumber
yang ada (produktivitas). Organisasi sektor publik akan dinilai baik jika
yang bersangkutan mampu dalam melaksanakan tugas dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada standar yang tinggi dan
biaya yang rendah. Tuntutan baru untuk organisasi sektor publik yaitu
selalu memperhatikan value for money. Karena tujuan yang
dikehendaki masyarakat selalu mencakup pertanggungjawaban
mengenai pelaksanaan value for money, yaitu dalam pengadaan dan
dan alokasi sumber daya dalam arti penggunaannya diminimalkan dan
hasil dimaksimalkan (maximizing benefits and minimizing cost), serta
(berhasil guna) dalam arti mencapai tujuan dan sasaran (Sumenge :
2013).

5
4. Struktur Anggaran
Struktur anggaran Kementerian Ketenagakerjaan disusun
berdasarkan pagu anggaran yang tertinggi. Untuk jelasnya dapat di lihat
pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1
Struktur Anggaran Kemnaker

Pagu Anggaran Struktur


No Unit Kemnaker Keterangan
(Rp) Anggaran
1 Setjen 261.218.597.000 4
2 Irjen 58.274.529.000 7
3 Ditjen Binapenta & PKK 1.087.565.930.000 3 JPS
4 Ditjen PHI dan Jamsostek 29.991.877.767.000 1 BSU
5 Ditjen Binwasnaker & K3 190.701.535.000 5
6 Barenbang 92.675.186.000 6
7 Ditjen Binalattas 3.178.595.561.000 2 BLK
Jumlah Total 34.860.909.105.000
Sumber : Kemnaker 2020
Dari struktur anggaran tersebut terlihat bahwa Direktorat
Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan (Ditjen PHI dan JSK) memiliki anggaran terbesar.
Dulu sebelum pandemi Covid 19, Ditjen PHI dan JSK memperoleh
anggaran nomor 2 terkecil. Anggaran terbesar Ditjen PHI dan JSK
didapat dari Bantuan Subsidi Upah yang ditujukan kepada Pekerja yang
menerima upah di bawah Rp 5 juta perbulan dan terdaftar di BPJS.
Anggaran terbesar kedua adalah Direktorat Jenderal Pembinaan
Pelatihan dan Produktifitas (Ditjen Binalattas). Anggaran Ditjen
Binalattas besar terutama pada pembangunan Balai Latihan Kerja
Komunitas (BLKK). Pembangunan BLKK ini tersebar di seluruh
Indonesia sebanyak 1000 BLKK. Tujuan pembangunan BLKK adalah
untuk menampung anak-anak muda yang ingin memperoleh skill baru,
atau menambah atau meningkatkan skill yang ada dalam bentuk
pelatihan untuk meningkatkan daya saing dan kualifikasi skill agar
dapat bersaing pada pasar global.
Anggaran terbesar ketiga adalah pada Direktorat Jenderal
Pembinaan Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja (Ditjen

6
Binapenta dan PKK). Anggaran terbesar pada Dirjen Binapenta dan
PKK dialokasikan untuk korban terdampak pandemi Covid 19. Program
yang disalurkan dalam bentuk Jaring Pengaman Sosial (JPS). Bentuk
program berupa Wirausaha atau Tenaga Kerja Mandiri (TKM) dan
program padat karya infrastruktur.
Sementara itu struktur anggaran urutan keempat, kelima,
keenam dan ketujuh masing-masing adalah Sekretariat Jenderal
(Setjen), Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan (Ditjen Binwasnaker), Badan Perencanaan dan
Pengembangan Ketenagakerjaan (Barenbang Naker) serta Inspektorat
Jenderal (Irjen).
Target serapan anggaran bulanan untuk tiga unit kerja Ditjen
PHI-JSK, Ditjen Binalattas dan Dirjen Binapenta PKK dapat di lihat tabel
2 di bawah ini.
Tebel 2
Target Serapan Anggaran Bulanan Dirjen PHI-JS, Binalattas
dan Binapenta PKK

Anggaran Bulan
No Unit Kerja Kemnaker RI (Rp)
Juli Agustus September Oktober
(%) (%) (%) (%)
1 Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja
1.087.565.930.000 25 35 50 65
dan Perluasan Kesempatan Kerja (BINAPENTA dan PKK)
2 Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan
29.991.877.767.000 30 40 50 60
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PHI – JSK)
3 Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas
3.178.595.561.000 20 35 45 55
(BINALATTAS)
Sumber : Kemnaker 2020
Berdasarkan target serapan anggaran bulanan pada tabel 2 di
atas, Dirjen Binapenta PKK serapan anggaran sampai akhir Juli
sebesar 25%, akhir Agustus 35%, akhir September 50% dan akhir
Oktober 65%. Dirjen PHI-JSK target serapan anggaran sampai akhir
Juli 30%, akhir Agustus 40%, akhir September 50% dan akhir Oktober
60%. Dirjen Binalattas target serapan anggaran sampai bulan Juli
sebesar 20%, akhir bulan Agustus sebesar 35%, akhir September
sebesar 45% dan sampai akhir Oktober 55%.

7
Untuk target growth (pertumbuhan) tarik anggaran perminggu
pada tiga unit kerja Ditjen PHI-JSK, Ditjen Binalattas dan Dirjen
Binapenta PKK dapat di lihat tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3
Target Growth Tarik Anggaran Perminggu

Unit Kerja Juli Minggu (%) Agustus Minggu (%) September Minggu (%) Oktober Minggu (%)
No 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Kemnaker RI
1 Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja (BINAPENTA dan PKK)
Target Tarik 11 15 20 25 26 29 32 35 36 40 45 50 53 56 60 65
Anggaran
Target Growth Tarik 4 5 5 1 3 3 3 1 4 5 5 3 3 4 5
Angg
2 Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PHI – JSK)
Target Tarik 20 23 25 30 33 36 38 40 43 46 48 50 53 56 57 60
Anggaran
Target Growth Tarik 3 2 5 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 1 3
Angg
3 Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas (BINALATTAS)
Target Tarik 15 17 19 20 23 27 32 35 38 40 43 45 48 50 53 55
Anggaran
Target Growth Tarik 2 2 1 3 4 5 3 3 2 3 2 3 2 3 2
Angg
Sumber : Kemnaker 2020
Dari tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa tiap minggu masing-
masing unit harus melakukan tarik anggaran paling rendah 1% dan
paling tinggi 5%. Tarik anggaran perminggu ini harus disiplin
dilaksanakan karena jika tidak disiplin maka serapan anggaran akan
rendah yang berarti efektifitas birokrasi menjadi rendah.
Target growth tarik anggaran untuk bulan Juli 2020 pada
Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan
Perluasan Kesempatan Kerja (BINAPENTA dan PKK) minggu kedua
4%, minggu ketiga 5% dan minggu keempat 5%. Pada Direktorat
Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga
Kerja (PHI – JSK) minggu kedua 3%, minggu ketiga 2% dan minggu
keempat 5%. Pada Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan
Produktivitas (BINALATTAS) minggu kedua 2%, minggu ketiga 2% dan
minggu keempat 1%.
Target growth tarik anggaran untuk bulan Agustus 2020 pada
Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan
Perluasan Kesempatan Kerja (BINAPENTA dan PKK) minggu pertama
1%, minggu kedua 3%, minggu ketiga 3% dan minggu keempat 3%.

8
Pada Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan
Sosial Tenaga Kerja (PHI – JSK) minggu pertama 3%, minggu kedua
3%, minggu ketiga 2% dan minggu keempat 2%. Pada Direktorat
Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas (BINALATTAS)
minggu pertama 3%, minggu kedua 4%, minggu ketiga 5% dan minggu
keempat 3%.
Target growth tarik anggaran untuk bulan September 2020 pada
Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan
Perluasan Kesempatan Kerja (BINAPENTA dan PKK) minggu pertama
1%, minggu kedua 4%, minggu ketiga 5% dan minggu keempat 5%.
Pada Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan
Sosial Tenaga Kerja (PHI – JSK) minggu pertama 3%, minggu kedua
3%, minggu ketiga 2% dan minggu keempat 2%. Pada Direktorat
Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas (BINALATTAS)
minggu pertama 3%, minggu kedua 2%, minggu ketiga 3% dan minggu
keempat 2%.
Sedangkan target growth tarik anggaran untuk bulan Oktober
2020 pada Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja
dan Perluasan Kesempatan Kerja (BINAPENTA dan PKK) minggu
pertama 3%, minggu kedua 3%, minggu ketiga 4% dan minggu
keempat 5%. Pada Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial
dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PHI – JSK) minggu pertama 3%,
minggu kedua 3%, minggu ketiga 1% dan minggu keempat 3%. Pada
Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas
(BINALATTAS) minggu pertama 3%, minggu kedua 2%, minggu ketiga
3% dan minggu keempat 2%.
5. Serapan Anggaran Bulanan
Pengaruh budaya organisasi terhadap efektifitas birokrasi
pemerintah pada Kementerian Ketenagakerjaan salah satunya dapat
tergambar dari serapan anggaran bulanan. Penulisan ini hanya melihat
serapan anggaran bulanan pada 3 unit secara dan berdasarkan struktur

9
anggaran terbesar masing-masing adalah Direktorat Jenderal
Pembinaan Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja (Dirjen
Binapenta dan PKK), Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan
Industrial dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (Dirjen PHI-JSK) serta
terakhir adalah Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan
Produktifitas (Dirjen Binalatta). Dalam serapan anggaran bulanan
penulis mengambil bulan Juli, bulan Agustus, bulan September dan
bulan Oktober 2020 karena anggaran dampak pandemi covid 19
dialokasikan pada bulan Juli 2020.
Untuk lebih jelasnya bagaimana realisasi serapan anggaran
bulanan pada Kementerian Ketenagakerjaan dapat dilihat pada tabel 4
di bawah ini. Dari tabel 4 terlihat bahwa realisasi anggaran bulanan
pada Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan dan Perluasan
Kesempatan Kerja (Dirjen Binapenta dan PKK) dari bulan Juli 2020 ke
bulan Agustus 2020 realisasi menurun dari 18% pada bulan Juli 2020
menjadi 13% pada bulan Agustus 2020 karena terjadi penambahan
anggaran terdampak pandemi covid 19 yaitu program Jaring
Pengaman Sosial dalam bentuk Wira Usaha Baru (WUB) atau Tenaga
Kerja Mandiri (TKM) dan Padat Karya Infrastruktur. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat dan dibaca pada tabel 4 di bawah. Demikian juga dengan
Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan
Sosial Ketenagakerjaan (Dirjen PHI-JSK) realisasinya pada Juli ke
bulan Agustus juga menurun dari 27% menjadi 8% karena adanya
penambahan dana Bantuan Subsidi Upah (BSU).

10
Tebel 4
Realisasi Serapan Anggaran Bulanan Dirjen PHI-JS, Binalattas
dan Binapenta PKK

Anggaran Bulan
(Rp)
No Unit Kerja Kemnaker Juli (%) Agustus (%) September Oktober (%)
(%)
Tar Rea Tar Rea Tar Rea Tar Rea

1 Direktorat Jenderal Pembinaan


Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan 1.087.565.930.000 25 18 35 13 50 21 65 49
Kesempatan Kerja (BINAPENTA dan PKK)
2 Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan
Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja 29.991.877.767.000 30 27 40 8 50 37 60 50
(PHI – JSK)
3 Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan
3.178.595.561.000 20 20 35 25 45 33 55 44
dan Produktivitas (BINALATTAS)
Sumber : Kemnaker 2020
Dari tabel 4 di atas ternyata realisasi serapan anggaran bulanan
pada Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan dan Perluasan
Kesempatan Kerja (Dirjen Binapenta dan PKK) untuk bulan Juli 2020
terealisasi sebesar 18% lebih kecil dari yang ditargetkan sebasar 25%.
Pada Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan
Sosial Ketenagakerjaan (Dirjen PHI-JSK) untuk bulan Juli 2020
terealisasi sebesar 27% lebih kecil dari yang ditargetkan sebasar 30%
sedangkan pada Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan
Produktifitas (Dirjen Binalatta) untuk bulan Juli 2020 terealisasi sebesar
20% sama atau sesuai dengan yang ditargetkan sebasar 20%.
Realisasi bulan Agustus 2020 serapan anggaran bulanan pada
Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan dan Perluasan
Kesempatan Kerja (Dirjen Binapenta dan PKK) telah terealisasi sebesar
13% lebih kecil dari yang ditargetkan sebasar 35%. Pada Direktorat
Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan (Dirjen PHI-JSK) untuk bulan Agustus 2020
terealisasi sebesar 8% lebih kecil dari yang ditargetkan sebasar 40%
sedangkan pada Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan
Produktifitas (Dirjen Binalatta) untuk bulan Agustus 2020 terealisasi
sebesar 25% lebih kecil dari yang ditargetkan sebasar 35%.
Realisasi bulan September 2020 serapan anggaran bulanan
pada Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan dan Perluasan

11
Kesempatan Kerja (Dirjen Binapenta dan PKK) telah terealisasi sebesar
21% lebih kecil dari yang ditargetkan sebasar 50%. Pada Direktorat
Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan (Dirjen PHI-JSK) untuk bulan September 2020
terealisasi sebesar 37% lebih kecil dari yang ditargetkan sebasar 50%
sedangkan pada Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan
Produktifitas (Dirjen Binalatta) untuk bulan September 2020 terealisasi
sebesar 33% lebih kecil dari yang ditargetkan sebasar 45%.
Sedangkan realisasi bulan Oktober 2020 serapan anggaran
bulanan pada Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan dan
Perluasan Kesempatan Kerja (Dirjen Binapenta dan PKK) telah
terealisasi sebesar 49% lebih kecil dari yang ditargetkan sebasar 65%.
Pada Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan
Sosial Ketenagakerjaan (Dirjen PHI-JSK) untuk bulan Oktober 2020
terealisasi sebesar 50% lebih kecil dari yang ditargetkan sebasar 60%
sedangkan pada Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan
Produktifitas (Dirjen Binalatta) untuk bulan Oktober 2020 terealisasi
sebesar 44% lebih kecil dari yang ditargetkan sebasar 55%.
6. Growth Tarik Mingguan
Growth tarik mingguan adalah realisasi pencairan anggaran
perminggu. Dari Growth tarik mingguan akan terlihat berapa persen
organisasi mencairkan anggaran setiap minggu. Growth tarik mingguan
menggambarkan pengaruh budaya dan kinerja organisasi terhadap
efektifitas birokrasi pemerintah. Semakin tinggi realisasi serapan
anggaran growth tarik mingguan pada organisasi maka ini
menunjukkan semakin efektifitas birokrasi pemerintahan tersebut.
Realisasi serapan anggaran growth tarik mingguan pada 3 unit
organisasi Kementerian Ketenagakerjaan masing-masing adalah
Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan dan Perluasan
Kesempatan Kerja (Dirjen Binapenta dan PKK), Direktorat Jenderal
Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan

12
(Dirjen PHI-JSK) serta terakhir adalah Direktorat Jenderal Pembinaan
Pelatihan dan Produktifitas (Dirjen Binalatta) dapat dilihat pada tabel 5
di bawah ini.
Tabel 5
Realisasi Growth Tarik Anggaran Perminggu

Unit Kerja Juli Minggu (%) Agustus Minggu (%) September Minggu (%) Oktober Minggu (%)
No 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Kemnaker RI
1 Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja (BINAPENTA dan PKK)
Target Tarik
11 15 20 25 26 29 32 35 36 40 45 50 53 56 60 65
Anggaran
Target Growth Tarik
4 5 5 1 3 3 3 1 4 5 5 3 3 4 5
Anggaran
Realisasi Tarik
13 13 14 17 12 12 13 13 14 15 16 21 35 36 46 49
Anggaran
Realisasi Growth
0 1 3 - 0 1 0 1 1 1 5 14 1 10 3
Tarik Anggaran
2 Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PHI – JSK)
Target Tarik
20 23 25 30 33 36 38 40 43 46 48 50 53 56 57 60
Anggaran
Target Growth Tarik
3 2 5 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 1 3
Anggaran
Realisasi Tarik
22 22 22 24 30 30 0,1 8 18 18 29 37 37 39 50 50
Anggaran
Realisasi Growth
0 0 2 6 0 - 7,9 10 0 11 8 0 2 11 0
Tarik Anggaran
3 Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas (BINALATTAS)
Target Tarik
15 17 19 20 23 27 32 35 38 40 43 45 48 50 53 55
Anggaran
Target Growth Tarik
2 2 1 3 4 5 3 3 2 3 2 3 2 3 2
Anggaran
Realisasi Tarik
17 16 17 18 21 23 24 25 27 29 31 34 35 39 41 44
Anggaran
Realisasi Growth
- 1 1 3 2 1 1 2 2 2 3 1 4 2 3
Tarik Anggaran
Sumber : Kemnaker 2020
Dari tabel 5 di atas realisasi growth tarik anggaran perminggu
bervariasi karena adanya pandemi covid 19. Variasi realisasi growth
tarik anggaran pada awal tahun 2020 alokasi anggaran Kementerian
Ketenagakerjaan berkurang hampir 40%, kemudian dengan adanya
pandemi covid 19 pada pertengahan tahun 2020 alokasi anggaran
Kementerian Ketenagakerjaan bertambah sampai hampir mencapai
90%.
Realisasi growth tarik anggaran perminggu untuk bulan Juli 2020
pada Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan
Perluasan Kesempatan Kerja (BINAPENTA dan PKK) minggu kedua
0% target 4%, minggu ketiga 1% target 5% dan minggu keempat 3%
target 5%. Pada Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial
dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PHI – JSK) minggu kedua 0% target
3%, minggu ketiga 0% target 2% dan minggu keempat 2% target 5%.

13
Pada Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas
(BINALATTAS) minggu kedua 0% target 2%, minggu ketiga 1% target
2% dan minggu keempat 1% target 1%.
Realisasi growth tarik anggaran perminggu untuk bulan Agustus
2020 pada Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja
dan Perluasan Kesempatan Kerja (BINAPENTA dan PKK) minggu
pertama 0% target 1%, minggu kedua 0% target 3%, minggu ketiga 1%
target 3% dan minggu keempat 0% target 3%. Pada Direktorat Jenderal
Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(PHI – JSK) minggu pertama 6% target 3%, minggu kedua 0% 3%,
minggu ketiga 0% target 2% dan minggu keempat 7,9% target 2%.
Pada Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas
(BINALATTAS) minggu pertama 3% target 3%, minggu kedua 2% dari
target 4%, minggu ketiga 1% dari target 5% dan minggu keempat 1%
dari target 3%.
Realisasi growth tarik anggaran perminggu untuk bulan
September 2020 pada Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan
Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja (BINAPENTA dan
PKK) minggu pertama 1% dari target 1%, minggu kedua 1% dari target
4%, minggu ketiga 1% dari target 5% dan minggu keempat 5% dari
target 5%. Pada Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial
dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PHI – JSK) minggu pertama 10%
dari target 3%, minggu kedua 0% dari target 3%, minggu ketiga 11%
dari target 2% dan minggu keempat 8% dari target 2%. Pada Direktorat
Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas (BINALATTAS)
minggu pertama 2% dari target 3%, minggu kedua 2% dari target 2%,
minggu ketiga 2% dari target 3% dan minggu keempat 3% dari target
2%.
Sedangkan realisasi growth tarik anggaran perminggu untuk
bulan Oktober 2020 pada Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan
Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja (BINAPENTA dan

14
PKK) minggu pertama 14% dari target 3%, minggu kedua 1% dari target
3%, minggu ketiga 10% dari target 4% dan minggu keempat 3% dari
target 5%. Pada Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial
dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PHI – JSK) minggu pertama 0% dari
target 3%, minggu kedua 2% dari target 3%, minggu ketiga 11% dari
target 1% dan minggu keempat 0% dari target 3%. Pada Direktorat
Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas (BINALATTAS)
minggu pertama 1% dari target 3%, minggu kedua 4% dari target 2%,
minggu ketiga 2% dari target 3% dan minggu keempat 3% dari target
2%.
7. Efektifitas Pelaksanaan Anggaran
Dari data dan informasi di atas, organisasi pemerintah pada
Kementerian Ketenagakerjaan mengalami perubahan anggaran
berkali-kali akibat pandemi covid 19. Akibatnya struktur anggaran yang
sudah disusun dari awal tahun 2020 berubah secara total. Perubahan
ini mengakibatkan budaya organisasi juga berubah yaitu dari yang
bekerja biasa-biasa saja (bisnis usually) menjadi budaya kerja yang luar
biasa dengan menggunakan segala macam upaya extraordinary dan
punya sense of crisis dalam menghadapi situasi sulit.
Pada tahap awal sekitar bulan Juli dan Agustus 2020, realisasi
serapan anggaran bulanan memang rendah tapi mulai memasuki bulan
September dan Oktober 2020 realiasi serapan anggaran bulanan mulai
naik walaupun baru mencapai hampir 50%. Sedangkan realisasi growth
tarik anggaran perminggu masih sangat rendah bahkan pada minggu-
minggu tertentu ada yang realisasi growth tarik anggaran perminggu
0% ini artinya tidak tarik anggaran sama sekali pada minggu tersebut,
akibatnya realisasi serapan anggaran bulanan akan menjadi rendah.
Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya realisasi
growth tarik anggaran perminggu antara lain adalah :

15
A. Masih terdapat dana blokir pada masing-masing organisasi.
B. Belum siapnya regulasi sebagai dasar hukum pelaksanaan
kegiatan
C. Proses pengadaan barang dan jasa khususnya belanja modal
tidak dilaksanakan sejak awal tahun
D. Adanya perbedaan persepsi para pengelola keuangan terkait
dengan kebijakan mekanisme pencairan anggaran selama
pandemi COVID-19 dan adanya pembatasan metode pencairan
anggaran oleh KPPN
E. Banyak kegiatan disetiap Unit dalam bentuk klasikal/tatap muka,
sehingga sesuai dengan pemberlakuan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB), kegiatan tidak dapat dilaksanakan.
8. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dalam penulisan dengan judul
“Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Efektifitas Birokrasi
Pemerintah” pada Kementerian Ketenagakerjaan dapat disimpulkan
sebagai berikut :
A. Efektifitas realisasi serapan anggaran bulanan cenderung naik
secara signifikan sampai saat ini sudah mencapai 50%
B. Efektifitas realisasi growth tarik anggaran perminggu cenderung
turun karena masih terjadi growth tarik anggaran perminggu 0%, ini
artinya dalam minggu tersebut ada organisasi yang tidak
mencairkan anggaran sama sekali.
C. Ternyata ada pengaruh budaya organisasi terhadap efektifitas
birokrasi pemerintah.

16

Anda mungkin juga menyukai