Anda di halaman 1dari 14

MODUL BAHAN AJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

(HUBUNGAN NEGARA DAN WARGA NEGARA, HAK DAN KEWAJIBAN


WARGANEGARA)

(Pertemuan V)

(Ditulis Oleh : Isroni Muhammad Miraj (Mirza), S.H., M.H.)

I. Pengantar

Secara garis besar, dalam setiap kehidupan masyarakat akan selalu terdapat sejumlah
kelompok manusia di dalamnya yang secara historis saling hidup bersama satu sama lain
selama rentang periode tertentu. Sudah menjadi suatu sifat alamiah kita sebagai manusia
untuk hidup bersama dan berdampingan dengan manusia lainnya setiap saat dan kapanpun
itu. Ini merupakan konsekuensi dari hakikat manusia sebagai mahluk sosial yang saling
membutuhkan satu sama lainnya.

Dalam perkembangannya tentunya kelompok dalam masyarakat ini berawal dari


jumlah terkecil terlebih dahulu. Misalnya pada tahap awal terbentuklah pertemanan dalam
kelompok kecil seperti 2 atau 3 orang atau dalam jenis lainnya dalam skala jumlah yang sama
ialah terbentuknya keluarga. Sebagaimana yang telah sedikit disinggung dalam tulisan-tulisan
sebelumnya, setiap kelompok atau individu dalam masyarakat, termasuk daalm hal keluarga
sekalipun, akan terbentuk pola interaksi sosial. Di mana dalam perkembangannya pola
interaksi sosial itu akan berubah sedemikian rupa menjadi suatu proses sosial dan akhirnya
menjadi sistem sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Artinya misal ketika berbicara
konteks keluarga atau pertemanan, pergaulan dua bentuk kelompok ini akan berkembang dari
skala yang kecil hingga bias ke skala yang jauh lebih luas lagi. Ini sudah sifat alamiah dari
dinamika pergaulan dan interaksi sosial yang dilakukan setiap pribadi manusia. Sudah pasti
pergaulan sosial dalam bentuk apapun akan berkembang skalanya, khususnya secara jumlah
dari yang tadinya dalam ruang lingkup kecil menjadi ruang lingkup yang lebih besar lagi.
Kelompok-kelompok yang terlibat dalam dinamika perkembangan interaksi sosial
kemasyarakatan seperti inilah yang secara umum dapat dikatakan sebagai kelompok sosial.

Kelompok sosial secara alamiah akan selalu berkembang dari bentuknya maupun
aktivitasnya. Di dalam setiap kelompok sosial sudah pasti terdapat sejumlah anggota atau
individu yang memiliki peranan, tanggung jawab, hak, dan kewajibannya masing-masing.
Dalam realitanya pun, terapat aksi untuk saling pengaruh-mempengaruhi antar orang-orang
yang tergabung dalam kelompok tersebut. Baik antar individu, antar kelompok, maupun antar
individu atau kelompok.

Dalam kaitannya dengan kelompok sosial, sudah pasti di dalamnya terdapat semacam
nilai-nilai, pola perilaku, kebiasaan, adat, yang timbul seiring dengan perkembangan interaksi
sosial yang terjadi di dalam kelompok sosial tersebut. Seiring berjalannya waktu maka aspek-
aspek tersebut menjadi mengikat pihak-pihak di dalamnya dan akhirnya berubah menjadi
pandangan hidup atau budaya. Dalam sosiologi fenomena tersebut disa dikatakan sebagai
melembaga dan membudaya. Konsekuensinya, manakala melanggar budaya yang sudah
dilembagakan atau dibuat serta dianggap mengikat tersebut dilanggar oleh individu atau
kelompok di dialm kelompok sisoal itu, maka itu akan dianggap sebagai suatu perbuatan
menyimpang atau tidak sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat kelompok
sosial tersebut. Umumnya dalam rangka untuk membuat nilai-nilai tersebut yang sudah
membudaya mengikat, dibuatlah seperangkat kaidah/norma baik secara tertulis maupun tidak.
Nmaun umumnya, apalagi kalau dalam konteks negara, maka supaya kekuatan mengikatnya
lebih kuat dibuatlah aturan hukum tertulis.

II. Ruang Lingkup Implementasi Hubungan Sosial Negara dan Warganegara

Secara garis besar setiap lapisan masyarakat di dunia ini mempunyai ciri khas dalam
hal aspek sosial dan budaya tersendiri. Istilah sosial dan budaya ini muncul karena antara
aspek sosial maupun budaya saling berkaitan satu sama lain dan sulit dipisahkan. Sehingga
banyak orang menyebut istilah sosial budaya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana
yang telah dijelaskan pada modul atau pertemuan sebelumnya, maka budaya merupakan salah
satu aspek yang membentuk masayarakat itu sendiri. Artinya secara garis besar melaui proses
interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat, maka lambat laun budaya pun akan semakin
Nampak dan akhirnya terbentuk di masyarakat itu. Sehingga ketika budaya itu sudah
terbentuk, maka secara tak langsung hal itu akan menjadi suatu unsure dalam masyarakat
yang mempunyai kekuatan hukum mengikat. Dengan kata lain melalui proses interaksi sosial
yang terjadi, terjadi perubahan unsure sosial berupa perilaku dan hubungannya dengan
anggota masyarakat lainnya. Kemudian juga lambat laun berdampak pada aspek budaya dan
adat istiadat yang dianggap sebagai suatu nilai atau pandangan hidup tersendiri bagi
masyarakat bersangkutan. Di sinilah terjadi suatu proses yang disebut perubahan sosial
budaya.

Socio Cultural Change atau perubahan sosial budaya ialah perubahan yang terjadi
pada unsur-unsur sosial dan unsur-unsur budaya dalam kehidupan masyarakat yang bertujuan
untuk merubah tatanan/struktur masyarakat ke arah yang bersifat konstruktif atau destruktif.
Adanya perubahan sosial budaya ini tentu memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap
proses pembangunan nasional dalam suatu negara, khususnya termasuk di Indonesia. Dalam
kaitannya dengan hal itu, maka tentu diperlukan peranan dan kontribusi dari seluruh elemen
masyarakat yang ada, termasuk pemerintah, agar proses pembangunan tersebut dapat berjalan
sesuai dengan konstitusi dan dasar negara yang ada. Dalam konteks Indonesia, artinya
bagaimana hal itu dapat sesuai dengan nilai dan esensi yang terkandung dalam Pancasila dan
UUD 1945.

Dalam kaitannya dengan penjelasan di atas, tentu masalah perubahan sosial budaya
diakibatkan melalui adanya program dan proses pembangunan nasional yang dilakukan suatu
negara. Melalui proses pembangunan nasional ini pula yang menimbulkan terjadinya
hubungan sekaligus hak serta kewajiban antara negara dengan warga negara. Karena dalam
hal ini terjadi hubungan timbal balik atau kontribusi baik dari pihak Negara/pemerintah
maupun warga Negara dalam mengisi proses pembangunan nasional tersebut sesuai bidang
keahlian serta tanggung jawab masing-masing yang dimanifestasikan dengan timbulnya hak
serta kewajiban sebagaimana yang dimaksud sebelumnya. Termasuk dalam hal ini juga
terjadi dalam konteks bangsa dan negara Indonesia. Artinya melalui pembangunan tersebut,
masyarakat, termasuk pemerintah, akan merasakan adanya perubahan dalam seluruh aspek
kehidupan yang meliputi aspek politik, ekonomi, dan budaya. Karena kesemuanya ini juga
merupakan bagian dari fenomena sosial kemasyarakatan. Terkait hal itu, maka sudah menjadi
kewajiban kita sebagai WNI untuk turut serta membantu atau berkontribusi dalam proses
pembangunan nasional NKRI sesuai keahlian yang kita miliki masing-masing demi
tercapainya tujuan dan cita-cita nasional.
III. Hak dan Kewajiban Warga Negara di Indonesia

Hak dan Kewajiban seluruh masyarakat indonesia secara normative dan praktek dapat
dibarakan sebagai berikut :1

1. Hak dan Kewajiban Warga Negara Berdasarkan Unsur Dasar Negara


a. Hak :
i. Hak warga Negara untuk mendapatkan pengakuan kehormatan, harkat
dan martabat sebagai mahluk ciptaan Tuhan
ii. Hak warga Negara untuk mendapatkan perlindungan hukum
b. Kewajiban :
i. Kwajiban warga Negara memberikan pengakuan penghormatan,
penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai insan
hamba Tuhan
ii. Kewajiban warga negara mentaati peraturan perundangan berlaku.
2. Hak dan Kewajiban Warga Negara Berdasarkan Aspek Kehidupan Nasional
3. Hak dan Kewajiban Warga Negara Sebagai Sosialisasi Bela Negara
a. Konsep bela Negara dengan asumsi ancaman fisik
b. Konsep bela Negara dengan asumsi ancaman non fisik

Hak dan Kewajiban warga negara terkait masalah aspek kehidupan nasional
sebagaimana disebutkan di atas dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Hak :
a. Hak di Bidang Politik
b. Hak di Bidang Ekonomi
c. Hak di Bidang Sosial
2. Kewajiban :
a. Kewajiban Bela Negara
b. Kewajiban Bayar Pajak
c. Kewajiban Patuh Hukum dan Penguasa

1
Tim Dosen Kewarganegaraan, Pendidikan Kewarganegaraan, Teaching Learning Office, Universitas
Widyatama, 2010, hlm., 30-32
IV. Pemberdayaan Masyarakat Terkait Penyelenggaraan dan Perlindungan HAM

Penegakkan dan perlindungan HAM tentunya memerlukan kualitas SDM yang kuat
dan kompeten. Dalam kaitannya dengan hal itu perlu adanya pemberdayaan masyarakat. Hal
itu dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Pemberdayaan Terhadap Ideologi


2. Pemberdayaan Terhadap Politik
3. Pemberdayaan Terhadap Ekonomi
4. Pemberdayaan Tahap Budaya
5. Pemberdayaan Terhadap Wilayah
6. Pemberdayaan Terhadap Ancaman Fisik

V. Konsep HAM dan Keadilan Sosial Terkait Keseimbangan Perlindungan dan


Penegakkan Hak dan Kewajiban Masyarakat

Masalah HAM, khususnya dalam kaitannya dengan implementasi di NKRI, jelas


merupakan perwujudan konsep keadilan maupun kesejahteraan soisal. Karena bagaimanapun
juga penerapan HAM merupakan bagian dari upaya mewujudkan tatanan soial masyarakat
yang lebih ideal ke depannya. Dari keseluruhan penjelasan di atas, dalam hal terkait esensi
serta nilai yang terkandung dalam aspek keadilan sosial, maka hal itu dpat digambarkan
sebagai berikut :

“Keadilan sosial dapat didefinisikan sebagai keadilan yang pelaksanaannya


tergantung dari struktur proses-proses ekonomis, politis, sosial,budaya, dan iedologis dalam
masyarakat. Struktur-struktur itu merupakan struktur-struktur kekuasaan dalam dimensi-
dimensi utama kehidupan masyarakat. Susunan struktur-struktur itu menentukan kedudukan
masing-masing golongan sosial, apa yang mereka masukan dan apa yang mereka peroleh
dari proses-proses itu. Masyarakat merupakan proses yang mengalir terus menurut struktur
kekuasaan itu.”2
Tentu dalam pencapaian atau usaha mewujudkan keadilan sosial sebagaimana
disebutkan di atas tidaklah mudah dan memerlukan kercermatan serta pendekatan berbagai
aspek bidang kehidupan sosial yang ada. Hal tersebut secara lebih lanjut dinyatakan sebagai
berikut :

2
Franz Magnis-Suseno, Etika Politik : Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, PT GRAMEDIA,
Jakarta, 1987, hlm., 332
“Mengusahakan keadilan sosial dengan demikian berarti mengubah atau seperlunya
membongkar struktur-struktur ekonomis, politis, sosial, budaya, dan ideologis yang
menyebabkan segolongan orang tidak dapat memperoleh apa yang menjadi hak mereka atau
tidak mendapat bagian wajar dari harta kekayaan dan hasil pekerjaan masyarakat secara
keseluruhan.”3
Dari penjelasan di atas, jelas bahwa masalah keadilan sosial ini dalam konteks HAM
tentunya merupakan unsur yang sangat penting dalam proses penyelenggaraan kehidupan
berbangsa dan bernegara, khususnya Indonesia yang dilandasi Pancasila. Implementasi hal itu
tentu memerlukan kebijaksanaan dan pendekatan dari berbagai sisi atau sudut pandang agar
sesuai dengan apa yang menjadi cita-cita nasional dan tujuan nasional NKRI. Penerapan
HAM Pancasila ini, tentunya sebagaimana dijelaskan di atas, perlu diarahkan sedemikian
rupa sehingga dapat bersinergi dengan konsepsi keadilan sosial sebagaimana dimaksud dalam
rangka membentuk tatanan masyarakat yang ideal sesuai konstitusi UUD 1945.

Problematika HAM tentu sangat berkaitan erat dengan konsep moral. Artinya jika
berbicara moral di sini berarti kita membahas mengenai ukuran baik buruknya akan suatu
tindakan yang dilakukan individu atau kelompok. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, jika
masalah itu dilihat dari perspektif khususnya persoalan kebijakan luar negeri RI, sebetulnya
masalah HAM yang berupa konep moral tersebut, tentu membawa dampak yang tidak kalah
pentingnya dalam membawa dan mempertahankan status RI sebagai suatu negara di pentas
dunia. Dalam hal ini, istlah yang sering digunakan ialah ‘nationale morale‘. Istilah tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut :

“While national morale is subjected to its ultimate test in war, it is important hwnever
a nation’s power is brought to bear on an international problem. It is important partly
because national morale influences the determination with which the government pursues its
foreign policy. Any segment of the population which feels itself permanently deprived of its
rights and of full participation in the life of the nation will tend to have a lower national
morale, to be less patriotic than those who do not suffer from such abilities.”4
Apa yang dijelaskan di atas jelas bahwa persoalan nilai, etika, maupun juga moral
pada khususnya tidak hanya berlaku secara domestik, namun juga dalam konteks hubungan
negara bersangkutan dengan Negara-negara lainnya di dunia dalam interaksi global.

3
Ibid., hlm. 332-333
4
Hans J. Morgenthau, Politics Among Nations : The Struggle For Power and Peace, Third Edition, Alfred A.
Knopf, New York, 1961, hlm., 135-136
VI. Ruang Lingkup Pembangunan Berdasarkan Konstitusi dan Dasar Negara NKRI

Secara garis besar, Peningkatan kuantitas dan kualitas elemen/unsur dalam kehidupan
masyarakat demi mencapai tatanan kehidupan sosial yang lebih baik secara
menyeluruh/common interest for mankind.

Tujuan pembangunan nasional pada dasarnya ialah dalam rangka menuju ke arah
perubahan yang lebih baik serta terarah berdasarkan rencana baik jangka pendek maupun
jangka panjang yang sudah terukur dan terencana secara baik dan sistematis. Dalam
kaitannya dnegan hal itu, ada 3 hal yang patut diperhatikan, yaitu :

1. Peningkatan Standar Hidup dan Kualitas Masyarakat

2. Peningkatan Rasa Percaya Diri (Self-Esteem) dan Nasionalisme

3. Peningkatan Kebebasan Masyarakat Dalam Kehidupan Demokrasi Yang Sehat

Berdasarkan penjelasan di atas, agar dapat lebih mudah memahami esensi yang terkadung
sebagaimana dimaksud, maka ada baiknya jika dijabarkan melalui skema sebagai berikut :

Pembangunan
Pembangunan Nilai-Nilai Berdasarkan
Nasional Pancasila Hakikat Manusia
MonoPluralis

Pembangunan Pembangunan
Membangun
Diwujudkan dalam Meliputi
Manusia
Sosial, Politi, Jiwa/raga,
Indonesia
Hukum, Budaya, pribadi/sosial,
Seutuhnya
IPTEK dan rohani
V. Implementasi Pembangunan Nasional NKRI di Berbagai Bidang Sosial

Berdasarkan konsep pembangunan sebagaimana yang tercantum dalam Pancasila dan


Konstitusi UUD 1945, maka berikut ialah sejumlah bidang kehidupan yang perlu menjadi
tolak ukur dalam hal pembangunan nasional NKRI, yaitu :

1. Bidang Ekonomi :
a. Otonomi Daerah Sebagai Upaya Pembangunan Daerah Yang Seimbang
b. Stabilitas dan Pengelolaan Ekonomi Dalam Mencapai Kesejahteraan Sosial

2. Bidang HAM :
a. Amandemen UUD 1945
b. Pelaksanaan Jaminan dan Perlindungan HAM Secara Konsisten &
Konstitusional

3. Bidang Budaya :
a. Mewujudkan Manusia Indonesia Yang Adil, Berbudaya, dan Beradab
b. Tercapainya Persatuan Indonesia Sesuai Nilai Sosial dan Budaya Bangsa

4. Bidang Politik :
a. Pengembangan Sistem Politik Demokratis
b. Mewujudkan Negara Hukum Demokratis Modern dan Masyarakat Madani
c. Kedaulatan Rakyat, Partisipasi, Akuntabilitas, Equality

5. Bidang IPTEK :
a. Pengembangan IPTEK Demi Kesejahteraan Sosial
b. Pengembangan IPTEK Demi Persatuan Bangsa dan Negara

Penerapan nilai dan esensi pembangunan nasional sesuai cita-cita dan tujuan nasional
NKRI ini juga memiliki peranan penting terutama di dunia kampus. Karena kampus sebagai
suat civitas academica, dinilai sebagai suatu moral force serta gerakan perubahan terutama
bagi generasi muda dan penerung perjuangan bangsa dalam membantu mewujudkan
kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik dan optimal. Hal ini tercermin dengan
berbagai kegiatan dan aktivitas mahasiswa baik di dalam maupun di luar kampus. Adanya
kegiatan organisasi, himpunan, serta relasi dengan LSM merupakan gambaran betapa
pentingnya gerakan mahasiswa atau dunia kampus dalam membantu meningkatkan
pembangunan nasional bangsa dan negara.

VII. Peran Masyarakat Dalam Partisipasi Maupun Pembangunan di Bidang Politik


dan Ekonomi

Teknologi informasi sebagaimana yang dijelaskan pada bagian sebelumnya memang


meskipun suatu keniscayaan akibat dinamika perubahan kehidupan sosial manusia. Namun
teknologi informasi sendiri tak akan bisa memrikan kontribusi dan hasil yang optimal terkait
pembangunan di seluruh bidang sosial kemasyarkatan tanpa diiringi partisipasi yang
berkelanjutan dari seluruh elemen masyarakat yang ada.

Salah satu bentuk partisipasi yang dapat dilakukan masyarakat ialah misal partisipasi
di bidang politik. Partisipasi Politik ialah fenomena sosial berupa individu atau sekelompok
manusia dalam masyarakat suatu negara yang terlibat dalam serangkaian kegiatan politik di
negara bersangkutan sebagai upaya membantu membangun tatanan sosial dan politik
masyarakat yang lebih baik dan secara berkelanjutan (sustainable development).

Perwujudan partisipasi politik dapat terlihat dalam beberapa contoh fenomena di


bawah ini :

a. Terlibat dalam proses kebijakan public


b. Terlibat dalam proses pemilihan pemimpin politik
c. Terlibat dalam PEMILU
d. Tergabung dalam partai politik
e. Komunikasi politik, contoh : kampanye dan pidato kenegaraan oleh
presiden/wakil presiden/menteri
Kemudian perlu diketahui juga bahwa dalam kaitannya dengan masalah partisipasi
politik, maka terdapat beberapa macam bentuk partisipasi politik :

1). Partisipasi Politik Aktif :

a. Bentuk Konvensional : Kampanye politik

b. Bentuk Non Konvensional : Demo, Revolusi, Konfrontasi


2) Partisipasi Pasif :

a. Kegiatan Organisasi

b. Political and Social Networking

Dalam kaitannya dengan bentuk perilaku dan partisipasi politik yang dilakukan
masyarakat melalui PEMILU atau sebagai kader anggota partai politik, maka manusia
sebagai anggota masyarakat baik sebagai kelompok maupun individu harus dilihat dalam
konsep dimensi politis yang melekat padanya.

Secara garis besar, dimensi politis mempunyai dua sisi fundamental yang saling
melengkapi, sesuai dengan dua kemampuan fundamental manusia. Manusia ialah mahluk
yang tahu dan memiliki keinginan, yang di satu pihak juga memerlukan orientasi, kemudian
di lain pihak melalui orientasi itu mengambil keputusan berupa tindakan. Dua kemampuan
fundamental manusia ialah pengertian serta niat untuk bersikap. Struktur ganda itu,
mengetahui dan berkeinginan, dapat diamati dalam semua bidang kehidupan manusia. Hal ini
sebetulnya menitikberatkan dimensi masyarakat sebagai keseluruhan. Jadi yang merupakan
cirri khas pendekatan yang disebut politis ialah bahwa pendekatan itu terjadi dalam kerangka
acuan yang berorientasi pada masyarakat keseluruhan.5

Dalam kaitannya dengan penjelasan di atas, tentu masyarakat Indonesia di era


globalisasi seperti sekarang, harus memanfaatkan berbagai bentuk media yang ada secara
bijak da tepat. Bukan hanya terbatas di bidang atau persoalan perkembangan politik saja, tapi
juga di bidang kehidupan lainnya seperti ekonomi, sosial, dan budaya. Hal ini ditujukkan
untuk membantu proses pembangunan nasional yang ada secara bijak dan tepat. Karena
justru dengan perkembangan teknologi informasi inilah maka hal tersebut secara tak langsung
turut membantu menentukan arah pembangunan NKRI itu sendiri. Hal dapat terlihat misalnya
dengan begitu cepatnya kita bisa mengetahui berita pembangunan infrastruktur yang terjadi
di beberapa daerah.

Dalam kaitannya dengan pemabngunan nasional di bidang ekonomi, masyarakat saya


kira dapat melakukannya misal melalui inisiatif untuk meulai merintis usaha kecil dan
menengah dan pemerintah pun dalam hal ini perlu memberikan bantuan atau insentif dalam
membangun UMKM tersebut. Terkait hal ini, bukan berrarti bahwa setiap masyarakat hrs

5
Ibid., hlm., 19-20
mendirikan UMKM, tapi setidaknya dalam pola piker masyarakat harus mulai ditumbuhkan
jiwa-jiwa entrepreneurship. Hal tersebut akan turut membantu jua meningkatkan kualitas
SDM kita sebagai WNI. Karena melalui penanaman jiwa sebagai enteurprener ini maka kita
akan mampu membuka lapangan pekerjaan pada tahap tertentu di karir professional kita. Itu
nantinya akan membantu mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui penambahan jumlah
lapangan pekerjaan.
VIII. Kesimpulan

Berdasarkan keseluruhan penjelasan di atas, maka ada sejumlah kesimpulan penting


yang dapat diambil yaitu sebagai berikut :

1. Tujuan pembangunan nasional pada dasarnya ialah dalam rangka menuju ke arah
perubahan yang lebih baik serta terarah berdasarkan rencana baik jangka pendek
maupun jangka panjang yang sudah terukur dan terencana secara baik dan
sistematis. Dalam kaitannya dnegan hal itu, ada 3 hal yang patut diperhatikan,
yaitu :

a. Peningkatan Standar Hidup dan Kualitas Masyarakat

b. Peningkatan Rasa Percaya Diri (Self-Esteem) dan Nasionalisme

c. Peningkatan Kebebasan Masyarakat Dalam Kehidupan Demokrasi Yang Sehat

2. Hubungan Negara dan Warganegara sekaligus bidang kehidupan yang perlu


menjadi tolak ukur dalam hal pembangunan nasional NKRI, yaitu :
A. Bidang Ekonomi :
i. Otonomi Daerah Sebagai Upaya Pembangunan Daerah Yang Seimbang
ii. Stabilitas dan Pengelolaan Ekonomi Dalam Mencapai Kesejahteraan Sosial

B. Bidang HAM :
i. Amandemen UUD 1945
ii. Pelaksanaan Jaminan dan Perlindungan HAM Secara Konsisten &
Konstitusional

C. Bidang Budaya :
i. Mewujudkan Manusia Indonesia Yang Adil, Berbudaya, dan Beradab
ii. Tercapainya Persatuan Indonesia Sesuai Nilai Sosial dan Budaya Bangsa

D. Bidang Politik :
i. Pengembangan Sistem Politik Demokratis
ii. Mewujudkan Negara Hukum Demokratis Modern dan Masyarakat Madani
iii. Kedaulatan Rakyat, Partisipasi, Akuntabilitas, Equality
E. Bidang IPTEK :
i. Pengembangan IPTEK Demi Kesejahteraan Sosial
ii. Pengembangan IPTEK Demi Persatuan Bangsa dan Negara

3. Masyarakat Indonesia di era globalisasi seperti sekarang, harus memanfaatkan


berbagai bentuk media dan teknologi informasi yang ada secara bijak dalam
menyikapi berbagai persoalan bangsa dalam rangka membantu mempercepat
proses pembangunan bangsa dan negara.

Demikian kesimpulan yang dapat disampaikan. Semoga bermanfaat sebagai bahan


bacaan bagi saudara ke depannya. Selamat Membaca !
DAFTAR PUSTAKA

Franz Magnis-Suseno, Etika Politik : Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, PT


GRAMEDIA, Jakarta, 1987

Hans J. Morgenthau, Politics Among Nations : The Struggle For Power and Peace, Third
Edition, Alfred A. Knopf, New York, 1961

Tim Dosen Kewarganegaraan, Pendidikan Kewarganegaraan, Teaching Learning Office, Universitas


Widyatama, 2010

Anda mungkin juga menyukai