Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

MATA KULIAH HUKUM ACARA PIDANA


“ BASIS SOSIAL HUKUM SERTA HUKUM DAN KEKUATAN –
KEKUATAN SOSIAL”

DI SUSUN OLEH KELOMPOK II


1. Bapak M. Samsuri
2. Bapak Wawan suhendi
3. Bapak Aep Mulyana
4. Bapak Aan Andriansyah
5. Ratu Nufus
6. Riki Effendi
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur kelompok panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Basis social
hukum serta hukum dan kekuatan-kekuatan social” dengan baik dan benar dengan tepat
waktu.
Makalah ini di susun untuk membantu mengembangkan kemampuan pemahaman pembaca
terhadap judul tersebut yang telah di tugaskan oleh kelompok kami. Pemahaman tersebut
dapat di pahami melalui Pendahuluan, permasalahan, pembahasan permasalahan serta
kesimpulan.
Ucapan terimakasih dari kelompok kami kepada Bapak Dosen Mata kuliah Hukum Acara
Pidana Bapak Fahruroji, SH. Yang telah memberikan kesempatan kepada kelompok untuk
menyusun untuk membuat makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, saran dan keritik juga penulisan sangat
di harapkan dari seluruh pihak dalam proses pembangunan mutu makalah ini.

Pandeglang, 16 Maret 2019


Kelompok II
BAB 1
PENDAHULUAN
A . LATAR BELAKANG

Dimana ada masyarakat disana pasti ada hukum (ubi Societas ibi ius). Hukum ada pada setiap
masyarakat manusia dimanapun juga dimuka bumi ini. Bagaimanapun primitifnya manusiadan
bagaimanapun modernnya suatu masyarakat pasti mempunyai hukum. Oleh karena
itukeberadaan hukum sifatnya universal. Hukum tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat,tetapi
justru mempunyai hubungan timbal balik antara keduanya.Hukum mengatur kehidupan manusia
sejak berada dalam kandungan sampai meninggaldunia. Hukum mengatur semua aspek
kehidupan masyarakat baik ekonomi, politik, sosial, budaya dan sebagainya. Tidak ada satupun
aspek kehidupan manusia dalam masyarakat yangluput dari sentuhan hukum. Dengan demikian
hukum itu berada dalam masyarakat, karenamasyarakatlah yang membentuk hukum.Keadaan
dan perkembangan hukum senantiasa dipengaruhi oleh masyarakat, sehingga hukummerupakan
manifestasi dari nilai-nilai kehidupan masyarakat dimana hukum itu berlaku.Dalam kehidupan
modern, hukum memiliki posisi yang cukup sentral. Kita dapat mencatat bahwa hampir sebagian
besar sisi dari kehidupan kita telah diatur oleh hukum, baik yang berbentuk hukum tertulis
maupun hukum yang tidak tertulisHukum sebagaimana dikemukakan di atas adalah hukum dalam
arti luas, ia tidak hanyasekadar peraturan tertulis yang dibuat oleh penguasa atau badan khusus
pembuat undang-undang atau dengan kata lain hukum bukan hanya sesuatu yang bersifat
normatif. Hukum juga merupakan fenomena sosial yang tertuang dalam perilaku manusia atau
lebih tepatnya perilaku sosial.Hukum dapat dikatakan sebagai konsensus yang harus diterima
bersama sebagai aturan yangwajib di taati dan didukung oleh suatu kekuasaan dalam
mempengaruhi kebiasaan-kebiasaanagar selalu berada pada kondisi kesusilaan dalam
mewujudkan keserasian keselarasan dankeseimbangan dalam hidupnya. Menurut Sunaryati
Hartono ada 4 fungsi hukum dalam pembangunan yaitu :
1. Hukum sebagai pemelihara ketertiban dan keamanan
2. Hukum sebagai sarana pembangunan
3. Hukum sebagai sarana penegak keadilan
4. Hukum sebagai sarana pendidikan masyarakat.Dimana hukum sebagai pemelihara ketertiban
dan keamanan berfungsi mewujudkankehidupan dalam bermasyarakat secara serasi, selaras dan
seimbang. Keserasian, keselarasandan keseimbangan tersebut belum tentu dapat berjalan
bersamaan dengan hukum.Dalam hal ini bisa saja terjadi aneka bentuk kejahatan dalam
masyarakat yang merupakan bentuk ketidakseimbangan dalam masyarakat tersebut dan hukum
sebagai alat pemeliharaketertiban dan keamanan tidak dapat menjalankan fungsinya dengan
baik.

B. PERMASALAHAN

Dari latar belakang diatas maka dapat diambil permasalahan yaitu :

1. Bagaimana pengertian basis social hukum serta hukum dan kekuatan-kekuatan sosial

2. Bagaimana Aturan-aturan Hukum sebagai suatu Fenomena Sosial

BAB II
PEMBAHASAN

PERSEPSI 1
1. BASIS SOSIAL HUKUM SERTA HUKUM DAN KEKUATAN-KEKUATAN SOSIAL
A. Paradigma Sosiologi Hukum

Paradigma sosiologi hukum adalah pengaruh timbal balik antara hukum dengan gejala-gejala
sosial lainnya.berikut ini akan dikemukakan pengaruh timbale balik tersebut sebagai berikut :

a). Kelompok-kelompok social.

b). Lembaga-lembaga sosial (lembaga yang diakui keberadaannya di dalam masyarakat).

c). Stratifikasi social, pelapisan social dalam masyarakat,namun tetap memperhatikan


persamaan dihadapan hukum (equality before the law) seperti yang tertuang di dalam Pasal
27 UUD 1945.
d). Kekuasaan dan kewenangan yang diatur oleh hukum. Misalnya Presiden kekuasaan dan
kewenangannya diatur oleh UUD 1945.
e). Interaksi sosial: hukum berfungsi untuk memperlancar interaksi sosial (tindakan-sesuatu-
makna)
f). Perubahan sosial mempengaruhi perubahan hukum.

g). Masalah sosial: hal-hal yang berkaitan dengan kejahatan,hukumnya di dalam KUHP dan KUHAP
B. Hukum Dan Kewenangan

Penyelidikan terhadap hukum di dalam masyarakat dimulai dari kelompok kecil,yang merupakan molekul-
molekul dari kehidupan sosial.di dalamnya setiap individu memperoleh tempat dan peran mereka masig-
masing. Bedasarkan hal ini, dapat dilihat dari kenyataan bahwa individu adalah suatu unit terkecil dalam
melanjutkan interaksi dengan yang lain,mula-mula dalam keluarganya dan kemudian sebagai anggota dari
kelompok sosial yang lain.melalui partisipasi individu di dalam kehidupan kelompok, kelompok itu
menjadi instrument untuk memenuhi kebutuhannya. kelompok itu sendiri mempengaruhi atau
mengubah lingkungan tempat kelompok itu berfungsi.

Bila dilihat dari aspek tingkah laku manusia, pelimpahan wewenang mencakup komunikasi antara seorang
peminpin dengan orang lain berdasarkan keputusannya. Setiap anggota dari suatu kelompok,apakah ia
pemimpin atau yang dipimpin, bertanggung jawab terhadap tingkah laku yang dilakukannya dalam
menjalankan tugasnya dan di dalam lingkungan kebebasannya. Apabila tingkah lakunya di dalam bagian
dari kelompok khusus itu menyimpang, dia menjadi sasaran dari sanksi kelompok, termasuk keputusan-
keputusan sebagai penerapan oleh pemimpinnya dan oleh anggota lain.

C. Hukum Dan Kekuatan-Kekuatan Sosial

Di dalam setiap masyarakat terdapat kekuatan-kekuatan sosial (social Forces) yang dapat berfungsi
sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan ini dapat bersifat baik dan tidak baik bagi masyarakat.
Bagi hukum ,yang penting untuk diperhatikan adalah penggunaan kekuatan sosial yang merugikan
masyarakat dan Negara.

Kekuatan Uang

Kekuatan Politik

Kekuatan Massa

Teknologi Baru

D. Manfaat Sosiologi Hukum Untuk Memahami Bekerjanya Hukum di Dalam Masyarakat

Untuk memahami bekerjanya hukum dalam masyarakat dapat dilihat dari beberapa sudut pandang
seperti yang telah dikemukakan dalam pembahasan sebelumnya, bahwa hukum berfungsi sebagai social
control dan sebagai alat pengubah masyarakat, selain itu ada beberapa fungsi lain untuk memahami
bekerjanya hukum di dalam masyarakat yaitu sebagai berikut :

1. Fungsi hukum sebagai alat politik : dalam system hukum di Indonesia peraturan Perundang-undangan
merupakan produk bersama DPR dan Pemerintah sehingga antara hukum dan politik sulit untuk
dipisahkan. Namun demikian, hukum sebagai alat politik tidak dapat berlaku secara universal, sebab tidak
semua hukum dibuat oleh DPR bersama Pemerinta.

2. Fungsi hukum sebagai simbol : merupakan makna yang dipahami oleh seseorang dari suatu perilaku
warga masyarakat tentang hukum. Contohnya : Seorang yang mengambil barang orang lain dengan
maksud ingin memiliki dengan jalan melawan hukum, oleh Hukum Pidana disimbolkan sebagai tindak
pidana pencurian.
3. Fungsi hukum sebagai alat Integrasi : Setiap masyarakat mempunyai berbagai kepentingan dari
warganya, di antara kepentingan itu ada yang sesuai dengan kepentingan lain dan ada juga yang tidak
sesuai sehingga terjadi konflik dengan kepentingan lain. Oleh karena itu hukum berfungsi sebelum terjadi
konflik dan sesudah terjadi konflik.

PERSEPSI II
BASIS SOSIAL HUKUM SERTA HUKUM DAN KEKUATAN –KEKUATAN SOSIAL

A. PARADIGMA SOSIOLOGI HUKUM

Paradigma sosiologi hukum adalah pengaruh timbal balik antara hukum dengan gejala –gejala sosial
lainnya.berikut akan dikemukakan pengaruh timbal balik tersebut.

1. Kelompok-kelompok sosial hukum

Kelompok-kelompok sosial yang dimaksud adalah suatu aktivitas yang dilaksanakan oleh dua orang atau
lebih yang diatur oleh suatu hukum .sebagai contoh yayasan masyarakat indonesia baru
(YAMIMBA).hukumnya adalah anggaran Dasar dan anggaran rumah tangga.

2. Lembaga sosial yang di maksud adalah suatu lembaga yang diakui keberadaanya didalam
masyarakat.sebagi contoh:

- Desa :hukumnya adalah Undang –Undang tentang pemerintahan daerah

- Perkawinan :hukumnya adalh UU No 1 tahun 1974 tentang perkawinan

- Waris :hukum adat dan hukum islam

- Wakaf :hukum adat ,hukum islam ,dam UU no 41 tahun 2004 tentang wakaf

3. Stratifikasai hukum

Straifikasi dimaksud adalah pelapisan sosial yang ada dalam masyarakat. Namun, stratifikasi dimaksud
tetap memperhatikan pasa-pasal dalam peraturan perundang-undangan mengenai persamaan dihadapan
hukum seperti pasal 27 UUD 1945, yaitu hukum tidak membeda-bedakan meskipun kenyataan nya ada
lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat.

4. Kekuasaan dan kewenangan hukum

Kekuasaan dan kewenangan dimaksud diatur oleh hukum. Sebagai contoh dapa diungkapkan bahwa
Presiden, kekuasaan dan kewenangannya diatur oleh UUD 1945.

5. Interaksi sosial hukum

Interaksi sosial dimaksud, hukum berfungsi untuk memperlancar interaksi sosial.

6. Perubahan-perubahan sisoal hukum

Perubahan sosial dimaksud adalah:

a. Perubahan sosial mempengaruhi perubahan hukum seperti UUD No 1 Tahun 1974.

b. Perubahan hukum menimbulkan perubahan sosial seperti UUD Narkotika tahun 1976 sebagai
perubahan dari ketentuan peninggalan Belanda, dimana bukan hanya pemadat tetapi juga penanam dan
pengedar mendapat juga hukumman yang berat.

7. Masalah sosial hukum

Masalah sosial dimaksud adalah hal-hal yang berkaitan dengan kejahatan hukumnya: KUHP dan Acara
hukum Pidana.

Atas hal-hal tersebut dapat di susun suatu paradigma sosiologi hukum yang ruang lingkupnya adalah
pengaruh timbal balik antara antara hukum dan gejala sosial lainnya.

Sebagai bahan perbandingan maka akan di ketengahkan paradigma lainnya ,yang dikemukakan marc
galanter,galanter mengatakan bahwa sesuatu paradigma berfungsi sebagai lensa bagaimana seseorang
akan dapat menelaah gejala hukum secara seksama.

B. HUKUM SEBAGAI TINGKAH LAKU SOSIAL

Dari berbagai kelompok-kelompok tanpa suatu bentuk pola dapat memiliki dampak yang tidak teratur.
Seorang pengamat yang terlatih seperti Sajibto Raharjo dan Ahmad Ali, memberikan suatu petunjuk yang
tegas mengenai adanya suatu sistem teknik dan sistem perekonomian yang kompleks. Ternyata penduduk
memiliki organisasi yang terperinci dalam mengelompokkan tugas dan dalam pembagian fungsi sosial
yang sudah ditentukan lebih dahulu.kelompok-kelompok kecil melakukan kegiatan-kegiatan secara
bersama untuk mencapai tujuan-tujuan yang sama, setiap orang sudah mempunyai peran khusus
tertentu,beberapa tingkah laku ang dilakukan secara berulang-ulang, tetapi tidak dapat diramalkan
sebelumnya mengenai terjadinya ketidakseriusan dalam melakukan suatu pekerjaan. Oleh karena itu
dalam setiap tindakan terhadap suatu dualisme sosiologis, yaitu disatu pihak yang melakukan tukar
menukar jasa dan fungsi saling mengawasi sarana pemenuhan dan kejujuran tindakan pihak lain.
Dalam sistem ekonomi dan kegiatan-kegiatan lain merupakan tingkah laku sosial dari penduduk asli yang
didasarkan pada suatu tindakan memberi dan menerima yang telah dinilai secara seksama, secara mental
telah dipilih dan seimbang dalam jangka panjang.

C. HUKUM DAN KEWENANGAN

Bila penyelidikan terhadap hukum didalam masyarakat dimulai dari kelompok kecil, yaitu yang merupakan
molekul-molekul dari kehidupan sosial dan peran mereka sendiri-sendiri. Oleh karena itu, bila diajukan
suatu tujuan kelompok yang jelas dalam lingkungan yang stabil, maka dapat dijumpai pengulangan
tingkah laku dan hubungan timbal balik pada anggota masyarakat dalam jumlah yang tinggi sehingga pola
hubungan bal balik antara peran yang satu dengan peran komplemennya dapat diramalkan. Akan tetapi
keberadaan suatu kelompok dalam suatu keadaan tertentu adalah sangat singkat.kelompok itu bergerak
dalam tahap-tahap kehidupan,melakukan penampilan ,mengundurkan diri ketepi ,selanjutnya dari sana
terjun kejalan-jalan yang kemudian membentuk kelompok-kelompok baru yang lain.eksisten yang
berlatar belakang masyarakat diperoleh pada tingkatan yang tinggi dalam interaksi diantara anggota-
anggotanya.sifat instrumental teletak pada saling ketergantungan dari fungsi-fungsi khusus anggota-
anggotanya yang di butuhkan untuk mencapai suatu tujuan yang di cita-citakan bersama.

Dapat dilihat dari kenyataan diatas bahwa individu adalah suatu unit terkecil dalam melanjutkan interaksi
dengan yang lain ,mula-mula dalam keluarganya ,dan kemudian sebagai anggota keompoksosial yang
lain.sumberdari rasa terimakasihnya mungkin adalah kegiatan kelompok itu sendiri ,atauhal itu dapat
ditemukan dalam cara kelompok itu mempengaruhi atau mengubah tempat kelompok itu berfunsi
,apabila akibat yang terakhir adalah tujuan dari ppartisipasi didalam kelompok.bila dilihat dari aspek
tingkah laku manusia ,pelimpahan wewenang mencakup komunikasi antara seorang pemimpin dengan
orang lain berdasarkan keputusan ,bahwa orang lain itu akan bertanggung jawab untuk mencapai suatu
bagian dari tujuan yang luas untuk menjadi tanggung jawab dari pemimpin itu.

D. HUKUM DAM KEKUATAN –KEKUATAN SOSIAL

Didalam masyarakat terdapat kekuatan –kekuatan sosial yang dapat berfungsi sebagai alat untuk
mencapai suatu tujuan ,tujuan tersebut dapat bermaksud baik dan tidak baik bagi masyarakat.bagi hukum
yang penting untuk diperhatikan adalah penggunaan kekuatan sosial yang merugikan negara dan
masyarakat.

1. Kekuatan uang

2. Kekuatan politik

3. Kekuatan masa

4. Teknologi baru

E. MANFAAT SOSIOLOGI HUKUM UNTUK MEMAHAMI BEKERJANYA HUKUM DIDALAM


MASYARAKAT

Untuk bekerjanya hukum fungsi hukum dapat diamati dari beberapa sundut pandang seperti yang
sebagian telah dikemukakan yaitu:
1. Fungsi sosial sebagai sosial kontrol

Fungsi hukum sebagai sosial kontrol merupakan aspek yuridis normatif dari kehidupan masyarakat atau
dapat disebut pemberi definisi dari tingkah laku yang menyimpang serta akibat-akibatnya seperti
larangan-larangan ,perintah-perintah ,pemindanaan ,dan ganti rugi.

Penyimpangan yang terjadi dalam masyarakat adalah pranata hukum berfungsi bersama pranata lainya
dalam melakukan pengendalian sosial.selain itu pranata hukum itu pasif yaitu hukum menyesuai kan
dengankenyataan sosial dalm masyarakat,oleh karena itu ,terlaksana atau tidaknya fungsi hukum sebagai
alat pengendalian sosial amat ditentukan oleh faktor aturan hukum dan faktor pelaksanaan hukum.

1. Fungsi hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat

2. fungsi hukum sebagai simbol

3. fungsi hukum sebagai alat politik

4. fungsi hukum sebagai alat integrasi

manfaat kajian sosiologi hukum terhadap bekerjanya hukum didalam masyarakat sehingga ditemukan
fungsi-fungsi hukum dalam mengatur warga masyarakat dalam berinteraksi seorang atau kelompok
dengan orang atau kelompok lain.

2. ATURAN-ATURAN HUKUM SEBAGAI SUATU FENOMENA SOSIAL Hukum ada


karena ia diciptakan, ia tidak jatuh dari langit begitu saja (taken for granted).Dengan kata lain, ia ada
sebagai karya manusia yang mengkonstruksi nilai-nilai yang adadalam masyarakat. Sebagai sebuah proses
konstruksi, keberadaannya tidak lepas dari berbagai peristiwa atau kenyataan sosial yang tidak berdiri
sendiri-sendiri, akan tetapi saling berhubungan satu sama lain.Satjipto Rahardjo mengemukakan bahwa :
Hukum adalah karya manusia yang berupa norma-norma berisikan petunjuk-petunjuk tingkah laku. Ia
merupakan pencerminan dari kehendakmanusia tentang bagaimana seharusnya masyarakat itu dibina
dan kemana harus diarahkan.Oleh karena itu pertama-tama hukum itu mengandung rekaman dari ide-ide
yang dipilih olehmasyarakat tempat hukum itu diciptakan. Ide-ide ini adalah ide mengenai
keadilan.Hukum sebagai suatu fenomena sosial tidak hanya berlaku bagi individu-individu yang
merasakan, mengetahui dan memahami hukum tetapi dipelajari pula bagaimana pandangandan persepsi
masyarakat dan individu terhadap hukum. Selain itu, juga mengenai tujuanaturan-aturan hukum dan
mengapa aturan menjadi kehidupan sosial masyarakat yang menjadiaturan sosial. Ada suatu asumsi
bahwa hukum menciptakan atau memelihara keteraturansosial. Ini adalah suatu asumsi yang mungkin
ditolak oleh analisa tentang aturan-aturanhukum sebagai suatu fenomena sosial. Meningkatnya
penggunaan hukum sebagai suatulegitimasi alat bagi ketenangan dan intervensi dalam area pribadi
dengan hubungan sosialyang memberikan efek diam-diam.Masalah-masalah fenomena hukum
dititikberatkan pada masalah-masalah yang berhubungan langsung dengan legal relations, umpamanya
court room (Ruang Pengadilan), dan solicitor‟s office (Kantor Pengacara). Selain itu adalah studi terhadap
proses-proses interaksional,organizational socialization, typifikasi, abolisi dan konstruksi sosial. Dengan
demikian berarti, melihat hukum sebagai suatu proses atau lebih tepatnya lagi adalah proses sosial.Salah
satu proses sosial yang terdapat dilihat dalam dinamika hukum adalah apa yang terjadidi pengadilan.
Untuk memahami proses yang terjadi di pengadilan maka kita harusmengetahui lebih dalam tentang
pengadilan. Pengadilan tidak hanya terdiri dari gedung,hakim, peraturan yang lazim dikenal oleh ilmu
hukum, melainkan merupakan suatu interaksiantara para pelaku yang terlibat dalam proses pengadilan.
Bekerjanya pengadilanmenggambarkan interaksi antara sistem hukum dan masyarakat. Peraturan yang
mengaturtata cara berperkara dikembangkan lebih lanjut (worked out) melalui perilaku berperkara
para pihak yang terlibat dalam proses peradilan, khususnya hakim.Proses peradilan adalah jauh lebih
kompleks dari pada yang dikira banyak orang, yaitu tidaksekadar menerapkan ketentuan dalam
perundang-undangan. Proses peradilan juga tercermindalam perilaku orang-orang yang berperkara atau
perilaku dari pejabat pengadilan (court behavior). Mengadili tidak selalu berkualitas full adjudication,
melainkan sering juga berlangsung in the shadow of law, di mana penyelesaian secara hukum hanya
merupakanlambang di permukaan saja, sedang yang aktif berbuat adalah interaksi para pihak
dalammencari penyelesaian. Hukum dipakai untuk mengemas proses-proses sosiologis dankemudian
memberinya legitimasi melalui ketukan palu hakim.
Dalam praktek penegakan hukum sehari-hari, praktek kekuasaan kehakiman berada pada pundak dan
palu sang hakim. Kedudukan hakim memegang peranan yang penting sebabsetiap kasus baik pidana,
perdata maupun tata usaha negara akan bermuara pada pengadilan.Hal ini terjadi karena pengadilan
merupakan instansi terakhir yang akan menerima,memeriksa dan mengadili perkara tersebut. Ini
berarti kedudukan pengadilan menempati posisi sentral dalam penegakan hukum.

Hukum yang berintikan keadilan tidak lain berisi ”janj- janji” kepada masyarakat yang terwujudkan melalui
keputusan birokratis. Ini berarti lembaga pengadilan mempunyaikewajiban untuk memberikan dan
menjaga terwujudnya janji-janji hukum dan keadilanmelalui keputusan-keputusan yang meliputi
segala aspek kehidupan seperti bidang ekonomi, perburuhan, hak asasi manusia, demokrasi, lingkungan
hidup, kesejahteraan dan hak-hak sipillainnyaKenyataan menunjukkan bahwa pengadilan yang disebut
sebagai benteng terakhir keadilanhanyalah mitos belaka, karena banyak keputusan yang dihasilkan
ternyata justru tidak adil.Apa yang dikatakan bahwa hukum itu tidak steril ternyata benar adanya karena
banyak putusan pengadilan yang berpihak kepada mereka-mereka yang memiliki kekuasaan
dankekuatan. Dari hal ini lembaga pengadilan sebagai lembaga yang memberikan keadilanternyata gagal
dan otomatis memperburuk citra pengadilan di masyarakat.Citra pengadilan di masyarakat cukup banyak
ditentukan oleh integritas, sikap dan tindakanhakim. Singkatnya, masalah perilaku hakim terlalu penting
untuk tidak dibicarakan, terutama pada saat kita ingin membangun atau mereformasi atau meningkatkan
citra pengadilan kita.
Dari segi sosiologi hukum, putusan hakim merupakan hasil dari suatu kompleks faktor-faktor, di mana di
antaranya adalah faktor hakim atau manusia hakimnya.Persoalan yang berkaitan dengan lembaga
peradilan, citra pengadilan dan perilaku hakimdalam memutus suatu perkara adalah berhubungan
dengan proses bekerjanya hukum. Salahsatu sudut penglihatan yang dapat dipakai untuk mengamati
bekerjanya hukum itu adalahdengan melihatnya sebagai suatu proses, yaitu apa yang dikerjakan dan
dilakukan olehlembaga hukum itu. Dengan melihat hukum sebagai suatu proses, maka dimungkinkan
untukmemberikan penekanan kepada faktor-faktor di luar hukum, terutama sekali mengenai nilai-nilai
dan sikap masyarakat.Dari hal tersebut terlihat bahwa bekerjanya hukum itu merupakan suatu proses
sosial danlebih khusus lagi adalah proses interaksi antara orang-orang yang mengajukan permintaandan
penawaran. Lebih spesifik lagi orang-orang tersebut adalah para aktor dalam ruang pengadilan serta
masyarakat yang bertindak selaku pengawas, pengontrol dan juga korban.Proses sosial merupakan
pengaruh timbal balik antara berbagai aspek dalam kehidupanmanusia. Dalam proses sosial tersebut,
interaksi sosial merupakan bentuk utamanya. Dalaminteraksi sosial mengandung makna tentang kontak
secara timbal balik atau inter-stimulasidan respon individu-individu dan kelompok-kelompok. Kontak
pada dasarnya merupakanaksi dari individu-individu atau kelompok dan mempunyai makna
bagi pelakunya, yangkemudian ditangkap oleh individu atau kelompok lain.Komunikasi muncul setelah
kontak berlangsung, sehingga terjadinya kontak belum berartitelah ada komunikasi. Komunikasi timbul
apabila seseorang individu memberikan tafsiran pada perilaku orang lain. Dengan tafsiran tadi seseorang
mewujudkannya dalam perilaku, dimana perilaku tersebut merupakan reaksi terhadap perasaan yang
ingin disampaikan olehorang lain itu. Dari penjabaran di atas, dapat disimpukan bahwa syarat terjadinya
interaksiadalah kontak dan komunikasi.Interaksi sosial tidak saja mempunyai korelasi dengan norma-
norma, akan tetapi juga denganstatus, dalam arti bahwa status memberi bentuk atau pola interaksi.
Status dikonsepsikansebagai posisi seseorang atau sekelompok orang dalam suatu kelompok sehubungan
denganorang lain dan kelompok itu. Status merekomendasikan perbedaan martabat, yang
merupakan pengakuan interpersonal yang selalu meliputi paling sedikit satu individu, yaitu siapa
yangmenuntut dan individu lainnya, yaitu siapa yang menghormati tuntutan itu.Proses peradilan yang
berlangsung di pengadilan merupakan proses interaksi yang berlangsung secara formal dan dipenuhi
dengan simbol-simbol, atribut dan posisi/kedudukan.Semua itu menunjukkan status masing-masing pihak
yang berbeda dan semakin menegaskan bahwa proses interaksi tidak berjalan seimbang karena mereka
tidak berada dalam kedudukanyang sama. Kondisi ini pun semakin menegaskan bahwa mitos tentang
semua orang memilikikedudukan yang sama di hadapan hukum (equity before the law)– khususnya di
pengadilan – tak terbukti kebenarannya.Dalam pemahaman sosiologi hukum, hadirnya hukum adalah
untuk diikuti atau dilanggar.Tetapi ada perilaku yang tidak sepenuhnya digolongkan kepada mematuhi
hukum yaitu pelanggaran hukum yaitu penyimpangan sosial. Penyimpangan sosial lebih luar dari
pada pelanggaran hukum yaitu perbuatan yang tidak sesuai dengan kaedah yang ada sebagai unsuryang
membentuk tatanan sosial. Penyimpangan social tidak segera mempunyai arti pelanggaran hukum, dapat
pula memandang arti suatu penafsiran terhadap kaidah hukumyang formal.Hukum sebagai kerangka luar,
lebih banyak menurut streotip perbuatan dari pada deskripsimengenai perbuatan itu sendiri, akan
berhadapan dengan tatanan di dalam dari padakehidupan social yang lebih subtansial sifatnya, sehingga
orang cenderung orangmemberikan penafsiran sendiri terhadap hukum. Dan yang demikian lalu hanya
berfungsisebagai pedoman saja. Penafsiran itu membuat hukum menjadi terang terhadap keadaan
kongkrit dalam masyarakat. Antara penyimpangan social dan hukum terdapat hubungan yangerat,
dimana hukum diminta untuk mencegah dan menindak terjadinya penyimpangan.Akhirnya, dapatlah
dikatakan tidak mudah untuk menilai hukum, perlu waktu panjangdan`bertahap. Sedangkan tujuan
hukum adalah ingin memanusiakan manusia itu sendiri

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Hukum dalam mempengaruhi kehidupan manusia adalah hukum diartikan sebagai suatukontrol sosial.
Kontrol social (social kontrol) biasanya diartikan sebagai suatu proses baikyang direncanakan maupun
tidak, yang bersifat mendidik, mengajak atau bahkan memaksawarga masyarakat agar mematuhi sistem
kaidah dan nilai yang berlaku.Sosial kontrol yang dimaksud adalah yang berhubungan dengan
pembentukan dan pemeliharaan aturan-aturan sosial yang berpijak pada kemampuan hukum untuk
mengontrol perilaku-perilaku manusia dan menciptakan suatu kesesuaian didalam perilaku-
perilakutersebut. Salah satu dari karakteristik hukum yang membedakannya dari aturan-
aturan yang bersifat normatif ialah adanya mekanisme kontrol yaitu yang disebut sebagai sanksi.
Hukum berfungsi untuk menciptakan aturan-aturan sosial dan sanksi digunakan sebagai alat
untukmengontrol mereka yang menyimpang dan juga digunakan untuk menakut-nakuti orang agartetap
patuh kepada aturan-aturan sosial yang sudah ditentukan.Perwujudan sosial control mungkin berupa
pemidanaan, kompensasi, terapi, maupunkonsiliasi. Standar atau patokan dari pemidanaan adalah suatu
larangan yang apabiladilanggar akan mengakibatkan penderitaan atau sanksi negatif bagi pelanggarnya.
Sedangkandalam terapi maupun konsiliasi sifatnya remedial artinya mengembalikan situasi padakeadaan
yang semula. Oleh karena itu yang pokok bukanlah siapa yang kalah dan siapa yangmenang, melainkan
yang penting adalah menghilangkan keadaan yang tidak menyenangkan bagi para pihak. Hal itu tampak
bahwa konsiliasi standarnya adalah normalitas, keserasiandan kesepadanan yang biasa disebut
keharmonisan.

2. Masalah-masalah fenomena hukum dititikberatkan pada masalah-masalah yang berhubungan


langsung dengan legal relations, umpamanya court room (Ruang Pengadilan),

dan solicitor‟s office (Kantor Pengacara). Selain itu adalah studi terhadap proses

-prosesinteraksional, organizational socialization, typifikasi, abolisi dan konstruksi sosial. Dengandemikian


berarti, melihat hukum sebagai suatu proses atau lebih tepatnya lagi adalah prosessosial.Salah satu proses
sosial yang terdapat dilihat dalam dinamika hukum adalah apa yang terjadi pengadilan. Untuk memahami
proses yang terjadi di pengadilan maka kita harusmengetahui lebih dalam tentang pengadilan.
Pengadilan tidak hanya terdiri dari gedung,hakim, peraturan yang lazim dikenal oleh ilmu hukum,
melainkan merupakan suatu interaksiantara para pelaku yang terlibat dalam proses pengadilan.
Bekerjanya pengadilanmenggambarkan interaksi antara sistem hukum dan masyarakat. Peraturan yang
mengaturtata cara berperkara dikembangkan lebih lanjut (worked out) melalui perilaku berperkara
para pihak yang terlibat dalam proses peradilan, khususnya hakimDalam praktek penegakan hukum
sehari-hari, praktek kekuasaan kehakiman berada pada pundak dan palu sang hakim. Kedudukan hakim
memegang peranan yang penting sebabsetiap kasus baik pidana, perdata maupun tata usaha negara akan
bermuara pada pengadilan.Hal ini terjadi karena pengadilan merupakan instansi terakhir yang akan
menerima,memeriksa dan mengadili perkara tersebut. Ini berarti kedudukan pengadilan
menempati posisi sentral dalam penegakan hukum.

B. SARAN

Sebagai benteng terakhir, maka diharapkan pengadilan dapat memberikan keputusan yang adil, fair dan
tidak memihak bagi para pencari keadilan. Masyarakat atau para pencari keadilan mengharapkan
pengadilan dapat berkedudukan sebagai lembaga yang dapatmemberikan keadilan pada setiap
permasalahan yang dihadapi.

DAFTAR PUSTAKA

Panduan bantuan hukum di Indonesia: pedoman anda memahami dan menyelesaikan: oleh Yayasan
Lembaga Bantuan Hukum.I.Z /www.jadilah.com

Masriani, Yulies Tiena. S.H., M.Hum, 2009, Pengantar Hukum Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika.

Bisri, Ilhami. S.H., M.Pd, 2010, Sistem Hukum Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Hadikusuma, hilman. 1992. Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia. Bandung: Mandar
Maju__________.dan Badan Pembinaan Hukum Nasional. 1976. Seminar Hukum Adat Dan Pembinaan
Hukum Nasional. Yogyakarta: Binacipta.

Anda mungkin juga menyukai