Anda di halaman 1dari 3

Apa Itu Muhammadiyah?

Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam reformis yang lahir di Indonesia pada awal
abad ke-20. Muhammadiyah didirikan oleh seorang ulama bernama K.H. Ahmad Dahlan pada
tanggal 8 Agustus 1912 di Yogyakarta.

Latar Belakang Kemunculan Muhammadiyah

Di era awal kolonialisme, banyak penduduk Indonesia yang menghadapi tantangan sosial,
politik, dan ekonomi yang cukup berat Latar Belakang Pendirian Muhammadiyah
Keberadaan Muhammadiyah tidak dapat dilepaskan dari sosok pendirinya yaitu Kyai Haji
Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis yang berasal dari kota santri Kauman di Yogyakarta.
Dikutip dari laman resminya, gagasan tersebut diperoleh Kyai Haji Ahmad Dahlan setelah
menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan bermukim yang kedua kalinya pada tahun 1903.
Ide gerakan tersebut didapatkan beliau setelah berguru kepada ulama-ulama Indonesia yang
bermukim di Mekkah seperti Syeikh Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kyai Nawawi dari
Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kyai Fakih dari Maskumambang. Beliau juga
membaca pemikiran-pemikiran para pembaharu Islam seperti Ibnu Taimiyah, Muhammad bin
Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Awal mula
lahirnya Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi adalah hasil interaksi Kyai Haji Ahmad
Dahlan dengan kawan-kawan dari Boedi Oetomo yaitu R. Budihardjo dan R. Sosrosugondo.
Gagasan pendirian Muhammadiyah juga merupakan saran dari salah seorang siswanya di
Kweekscholl Jetis yang menyarankan agar kegiatan pendidikan yang dirintis beliau tidak
diurus sendiri tetapi oleh suatu organisasi agar terdapat kesinambungan setelah beliau wafat.
Menurut Adaby Darban, gagasan pendirian organisasi Muhammadiyah tersebut selain
bertujuan untuk mengaktualisasikan pikiran-pikiran Kyai Haji Ahmad Dahlan juga secara
praktis-organisatoris untuk mewadahi dan memayungi sekolah Madrasah Ibtidaiyah Diniyah
Islamiyah, yang didirikan pada 1 Desember 1911. Sekolah tersebut adalah rintisan lanjutan
dari kegiatan Kyai Dahlan dalam memberikan pelajaran yang mengandung ilmu agama Islam
dan pengetahuan umum di beranda rumahnya. Sementara dalam tulisan Djarnawi
Hadikusuma, sekolah yang didirikan pada tahun 1911 di kampung Kauman Yogyakarta
tersebut merupakan ”Sekolah Muhammadiyah”, yakni sebuah sekolah agama yang tidak
diselenggarakan di surau seperti pada umumnya, tetapi bertempat di dalam sebuah gedung
milik ayah Kyai Dahlan dengan menggunakan meja dan papan tulis, untuk mengajarkan
agama dengan dengan cara baru serta ilmu-ilmu umum.

Peran dalam Perjuangan Kemerdekaan:

Muhammadiyah memiliki peranan selama periode perjuangan kemerdekaan Indonesia.


Muhammadiyah aktif terlibat dalam perlawanan terhadap penjajahan Belanda. Para
anggota Muhammadiyah berkontribusi dalam upaya melawan kolonialisme, baik
secara politik maupun sosial.Salah satu contohnya adalah peran aktif Muhammadiyah
dalam Sarekat Islam pada masa itu, sebuah organisasi perjuangan yang berjuang
untuk kesejahteraan umat Muslim dan kemerdekaan Indonesia.

 Peran dalam Pembangunan Bangsa:

Muhammadiyah terus memainkan peran penting dalam pembangunan bangsa Indonesia.


Organisasi ini aktif dalam bidang kesehatan dengan mendirikan rumah sakit dan klinik,
memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi masyarakat.Selain itu,
Muhammadiyah juga turut berperan dalam pemberdayaan perempuan, pendidikan karakter,
penanggulangan kemiskinan, dan penanganan bencana.Muhammadiyah dibentuk dengan
tujuan untuk mengajarkan Islam yang bersifat moderat, mendorong pendidikan Islam yang
berkualitas, dan memperbaiki kondisi sosial dan ekonomi umat Muslim. Prinsip-prinsip
Muhammadiyah adalah tauhid (keyakinan akan keesaan Allah), risalah (kepercayaan pada
kenabian Muhammad), dan akhlak mulia (budi pekerti yang baik).

Nahdatul Ulama atau yang disingkat dengan NU menurut penanggalan Hijriah pada tahun
2023 berusia 100 tahun atau satu abad. Organisasi ini berdiri pada tanggal 16 Rajab 1344 H atau
bertepatan dengan 31 Januari 1926 M.
Pendiri; Hadratussyeikh Hasyim Asy’ari, Abdul Wahab Hasbullah, Bisri Syansuri
Latar belakang sejarah Nahdlatul Ulama diawali ketika Raja Ibnu Saud ingin menerapkan
mazhab tunggal yaitu wahabi di Mekah, seperti disebutkan dalam nu.or.id.
Bukan hanya itu sang raja juga berniat menghancurkan sejarah peninggalan pra Islam dan
Islam sebab dianggap bid’ah karena kerap diziarahi. Bid’ah ialah melakukan sesuatu yang
belum pernah dilakukan Nabi Muhammad saw.
Gagasan tersebut disambut baik oleh kalangan modernis di Indonesia. Salah satunya adalah
kelompok Muhammadiyah di bawah pimpinan Ahmad Dahlan. Akan tetapi, tidak demikian
dengan kalangan pesantren yang justru menolak keinginan Raja Ibnu Saud.
Karena penolakan yang dilakukan, kalangan pesantren sampai dikeluarkan dari keanggotaan
Kongres Al-Islam Yogyakarta 1925 dan tak dilibatkan menjadi delegasi dalam Kongres Islam
Internasional atau Mu'tamar 'Alam Islami yang bertujuan mengesahkan keputusan Raja Ibnu
Saud.Tak ingin menyerah, bermodalkan kegigihan dan niatan kuat mendukung pembebasan
mazhab serta pelestarian terhadap warisan atau peninggalan sejarah terdahulu maka kalangan
pesantren pun membuat perwakilan atau delegasi sendiri yang diberi nama Komite Hejaz
dengan ketuanya yaitu K.H Wahab Chasbullah.
Desakan dari kalangan pesantren ditambah tantangan dari umat islam di seluruh penjuru
dunia, membuat Raja Ibnu Saud membatalkan rencananya. Karena itulah sampai hari ini
orang-orang di Mekah bebas melakukan ibadah sesuai dengan mazhab yang mereka anut
masing-masing.
Demikian merupakan peran atau perjuangan yang dilakukan kalangan pesantren pertama
dalam menentang kebebasan bermazhab dan menyelamatkan peninggalan atau warisan
sejarah yang berharga.
Dalam perkembangannya, kemudian dirasa sudah perlu untuk dibentuk organisasi yang lebih
sistematis sekaligus guna melakukan antisipasi terhadap berbagai hal sebagai buah
perkembangan zaman.
Dari sini muncul kesepakatan untuk membentuk NU atau Nahdlatul Ulama berdasarkan
koordinasi para kyai. Di mana pemimpin KH. Hasyim Asy'ari menjadi pemimpin dari
organisasi ini.
Demikian sejarah NU dan latar belakang berdirinya. Sebagai salah satu organisasi islam
terbesar di Indonesia, tujuan pendirian NU pada dasarnya adalah untuk menegakkan ajaran
Islam yang berpegang teguh pada sunnah Nabi dan sunnah khulafaurrasyidin sesudahnya.
Sekaligus juga untuk melakukan perlindungan dari penyimpangan yang dilakukan kaum
pembaru. (DN)
Disebutkan, tujuan berdirinya NU adalah mengembangkan ajaran-ajaran Islam
Ahlussunnah wal Jamaah dan melindunginya dari penyimpangan kaum pembaru dan
modernis.Berikut ini adalah beberapa tujuan NU atau Nahdlatul Ulama.

1. Berlakunya ajaran Islam akan paham Ahlusunnah wal Jamaah

Sebenarnya berlakunya ajaran Islam akan paham Ahlusunnah wal Jamaah adalah tujuan
utama dari NU. Di dalamnya terletak pondasi untuk pijakan dari tujuan-tujuan organisasi NU
yang lebih terperinci.

2. Terwujudnya tatanan masyarakat yang berkeadilan

Hal ini mengandung arti bahwa keadilan merupakan fondasi dalam semua aspek kehidupan,
yang mana keadilan harus ditegakkan. Di samping itu, keadilan juga merupakan sendi dari

3. Keadilan dan keseimbangan

Keadilan dan keseimbangan menjadi pijakan tujuan organisasi NU selanjutnya. Dalam hal
ini, NU ingin memperjuangkan kesejahteraan umatnya. Secara luas, kesejahteraan umat
bukan hanya tertuju pada umat Islam namun pada seluruh umat manusia.

4. Memegang teguh prinsip Islam Rahmatan lil Alamin

NU pada tujuannya memegang teguh prinsip Islam Rahmatan lil Alamin (Rahmat bagi
Semesta) yang merupakan konsep besar Islam yang diajarkan NU. Islam Rahmatan lil
Alamin adalah Islam yang membawa manfaat kepada setiap orang dan setiap masyarakat,

Anda mungkin juga menyukai