J410160112 MUHAMMAD ANDHIKA K Jami’atul Khair dan Al-Irsyad Sarekat Islam Persatuan Islam (Persis) Muhammadiyah Didirikan pada 15 Juli 1905 oleh Sayid Muhammad al-Fateh ibn Abdurrahman al-Masjhur Sayid Idrus ibn Ahmad ibn Sjihab Sayid Sjehan ibn Sjihab
Didominasi oleh orang – orang arab, tertapi terbuka untuk
setiap muslim tanpa diskriminasi. Kegiatan yang menjadi perhatian organisasi ini meliputi 2 bidang, pendirian dan pembinaan sekolah pada tingkat dasar & pengiriman anak-anak muda ke Turki untuk melanjutkan studi. Organisasi ini adalah organisasi pertama yang memulai organisasi modern dalam masyarakat islam (yaitu dengan adanya anggaran dasar, daftar anggota tercatat, dan rapat- rapat berkala) serta menerapkan sistem sekolah modern (kurikulum, sistem klasikal, perlengkapan kelas) Melalui sekolah mereka memberi pelajaran – prlajaran umum dan juga menekankan daya kritik dan pemikiran kembali kepada Al-Quran dan Al-Hadist. Kemudian diajarkan ide-ide persamaan sesama muslim yang akhirnya menyebabkan kedudukan para Sayid merasa terancam. Kemudian perpecahan mulai muncul, Akhirnya Ahmad Sookarti keluar dan mendirikan organisasi al-Irsyad. Al-Irsyad menekankan perhatian pada bidang pendidikan, terutama pada masyarakat Arab meskipun anggotanya ada dari non-Arab. Secara lebih luas sikap dan tujuan dari al-Irsyad adalah : “Menjalankan dengan sungguh – sungguh agam Islam sebagaimana ditetapkan Al- Quran dan sunnah; memajukan hidup dan kehidupan secara Islam dalam arti luas dan dalam; dan membantu menghidupkan semangat untuk bekerja sama diantara berbagai golongan dalam setiap kepentingan bersama” Didirikan pada tanggal 11 November 1912 di Solo yang tumbuh dari organisasi Sarekat Dagang Islam dan didirikan oleh K.H. Manhoedi M. Asmodimedjo M. Kertotaruno M. Sumowerdojo M. Hadji Abdulrajak
Namun organisasi Sarekat Islam (SI) terkenal ditangan
H.Oemar Said Cokroaminoto Awalnya lahir karena adanya kompetisi yang meningkat dalam perdagangan batik teutama dengan golongan Cina, dan sikap superioritas orang Cina terhadap orang Indonesia sehubungan revolusi Cina 1911.
Juga dimaksudkan untuk menjadi benteng bagi
orang – orang Indonesia yang umumnya terdiri dari pedagan – pedagang batik Solo terhadap orang cina dan para bangsawan. Bergerak dibidang politik dengan pendekatan non kooperatif. SI berkeyakinan bahwa agama Islam itu membuka pemikiran tentang persamaan derajat manusia sambil menjunjung tinggi negeri. Menolak segala bentuk kapitalisme dan kolonialisme. SI menuntut penghapusan undang – undang tentang kepemilikan tanah, pajak – pajak hendaknya ditarik secara proposional. SI menuntut penghapusan peraturan yang mendiskriminasi penerimaan murid, program wajib belajar, perbaikan lembaga SI menuntut penghapusan peraturan yang menghambat penyebaran Islam, gaji bagi kyai dan penghulu, subsidi lembaga Islam, dan pengakuan hari – hari besar Islam. Persatuan Islam atau Persis didirikan oleh KH Zamzam di Bandung pada tanggal 17 September 1923, merupakan organisasi Islam yang bertujuan memberlakukan hukum Islam berdasarkan Alquran dan Hadis, dan pada awalnya terbentuk pada masa penjajahan kolonial Belanda dengan tidak berdasarkan kepentingan atau kebutuhan masyarakat, tetapi karena terpanggil oleh kewajiban untuk menyampaikan risalah dari Allah SWT. Ide dari pendirian organisasi Persis berasal dari pertemuan yang bersifat non-formal yang dilakukan secara berkala di rumah salah seorang kelompok masyarakat, di dalam pertemuan tersebut membicarakan berbagai permasalahan atau peristiwa yang terjadi atau yang sedang dihadapi, termasuk membicarakan masalah keagamaan dan gerakan keagamaan pada umumnya, dan pada saat itu KH Zamzam dan Muhammad Yunus mengemukakan pikiran-pikiran mengenai gerakan organisasi Islam. Perhatian organisasi Persatuan Islam adalah mengutamakan penyebaran paham Alquran dan Sunnah, hal ini dilakukan dengan berbagai aktivitas, di antaranya : mengadakan pertemuan umum, tablig, khutbah, kelompok studi, tadarus. pendirian sekolah atau pesantren. penerbitan majalah dan kitab. Menurut organisasi Persis, selain Alquran dan Hadis merupakan satu-satunya dasar keyakinan dan sikap Muslim, Alquran dan Hadis juga dapat beradaptasi pada kondisi baru melalui ijtihad oleh orang-orang tertentu yang telah memenuhi persyaratan, sehingga Persis menolak praktik umum penggunaan jimat dan penggunaan kekuatan magis untuk penyembuhan, gerakan Persis juga menolak sufisme apabila mengajarkan praktek ritual yang tidak benar, pemujaan wali, atau keyakinan terhadap keterlibatan orang-orang suci dalam berhubungan dengan Tuhan, dan gerakan ini juga menolak pertunjukan wayang kulit dan pertunjukan teater karena mencerminkan nilai-nilai agama Hindu dan melahirkan kebebasan wanita, meskipun Persis adalah gerakan pembaharuan di dalam bidang keagamaan, Persis juga menolak keharusan untuk beradaptasi dengan perkembangan kontemporer dan menegaskan bahwa Islam dengan sendirinya telah bersifat progresif. Pendiri gerakan muhammadiyah adalah Ahmad Dahlan, dilahirkan di Kauman, Yogyakarta, pada tahun 1868 dengan nama Muhammad Darwis, ayahnya bernama Abubakar yang merupakan seorang khatib di sebuah masjid besar kesultanan Yogyakarta, ibunya bernama Siti Aminah, putri dari seorang kiyai yang juga menjadi penghulu kesultanan bernama Ibrahim, sehingga garis keturunan dari Muhammad Darwis atau Ahmad Dahlan dari pihak ayah atau ibu adalah keturunan ulama. Setelah perkawinan Ahmad Dahlan, dia dianjurkan untuk menunaikan ibadah haji, setelah tiba di Mekkah pada bulan Rajab 1308 H atau 1890 M, di kota Mekkah Ahmad Dahlan belajar kepada beberapa orang guru, salah satu di antaranya adalah Ahmad Khatib, selama di kota Mekkah dia memikirkan tentang cita-cita pembaharuan terhadap umat Islam. Sejak saat itu Ahmad Dahlan mulai menjalankan langkah- langkah pembaharuan pemikirannya dengan mengadakan perubahan terhadap arah orang yang melakukan shalat agar arah orang yang ada di pulau Jawa (Yogyakarta) menghadap ke arah kiblat yang tepat, karena menurutnya selama ini arah kiblat masyarakat setempat adalah keliru dengan dasar ilmu falak. Pembaharuan yang dilakukan oleh Ahmad Dahlan adalah pembaharuan secara perorangan, sehingga ketika mencoba merealisasikan perubahan arah kiblat di masjid kesultanan Yogyakarta dia tidak berhasil, kemudian dia membangun mushalla sendiri yang merupakan hasil renovasi terhadap mushalla yang telah dibangun oleh ayahnya dengan arah kiblat yang berbeda dengan masjid kesultanan. Hampir secara keseluruhan pemikiran Ahmad Dahlan berasal dari keprihatinan terhadap situasi dan kondisi global umat Islam yang terjadi pada saat itu yang tenggelam dalam stagnasi, kebodohan, serta keterbelakangan, ditambah lagi dengan politik kolonial Belanda yang sangat merugikan bangsa Indonesia pada saat tersebut.[6] Kemudian pada tahun 1911, Ahmad Dahlan mendirikan sebuah sekolah agama yang diberi nama Muhammadiyah, dan pendidikan ini tidak diadakan di masjid atau di mushalla, tetapi di dalam gedung yang menggunakan meja, kursi, dan papan tulis, kemudian pada tanggal 19 November 1912 atau 8 Dzulhijjah 1330 H, dia mendirikan perkumpulan yang diberi nama Muhammadiyah yang bertujuan menghidupkan kembali ajaran Islam yang murni serta menuruti semua ajaran Islam. pergerakan Muhammadiyah secara ringkas bahwa maksud dan tujuan Muhammadiyah adalah “membangun, memelihara, dan memegang teguh agama Islam dengan rasa ketaatan melebihi ajaran dan faham-faham lainnya, untuk mendapatkan suatu kehidupan di dalam diri, keluarga dan masyarakat yang sungguh adil dan makmur, bahagia, bahagia, sejahtera, aman, lahir dan batin dalam naungan ridha Allah SWT”, kemudian dirucmuskan di dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Menegakkan 2. Menjunjung tinggi 3. Agama Islam 4. Terwujud 5. Masyakat utama 6. Adil dan makmur 7. Diridhai Allah SWT