Anda di halaman 1dari 21

Muhamadiyah & Nahdhatul

Ulama
Sejarah Minat
Muhamadiyah: Berdirinya
• Tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta didirikan organisasi
yang bernama Muhammadiyah.
• Organisasi baru ini diajukan pengesahannya pada tanggal 20
Desember 1912 dengan mengirim ”Statuten Muhammadiyah”
(Anggaran Dasar Muhammadiyah yang pertama, tahun 1912),
yang kemudian baru disahkan oleh Gubernur Jenderal Belanda
pada 22 Agustus 1914.
• Organisasi ini didirikan oleh seorang kyai alim, cerdas, dan
berjiwa pembaru, yakni Kyai Haji Ahmad Dahlan atau
Muhammad Darwis dari kota santri Kauman Yogyakarta.
• K.H Ahmad Dahlan dikenal sebgai kaum borjuis religious di
lingkungan masyarakat kala itu.
Muhamadiyah: Berdirinya
• Kata ”Muhammadiyah” secara bahasa berarti ”pengikut Nabi
Muhammad”.
• Penggunaan kata ”Muhammadiyah” dimaksudkan untuk
menisbahkan (menghubungkan) dengan ajaran dan jejak
perjuangan Nabi Muhammad.
• Tujuan pendirian organisasi ini ialah memahami dan
melaksanakan agama Islam sebagai yang memang ajaran yang
serta dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw, agar supaya dapat
menjalani kehidupan dunia sepanjang kemauan agama Islam.
• Karena pada saat itu K.H Ahmad Dahlan melihat bahwa
kebiasaan yang dilakkn masyarakat tidak sesuai dengan ajaran
Al-Quran dan Hadist.
Muhamadiyah: Berdirinya
• Kelahiran dan keberadaan Muhammadiyah pada awal berdirinya
tidak lepas dan merupakan gagasan pemikiran dan amal perjuangan
K.H Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis) yang menjadi pendirinya.
• Setelah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan bermukim yang
kedua kalinya pada tahun 1903, Kyai Dahlan mulai menyemaikan
benih pembaruan di Tanah Air.
• Gagasan pembaruan itu diperoleh Kyai Dahlan setelah berguru
kepada ulama-ulama besar Indonesia yang bermukim di Mekkah
seperti Syeikh Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kyai Nawawi dari
Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kyai Fakih dari
Maskumambang; juga setelah membaca pemikiran-pemikiran para
pembaru Islam seperti Ibn Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab,
Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha.
Muhamadiyah: Berdirinya
• K.H Ahmad Dahlan adalah pedagang saleh dari Kauman, ia
tinggal di lingkungan Mesjid Agung, tempat tinggal para pejabat
keagamaan Islam.
• Ia telah melakukan dua kali ibadah haji dan belajar di Makkah.
• Sekembalinya dari Arab Saudi, Kyai Dahlan justru membawa ide
dan gerakan pembaruan.
• Pembaruan Islam yang cukup orisinal dari Kyai Dahlan dapat
dirujuk pada pemahaman dan pengamalan Surat Al-Ma’un.
• Gagasan dan pelajaran tentang Surat Al-Maun, merupakan
contoh lain yang paling monumental dari pembaruan yang
berorientasi pada amal sosial-kesejahteraan, yang kemudian
melahirkan lembaga Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKU).
Muhamadiyah: Perkembangannya
• Faktor-faktor yang menjadi pendorong lahirnya Muhammadiyah ialah antara
lain:
• Umat Islam tidak memegang teguh tuntunan Al-Quran dan Sunnah Nabi,
menyebabkan merajalelanya syirik, bid’ah, dan khurafat, mengakibatkan
agama Islam tidak memancarkan sinar kemurniannya lagi;
• Ketiadaan persatuan dan kesatuan di antara umat Islam, akibat dari tidak
tegaknya ukhuwah Islamiyah serta ketiadaan suatu organisasi yang kuat;
• Kegagalan dari sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam
memprodusir kader-kader Islam, karena tidak lagi dapat memenuhi tuntutan
zaman;
• Umat Islam kebanyakan hidup dalam alam fanatisme yang sempit, bertaklid
buta serta berpikir secara dogmatis, berada dalam konservatisme, formalisme,
dan tradisionalisme;
• keinsyafan akan bahaya yang mengancam kehidupan dan pengaruh agama
Islam.
Muhamadiyah: Perkembangannya
• Ketika masyarakat pada waktu itu memandang
bahwa seorang muslim berteman dengan
orang Belanda dan orang beragama Nasrani di
anggap hal yang tidak patut,
• K.H Ahmad Dahlan justru giat mendirikan
rumah sakit yang bekerja sama dengan dokter-
dokter berkebangsaan Belanda dan beragama
Nasrani yang ssaat itu bekerja ama dengan
suka rela membantu K.H Ahmad Dahlan
Muhamadiyah: Perkembangannya
• Pada perjalanannya oranisasi ini banyak mendapatkan kesukaran,
banyak masyarakat yang mengkritik organisasi ini karena banyak
kegiatan yang dilakukan tidak biasa seperti yang dlakukan umat Islam
lainnya,
• seperti berpuasa tidak selama 12 jam, menerjemahkan kitab Al-Quran
dari bahasa Arab ke bahasa, melakanakan Sholat Ied di tanah lapang.
• Selain dalam bidang kebudayaan yang dilakukan pada masyarakat K.H
Ahmad Dahlan juga dalam bidang pendidikan.
• Saat itu sekolah-sekolah Muhammadiyah dikenal oleh masyarakat
sebagai sekolah Kristen atau kebarat-baratan karena pelajaran yang
diajarkan pada sekolahan tersebut tidak hanya mengenai agama
tetapi juga mengajarkan banyak tentang ilmu pengetahuan, yang saat
itu hanya diajarkan di sekolah-sekolah Belanda.
Muhamadiyah: Perkembangannya
• Organisasi ini juga membuat suatu kelompok
penggerak perempuan untuk memperoleh
ilmu, melakukan aksi social di luar rumah, yang
kala itu bisa dikatakan radikal dan revolusioner.
• Para perempuan didorong untuk
meningkatkan kecerdasn melaluui pendidikan
formal dan non formal. K.H Ahmad Dahlan dan
istrinya mendirikan organisasi permpuan yang
benama Aisyah.
Muhamadiyah: Perkembangannya
• Dalam perjalanannya organisasi ini membentuk banyak bada
amal usaha.
• Amal usaha tersebut terdiri di berbagai bidang, seperti bidang
pendidikan, kesehatan, santunan sosial, kewanitaan, generasi
muda, bimbingan ibadah, penerbitan pers dan buku, kepustakaan
dan penelitian.
• Bidang kemasyarakatan yang ditempuh nya ialah dengan
mendirikan rumah sakit, poliklinik, rumah yatim piatu, yang
dikelola oleh lembaga-lembaga.
• Usaha di bidang social ini ditandai dengan berdirinya pertolongan
kesengsaraan umum (PKU) pada 1923 dan ini merupakan bentuk
kepedulian social dan tolong menolong sesama muslim.
Muhamadiyah: Perkembangannya
• Dalam perjalanannya organisasi ini membentuk banyak bada
amal usaha.
• Amal usaha tersebut terdiri di berbagai bidang, seperti bidang
pendidikan, kesehatan, santunan sosial, kewanitaan, generasi
muda, bimbingan ibadah, penerbitan pers dan buku, kepustakaan
dan penelitian.
• Bidang kemasyarakatan yang ditempuh nya ialah dengan
mendirikan rumah sakit, poliklinik, rumah yatim piatu, yang
dikelola oleh lembaga-lembaga.
• Usaha di bidang social ini ditandai dengan berdirinya pertolongan
kesengsaraan umum (PKU) pada 1923 dan ini merupakan bentuk
kepedulian social dan tolong menolong sesama muslim.
Nahdhatul Oelama: Berdirinnya
• pemerintah kolonial menekan ruang gerak Islam membuat
para ulama dan sebagian umat Islam di Indonesia merasa
geram dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang begitu
ketat terhadap ruang gerak islam.
• Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Hindia
Belanda bersifat curiga terhadap ruang gerak umat islam di
Indonesia.
• Kecurigaan itu muncul disebabkan oleh adanya gerakan-
gerakan perlawanan terhadap penjajah belanda banyak
dipimpin oleh para ulama.
• Para ulama memimpin pemberontakan memiliki ideologi bagi
perlawanan terhadap penjajah.
Nahdhatul Oelama: Berdirinnya
• Pada tahun 1924 turki menghapuskan jabatan khalifah, pemimpin agama
semua kaum muslim, yang telah dituntut sebagai haknya okeh sultan-
sultan Usmania selama sekitar enam dasawarsa.
• Mesir bermaksud menyelenggarakan suatu konferensi Islam Internasional
guna membahas masalah kekhalifahan tersebut.
• Akan tetapi terjadi kekacauan ketika pada tahun 1924 Ibn Sa’ud merebut
Mekah, dan membawa bersamanya ide-ide pembaharuan Wahhabi dan
menyatakan bahwa dirinya adalah khalifah.
• Dia juga menghimbau agar seluruh kaum muslim sepaya menghadiri
suatu konferensi kekhalifahan.
• Selama tahun 1924-1926 kaum muslim Indonesia membentuk komite-
komite yang akan menghadiri konferensi-konferensi tersebut, tetapi
wakil-wakilnya sebagian besar adalah Modernis, dan tokoh
Tjokroaminoto sangat menonjol.
Nahdhatul Oelama: Berdirinnya
• Selama tahun 1924-1926 kaum muslim Indonesia membentuk komite-komite
yang akan menghadiri konferensi-konferensi tersebut, tetapi wakil-wakilnya
sebagian besar adalah Modernis, dan tokoh Tjokroaminoto sangat menonjol.
• Para ulama Syafi’i di Jawa sebagian tidak menyukai modernisme yang mereka
anggap sama seperti Wahhabisme (suatu gerakan pemurnian yang hanya
mengakui kekuasaan mazhab Hanbali) mereka meremehkan Tjokroaminoto
dan mereka merasa takut bahwa kepentingan-kepentingan keempat mazhab
tidak akan diakui di Mekah dan Kairo seperti halnya mereka telah banyak
dikecam di Indonesia. Oleh karena itulah, maka pada tahun 1926 Kyai Haji
Hasjim Asjari (1871-1947), pemimpin suatu pesantren tradisional di Jombang,
Jawa Timur, mendirikan Nahdatul Ulama (Kebangkitan Para Ulama, NU) untuk
mempertahankan kepentingan kaum muslim tradisional. Guru-guru (para
kyai) tradisional pedesaan lainnya di Jawa Timur bergabung dengannya, para
pemimpinnya terutama adalah orang-orang yang memiliki hubungan keluarga
dengan Hasjim Asjari.
Nahdhatul Oelama: Berdirinnya
• Oleh karena itulah, maka pada tahun 1926 Kyai Haji Hasjim Asjari
(1871-1947), pemimpin suatu pesantren tradisional di Jombang, Jawa
Timur, mendirikan Nahdatul Ulama (Kebangkitan Para Ulama, NU)
untuk mempertahankan kepentingan kaum muslim tradisional.
• Guru-guru (para kyai) tradisional pedesaan lainnya di Jawa Timur
bergabung dengannya, para pemimpinnya terutama adalah orang-
orang yang memiliki hubungan keluarga dengan Hasjim Asjari.
• NU berkembang di daerah-daerah lain, tetapi Jawa Timur tetap
menjadi pusatnya.
• Organisasi ini mendukung kemajuan sekolah-sekolah Islam tradisional,
pemeliharaan kaum fakir miskin, dan usaha-usaha ekonomi.
• Pada tahun 1942 organisasi ini memiliki 120 cabang di Jawa dan
Kalimantan Selatan yang sebagian besar anggotanya adalah pedagang.
Nahdhatul Oelama: Perkembangannya
• Sangat sedikit hal yang luar biasa dalam kegiatan-
kegiatan NU selama dasawarsa-dasawarsa akhir
pemerintahan kolonial Belanda.
• Ia menahan diri dari terlibat dalam kegiatan-
kegiatan politik; dan ketika membuat pernyataan
politik, ia bersikap mendukung pemerintah Belanda.
• Muktamar tahunannya didominasi pembicaraan
tentang masalah-masalah yang murni agama.
Nahdhatul Oelama: Perkembangannya
• Pada Muktamar ke-15 di Menes (Banten) pada 1938, sebagian
anggotanya mengusulkan agar NU berusaha mendudukkan
wakilnya dalam Volksraad (Dewan Rakyat), parlemen-semu-tak-
bergigi yang dibentuk oleh penguasa Hindia Belanda.
• Usulan ini ditolak oleh mayoritas sangat besar pesertanya,
tampaknya karena mereka menginginkan NU tidak terlibat dalam
dunia politik dalam bentuk apapun.
• Sikap politik ini mungkin telah berperan bagi pesatnya
perkembangan pendukung NU dalam rentang waktu dimana
Sarekat Islam, yang pada lahirnya lebih nasionalis, terus dilanda
penurunan pengaruhnya.
• Penguasa kolonial secara konsisten bersikap sangat baik kepada
NU, sebagaimana sikap mereka kepada Muhammadiyah
Nahdhatul Oelama: Perkembangannya
• Periode perkembangan NU hingga 1942 dicirikan dengan
pertambahan pengikut dan perluasan geografis yang luar biasa
pesatnya.
• Anggota NU tidak terdaftar secara sistematis, dan taksiran
mengenai jumlahnya sangat fluktuatif.
• Sebagaimana telah disebutkan dalam bab sebelumnya. pada
pertengahan 1930-an, sebelum 400 kiai sudah menjadi anggota NU
dan jumlah keseluruhan pengikutnya diperkirakan 67.000 orang.
• Sulit mengatakan berapa banyak di antara mereka yang dapat
dianggap sebagai anggota aktif, yang berpartisipati dalam kegiatan
selain berhadir pada acara pengajian yang di organisisi NU secara
berkala.
Nahdhatul Oelama: Perkembangannya
• Jumlah madrasah yang didirikan dengan
bantuan NU, baik pesantren yang sudah ada
ataupun yang sama sekali baru, juga terus
bertambah.
• Karena kekurangan guru yang memenuhi
tuntutan madrasah-madrasah ini, Muktamar
ke-8 (1933) mendukung rencana Kiai Wahab
untuk mendirikan sebuah sekolah pendidikan
guru di Solo.
Nahdhatul Oelama: Perkembangannya
• Hubungan dengan kaum pembaru yang sangat tegang pada tahun-
tahun awal berdirinya NU, secara bertahap diperbaiki kembali.
• Sekitar pertengahan 1930-an, berkali-kali terlihat tanda-tanda
kemauan baik dari kedua belah pihak.
• Pada Muktamar ke-11 (1936) di Banjarmasin, Kiai Hasjim Asj'ari
mengajak umat Islam Indonesia agar menahan diri dari saling
melontarkan kritik sektarian satu sama lain dan mengingatkan
bahwa satu-satunya perbedaan yang sebenarnya hanyalah antara
mereka yang beriman dan yang kafir.
• Ajakan ini, walaupun ditujukan terutama kepada pengikutnya
sendiri, juga membangkitkan respons positif dari kalangan
pembaru.
Nahdhatul Oelama: Perkembangannya
• Pada 1937, para pemimpin NU, Muhammadiyah
dan Partai Sarekat Islam sepakat membentuk
sebuah kerangka kelembagaan untuk
menyelenggarakan komunikasi dan musyawarah
secara teratur.
• Kesepakatan ini akhirnya melahirkan sebuah
organisasi payung, MIAI (Al-Majlis al-Islami al-A'la
Indonesia). Dewan Tertinggi Islam Indonesia), di
mana kebanyakan organisasi Islam menyatakan
diri sebagai anggotanya.

Anda mungkin juga menyukai