Anda di halaman 1dari 3

Nama : Cicil Aprilya

Nim : 21046103
MK : Pendidikan Agama Islam

Tugas individu
Aliran Islam yang berkembang di Indonesia
1. Muhammadiyah
•Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada 8 Dzulhijjah 1330
H atau 18 November 1912 oleh Muhammad Darwis yang kemudian dikenal dengan
nama K.H Ahmad Dahlan.
Setelah Kyai Haji Ahmad Dahlan menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci pada tahun
1890 dan 1902-1904, beliau mulai menyampaikan benih pembaruan di Tanah Air.
Gagasan pembaruan itu diperoleh Kyai Haji Ahmad Dahlan setelah berguru kepada
ulama-ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah.
Melihat keadaan ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan penuh dengan amalan-
amalan yang bersifat mistik, Kyai Haji Ahmda Dahlan tergerak hatinya untuk mengajak
mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur’an dan Hadist.
Oleh karena itu beliau memberikan pengertian keagamaan dirumahnya ditengah
kesibukannya sebagai Khatib dan para pedagang.
Awalnya ajaran ini ditolak, namun berkat ketekunan dan kesabarannya, akhirnya
mendapat sambutan dari keluarga dan teman dekatnya. Profesinya sebagai pedagang
sangat mendukung, sehingga dalam waktu singkat ajakannya menyebar ke luar
kampung Kauman bahkan sampai ke luar daerah dan ke luar pulau Jawa.
•Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama
organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga Muhammadiyah
juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW.
Maksudd dan tujuan Muhammadiyah adalah menjunjung tinggi agama Islam sehingga
terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
•Pada masa kemerdekaan, Muhammadiyah juga telah secara nyata memberikan
sumbangsih riil dalam segala bidang; pendidikan, kesehatan, sosial dan politik. Selain
mewakafkan kader-kadernya yang tersebar diberbagai bidang garab kenegaraan, tak
terbantahkan, juga berkontribusi membantu bangsa

2. Nahdlatul ulama (NU)


•Nahdlatul Ulama (NU) dikenal sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia.
Organisasi Nahdlatul Ulama (NU) berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 Masehi
bertepatan dengan 16 Rajab 1344 Hijriah. Para ulama pesantren Ahlussunnah wal
Jamaah (Aswaja) mendirikan jam’iyah atau organisasi NU di kediaman KH Abdul
Wahab Chasbullah di Kertopate
Pada saat mendirikan NU, para kiai juga mendiskusikan nama organisasi yang akan
digunakan.Serupa dengan nama kelompok sebelumnya, tersebutlah usulan nama
Nuhudlul Ulama yang berarti kebangkitan ulama. Namun, KH Mas Alwi Abdul Aziz
kemudian mengusulkan nama Nahdlatul Ulama. Alasannya, konsekuensi penggunaan
kata nahdlatul adalah kebangkitan yang telah terangkai sejak berabad-abad lalu.
Hal ini mengingat bahwa Nahdlatul Ulama bukanlah hasil yang tiba-tiba mengingat
ulama Aswaja memiliki sanad keilmuan dan perjuangan sama dengan ulama-ulama
sebelumnya. Hal inilah yang kemudian membuat organisasi NU sebagai kelanjutan dari
komunitas dan organisasi-organisasi yang telah berdiri sebelumnya, dengan cakupan
dan segmen yang lebih luas
•Nahdlatul Ulama menganut paham Ahlussunah waljama’ah, yaitu sebuah pola pikir
yang mengambil jalan tengah antara Nash (Al Qur’an dan Hadits) dengan Akal (Ijma’
dan Qiyas). Oleh sebab itu sumber hukum Islam bagi warga NU tidak hanya Al Qur’an,
dan As Sunnah saja, melainkan juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan
realitas empiri
•NU telah banyak memberikan kontribusi terhadap semangat nasionalisme. Organisasi
yang didirikan oleh KH Hasyim Asyari ini berperan dalam menjaga NKRI, dan
mengedukasi masyarakat tanpa meninggalkan nilai-nilai agama

3. Tarbiyah-perti
•Persatuan Tarbiyah Islamiyah atau disingkat Perti adalah organisasi tradisional Islam,
yang berpusat di Bukittinggi, Sumatera Barat. Organisasi ini didirikan di suatu
pesantren terkenal di Candung, dekat Bukittinggi, pada tanggal 20 Mei 1930. Perti
merupakan benteng pertahanan golongan tradisional Islam terhadap penyebaran paham
dan gerakan modern yang gencar dilakukan oleh Kaum Muda. Fokus utama perjuangan
Perti adalah memajukan sekolah, dan sebagai pemersatu segenap ulama tradisional di
ranah minang. Namun, dalam perkembangannya organisasi ini bertransformasi menjadi
partai politik pada tahun 1945. Sebagai Organisasi Islam masa pergerakan nasional,
perjuangan Perti tidak lah mulus. Mereka menghadapi berbagai tantangan, mulai dari
pertentangan antara angkatan tua dan muda, hingga stagnanisasi organisasi

4. Alwasiliyah
•Washliyah, merupakan organisasi Islam yang didirikan di kota Medan, Sumatra Utara,
pada tanggal 30 November 1930. Hari itu sangat bertepatan dengan 9 Rajab 1349 H.
Sejarah Berdirinya Al Washliyah ini didirikan pada masa penjajahan Hindia Belanda,
dimana para pendiri organisasi Al Washliyah juga ikut berpartisipasi dalam melawan
para penjajah.
Hingga sekarang, Al Washliyah menjadi Ormas (Organisasi Masyarakat) Islam yang
bersifat sosial dan memiliki tujuan untuk mengamal ajaran Islam untuk kebahagiaan
dunia dan akhirat. Selain itu, organisasi ini juga serta merta mewujudkan masyarakat
yang beriman, bertaqwa, aman, damai, adil, makmur, dan diridhai oleh Allah SWT
dalam negara Indonesia yang didasarkan dengan Pancasila.

5. Salafiyah
•Gerakan Salafiyah lalu dihidupkan lagi oleh Ibnu Taimiyah, ulama dan pemikir
Muslim yang hidup di antara abad ke-13 dan ke-14 M. Salafiyah dihidupkan oleh Ibnu
Taimiyah, karena pada saat itu, umat Islam mengalami era kemunduran. Terlebih,
setelah kota Baghdad, ibu kota Kekhalifahan Abbasiyah dihancurkan bangsa Mongol
dalam sebuah invasi pada 1258 M. Dunia Islam yang selama tujuh abad sebelumnya
bersinar mulai mengalami kegelapan.
Dunia Islam mengalami kemunduran alam berbagai bidang, baik pemikiran
keagamaan, politik, sosial, maupun moral. Kezaliman merajarela, penguasa tak
berdaya, dan para ulama tak bias berijtihad secara murni lagi. Saat itu, umat Islam
berada dalam zaman Taklid.

6. Wahabiyah
•Gerakan Wahabi muncul di Arab Saudi pada pertengahan abad ke-18 dari dakwah
Muhammad bin Abdul Wahab.Muhammad bin Abdul Wahab adalah seorang teolog
Muslim yang lahir pada 1703 di Nadj, sisi timur Arab Saudi.
Dalam pengembaraannya ke berbagai daerah untuk menuntut ilmu, Muhammad bin
Abdul Wahab menemukan banyak terjadi penyimpangan ajaran Islam. Penyimpangan
tersebut di antaranya berupa praktik bidah, syirik, dan khurafat. Bidah adalah
mengadakan suatu ibadah yang tidak ada dasarnya dalam Islam, dibentuk sendiri oleh
manusia atau budaya di sekitarnya. Alhasil, Muhammad bin Abdul Wahab
mencetuskan pemikiran reformasi Islam, yang kemudian menjadi sebuah gerakan

Anda mungkin juga menyukai