Anda di halaman 1dari 15

MODAL SOSIAL DALAM PILAR KEUNGGULAN BUDAYA INDONESIA

(Peran Adat “Tali Tigo Sepilin” Dalam Lembago Adat Negri Jambi)
Oleh :
Azwan Lutfi, S.Sos, ME

1. Pendahuluan
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa Desa atau Desa Adat atau
yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat,
hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam
Undang-undang ini adat istiadat diberi peran dalam mengatur
kehidupan kemasyarakatan. Dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa, kedudukan dan peran Adat istiadat semakin
dikuatkan untuk diterapkan pada setiap desa sesuai dengan tradisi
masing-masing.
Adat istiadat adalah merupakan modal sosial yang dimiliki oleh
masyarakat. Di dalamnya mengatur seluruh kehidupan masyarakat
yang dilaksanakan secara turun temurun. Aturan yang ditetapkan tidak
secara tertulis sebagaimana hukum positif yang tertulis dalam KUHAP
(Kitab Hukum Acara Pidana). Di era modern seperti saat sekarang
aturan adat istiadat mulai dicatat dan dibukukan agar tidak hilang
ditinggalkan generasi yang akan datang, karena ada kecenderungan
ketentuan adat istiadat ini akan ditinggalkan oleh generasi muda
demikian juga beberapa lembaga Perguruan Tinggi mulai banyak
melakukan berbagai kajian tentang adat istiadat. Zaman dahulu saat
Indonesia masih dijajah Belanda peran adat istiadat dalam mengatur
kehidupan masyarakat sangat besar. Masyarakat sangat mentaati

1
aturan-aturan tidak tertulis yang sudah ditetapkan secara turun
temurun. Saat itu roda pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan dijalankan oleh Negri Kerajaan Melayu Islam yang
dipimpin oleh Sultan.
Kekuasaan Negri Kerajaan Melayu Islam terdiri dari 3 lembaga
yang mengatur kehidupan kemasyarakatan, melaksanakan roda
pemerintahan dan melaksanakan pembangunan. Tiga lembaga tersebut
terdiri dari Pemerintah Desa (Pasirah, Rio, Lurah atau Kepala
Kampung), Pegawai Syarak (Imam, Khatib, Bilal, Hakim) dan Pemangku
Adat (Lembaga Lit atau Kerapatan Adat) dalam bahasa adat
pemerintahan saat itu disebut dengan “Tali Tigo Sepilin”. Sebagaimana
teori mengenai pemisahaan kekuasaan atau yang dikenal dengan Trias
Politica yang diajarkan oleh Montesquieu dari Perancis bahwa
kekuasaan itu terdiri dari 3 yaitu Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif.
Dari sini penulis ingin mendiskripsikan bagaimana Peran Adat
“Tali Tigo Sepilin” Dalam Lembago Adat Negri Jambi yang merupakan
modal sosial sebagai pilar keunggulan Sosial Budaya Indonesia dalam
konteks kontinum modal sosiai panjang yang maksimum. Modal sosial
yang sudah tertanam dalam adat istiadat dan sudah dipraktekkan pada
zaman Kerajaan Melayu Islam dapat diadaptasi dalam sistem
pemerintahan saat ini karena kontinum modal sosial yang panjang dari
praktek pelaksanaan sistem pemerintahan. Modal sosial memiliki 2
kategori yaitu
a. Kategori Struktural artinya berkaitan dengan beragam bentuk
organisasi sosial, khususnya peran, aturan, preseden, dan prosedur
serta beragam jaringan yang mendukung kerjasama yang
memberikan manfaat bersama dari tindakan kolektif sebagai hasil
dari modal sosial yang biasanya ada pada organsasi sosial yang
bersifat hubungan horisontal dan vertikal.

2
b. Kategori Kognitif artinya pemahaman yang berasal dari proses
mental yang menghasilkan gagasan/pemikiran yang diperkuat oleh
budaya dan ideologi, norma, nilai, sikap dan keyakinan yang
berkontribusi pada terciptanya perilaku kerjasama dan tindakan
kolektif.
Dari praktek sistem pemerintahan Negri Kerajaan Melayu Jambi
ini maka modal sosial dapat dilembagakan mulai kelompok sosial paling
kecil atau paling mendasar sampai kelompok masyarakat paling besar
yakni Pemerintah Desa, Pemerintah Daerah Kabupaten, Pemerintah
Daerah Kota, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Pusat dalam satu
kontinum yaitu negara.
2. Kontinum Modal Sosial
Sistem pemerintahan Kerajaan Melayu Islam dalam Lembago
Adat Negri Jambi sampai saat ini masih berlaku dan diterapkan di
tengah-tengah masyarakat khususnya pada Pemerintahan setingkat
desa adalah berasal dari peninggalan secara turun temurun yang
dipertahankan eksistensinya sampai sekarang, merupakan modal sosial
atau bisa juga dikatakan investasi sosial, karena berasal dari hasil
peristiwa interaksi antar manusia baik sebagai pribadi atau kelompok.
Peristiwa interaksi yang panjang sejak manusia diciptakan yaitu Nabi
Adam dan Siti Hawa atau sejak peradaban manusia menurut teori
Darwin dari manusia purba sampai saat ini menciptakan interaksi yang
panjang. Interaksi yang panjang itu menghasilkan nilai-nilai dan norma-
norma yang beraneka ragam. Ketika peristiwa demi peristiwa
berinteraksi menimbulkan peradaban manusia dari abad ke abad
dengan fenomena-fenomenanya masing-masing.
Peradaban manusi yang maha panjang dapat dikategorikan
dalam 4 fase peradaban yang telah dilalui yaitu :

3
a. Fase Pertama Peradaban Manusia Purba yang hanya mengenal
kehidupan dari alam.
b. Fase Kedua Peradaban Manusia Pertanian yang hanya mengenal
kehidupan dari pertanian dan tenaga binatang.
c. Fase Ketiga Peradaban Manusia Industri yang memanfaatkan
tenaga mesin campuran tenaga manusia untuk membantu
kehidupan manusia.
d. Fase keempat Peradaban Manusia Teknologi dan Informasi yang
sudah mengenal teknologi mesin dan teknologi internet seluruhnya
untuk menggantikan kehidupan manusia.
Oleh sebab itu pada zaman sekarang dikenal dengan era industry 4.0.
pada era industry 4.0 masyarakat lebih banyak memanfaatkan teknologi
informasi dalam kehidupan sosial. Jika pada zaman peradaban purba
tipologi masyarakat lebih bersifat tertutup atau inward looking yang
hanya berinteraksi pada kelompok mereka sendiri, pada zaman
peradaban pertanian dan industri tipologi masyarakat lebih bersifat
terbuka atau outward looking karena lingkungan sosial mengharuskan
interaksi sesama manusia. Sedangkan pada peradaban sekarang atau
peradaban teknologi informasi tipologi masyarakat lebih banyak bersifat
tertutup atau inward looking karena kehidupan modern membuat
manusia tidak perlu repot-repot atau susah payah dalam memenuhi
kehidupan. Cukup dari rumah seluruh kehidupan dapat terpenuhi
akibatnya interaksi sosial yang sudah dibentuk sejak lama tidak lagi
berlaku pada saat ini.
Dari kenyataan tentang “sosial” yang sangat kompleks dan
terwujud dalam kontinum modal sosial yang panjang, dari “masyarakat”
minimum hingga maksimum, sehingga di dalamnya terdapat
pertemanan, solidaritas, kebersamaan, timbal balik, dan fenomena

4
lainnya yang menunjukkan masalah derajat, maka kontinum modal
sosial terdiri dari sebagai berikut :
a. Modal Sosial Minimum bersifat zero sum artinya kompetisi antar
manusia dibiarkan bebas atau tidak dibatasi yang akhirnya dapat
menghasilkan jumlah negatif dimana manfaat yang diperoleh
seseorang akan mengurangi kebahagiaan dan rasa aman dari orang
lain. Keuntungan yang diperoleh seseorang, merepresentasikan
kehilangan dari orang lain (a zero-sum relationship/hubungan
menang-kalah).
b. Modal Sosial Dasar masih bersifat zero sum tapi pertukaran
interaksi manusia bertujuan untuk memaksimalkan manfaat bagi
diri sendiri dapat pula menghasilkan jumlah positif artinya jumlah
total dari kepuasan meningkat ketika segala sesuatu bermanfaat
dan tidak secara siginifikan merugikan yang lainnya. Penjumlahan
yang positif bermakna pertemanan mengambil kesenangan dari
keberuntungan orang lain.
c. Modal Sosial Substansial bersifat positif sum tujuannya untuk
memaksimalkan kepentingan diri sendiri dan orang lain agar
diperoleh keuntungan bersama.
d. Modal Sosial Maksimum bersifat positif sum tujuannya untuk
memaksimalkan kepentingan umum di atas kepentingan diri
sendiri.
Berdasarkan kontinum modal sosial tersebut maka penulis
mencoba mendiskripsikan bahwa sistem pemerintahan adat “Tali Tigo
Sepilin” dalam Lembago Adat Negri Jambi merupakan modal sosial
maksimum bersifat positif sum karena pemerintahan adat dijalankan
oleh 3 alat kekuasaan atau dalam bahasa adat Tigo lembago yaitu :
1) Eksekutif atau disebut dengan Patih Dalam yang dipimpin oleh
Sultan dan perangkatnya

5
2) Legislatif atau disebut dengan Patih Luar yang dipimpin oleh
Temenggung, Jenang dan Patih
3) Yudikatif atau disebut dengan Kerapatan Adat yang dipimpin oleh
Ketua Adat yang berasal dari unsur syarak, imam dan tokoh
masyarakat.
3. Peran Adat “Tali Tigo Sepilin” Dalam Lembago Adat Negri
Jambi

A. Sistem Pemerintahan Adat “Tali Tigo Sepilin”


Sistem Pemerintahan Adat “Tali Tigo Sepilin” pertama kali
dilaksanakan pada zaman Kerajaan Melayu Islam ketika Sultan Thaha
Syaifuddin sebagai raja. Lembago yang berarti kekuasaan dibagi
menjadi 3 kategori yaitu Patih Dalam sebagai eksekutif, Patih Luar
sebagai Legislatif dan Orang Adat sebagai Yudikatif. Oleh sebab itu
disebut dengan istilah Tali Tigo Sepilin. Ketika Sultan Thaha Syaifuddin
menjadi raja sudah banyak peninggalan-peninggalan adat yang
menjadi pedoman menyusun pemerintahan. Kebijakan Sultan Thaha
Syaifuddin yang fenomenal adalah ketika membatalkan seluruh
kerjasama dengan Penjajah Belanda yang dibuat oleh raja-raja
pendahulunya. Akibatnya Sultan Thaha Syaifuddin terusir dari istana
kediaman raja dan menjalankan roda pemerintahan dan melaksanakan
pembangunan kemasyarakatan secara berpindah-pindah dari satu
tempat ke tempat lain sambil juga berperang melawan Penjajah
Belanda.
Dalam sistem pemerintahan Sultan Thaha Syaifuddin wilayah
Kerajaan Melayu Islam atau disebut kukuban terbagi menjadi 2 wilayah
kukuban yaitu :
- Kukuban Adat Kerinci Batin dengan wilayah antara lain Orang Kerinci,
Orang Batin, Orang Penghulu, Orang Pindah dan Orang Anak Dalam.

6
- Kukuban Adat Melayu Jambi dengan wilayah antara lain Orang
Melayu Jambi, Orang Bajau dan Orang Suku Anak Dalam.
Seluruh Wilayah Kukuban sama seperti Wilayah Provinsi Jambi saat ini.
Setiap Wilayah Kukuban terdiri dari beberapa wilayah yang
dipimpin oleh Jenang, wilayah Jenang dibagi lagi menjadi beberapa
Batin, Kampung dan Luak yang dipimpin oleh Pesirah/Kepala
Kampung/Penghulu/Rio. Masing-masing kekuasaan atau lembago
menjalankan roda pemerintahan dan melaksanakan pembangunan
kemasyarakatan dengan sistem adat “Tali Tigo Sepilin”.
Struktur lembago adat dalam menjalankan roda pemerintahan
dan melaksanakan pembangunan kemasyarakatan terdiri dari sebagai
berikut :
- Sultan terdiri dari Patih Dalam dan Patih Luar
- Jenang
- Batin
- Kampung
- Luak

B. Lembago Adat Negri Jambi


Sistem pemerintahan Kerajaan Melayu Islam Jambi atau disebut
dengan Lembago Adat Negri Jambi terdiri dari sebagai berikut :
1. Patih Dalam yang dipimpin oleh Sultan dan perangkatnya atau
lembaga Eksekutif.
2. Patih Luar yang dipimpin oleh Temenggung, Batin dan Patih atau
lembaga Legislatif.
3. Kerapatan Adat yang dipimpin oleh Ketua Adat yang berasal dari
unsur syarak, imam dan tokoh masyarakat atau lembaga Yudikatif.
Ketiga lembaga tersebut dalam menjalankan roda pemerintahan dan
melaksanakan pembangunan kemasyarakan harus mentaati tata adat
yang sudah menjadi kebiasaan turun temurun. Kebiasaan yang turun
7
temurun ini disebut dengan petatah petitih adat. Dalam petatah petih
adat ini seluruh kehidupan dan sistem pemerintahan diatur.
Petatah petitih adat peninggalan zaman kerajaan Melayu Islam
saat ini sudah tercatat dalam buku dan dapat dipelajari. Petatah petitih
adat inilah menjadi nilai moral sebagai kontinum modal sosial
maksimum yang panjang. Pada era saat ini yang dikenal dengan era
industry 4.0 dimana kehidupan manusia sudah cenderung inward
looking yang lebih cenderung a zero-sum relationship atau hubungan
menang-kalah maka nilai-nilai budaya adat perlu untuk diadopsi
kembali dalam mencapai tingkatan maksimum yang kemudian
memunculkan modal sosial yang kuat dalam membentuk kekuatan
masyarakat dan bangsa untuk maju dan berkembang.
Berikut ini petatah petitih adat Jambi yang perlu untuk
diimplementasikan dan diadopsi untuk kehidupan peradaban manusia
sekarang yaitu sebagai berikut :

8
No. IMPLEMENTASI PETATAH PETITIH ADAT ADOPSI KEKINIAN
1. Sikap orang yang berubah- Becakap pagi idak sampe siang,becakap siang idak sampe malam Orang yang tidak pandai memilih bahasa
ubah/tidak konsisten dan perilaku yang tepat

2. Setiap manusia punya karekteristik Kempas dulu beliung dulu, kempas kini beliung kini Dapat menempatkan diri pada setiap
masing-masing sesuai zaman situasi
3. Pemimpin harus memiliki Becakap dulu sepatah, bejalan dulu selangkah, datang tempat betanyo, balik Memiliki kepekaan yang tinggi.
kecerdasan lebih dari bawahannya membawa berito
4. Memiliki visi, misi, program dan Besusuk besengkan, berumah betanggo, bejamban betepian, pegi pagi balik Pemimpin visioner
kegiatan yang jelas malam, sayang dibini ditinggal-tinggal, sayang dianak dilepas-lepas
5. Salah ambil keputusan berakibat Kurang sisik rumput menjadi, kurang siang jelupung tumbuh Analisa yang salah maka keputusan juga
fatal salah
6. Bertekad hanya satu pilihan Tudung menudung bak daun sirih, taup menaup bak benak ketam, sokong Walupun alternatif banyak pilihan tetap
menyokong bak aur dengan tebing, tebing sayang diaur, aur sayang ditebing, satu
tebing runtuh aur tebawo
7. Menjaga Persatuan dan kesatuan Ke mudik se entak satang, ke ilir serengkuh dayung Kompak, kebersamaan
8. Bersikap adil dalam adat Hati kuman samo dicecah, hati gajah samo dilapah Menjaga keadilan dalam berbagai etnis

9. Orang yang mengkhianati Menohok kawan seiring, menggunting dalam lipatan, telunjuk lurus Berkhianat terhadap kawan sendiri
perjuangan kelingking bekait
10. Senasib sepenanggungan Dapat samo belabo, ilang samo berugi, teampai samo kering, terendam samo Dalam berjuang tidak ada untung rugi
basah
11. Saling menjaga toleransi antar Rumah bepagar adat, tepian bepagar baso, negeri bepagar undang Segala sesuatu ada prosedur dan aturan
berbagai budaya main
12. Pemanfaatan waktu Betanyo selepas litak, berunding selepas makan Hadir pada saat dan waktu yang tepat
13. Memiliki ketenangan dan Cahayo balik ke muko, seri pulang ke badan, darah la balik ke dado Tampil penuh talenta dan kharismatik
berkharisma
14. Bercita-cita hanya satu Seciap bak ayam, sedekak bak di pulau, sedencing bak besi diapah Bersama-sama berjuang untuk satu
tujuan
15. Tindakan yang tidak bertanggung Melempar batu ke lubuk, melepas kuwau ke rimbo, bersengelak segan keno, Orang yang pengecut
jawab tegamang segan jatuh

9
16. Mundur dalam berjuang dan penuh Orang perajuk ilang sorang, orang pegamang mati jatuh, orang peragu salah Mudah kecil hati dan berani bicara di
keraguan pilih, orang pengeras gedang keno belakang
17. Strategi yang mantap dan jitu Jangan bepikir sekali lalu, jangan behemat sekali sudah, pikir habis-habis, Berpikir dengan tenang dan tidak grasa-
behemat sudah-sudah grusu

18. Kalau berkawan carilah orang yang Begaul tempat nan keramat, betanyo pada tempat nan tau, ibarat buah Bergabunglah dengan orang yang
berpengetahuan banyak raso,ibarat bungo banyak mambu berilmu
19 Perangai buruk mencari kesalahan Kuman di seberang lautan nampak, gajah dipelupuk mato idak keliyatan Sifat yang dibenci Tuhan dan manusia
orang lain
20. Bekerja harus sampai selesai Ilir sampe ke muaro, mudik sampe ke guntung Serius, Santai dan Selesai
21. Pemimpin demokratis yang Rajo adil rajo disembah, rajo zalim rajo disanggah, melawan rajo dengan Sikap negarawan
dihormati undang, melawan guru dengan kitab

10
C. Peran Kerapatan Adat Negri
Peran Kerapatan Adat Negri Jambi sangat besar dalam
mempengaruhi kehidupan masyarakat Provinsi Jambi ketika zaman
Kerajaan Melayu Islam. Raja Islam pertama Kerajaan Melayu Islam
Jambi bernama Orang Kayo Hitam yang berkuasa sekitar abad ke 16
atau sekitar tahun 1500an. Saat Orang Kayo Hitam memerintah ajaran
agama Islam sudah mulai dijalankan. Pada era sekitar abad 17 dan 18,
nama Raja berubah menjadi Sultan karena pengaruh Kerajaan Usmani
Turki. Ketika itu Kerajaan Melayu Islam mulai ada kerjasama dalam
mengembangkan Agama Islam, dalam menjalankan roda
Pemerintahan, melaksanakan pembangunan kemasyarakatan dan
kerjasama dalam mengusir/perang melawan Penjajah Belanda.
Sultan atau Raja Kerajaan Melayu Jambi yang pertama mengatur
dan menyusun manajemen pemerintahan pertama kali adalah ketika
Sultan Thaha Syaifuddin menjadi Raja Kerajaan Melayu Islam Jambi.
Hampir seluruh manajemen pemerintahan banyak dipengaruhi oleh
pola manajemen Kerajaan Usmani Turki. Saat itulah terbentuk “Tali
Tigo sepilin”. Peran masyarakat dilibatkan dalam kehidupan bernegara.
Kerapatan Adat Negri yang merupakan parlemennya Kerajaan Melayu
Islam berperan dalam membuat seluruh aturan dan undang-undang.
Kerapatan Adat Negri melalui adat “Tali Tigo Sepilin” atau kalau zaman
sekarang disebut dengan Forkompinda/Muspida sudah banyak
membuat aturan dan undang-undang yang tertulis.
Peran Kerapatan Adat Negri yang masih dipakai sampai sekarang
adalah produk undang-undang yang dalam bahasa Adat Melayu Jambi
disebut dengan “Pucuk Undang Nan Delapan” dan “Anak Undang Nan
Dua Belas” atau sering juga disebut dengan “Undang Nan Dua Puluh”.
Produk peraturan dan undang-undang hasil dari Kerapatan Adat
bersama Tali Tigo Sepilin sampai saat ini masih dipakai dan

11
mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat. Undang Nan Dua Puluh
ini menurut penulis dapat menjadi nilai moral sebagai kontinum modal
sosial maksimum yang panjang dalam pilar keunggulan Sosial Budaya
Indonesia.
Undang Nan Dua Puluh tersebut terdiri dari :
A. Pucuk Undang Nan Delapan terdiri dari :
1) Dago-Dagi artinya segala bentuk perbuatan yang melanggar
kepentingan bersama/umum sehingga menimbulkan kekacauan
dalam negri.
2) Sumbang-Suluh artinya melakukan perbuatan yang menurut
pendapat umum dipandang tercela karena tidak layak.
3) Samun-Sakai artinya mengambil harta orang lain dengan paksa
disertai penganiayaan dan pengrusakan.
4) Upas-Racun artinya melakukan pembunuhan dengan
menggunakan ramuan yang disebut racun, akibatnya orang
yang terkena menderita sakit yang lama sebelum meninggal,
sedangkan yang terkena upas biasa mati seketika.
5) Siur-Bakar artinya perbuatan dengan sengaja membakar
kampung, rumah, kebon atau ladang pertanian.
6) Tipu-Tepok artinya tindakan orang yang untuk memperoleh
suatu barang atau suatu keadaan yang menguntungkan dirinya
dengan cara tipu daya dan bujuk rayu atau keadaan palsu.
7) Maling-Curi artinya mengambil barang kepunyaan orang lain
dengan maksud hendak memiliki tanpa setahu pemiliknya baik
pada waktu malam maupun siang hari.
8) Tikam-Bunuh artinya melakukan kekerasan terhadap orang lain
dengan menggunakan senjata tajam atau alat lainnya sehingga
berakibat kematian.

12
B. Anak Undang Nan Dua Belas terdiri dari :
1) Lembam-Balu di Tepung Tawar artinya orang yang menyakiti
fisik/badan orang lain berkewajiban mengobatinya sampai
baik/sehat kembali atau hilang bekasnya.
2) Luka-Lekih di Pampas artinya barang siapa yang melukai
badan/fisik orang lain dihukum membayar pampas yang
dibedakan atas 3 kategori yaitu :
3) Mati di Bangun artinya barang siapa membunuh orang lain,
dihukum membayar bangun berupa 1 ekor kerbau, 100 gantang
beras dan 1 kayu (30 yard) kain putih.
4) Samun artinya merampas barang milik orang dengan paksa,
dilakukan di pinggir-pinggir hutan atau tempatterpencil.
5) Salah Makan di Luah, Salah Bawa Dikembalikan, Salah Pakai di
Luluskan artinya siapa yang telah berbuat sesuatu yang
akibatnya menimbulkan kerugian ia wajib menggantikannya
atau membayar senilai kerugian yang ditimbulkan oleh
perbuatannya.
6) Hutang Kecil dilunasi, Hutang Besar diangsur artinya apabila
seseorang berhutang ia wajib melunasinya, kalau jumlah
hutangnya kecil dilunasi sekaligus, kalau jumlahnya besar boleh
dicicil/diangsur.
7) Golok Gadai Timbang Lalu artinya harta atau suatu barang yang
diserahkan kepada orang lain sebagai jaminan hutang akan
pindah pemiliknya apabila telah lewat waktu yang dijanjikan.
8) Tegak Mengintai Lenggang, Duduk Menanti Kelam, Tegak
Berdua Begandeng Dua, Salah Bujang dengan Gadis Kawin
artinya pergaulan antara orang bujang dengan seorang gadis
yang diduga kuat telah melanggar adat dan memberi malu
kampung tanpa sisik siang harus dikawinkan.

13
9) Memekik Mengentam Tanah, Menggulung Lengan Baju,
Menyingsing Kaki Celana artinya menantang orang berkelahi.
Kalau yang ditantang itu orang biasa hukumannya seekor
ayam, 1 gantang beras dan setali (2 buah) kelapa. Jika yang
ditantang berkelahi itu lebih tinggi kedudukannya maka
dihukum 1 ekor kambing, 20 gantang beras dan kelapa 20
buah.
10) Menempuh Nan Bersawa, Mengunkai Nan Berebo artinya
memasuki suatu tempat atau memanjat yang ada tanda
larangannya berupa pagar atau tanda khusus yang diletakkan
di sekitarnya, perbuatan ini dihukum dengan eekor ayam, 1
gantang beras dan kelapa setali (2 buah).
11) Meminang di atas Pinang, Menawar di atas Tawar artinya
apabila seorang gadis sudah dipinang dan sudah jelas pinangan
itu diterima maka status si gadis tunangan orang yang tidak
boleh dipinang lagi oleh orang lain. Pelanggaran ketentuan ini
dihukum 1 ekor kambing dan 20 gantang beras.
12) Umo Bekandang Siang, Ternak Bekandang Malam artinya para
petani harus menjaga umo (ladang/sawah) atau tanamannya
pada siang hari. Bagi yang punya kerbau atau ternak harus
mengurungnya pada malam hari. Apabila tanaman petani
dimakan atau dirusak hewan ternak pada waktu siang hari
maka pemilik ternak tidak dapat dituntut mengganti kerugian.
Tapi kalau terjadinya pada malam hari pemilik ternak harus
membayar ganti rugi senilai tanaman yang dimakan atau
dirusak oleh ternaknya.

14
4. Kesimpulan
Dari tulisan di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam
kontinum modal sosial terdapat modal sosial yang minimum, dasar,
substansial dan maksimum. Idealnya kita bisa berada pada kontinum
maksimum, yang berorientasi pada komitmen untuk kesejahteraan
publik, kerjasama yang tidak terbatas pada pencarian keuntungan
pribadi dan memiliki kepedulian untuk kebaikan publik, serta
menghasilkan manfaat yang fungsi kegunaannya saling tergantung
secara positif. Peran Adat “Tali Tigo Sepilin” Dalam Lembago Adat Negri
Jambi merupakan konsep/gagasan tentang upaya yang perlu dilakukan
dalam mencapai tingkatan maksimum yang kemudian memunculkan
modal sosial yang kuat dalam membentuk kekuatan masyarakat dan
bangsa untuk maju dan berkembang sebagai modal sosial dalam pilar
keunggulan Sosial Budaya Indonesia.
Terdapat 2 (dua) Modal Dasar dalam Adat “Tali Tigo Sepilin”
Dalam Lembago Adat Negri Jambi menjadi Modal Sosial Maksimum
sebagai pilar keunggulan Sosial Budaya Indonesia antara lain adalah :
1. Petatah dan Petitih Adat Negri Jambi dan
2. Undang Nan Dua Puluh

15

Anda mungkin juga menyukai