Anda di halaman 1dari 40

SEJARAH PEMINATAN

KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA

KERAJAAN-KERAJAAN MARITIM INDONESIA


MASA HINDU BUDHA

Ayudya Nilamjati Widyani


Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Indonesia

Kerajaan- kerajaan di nusantara telah mulai terbentuk sejak abad ke-2 masehi
dan jumlahnya cukup banyak. Kerajaan-kerajaan ini baik kerajaan yang besar
maupun kerajaan kecil tersebar mulai dari tanah Jawa, Sumatra, Kalimantan,
Sulawesi, Bali, dan Maluku. Berdasarkan bukti-bukti sejarah yang ada, kepulauan
nusantara memiliki budaya laut yang kuat. Dari banyak kerajaan yang muncul
tersebut sebagian besar membangun kekuatan politik dan ekonominya dengan basis
kegiatan maritime. Salah satu sebabnya karena letak geografisnya yang sangat
strategis sehingga kerajaan-kerajaan itu terlibat aktif dalam pelayaran dan
perdagangan dunia. Menurut Monoz sumber sejarah awal kerajaan-kerajaan di
nusantara adalah catatan-catatan Cina. Berdasarkan catatan-catatan tersebut
lokasi-lokasi yang dianggap sebagai pusat-pusat pemerintahan di wilayah
Nusantara adalah Barousai (Barus) di Sumatra Utara, Ko-Ying yang lokasinya belum
dapat dipastikan tapi diasumsikan di Jawa Barat.
Pembentukan Negara maritime dimulai sejak sekitar abad 1 Masehi.
Ketika itu muncul pemimpin yang kuat dalam wilayah masing-masing, terutama
wilayah pesisir yang merupakan tempat perdagangan. Awal terbentuknya kerajaan
adalah tahap pesisir dimana mulai terbentuk pemukiman-pemukiman kecil di
sekitar sungai dengan kekuasaan terbatas yang kemudian sejalan dengan
perkembangan perdagangan menjadi besar. Sejarah perjalanan bangsa mencatat
bahwa ada dua kutub kekuasaan kerajaan maritim yang menjadi suku guru Negara
maritim nusantara. Keduanya adalah Sriwijaya yang didirikan pada abad ke-7 hingga
abad ke-13 Masehi dan Majapahit pada abad ke-13 hingga abad ke-16 Masehi.
Bersamaan dengan itu, di Wilayah Timur Nusantara muncul pula Kerajaan Gowa
sebagai kerajaan maritime besar yang dibuktikan dengan adanya ekspansi

JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA
kekuasaan dari berbagai kerajaan di Sulawesi Selatan, bahkan di Nusantara bagian
Timur seperti Kerajaan Wollo di Buton, Bima di Sumbawa, Banggai dan Gorontalo di
Sulawesi bagian Timur dan Utara, dan lain-lainnya ditambah dengan keperkasaan
dan kepiawaian pelaut-pelaut Bugis Makassar dalam mengarungi samudera yang
terkenal dan dikagumi seantero nusantara. Kerajaan maritim merujuk kepada
kerajaan-kerajaan yang ekonominya bergantung pada perdagangan dan
pelayaran.
Di Indonesia, kerajaan-kerajaan maritim sempat berjaya di masanya.
Kerajaan-kerajaan maritim di Indonesia banyak yang awalnya merupakan
pendatang, kemudian mendirikan kerajaan di Indonesia. Tercatat sebanyak 6
kerajaan maritim Hindu-Budha yang pernah menetap dan menguasai sebagian
wilayah Indonesia.

1. KERAJAAN KUTAI
Kerajaan Kutai diperkirakan berdiri pada abad ke-5 Masehi, ini
dibuktikan dengan ditemukannya 7 buah Yupa (prasasti berupa tiang batu)
yang ditulis dengan huruf pallawa dan bahasa Sansekerta yang berasal dari
India yang sudah mengenal Hindu. Yupa mempunyai 3 fungsi utama, yaitu
sebagai prasasti, tiang pengikat hewan untuk upacara korban
keagamaan, dan lambang kebesaran raja. Dari tulisan yang tertera pada
yupa nama raja Kundungga diperkirakan merupakan nama asli Indonesia,
namun penggantinya seperti Aswawarman, Mulawarman itu menunjukan
nama yang diambil dari nama India dan upacara yang dilakukannya
menujukan kegiatan upacara agama Hindu. Dari sanalah dapat kita
simpulkan bahwa kebudayaan Hindu telah masuk di Kerajaan Kutai.

Kerajaan Kutai Mulawarman (Martadipura) didirikan oleh pembesar


kerajaan Campa (Kamboja) bernama Kudungga, yang selanjutnya
menurunkan Raja Asmawarman, Raja Mulawarman, sampai 27 (dua puluh
tujuh) generasi Kerajaan Kutai.

Pendiri Kerajaan Kutai


Pendiri Kerajaan Kutai adalah Aswawarman. Sehingga beliau
mendapat gelar Wangsakerta yang berarti pembentuk keluarga raja. Selain
itu, Raja Aswawarman juga mendapat sebutan sebagai Dewa Ansuman
yang berarti Dewa Matahari.Pemberian gelar ini juga disebutkan pada
stupa peninggalan Kerajaan Kutai. Namun, dalam beberapa cerita juga
JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA
disebutkan bahwa pendiri Kerajaan Kutai adalah Kudungga. Tidak ada
informasi otentik yang menyebutkan tentang siapa pendiri kerajaan ini.
Letak Geografis Kerajaan Kutai

Letak geografis Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan


antara Cina dan India. Kerajaan Kutai menjadi tempat yang menarik untuk
disinggahi para pedagang. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan
perdagangan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kutai,
disamping pertanian. Letak geografis Kerajaan Kutai yang berada menjorok
ke daerah pedalaman, menyebabkan Kutai menjadi tempat yang menarik
sebagai persinggahan bagi para pedagang dari Cina dan India. Kerajaan
kutai adalah kerajaan tertua di Indonesia. Kerajaan ini terletak ditepi sungai
Mahakam di Muarakaman, Kalimantan Timur, dekat kota Tenggarong. Hal
inilah yang menyebabkan pengaruh Hindu masuk ke Kutai, serta membuat
kegiatan perdagangan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kutai.
Kerajaan Kutai Martadipura atau Martapura terletak di tepi Sungai
Mahakam, tepatnya di Kecamatan Muarakaman, Kutai, Kalimantan Timur.
Wilayah Kerajaan ini cukup luas, hampir menguasai wilayah Kalimantan.

Perkembangan Sosial, Ekonomi, Budaya & Politik Sosial


Berdasarkan isi prasasti-prasasti Kutai, dapat diketahui bahwa pada abad ke -4
M di daerah Kutai terdapat suatu masyarakat Indonesia yang telah banyak
menerima pengaruh hindu. Masyarakat tersebut telah dapat mendirikan suatu
kerajaan yang teratur rapi menurut pola pemerintahan di India. Masyarakat
Indonesia menerima unsur-unsur dari luar dan mengembangkannya sesuai dengan
tradisi bangsa Indonesia. Kehidupan budaya masyarakat Kutai sebagai berikut :
a. Masyarakat Kutai adalah masyarakat yang menjaga akar tradisi budaya
nenek moyangnya.
b. Masyarakat yang sangat tanggap terhadap perubahan dan kemajuan
kebudayaan.
c. Menjunjung tingi semangat keagamaan dalam kehidupan kebudayaannya.
d. Masyarakat Kutai juga adalah masyarakat yang respon terhadap perubahan
dankemajuan budaya.
e. Hal ini dibuktikan dengan kesediaan masyarakat Kutai yangmenerima dan
mengadaptasi budaya luar (India) ke dalam kehidupan masyarakat.

JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA
Selain dari itu masyarakat Kutai dikenal sebagai masyarakat yang menjunjung
tinggispirit keagamaan dalam kehidupan kebudayaanya. Penyebutan Brahmana
sebagai pemimpin spiritual dan ritual keagamaan dalam yupa-prasasti yang
mereka tulis menguatkan kesimpulan itu.

Kehidupan ekonomi
Kehidupan ekonomi di Kerajaan Kutai dapat diketahui dari dua hal berikut ini :
a. Letak geografis Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan antara Cina
dan India. Kerajaan Kutai menjadi tempat yang menarik untuk disinggahi
para pedagang. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan perdagangan
telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kutai, disamping pertanian.
b. Keterangan tertulis pada prasasti yang mengatakan bahwa Raja
Mulawarman pernah memberikan hartanya berupa minyak dan 20.000 ekor
sapi kepada para Brahmana.

Kehidupan Politik
Sejak muncul dan berkembangnya Pengaruh Hindu di Kaltim, terjadi
perubahan dalam tata pemerintahan, yatu dari sistem pemerintahan kepala suku
menjadi sistem pemerintahan Raja atau feodal. Kudungga. Raja ini adalah
Founding Father kerajaan Kutai, ada yang unik pada nama raja pertama ini, karena
nama Kudungga merupakan nama Lokal atau nama yang belum dipengaruhi oleh
budaya Hindu. Hal ini kemudian melahirkan persepsi para ahli bahwa pada masa
kekuasaan Raja Kudungga, pengaruh Hindu baru masuk ke Nusantara, kedudukan
Kudungga pada awalnya adalah seorang kepala suku. Dengan masuknya
pengaruh Hindu, ia megubah struktur pemerintahannya menjadi kerajaan dan
mengangkat dirinya mejadi raja, sehingga pergantian raja dilakukan secara turun
temurun. Aswawarman. Prasasti Yupa menyatakan bahwa Raja aswawarman
merupakan raja yang cakap dan kuat.
Pada masa pemerintahannya, wilayah kekuasaan Kerajaan Kutai diperluas
lagi. Hal ini dibuktikan dengan pelaksanaan upacara Asmawedha. Upacara-
upacara ini pernah dilakukan di India pada masa pemerintahan raja Samudragupta,
ketika ingin memperluas wilayahnya. Dalam upacara itu dilaksanakan pelepasan
kuda dengan tujuan untuk menentukan batas kekuasaan kerajaan Kutai. Dengan
kata lain, sampai dimana ditemukan tapak kaki kuda, maka sampai disitulan batas
kerajaan Kutai. Pelepasan kuda-kuda itu diikuti oleh prajurit kerajaan Kutai.
Mulawarman. Raja ini adalah Putra dari raja Aswawarman, ia membawa Kerajaan
Kutai ke puncak kejayaan. Pada masa kekuasaannya Kutai mengalami masa
gemilang. Rakyat hidup tentram dan sejahtera. Dengan keadaan seperti itulah
akhirnya Raja Mulawarman mengadakan upacara korban emas yang amat banyak.

Masa Kejayaan Kerajaan Kutai

JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA
Ditemukannya prasasti atau yupa di Muara Kaman merupakan salah satu bukti
bahwa kehidupan Kerajaan Kutai sangatlah makmur dan sejahtera. Kejayaan
Kerajaan Kutai meredup ketika berada di bawah pimpinan Dinasti Kudungga. Hal ini
terjadi ketika Kerajaan besar seperti Majapahit dan Singosari sedang mengalami
masa-masa kegemilangan. Sejak saat itu, tidak ada lagi cerita tentang
kehidupan Kerajaan Kutai yang berada di bawah Dinasti Kudungga.Kudungga
berasal dari Kerajaan Campa di Kamboja.
Aswawarmanyang merupakan anak dari Kudungga dipercaya untuk menjadi
raja pertama Kerajaan Kurtai Martadipura dengan sebutan Wangsakerta. Tetapi,
pada beberapa catatan sejarah juga ada yang menganggap Kudungga sebagai raja
yang pertama dari Kerajaan Kutai. Setelah Raja Aswawarman, tonggak
kepemimpinan Kerajaan Kutai diberikan kepada Raja Mulawarman. Raja
Mulawarman merupakan anak dari Raja Aswawarman. Dimasa pemerintahan Raja
Mulawarman ini kerajaan mencapai masa kejayaan. Hal ini terjadi karena
kebijaksanaan dan perhatiannya terhadap hal-hal yang bersifat religius. Raja
Mulawarman memberikan hadih berupa emas, tanah, dan ternak secara adil kepada
para Brahmana. Selain itu, beliau juga mengadakan upacara sedekah di tempat
yang dianggap suci atau Waprakeswara.Pada masa pemerintahan Raja
Mulawarman, rakyat juga sangat menghormati rajanya dengan menyelenggarakan
kenduri demi keselamatan sang raja. Bukti kebesaran Raja Mulawarman juga
tertuang dalam tulisan-tulisan yang ada di tugu prasasti. Prasasti Mulawarman terdiri
dari tujuh Yupa. Prasasti tersebut berisi puisi anustub. Namun dari ketujuh prasasti
tersebut, hanya empat Yupa yang sudah berhasil dibaca dan diterjemahkan.

Keruntuhan Kerajaan Kutai


Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia
tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran
Anum Panji Mendapa. Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda
dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang ibukotanya pertama kali berada di Kutai
Lama (Tanjung Kute). Kutai Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang
disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya
menjadi kerajaan Islam yang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.Kerajaan.
Sejak tahun 1735 kerajaan Kutai Kartanegara yang semula rajanya bergelar
Pangeran berubah menjadi bergelar Sultan (Sultan Aji Muhammad Idris) dan
hingga sekarang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.

Silahkan simak penjelasan video berikut ini untuk memperjelas


pemahamanmu mengenai sejarah Kerajaan Kutai. Klik Video tentang Sejarah
Kerajaan Kutai

2. KERAJAAN TARUMANEGARA

Letak Wilayah
Berdasarkan penemuan beberapa prasasti tentang Kerajaan
Tarumanegara, bahwa letak kerajaan itu di wilayah Jawa Barat,dengan

JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA
pusat kerajaan terletak disekitar daerah Bogor. Adapun wilayah kekuasaan
Tarumanegara meliputi daerah Banten, Jakarta, sampai perbatasan
Cirebon, Sehingga dapat ditafsirkan bahwa pada masa pemerintahan Raja
Purnawaman wilayah kekuasaan Kerajaan Tarumanegara hampir
menguasai wilayah seluruh Jawa Barat.

KEHIDUPAN DI KERAJAAN TARUMANEGARA


1. Kehidupan Politik
Raja Purnawarman adalah raja besar yang telah berhasil meningkatkan
kehidupan rakyatnya. Hal ini dibuktikan dari prasasti Tugu yang
menyatakan raja Purnawarman telah memerintah untuk menggali sebuah
kali. Penggalian sebuah kali ini sangat besar artinya, karena pembuatan
kali ini merupakan pembuatan saluran irigasi untuk memperlancar
pengairan sawah-sawah pertanian rakyat.

2. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara sudah teratur rapi, hal ini
terlihat dari upaya raja Purnawarman yang terus berusaha untuk
meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyatnya. Raja Purnawaranjuga
sangat memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang dianggap penting
dalam melaksanakan setiap upacara korban yang dilaksanakan di kerajaan
sebagai tanda penghormatan kepada para dewa.

3. Kehidupan Ekonomi
Prasasti tugu menyatakan bahwa raja Purnawarman memerintahkan
rakyatnya untuk membuat sebuah terusan sepanjang 6122 tombak.
Pembangunan terusan ini mempunyai arti ekonomis yang besar nagi
masyarakat, Karena dapat dipergunakan sebagai sarana untuk mencegah
banjir serta sarana lalu-lintas pelayaran perdagangan antardaerah di Kerajaan
Tarumanegara dengan dunia luar. Juga perdagangan dengan daerah-
daerah di sekitarnya. Akibatnya, kehidupan perekonomian masyarakat
Kerajaan Tarumanegara sudah berjalan teratur.

4. Kehidupan Budaya
Dilihat dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf dari prasasti-prasasti
yang ditemukan sebagai bukti kebesaran Kerajaan Tarumanegara, dapat
JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA
diketahui bahwa tingkat kebudayaan masyarakat pada saat itu sudah tinggi.
Selain sebagai peninggalan budaya, keberadaan prasasti-prasasti tersebut
menunjukkan telah berkembangnya kebudayaan tulis menulis di kerajaan
Tarumanegara.

RAJA-RAJA DI KERAJAAN TARUMANEGARA


Tarumanagara sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja.
Pada tahun 669 M, Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir, digantikan
menantunya, Tarusbawa. Linggawarman sendiri mempunyai dua orang puteri,
yang sulung bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa dari Sunda dan yang
kedua bernama Sobakancana menjadi isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri
Kerajaan Sriwijaya. Secara otomatis, tahta kekuasaan Tarumanagara jatuh
kepada menantunya dari putri sulungnya, yaitu Tarusbawa. Kekuasaan
Tarumanagara berakhir dengan beralihnya tahta kepada Tarusbawa, karena
Tarusbawa pribadi lebih menginginkan untuk kembali ke kerajaannya sendiri, yaitu
Sunda yang sebelumnya berada dalam kekuasaan Tarumanagara. Atas
pengalihan kekuasaan ke Sunda ini, hanya Galuh yang tidak sepakat dan
memutuskan untuk berpisah dari Sunda yang mewarisi wilayah Tarumanagara.

PRASASTI-PRASASTI KERAJAAN TARUMANEGARA

1. Prasasti Ciaruteun
Prasasti Ciaruteun atau prasasti Ciampea ditemukan ditepi sungai
Ciarunteun, dekat muara sungai Cisadane Bogor prasasti tersebut
menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta yang terdiri dari 4 baris
disusun ke dalam bentuk Sloka dengan metrum Anustubh. Di samping itu
terdapat lukisan semacam laba-laba serta sepasang telapak kaki Raja
Purnawarman. Gambar telapak kaki pada prasasti Ciarunteun mempunyai 2
arti yaitu:
a. Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan raja atas daerah tersebut
(tempat ditemukannya prasasti tersebut).
b. Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan dan eksistensi seseorang
(biasanya penguasa) sekaligus penghormatan sebagai dewa. Hal ini
berarti menegaskan kedudukan Purnawarman yang diibaratkan dewa
Wisnu maka dianggap sebagai penguasa sekaligus pelindung rakyat.

2. Prasasti Jambu
Prasasti Jambu atau prasasti Pasir Koleangkak, ditemukan di bukit
Koleangkak di perkebunan jambu, sekitar 30 km sebelah barat Bogor, prasasti
ini juga menggunakan bahwa Sansekerta dan huruf Pallawa serta terdapat
gambar telapak kaki yang isinya memuji pemerintahan raja Mulawarman.

JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA

3. Prasasti Kebon Kopi


Prasasti Kebon Kopi ditemukan di kampung Muara Hilir kecamatan
Cibungbulang Bogor. Yang menarik dari prasasti ini adalah adanya lukisan
tapak kaki gajah, yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata, yaitu
gajah tunggangan dewa Wisnu.

4. Prasasti Muara Cianten


Prasasti Muara Cianten, ditemukan di Bogor, tertulis dalam aksara ikal
yang belum dapat dibaca. Di samping tulisan terdapat lukisan telapak kaki.

5. Prasasti Pasir Awi


Prasasti Pasir Awi ditemukan di daerah Leuwiliang, juga tertulis dalam
aksara ikal yang belum dapat dibaca.

6. Prasasti Cidanghiyang
Prasasti Cidanghiyang atau prasasti Lebak, ditemukan di kampung lebak
di tepi sungai Cidanghiang, kecamatan Munjul kabupaten Pandeglang Banten.
Prasasti ini baru ditemukan tahun 1947 dan berisi 2 baris kalimat berbentuk
puisi dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Isi prasasti tersebut
mengagungkan keberanian raja Purnawarman.

7. Prasasti Tugu
Prasasti Tugu di temukan di daerah Tugu, kecamatan Cilincing Jakarta
Utara. Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu bulat panjang melingkar dan
isinya paling panjang dibanding dengan prasasti Tarumanegara yang lain,
sehingga ada beberapa hal yang dapat diketahui dari prasasti tersebut.

Hal-hal yang dapat diketahui dari prasasti Tugu adalah:


 Prasasti Tugu menyebutkan nama dua buah sungai yang terkenal di
Punjab yaitu sungai Chandrabaga dan Gomati. Dengan adanya
keterangan dua buah sungai tersebut menimbulkan tafsiran dari para
sarjana salah satunya menurut Poerbatjaraka. Sehingga secara
Etimologi (ilmu yang mempelajari tentang istilah) sungai Chandrabaga
diartikan sebagai kali Bekasi.
 Prasasti Tugu juga menyebutkan anasir penanggalan walaupun tidak
lengkap dengan angka tahunnya yang disebutkan adalah bulan
phalguna dan caitra yang diduga sama dengan bulan Februari dan April.
 Prasasti Tugu yang menyebutkan dilaksanakannya upacara selamatan
oleh Brahmana disertai dengan seribu ekor sapi yang dihadiahkan raja.

Keruntuhan Kerajaan Tarumanegara

JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA
Runtuhnya Tarumanegara belum dapat di ketahui pasti, namun kerajaan
Tarumanegara masih mengirimkan utusannya ke cina sampai tahun 669 M.
setelah itu tidak di dapatkan lagi berita. Kemungkinan Tarumanegara di
taklukan Sriwijaya (sepertihalnya terlulis dalam Prasasti Karang berahi).
Sehingga dapat di duga runtuhnya Tarumanegara sekitar + tahun 669 M oleh
serangan Sriwijaya.

Silahkan simak penjelasan video berikut ini untuk memperjelas


pemahamanmu mengenai sejarah Kerajaan Tarumanegara. Klik Video tentang
Sejarah Kerajaan Tarumanegara

3. KERAJAAN MATARAM KUNO

Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah dengan intinya yang


sering disebut Bumi Mataram. Daerah ini dikelilingi oleh pegunungan dan
gununggunung, seperti Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Sindoro, Gunung
Sumbing, Gunung Merapi-Merbabu, Gunung Lawu, dan Pegunungan Sewu.
Daerah ini juga dialiri oleh banyak sungai, seperti Sungai Bogowonto, Sungai
Progo, Sungai Elo dan Sungai Bengawan Solo. Itulah sebabnya daerah ini
sangat subur.

Sumber Sejarah Kerajaan Mataram Kuno


Terdapat dua sumber utama yang menunjukan berdirnya Kerajaan
Mataram Kuno, yaiut berbentuk Prasasti dan Candi-candi yang dapat kita temui
samapi sekarang ini. Adapun untuk Prasasti, Kerajaan Mataram Kuno
meninggalkan beberapa prasasti, diantaranya:

1. Prasasti Canggal, ditemukan di halaman Candi Guning Wukir di desa


Canggal berangka tahun 732 M. Prasasti Canggal menggunakan huruf
pallawa dan bahasa Sansekerta yang isinya menceritakan tentang pendirian
Lingga (lambang Syiwa) di desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya
dan disamping itujuga diceritakan bawa yang menjadi raja sebelumnya
adalah Sanna yang digantikan oleh Sanjaya anak Sannaha (saudara
perempuan Sanna).

2. Prasasti Kalasan, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun


778M, ditulis dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta.
Isinya menceritakan pendirian bangunan suci untuk dewi Tara dan biara
untuk pendeta oleh Raja Pangkaran atas permintaan keluarga Syaelendra
dan Panangkaran juga menghadiahkan desa Kalasan untuk para Sanggha
(umat Budha).

JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA
3. Prasasti Mantyasih, ditemukan di Mantyasih Kedu, Jawa Tengah berangka
907M yang menggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari prasasti tersebut
adalah daftar silsilah raja-raja Mataram yang mendahului Rakai Watukura
Dyah Balitung yaitu Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai Panunggalan,
Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, rakai Kayuwangi dan Rakai
Watuhumalang.

4. Prasasti Klurak, ditemukan di desa Prambanan berangka 782M ditulis


dalam huruf Pranagari dan bahasa Sansekerta isinya menceritakan
pembuatan Acra Manjusri oleh Raja Indra yang bergelar Sri
Sanggramadananjaya.

Selain Prasasti, Kerajaan Mataram Kuno juga banyak meninggalkan


bangunan candi yang masih ada hingga sekarang. Candi-candi peninggalan
Kerajaan Medang antara lain, Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi
Prambanan, Candi Sewu, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Sambisari,
Candi Sari, Candi Kedulan, Candi Morangan, Candi Ijo, Candi Barong, Candi
Sojiwan, dan tentu saja yang paling kolosal adalah Candi Borobudur.

Kehidupan pada Masa Kerajaan Mataram Kuno

Dinasti Sanjaya

1. Kehidupan Politik
Berdasarkan prasasti Metyasih, Rakai Watukumara Dyah Balitung
(Wangsa Sanjaya ke-9) telah memberikan hadiah tanah kepada
5 orang patihnya yang berjasa besarkepada Mataram.
Dalam prasasti Metyasih juga disebutkan raja- raja yang
memerintah pada masa Dinasti Sanjaya. Raja-raja itu adalah

 Rakai Sri Mataram sang Ratu Sanjaya (732-760 M)


Masa Sanjaya berkuasa adalah masa-masa pendirian candi-candi siwa
di Gunung Dieng. Sri Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya mangkat kira-
kira pertengahan abad ke-8 M. Ia digantikan oleh putranya Rakai
Panangkaran.

 Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M)


Rakai Panangkaran yang berarti raja mulia yang berhasil
mengambangkan potensi wilayahnya. Menurut Prasati Kalasan, pada
masa pemerintahan Rakai Panangkaran dibangun sebuah candi yang
bernama Candi Tara, yang didalamnya tersimpang patung Dewi Tara.

JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA
Terletak di Desa Kalasan, dan sekarang dikenal dengan nama Candi
Kalasan.

 Sri Maharaja Rakai Panunggalan (780-800 M)


Rakai Pananggalan yang berarti raja mulia yang peduli terhadap siklus
waktu. Beliau berjasa atas sistem kalender Jawa Kuno. Visi dan Misi
Rakai Panggalan yaitu selalu menjunjung tinggi arti penting ilmu
pengetahuan. Perwujudan dari visi dan misi tersebut yaitu Catur Guru.
Catur Guru tersebut adalah
1. Guru Sudarma, orang tua yang melairkan manusia.
2. Guru Swadaya, Tuhan
3. Guru Surasa, Bapak dan Ibu Guru di sekolah
4. Guru Wisesa, Pemerintah pembuat undang-undang untuk
kepentingan Bersama

 Sri Maharaja Rakai Warak (800-820 M)


Pada masa pemerintahannya, kehidupan dalam dunia militer
berkembang dengan pesat.

 Sri Maharaja Rakai Garung (820-840 M)


Garung memiliki arti raja mulia yang tahan banting terhadap segala
macam rintangan. Demi memakmurkan rakyatnya, Sri Maharaja Rakai
Garung bekerja siang hingga malam.

 Sri Maharaja Rakai Pikatan (840 – 856 M)


Dinasti Sanjaya mengalami masa gemilang pada masa pemerintahan
Rakai Pikatan.Pada masa pemerintahannya, pasukan Balaputera Dewa
menyerang wilayah kekuasaannya. Namun Rakai Pikatan tetap
mempertahankan kedaulatan negerinya dan bahkan pasukan
Balaputera Dewa dapat dipukul mundur dan melarikan diri ke
Palembang.Pada zaman Rakai Pikatan inilah dibangunnya Candi
Prambanan dan Candi Roro Jonggrang.

 Sri Maharaja Rakai Kayuwangi (856-882 M)


Prasasti Siwagraha menyebutkan bahwa Sri Maharaja Rakai
Kayuwangi memiliki gelar Sang Prabu Dyah Lokapala.

 Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882-899 M)


Sri Maharaja Rakai Watuhumalang memiliki prinsip dalam
menjalankan pemerintahannya. Prinsip yang dipegangnya adalah Tri
Parama Arta.

JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA
 Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitong (898-915 M)
Masa pemerintahannya juga menjadi masa keemasan bagi Wangsa
Sanjaya. Sang Prabu aktif mengolah cipta karya untuk
mengembangkan kemajuan masyarakatnya.

 Sri Maharaja Rakai Daksottama (915 – 919 M)


Pada masa pemerintahan Dyah Balitung, Daksottama dipersiapkan untuk
menggantikannya sebagai raja Mataram Hindu.

 Sri Maharaja Dyah Tulodhong (919 – 921 M)


Rakai Dyah Tulodhong mengabdikan dirinya kepada masyarakat
menggantikan kepemimpinan Rakai Daksottama. Keterangan tersebut
termuat dalam Prasasti Poh Galuh yang berangka tahun 809 M. Pada
masa pemerintahannya, Dyah Tulodhong sangat memperhatikan kaum
brahmana.

 Sri Maharaja Dyah Wawa ( 921 – 928 M)


Beliau terkenal sebagai raja yang ahli dalam berdiplomasi, sehingga
sangat terkenal dalam kancah politik internasional.

2. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial Kerajaan Syailendra tidak diketahui secara pasti.
Namun, melalui bukti-bukti peninggalan berupa candi-candi, para ahli
menafsirkan bahwa kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Syailendra sudah
teratur. Hal ini dilihat melalui cara pembuatan candi yang menggunakan
tenaga rakyat secara bergotong-royong. Di samping itu, pembuatan candi ini
menunjukkan betapa rakyat taat dan mengkultuskan rajanya. Dengan adanya
dua agama yang berjalan, sikap toleransi antar pemeluk agama di
masyarakat sangat baik.

3. Kehidupan Ekonomi
Mata pencaharian pokok masyarakat adalah petani, pedagang, dan
pengrajin. Dinasti Syailendra telah menetapkan pajak bagi masyarakat
Mataram. Hal ini terbukti dari prasasti Karang tengah yang menyebutkan
bahwa Rakryan Patatpa Pu Palar mendirikan bangunan suci dan memberikan
tanah perdikan sebagai simbol masyarakat yang patuh membayar pajak.

4. Kehidupan Agama
Berdasarkan prasasti Canggal yang menceritakan tentang pendirian Lingga
(lambang Siwa), dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat Mataram Kuno
Wangsa Sanjaya memiliki kepercayaan agama Hindu beraliran Siwa.

JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA
Dinasti Syailendra

1. Kehidupan Politik
Berdasarkan prasasti yang telah ditemukan dapat diketahui raja-raja yang
pernah memerintah Dinasti Syailendra, di antaranya:

 Bhanu ( 752- 775 M )


Raja banu merupakan raja pertama sekaligus pendiri Wangsa
Syailendra.

 Wisnu ( 775- 782 M )


Pada masa pemerintahannya, Candi Brobudur mulai di banugun
tempatnya 778.

 Indra ( 782 -812 M ), Pada masa pemerintahannya, Raja Indra


membuat Prasasti Klurak yang berangka tahun 782 M, di daerah
Prambanan. Dinasti Syailendra menjalankan politik ekspansi pada
masa pemerintahan Raja Indra. Perluasan wilayah ini ditujukan untuk
menguasai daerah-daerah di sekitar Selat Malaka. Selanjutnya, yang
memperkokoh pengaruh kekuasaan Syailendra terhadap Sriwijaya
adalah karena Raja Indra menjalankan perkawinan politik. Raja Indra
mengawinkan putranya yang bernama Samarottungga dengan putri
Raja Sriwijaya.

 Samaratungga ( 812 – 833 M )


Pengganti Raja Indra bernama Samarottungga. Raja Samaratungga
berperan menjadi pengatur segala dimensi kehidupan rakyatnya.
Sebagai raja Mataram Budha, Samaratungga sangat menghayati nilai
agama dan budaya.
Padazaman kekuasaannya dibangun Candi Borobudur. Namun
sebelum pembangunan Candi Borobudur selesai, Raja
Samarottungga meninggal dan digantikan oleh putranya yang bernama
Balaputra Dewa yang merupakan anak dari selir.

 Pramodhawardhani ( 883 – 856 M )


Pramodhawardhani adalah putri Samaratungga yang dikenal cerdas
dan cantik. Beliau bergelar Sri Kaluhunan, yang artinya seorang sekar
keratin yang menjadi tumpuan harapan bagi rakyat. Pramodhawardhani
kelak menjdi permaisuri raja Rakai Pikatan, Raja Mataram Kuno dari
Wangsa Sanjaya.

 Balaputera Dewa ( 883 – 850 M )


JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA
Balaputera Dewa adalah putera Raja Samaratungga dari ibunya yang
bernama Dewi Tara, Puteri raja Sriwijaya. Dari Prasasti Ratu Boko,
terjadi perebutan tahta kerajaan oleh Rakai Pikatan yang menjadi
suami Pramodhawardhani. Belaputera Dewa merasa berhak
mendapatkan tahta tersebut karena beliau merupakan anak laki-laki
berdarah Syailendra dan tidak setuju terhadap tahta yang diberikan
Rakai Pikatan yang keturunan Sanjaya. Dalam peperangan saudara
tersebut Balaputera Dewa mengalami kekalahan dan melatrikan diri ke
Palembang.

Masa Kejayaan Kerajaan Mataram Kuno


Kerajaan Mataram Kuno mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan
Raja Balitung (898-910 M). Di masa kekuasaannya, daerah-daerah di sebelah
timur Mataram berhasil ditaklukkannya. Oleh karena itu, daerah kekuasaan
Mataram semakin luas, yang meliputi Bagelen (Jawa Tengah) sampai Malang
(Jawa Timur).

Penyebab kejayaan kerajaan Mataram Kuno:


∙ Naik tahtanya Sanjaya yang sangat ahli dalam peperangan
∙ Pembangunan sebuah waduk Hujung Galuh di Waringin Sapta (Waringin Pitu)
guna mengatur aliran Sungai Berangas, sehingga banyak kapal dagang dari
Benggala, Sri Lanka, Chola, Champa, Burma, dan lain-lain datang ke
pelabuhan itu.
∙ Pindahnya kekuasaan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur yang didasari oleh:
Adanya sungai-sungai besar, antara lain Sungai Brantas dan Bengawan Solo
yang sangat memudahkan bagi lalu lintas perdagangan. Adanya dataran
rendah yang luas sehingga memungkinkan penanaman padi secara besar-
besaran. Lokasi Jawa Timur yang berdekatan dengan jalan perdagangan
utama waktu itu, yaitu jalur perdagangan rempah-rempah dari Maluku ke
Malaka.

Masa Keruntuhan Kerajaan Mataram Kuno


Runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama,
disebabkan oleh letusan gunung Merapi yang mengeluarkan lahar. Kemudian
lahar tersebut menimbun candi-candi yang didirikan oleh kerajaan, sehingga
candi-candi tersebut menjadi rusak. Kedua, runtuhnya kerajaan Mataram
disebabkan oleh krisis politik yang terjadi tahun 927-929 M. Ketiga, runtuhnya
kerajaan dan perpindahan letak kerajaan dikarenakan pertimbangan ekonomi. Di
Jawa Tengah daerahnya kurang subur, jarang terdapat sungai besar dan tidak
terdapatnya pelabuhan strategis. Sementara di Jawa Timur, apalagi di pantai
selatan Bali merupakan jalur yang strategis untuk perdagangan, dan dekat dengan

JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA
daerah sumber penghasil komoditi perdagangan. Mpu Sindok mempunyai jabatan
sebagai Rake I Hino ketika Wawa menjadi raja di Mataram, lalu pindah ke Jawa
timur dan mendirikan dinasti Isyana di sana dan menjadikan Walunggaluh sebagai
pusat kerajaan . Mpu Sindok yang membentuk dinasti baru, yaitu Isanawangsa
berhasil membentuk Kerajaan Mataram sebagai kelanjutan dari kerajaan
sebelumnya yang berpusat di Jawa Tengah. Mpu Sindok memerintah sejak tahun
929 M sampai dengan948 M. Sumber sejarah yang berkenaan dengan Kerajaan
Mataram di Jawa Timur antara lain prasasti Pucangan, prasasti Anjukladang dan
Pradah, prasasti Limus, prasasti Sirahketing, prasasti Wurara, prasasti
Semangaka, prasasti Silet, prasasti Turun Hyang, dan prasasti Gandhakuti yang
berisi penyerahan kedudukan putra mahkota oleh Airlangga kepada sepupunya
yaitu Samarawijaya putra Teguh Dharmawangsa.

Silahkan simak penjelasan video berikut ini untuk memperjelas


pemahamanmu mengenai sejarah Kerajaan Mataram Kuno. Klik Video tentang
Sejarah Mataram Kuno

4. KERAJAAN SINGASARI

Kerajaan Singasari (1222-1293) adalah salah satu kerajaan besar di


Nusantara yang didirikan oleh Ken Arok. Sejarah Kerajaan Singasari berawal dari
daerah Tumapel, yang di kuasai oleh seorang akuwu (bupati). Letaknya di daerah
pegunungan yang subur di wilayah Malang dengan pelabuhan bernama Pasuruan.
Dari daerah inilah Kerajaan Singasari berkembang dan bahkan menjadi sebuah
kerajaa besar di Jawa Timur. Perkembangan pesat yang di alami oleh kerajaan
Singasari ini setelah berhasil mengalahan Kerajaan Kendiri dalam pertempuran di
dekat Ganter tahun 1222 M. Kerajaan Singasari mencapai puncak kejayaan ketika
dipimpin oleh Raja Kertanegara (1268-1292) yang bergelar Maharajadhiraja
Kertanegara Wikrama Dharmottunggadewa. Ken Arok merebut daerah Tumapel,
salah satu wilayah Kerajaan Kediri yang dipimpin oleh Tunggul Ametung, pada
1222. Ken Arok pada mulanya adalah anak buah Tunggul Ametung, namun ia
membunuh Tunggul Ametung karena jatuh cinta pada istrinya, Ken Dedes. Ken
Arok kemudian mengawini Ken Dedes. Pada saat dikawini Ken Arok, Ken Dedes
telah mempunyai anak bernama Anusapati yang kemudian menjadi raja Singasari
(1227-1248). Raja terakhir Kerajaan Singasari adalah Kertanegara.

Silsilah Kerajaan Singasari


Wangsa Rajasa yang didirikan oleh Ken Arok, keluarga kerajaan ini menjadi
penguasa Singasari dan berlanjut pada kerajaan Majapahit. Terdapat perbedaan
antara Pararaton dan Nagarakretagama dalam menyebutkan urutan raja-raja
Singasari.

JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA
Versi Pararaton
1. Ken Arok alias Rajasa Sang Amurwabhumi (1222-1247)
2. Anusapati (1247-1249)
3. Tohjaya (1249-1250)
4. Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250-1272)
5. Kertanagara (1272-1292)

Versi Nagarakretagama
1. Rangga Rajasa Sang Girinathaputra (1222-1227)
2. Anusapati (1227-1248)
3. Wisnuwardhana (1248-1254)
4. Kertanagara (1254-1292)

Kehidupan Politik Dalam Negeri dan Luar Negeri Kerajaan Singasari


Berbuat baik terhadap lawan-lawan politiknya seperti mengangkat
Jayakatwang (Raja Kendiri) yang bernama Ardharaja menjadi menantunya, juga
Raden Wijaya (cucu Mahesa Cempaka ) sebagai menantunya. Lalu memperkuat
angkatan perang. Raja Kertanegara membangun dan memperkuat angkatan
petang baik angkatan darat maupun angkatan laut untuk menciptakan keamanan
dan ketertiban di dalam negeri, serta untuk mewujudkan persatuan Nusantara.
Sebagai raja besar Raja Kertanegara dalam politik luar negerinya bercita-cita
mempersatukan seluruh Nusantara di bawah Panji Kerajaan Singasari. Ia
berusaha memperkuat partahanan kerjaan dalam menghadapi serangan kerajaan
Cina-Mongol (Kaisar Khubilai Kahn). Kertanegara mengirimkan utusan ke Melayu
yang dikenal dengan nama Ekspedisi Pamalayu 1275 yang berhasil
menguasai Kerajaan Melayu. Hal ini ditandai dengan pengirimkan Arca
Amogapasa ke Dharmasraya atas perintah Raja Kertanegara. Selain menguasai
Melayu, Singasari juga menaklukan Pahang, Sunda, Bali, Bakulapura (Kalimantan
Barat), dan Gurun (Maluku). Kertanegara juga menjalin hubungan persahabatan
dengan raja Champa, dengan tujuan untuk menahan perluasaan kekuasaan
Kubilai Khan dari Dinasti Mongol. Kubilai Khan menuntut raja-raja di daerah
selatan termasuk Indonesia mengakuinya sebagai yang dipertuan. Kertanegara
menolak dengan melukai nuka utusannya yang bernama Mengki. Tindakan
Kertanegara ini membuat Kubilai Khan marah besar dan bermaksud
menghukumnya dengan mengirimkan pasukannya ke Jawa. Mengetahui
sebagian besar pasukan Singasari dikirim untuk menghadapi serangan
Mongol maka Jayakatwang (Kediri) menggunakan kesempatan untuk
menyerangnya. Serangan dilancarakan dari dua arah, yakni dari arah utara
merupakan pasukan pancingan dan dari arah selatan merupakan pasukan inti.
Pasukan Kediri dari arah selatan dipimpin langsung oleh Jayakatwang dan
berhasil masuk istana dan menemukan Kertanagera berpesta pora dengan para
pembesar istana. Kertanaga beserta pembesar-pembesar istana tewas dalam

JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA
serangan tersebut. Ardharaja berbalik memihak kepada ayahnya (Jayakatwang),
sedangkan Raden Wijaya berhasil menyelamatkan diri dan menuju Madura
dengan maksud minta perlindungan dan bantuan kepada Aria Wiraraja. Atas
bantuan Aria Wiraraja, Raden Wijaya mendapat pengampunan dan mengabdi
kepada Jayakatwang. Raden Wijaya diberi sebidang tanah yang bernama
Tanah Tarik oleh Jayakatwang untuk ditempati. Dengan gugurnya
Kertanegara maka Kerajaan Singasari dikuasai oleh Jayakatwang. Ini berarti
berakhirnya kekuasan Kerajaan Singasari. Sesuai dengan agama yang
dianutnya, Kertanegara kemudian didharmakan sebagai Siwa––Buddha
(Bairawa) di Candi Singasari. Arca perwujudannya dikenal dengan nama Joko
Dolog yang sekarang berada di Taman Simpang, Surabaya.

Kehidupan Kebudayaan Kerajaan Singasari


Kehidupan kebudayaan masyarakat Singasari dapat diketahui dari
peninggalan candi-candi dan patung-patung yang berhasil dibangunnya. Candi
hasil peninggalan Singasari, di antaranya adalah Candi Kidal, Candi Jago, dan
Candi Singasari. Adapun arca atau patung hasil peninggalan Kerajaan Singasari,
antara lain Patung Ken Dedes sebagai perwujudan dari Prajnyaparamita lambang
kesempurnaan ilmu dan Patung Kertanegara dalam wujud Patung Joko Dolog di
temuakan di dekat Surabaya, dan patung Amoghapasa juga merupakan
perwujudan Raja Kertanegara yang dikirim ke Dharmacraya ibukota kerajaan
melayu. Kudua perwujudan patung Raja Kertanegara baik patung Joko Dolog
maupun patung Amoghapasa menyatakan bahwa Raja Kertanegara menganut
agama Budha beraliran Tantrayana ( Tantriisme ).

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Singasari


Kehidupan ekonomi semenjak berdirinya Kerajaan Singasari tidak jelas
diketahui. Akan tetapi, mengingat Kerajaan Singasari berpusat di Jawa timur yaitu
di tepi sungai Brantas, kemungkunan masalah perekonomian tidak jauh berbeda
dengan kerajaan-kerajaan terdahulu, yaitu secara langsung maupun tidak
langsung rakyatnya ikut mengambil bagian dalam dunia pelayaran. Keadaan ini
juga di dukung oleh hasil-hasil bumi yang sangat besar hasilnya bagi rakyat Jawa
Timur. Raja Kertanegara berusaha untuk menguasai jalur perdagangan di selat
Malaka. Penguasaan jalur pelayaran perdagangan atas selat Malaka itu, bertujuan
untuk membangun dan mengembangkan aktivitas perekonomian kerajaannya.
Dengan kata lain, Raja Kertanegara berusaha menarik perhatian para pedagang
untuk melakukan kegiatannya di wilayah kerajaan singasari.

Kepercayaan Kerajaan Singasari


Bahkan didalam keagamaan terjadi sekatisme antara Agama Hindu dan
Budha, dan melahirkan Agama Syiwa Budha pemimpinya diberi jabatan Dharma
Dyaksa sedangkan Kartanegara menganut Agama Budha Mahayana dengan

JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA
menjalankan Upacara keagamaan secara Pestapora sampai mabuk untuk
mencapai kesempurnaan dalam hal ini Kartanegara menyebut dirinya
CANGKANDARA (pimpinan dari semua agama).

Pemerintahan Bersama
Pararaton dan Nagarakretagama menyebutkan adanya pemerintahan
bersama antara Wisnuwardhana dan Narasingamurti. Dalam Pararaton disebutkan
nama asli Narasingamurti adalah Mahisa Campaka. Apabila kisah kudeta berdarah
dalam Pararaton benar-benar terjadi, maka dapat dipahami maksud dari
pemerintahan bersama ini adalah suatu upaya rekonsiliasi antara kedua kelompok
yang bersaing. Wisnuwardhana merupakan cucu Tunggul Ametung sedangkan
Narasingamurti adalah cucu Ken Arok.

Prasasti Mula Malurung


Mandala Amoghapāśa dari masa Singhasari (abad ke-13), perunggu,
22.5 x 14 cm. Koleksi Museum für Indische Kunst, Berlin-Dahlem, Jerman.
Penemuan prasasti Mula Malurung memberikan pandangan lain yang berbeda
dengan versi Pararaton yang selama ini dikenal mengenai sejarah Tumapel.
Kerajaan Tumapel disebutkan didirikan oleh Rajasa yang dijuluki “Bhatara Siwa”,
setelah menaklukkan Kadiri. Sepeninggalnya, kerajaan terpecah menjadi dua,
Tumapel dipimpin Anusapati sedangkan Kadiri dipimpin Bhatara Parameswara
(alias Mahisa Wonga Teleng). Parameswara digantikan oleh Guningbhaya,
kemudian Tohjaya. Sementara itu, Anusapati digantikan oleh Seminingrat yang
bergelar Wisnuwardhana. Prasasti Mula Malurung juga menyebutkan bahwa
sepeninggal Tohjaya, Kerajaan Tumapel dan Kadiri dipersatukan kembali oleh
Seminingrat. Kadiri kemudian menjadi kerajaan bawahan yang dipimpin oleh
putranya, yaitu Kertanagara.

Masa Kejayaan Kerajaan Singasari


Kertanagara adalah raja terakhir dan raja terbesar dalam sejarah Singhasari
(1268 – 1292). Ia adalah raja pertama yang mengalihkan wawasannya ke luar
Jawa. Pada tahun 1275 ia mengirim pasukan Ekspedisi Pamalayu untuk
menjadikan Sumatra sebagai benteng pertahanan dalam menghadapi ekspansi
bangsa Mongol. Saat itu penguasa Sumatra adalah Kerajaan Dharmasraya
(kelanjutan dari Kerajaan Malayu). Kerajaan ini akhirnya dianggap telah
ditundukkan, dengan dikirimkannya bukti arca Amoghapasa yang dari
Kertanagara, sebagai tanda persahabatan kedua negara. Pada tahun 1284,
Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkan Bali. Pada tahun 1289
Kaisar Kubilai Khan mengirim utusan ke Singhasari meminta agar Jawa mengakui
kedaulatan Mongol. Namun permintaan itu ditolak tegas oleh Kertanagara.
Nagarakretagama menyebutkan daerah-daerah bawahan Singhasari di luar Jawa

JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA
pada masa Kertanagara antara lain, Melayu, Bali, Pahang, Gurun, dan
Bakulapura.

Masa Keruntuhan Kerajaan Singasari


Candi Singhasari dibangun sebagai tempat pemuliaan Kertanegara, raja
terakhir Singhasari. Kerajaan Singhasari yang sibuk mengirimkan angkatan
perangnya ke luar Jawa akhirnya mengalami keropos di bagian dalam. Pada tahun
1292 terjadi pemberontakan Jayakatwang bupati Gelang-Gelang, yang merupakan
sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan dari Kertanagara sendiri. Dalam serangan
itu Kertanagara mati terbunuh. Setelah runtuhnya Singhasari, Jayakatwang
menjadi raja dan membangun ibu kota baru di Kadiri. Riwayat Kerajaan Tumapel-
Singhasari pun berakhir. Kerajaan Singasari dibangun oleh Ken Arok setelah
runtuhnya kerajaan Kediri. Ken Arok bergelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi
dengan Dinasti Girindrawanca, dengan tujuan untuk menghilangkan jejak tentang
siapa sebenarnya Ken Arok & mengapa ia berhasil mendirikan kerajaan. Ken Arok
berkuasa ± 5 tahun (1222 – 1227 M). pada tahun 1227 Ken Arok terbunuh oleh
kaki tangan Anusapati.

 Anusapati Memerintah dari tahun 1227 – 1248 M. Peristiwa kematian Ken Arok
akhirnya terbongkar & didengar oleh Tohjaya, putra Ken Arok dengan Ken
Umang. Dimakamkan di Candi Kidal.

 Tohjaya Memerintah tahun 1248 dan pemerintahannya tidak berlangsung lama,


karena putra Anusapati yang bernama Ranggawuni yang dibantu Mahesa
Cempaka menuntut hak atas tahta kepada Tohjaya.

 Wisnuwardhana (Ranggawuni) Naik tahta pada tahun 1248 dengan gelar


Wisnuwardhana, dibantu oleh Mahesa Cempaka dengan gelar
Narashimbamurti. Pemerintahan keduanya sering disebut dengan
pemerintahan Ratu Angabaya. Pada tahun 1254, Wisnuwardhana
mengangkat putranya sebagai Yuva raja (Raja muda), dengan maksud
mempersiapkan putranyaq yang bernama Kertanegara sebagai Raja di
Kerajaan Singasari. Pada tahun 1268 Wisnuwardhana meninggal dan tahta
kerajaan dipegang oleh Kertanegara.

 Kertanegara Memerintah tahun 1268 – 1292 M. Ia merupakan Raja terbesar


dan terkemuka Kerajaan Singasari. Setelah naik tahta, ia bergelar Sri
Maharajadhiraja Sri Kertanegara. Pada masa pemerintahannya datang utusan
dari Cina atas perintah Kaisar Khubilai Khan agar Raja Kertanegara tunduk
terhadap Kaisr Cina, namun Kertanegara menolak dan menghina utusan
tersebut. Khubilai Khan marah, sehingga mempersiapkan untuk menyerang
Kerajaan Singasari, tetapi sebelum serangan itu datang Raja Kertanegara
JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA
mengadakan Ekspedisi Pamalayu tahun 1275 M, menguasai Kerajaan Melayu
dengan tujuan menghadang serangan Cina agar peperangan tidak terjadi di
Singasari. Karena pasukan Singasari sebagian menghadang serangan
Cina, maka Jayakatwang keturunan Kerajaan Kediri menyerang Kerajaan
Singasari.

Silahkan simak penjelasan video berikut ini untuk memperjelas


pemahamanmu mengenai sejarah Kerajaan Singasari. Klik Video tentang
Sejarah Kerajaan Singasari

5. KERAJAAN SRIWIJAYA

Lokasi Kerajaan Sriwijaya


Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan besar yang pernah membawa
kejayaan kepulauan Nusantara di masa lampau. Bukan saja dikenal di wilayah
Indonesia, tetapi hampir setiap bangsa yang berada jauh di luar Indonesia
mengenal Kerajaan Sriwijaya. Hal ini disebabkan karena letak Sriwijaya yang
sangat strategis dan dekat dengan jalur perdagangan antar bangsa yakni Selat
Malaka. Selat Malaka pada masa itu adalah jalur perdagangan ramai yang
menghubungkan pedagang-pedagang Cina dengan India maupun Romawi.
George Coedes, seorang sejarawan, menulis karangan berjudul Le Royaume de
Crivijaya pada tahun 1918 M. Coedes kemudian menetapkan bahwa Sriwijaya
adalah nama sebuah kerajaan di Sumatera Selatan. Lebih lanjut, Coedes juga
menetapkan bahwa letak ibukota Sriwijaya adalah Palembang, dengan
bersandar pada anggapan Groeneveldt dalam karangannya, Notes on the
Malay Archipelago and Malacca, Compiled from Chinese Source, yang
menyatakan bahwa, San-fo-ts‘I adalah Palembang yang terletak di Sumatera
Selatan, yaitu tepatnya di tepi Sungai Musi atau sekitar kota Palembang sekarang.
Dari tepian Sungai Musi di Sumatera Selatan, pengaruh Kerajaan Sriwijaya
semakin meluas. Mencakup wilayah Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Bangka,
Laut Jawa bagian barat, Bangka, Jambi Hulu, Jawa Barat (Tarumanegara),
Semenanjung Malaya hingga ke Tanah Genting Kra.

WILAYAH KEKUASAAN
Dalam sejarahnya, kerajaan Sriwijaya menguasai bagian barat Nusantara.
Salah satu faktor yang menyebabkan Sriwijaya bisa menguasai seluruh bagian
Barat Nusantara adalah runtuhnya kerajaan Fu-nan di Indocina. Sebelumnya,
Funan adalah satu-satunya pemegang kendali di wilayah perairan Selat Malaka.
Faktor lainnya adalah kekuatan armada laut Sriwijaya yang mampu menguasai
jalur lalu lintas perdagangan antara India dan Cina. Dengan kekuatan armada
yang besar, Sriwijaya kemudian melakukan ekspansi wilayah hingga ke pulau

JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA
Jawa. Dalam sumber lain dikatakan bahwa, kekuasaan Sriwijaya sampai ke
Brunei di pulau Borneo. Dari prasasti Kota Kapur yang ditemukan JK Van der
Meulen di Pulau Bangka pada bulan Desember 1892 M, diperoleh petunjuk
mengenai Kerajaan Sriwijaya yang sedang berusaha menaklukkan Bumi Jawa.
Meskipun tidak dijelaskan wilayah mana yang dimaksud dengan Bhumi Jawa
dalam prasasti itu, beberapa arkeolog meyakini, yang dimaksud Bhumi Jawa itu
adalah Kerajaan Tarumanegara di Pantai Utara Jawa Barat. Selain dari isi
prasasti, wilayah kekuasaan Sriwijaya juga bisa diketahui dari persebaran lokasi
prasasti-prasasti peninggalan Sriwjaya tersebut. Di daerah Lampung ditemukan
prasasti Palas Pasemah, di Jambi ada Karang Berahi, di Bangka ada Kota kapur,
di Riau ada Muara Takus. Semua ini menunjukkan bahwa, daerah-daerah tersebut
pernah dikuasai Sriwijaya. Sumber lain ada yang mengatakan bahwa, kekuasaan
Sriwijaya sebenarnya mencapai Philipina. Ini merupakan bukti bahwa, Sriwijaya
pernah menguasai sebagian besar wilayah Nusantara.

Sumber Sejarah Kerajaan Sriwijaya


Sejarah berdirinya Kerajaan Sriwijaya yang mendukung keberadaan
Kerajaan Sriwijaya berasal dari berita asing dan prasasti-prasasti. Berikut
beberapa sumber dari luar negeri dan dalam negeri :

Sumber Cina
Kunjungan I-sting, seorang peziarah Budha dari China pertama kali pada
tahun 671 M. Dalam catatannya disebutkan bahwa saat itu terdapat lebih dari
seribu orang pendeta Budha di Sriwijaya. Aturan dan upacara para pendeta Budha
tersebut sama dengan aturan dan upacara yang dilakukan oleh para pendeta
Budha di pusat ajaran agama Budha, India. I-tsing tinggal selama 6 bulan di
Sriwijaya untuk belajar bahasa Sansekerta, setelah itu ia berangkat ke Nalanda,
India. Setelah lama belajar di Nalanda, tahun 685 I-tsing kembali ke Sriwijaya dan
tinggal selama beberapa tahun untuk menerjemahkan teks-teks Budha dari
bahasa Sansekerta ke bahasa Cina. Catatan Cina yang lain menyebutkan tentang
utusan Sriwijaya yang datang secara rutin ke Cina, yang terakhir pada tahun 988
M.

Sumber Arab
Orang-orang Arab sering menyebut Sriwijaya dengan nama Sribuza, Sabay
atau Zabaq. Mas‘udi, seorang sejarawan Arab klasik menulis catatan tentang
Sriwijaya pada tahun 955 M. Dalam catatan itu, digambarkan Sriwijaya merupakan
sebuah kerajaan besar, dengan tentara yang sangat banyak. Hasil bumi Sriwijaya
adalah kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, kayu cendana, pala, kardamunggu,
gambir dan beberapa hasil bumi lainya. Bukti lain yang mendukung adalah
ditemukannya perkampungan-perkampungan Arab sebagai tempat tinggal
sementara di pusat Kerajaan Sriwijaya.

JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA

Sumber India
Kerajaan Sriwijaya pernah menjalin hubungan dengan raja-raja dari kerajaan-
kerajaan di India seperti Kerajaan Nalanda dan Kerajaan Chola. Dengan Kerajaan
Nalanda disebutkan bahwa Raja Sriwijaya mendirikan sebuah prasasti yang
dikenal dengan nama Prasasti Nalanda. Dalam prasasti tersebut dinyatakan
bahwa Raja Nalanda yang bernama Raja Dewa Paladewa berkenan
membebaskan 5 desa dari pajak. Sebagai gantinya, kelima desa tersebut wajib
membiayai para mahasiswa dari Kerajaan Sriwijaya yang menuntut ilmu di
Kerajaan Nalanda. Di samping menjalin hubungan dengan Kerajaan Nalanda,
Kerajaan Sriwijaya juga menjalin hubungan dengan Kerajaan Chola
(Cholamandala) yang terletak di India Selatan. Hubungan ini menjadi retak
setelah Raja Rajendra Chola ingin menguasai Selat Malaka.

Sumber lain
Pada tahun 1886, Beal mengemukakan pendapatnya bahwa Shih-li-fo-shih
merupakan suatu daerah yang terletak di tepi Sungai Musi. Sumber lain, yakni
Kern, pada tahun 1913 M telah menerbitkan tulisan mengenai Prasasti Kota
Kapur, prasasti peninggalan Sriwijaya yang ditemukan di Pulau Bangka. Namun,
saat itu, Kern menganggap Sriwijaya yang tercantum pada prasasti itu adalah
nama seorang raja, karena Cri biasanya digunakan sebagai sebutan atau gelar
raja.

Sumber Lokal atau Dalam Negeri


Sumber dalam negeri berasal dari prasasti-prasasti yang dibuat oleh
raja-raja dari Kerajaan Sriwijaya. Prasasti-prasasti dari Kerajaan Sriwijaya
sebagian besar menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno. Prasasti
itu antara lain sebagai berikut.

Prasasti Kota Kapur

Prasasti ini merupakan yang paling tua, bertarikh 682 M, menceritakan tentang
kisah perjalanan suci Dapunta Hyang dari Minana dengan perahu, bersama dua
laksa (20.000) tentara dan 200 peti perbekalan, serta 1.213 tentara yang berjalan
kaki. Sumber lain menyatakan prasasti ini berisi tentang penaklukan Bumi Jawa
yang tidak setia kepada Sriwijaya. Prasasti Kota Kapur ditemukan di Pulau
Bangka.
JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA

Prasasti Kedukan Bukit

Prasasti berangka tahun 683 M itu menyebutkan bahwa raja Sriwijaya


bernama Dapunta Hyang yang membawa tentara sebanyak 20.000 orang berhasil
menundukan Minangatamwan. Dengan kemenangan itu, Kerajaan Sriwijaya
menjadi makmur. Daerah yang dimaksud Minangatamwan itu kemungkinan
adalah daerah Binaga yang terletak di Jambi. Daerah itu sangat strategis
untuk perdagangan.

Prasasti Talangtuo

Prasasti berangka tahun 684 M itu menyebutkan tentang pembuatan Taman


Srikesetra atas perintah Raja Dapunta Hyang.

Prasasti Karang Berahi

Prasasti berangka tahun 686 M itu ditemukan di daerah pedalaman Jambi,


yang menunjukan penguasaan Sriwijaya atas daerah itu.

Prasasti Ligor ( Malaysia )

JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA

Tempat ditemukan prasasti ini adalah di daerah Ligor Semenanjung Malaya.


Berangka tahun 775 Masehi. Isinya menerangkan bahwa Kerajaan Sriwijaya
(Sumatera) mendirikan sebuah pangkalan di Semenanjung Malaya, daerah Ligor
untuk mengawasi pelayaran perdagangan di Selat Malaka.

Prasasti Nalanda ( India )

Prasasti itu menyebutkan Raja Balaputra Dewa sebagai Raja terakhir dari
Dinasti Syailendra yang terusir dari Jawa Tengah akibat kekalahannya melawan
Kerajaan Mataram dari Dinasti Sanjaya. Dalam prasasti itu, Balaputra Dewa
meminta kepada Raja Nalanda agar mengakui haknya atas Kerajaan Syailendra.
Di samping itu, prasasti ini juga menyebutkan bahwa Raja Dewa Paladewa
berkenan membebaskan 5 buah desa dari pajak untuk membiayai para
mahasiswa Sriwijaya yang belajar di Nalanda.

Struktur Birokrasi Kerajaan Sriwijaya


Kerajaan Sriwijaya menerapkan struktur birokrasi yang bersifat langsung,
karena raja berperan penting dalam pengawasan terhadap tempat-tempat yang
dianggap strategis. Raja dapat memberikan penghargaan terhadap penguasa
daerah yang setia dan sebaliknya dapat menjatuhi hukumanterhadap penguasa
daerah yang tidak setia kepada kerajaan. Dalam beberapa prasasti
disebutkan tentang pelaksanaan suatu keputusan raja, lengkap dengan perincian
hadiah atau sanksi yang dapat diterima dalam suatu peristiwa. Selain itu,
ditemukan prasasti-prasasti yang mencatat masalah-masalah penyelesaian
hokum sengketa antarwarga. Hal yang menarik bahwa sebagian prasasti
memuat ancaman-ancaman atau kutukan-kutukan yang ditujukan kepada keluarga
raja itu sendiri. Walaupun kedengarannya aneh, namun ada pendapat yang
menganggap bahwa hal itu sangat mungkin terjadi, karena keluarga-keluarga raja
yang menjadi ancaman itu, kekuasaannya berada di luar pengawasan langsung
dari raja yang berkuasa.

JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA
Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya
Kemaharajaan Sriwijaya bercirikan kerajaan maritim, mengandalkan hegemoni
pada kekuatan armada lautnya dalam menguasai alur pelayaran, jalur
perdagangan, menguasai dan membangun beberapa kawasan strategis sebagai
pangkalan armadanya dalam mengawasi, melindungi kapal-kapal dagang,
memungut cukai serta untuk menjaga wilayah kedaulatan dan kekuasaanya. Dari
catatan sejarah dan bukti arkeologi, pada abad ke-9 Sriwijaya telah melakukan
kolonisasi di hampir seluruh kerajaan-kerajaan Asia Tenggara, antara lain:
Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Filipina.
Dominasi atas Selat Malaka dan Selat Sunda, menjadikan Sriwijaya sebagai
pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan lokal yang mengenakan
biaya atas setiap kapal yang lewat. Sriwijaya mengakumulasi kekayaannya
sebagai pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar Tiongkok, dan
India. Sriwijaya juga disebut berperan dalam menghancurkan kerajaan Medang di
Jawa, dalam prasasti Pucangan disebutkan sebuah peristiwa Mahapralaya yaitu
peristiwa hancurnya istana Medang di Jawa Timur, di mana Haji Wurawari dari
Lwaram yang kemungkinan merupakan raja bawahan Sriwijaya, pada tahun 1006
atau 1016 menyerang dan menyebabkan terbunuhnya raja Medang terakhir
Dharmawangsa Teguh.

Faktor yang mendorong Sriwijaya muncul menjadi kerajaan besar


1. Letaknya yang sangat strategis di jalur perdagangan.
2. Kemajuan pelayaran dan perdagangan antara Cina dan India melalui Asia
3. Runtuhnya Kerajaan Funan di Indocina. Dengan runtuhnya Funan
memberikan kesempatan kepada Sriwijaya untuk berkembang sebagai
negara maritim menggantikan Funan.
4. Sriwijaya mempunyai kemampuan untuk melindungi pelayaran dan
perdagangan di perairan Asia Tenggara dan memaksanya singgah di
pelabuhan-pelabuhan.

Masa Kemunduran/Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya


Tahun 1025, Rajendra Chola, Raja Chola dari Koromandel, India selatan
menaklukkan Kedah dari Sriwijaya dan menguasainya. Kerajaan Chola
meneruskan penyerangan dan penaklukannya selama 20 tahun berikutnya ke
seluruh imperium Sriwijaya. Meskipun invasi Chola tidak berhasil sepenuhnya,
invasi tersebut telah melemahkan hegemoni Sriwijaya yang berakibat terlepasnya
beberapa wilayah dengan membentuk kerajaan sendiri, seperti Kediri, sebuah
kerajaan yang berbasiskan pada pertanian. Antara tahun 1079 –
1088, orang Tionghoa mencatat bahwa Sriwijaya mengirimkan duta besar dari
Jambi dan Palembang. Tahun 1082 dan 1088, Jambi mengirimkan lebih dari dua
duta besar ke China. Pada periode inilah pusat Sriwijaya telah bergeser secara
bertahap dari Palembang ke Jambi. Ekspedisi Chola telah melemahkan

JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA
Palembang, dan Jambi telah menggantikannya sebagai pusat kerajaan.
Berdasarkan sumber Tiongkok pada buku Chu-fan-chi yang ditulis pada tahun
1178, Chou-Ju-Kua menerangkan bahwa di kepulauan Asia Tenggara terdapat
dua kerajaan yang sangat kuat dan kaya, yakni Sriwijaya dan Jawa (Kediri). Di
Jawa dia menemukan bahwa rakyatnya memeluk agama Budha dan Hindu,
sedangkan rakyat Sriwijaya memeluk Budha. Berdasarkan sumber ini pula
dikatakan bahwa beberapa wilayah kerajaan Sriwijaya ingin melepaskan diri,
antara lain Kien-pi (Kampe, di utara Sumatra) dan beberapa koloni di
semenanjung Malaysia. Pada masa itu wilayah Sriwijaya meliputi; Pong-fong
(Pahang), Tong-ya-nong (Trengganu), Ling-ya-ssi-kia (Langkasuka), Kilan-tan
(Kelantan), Fo-lo-an, Ji-lo-t’ing (Jelutong), Ts’ien-mai, Pa-t’a (Batak), Tan-ma-ling
(Tambralingga, Ligor), Kia-lo-hi (Grahi, bagian utara semenanjung Malaysia), Pa-
lin-fong (Palembang), Sin-t’o (Sunda), Lan-wu-li (Lamuri di Aceh), and Si-lan
(Srilanka).
Pada tahun 1288, Singosari, penerus kerajaan Kediri di Jawa, menaklukan
Palembang dan Jambi selama masa ekspedisi Pamalayu. Di tahun 1293,
Majapahit pengganti Singosari, memerintah Sumatra. Raja ke-4 Hayam Wuruk
memberikan tanggung jawab tersebut kepada Pangeran Adityawarman, seorang
peranakan Minang dan Jawa. Pada tahun 1377 terjadi pemberontakan
terhadap Majapahit, tetapi pemberontakan tersebut dapat dipadamkan
walaupun di selatan Sumatra sering terjadi kekacauan dan pengrusakan.
Kedudukan Sriwijaya makin terdesak karena munculnya kerajaan-kerajaan besar
yang juga memiliki kepentingan dalam dunia perdagangan, seperti Kerajaan Siam
di sebelah utara. Kerajaan Siam memperluas kekuasaannya ke arah selatan
dengan menguasai daerah-daerah di Semenanjung Malaka termasuk Tanah
Genting Kra. Jatuhnya Tanah Genting Kra ke dalam kekuasaan Kerajaan Siam
mengakibatkan lemahnya kegiatan pelayaran dan perdagangan di Kerajaan
Sriwijaya. Di masa berikutnya, terjadi pengendapan pada Sungai Musi yang
berakibat tertutupnya akses pelayaran ke Palembang. Hal ini tentunya sangat
merugikan perdagangan kerajaan. Penurunan Sriwijaya terus berlanjut hingga
masuknya Islam ke Aceh yang disebarkan oleh pedagang-pedagang Arab dan
India. Di akhir abad ke-13, Kerajaan Pasai di bagian utara Sumatra berpindah
agama Islam. Maka sejak akhir abad ke-13 M Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan
kecil dan wilayahnya terbatas pada daerah Palembang. Kerajaan Sriwijaya yang
kecil dan lemah akhirnya dihancurkan oleh Kerajaan Majapahit pada tahun 1377
M. Pada tahun 1402, Parameswara, pangeran terakhir Sriwijaya mendirikan
Kesultanan Malaka di Semenanjung Malaysia.

Faktor runtuhnya Kerajaan Sriwijaya


Kerajaan Sriwijaya mundur sejak abad ke-10 disebabkan oleh faktor-faktor
berikut.

JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA
a. Perubahan keadaan alam di sekitar Palembang. Sungai Musi, Ogan
Komering, dan sejumlah anak sungai lainnya membawa lumpur yang
diendapkan di sekitar Palembang sehingga posisinya menjauh dari laut dan
perahu sulit merapat.
b. Letak Palembang yang makin jauh dari laut menyebabkan daerah itu
kurang strategis lagi kedudukannya sebagai pusat perdagangan
nasional maupun internasional. Sementara itu, terbukanya Selat Berhala
antara Pulau Bangka dan Kepulauan Singkep dapat menyingkatkan jalur
perdagangan internasional sehingga Jambi lebih strategis daripada
Palembang.
c. Dalam bidang politik, Sriwijaya hanya memiliki angkatan laut yang
diandalkan. Setelah kekuasaan di Jawa Timur berkembang pada masa
Airlangga, Sriwijaya terpaksa mengakui Jawa Timur sebagai pemegang
hegemoni di Indonesia bagian timur dan Sriwijaya di bagian barat.
d. Adanya serangan militer atas Sriwijaya. Serangan pertama dilakukan oleh
Teguh Dharmawangsa terhadap wilayah selatan Sriwijaya (992) hingga
menyebabkan utusan yang dikirim ke Cina tidak berani kembali. Serangan
kedua dilakukan oleh Colamandala atas Semenanjung Malaya pada tahun
1017 kemudian atas pusat Sriwijaya pada tahun 1023 – 1030.
e. Dalam serangan ini, Raja Sriwijaya ditawan dan dibawa ke India. Ketika
Kertanegara bertakhta di Singasari juga ada usaha penyerangan terhadap
Sriwijaya, namun baru sebatas usaha mengurung Sriwijaya dengan
pendudukan atas wilayah Melayu. Akhir dari Kerajaan Sriwijaya adalah
pendudukan oleh Majapahit dalam usaha menciptakan kesatuan Nusantara
(1377).

Kehidupan politik dan pemerintahan


Dalam catatan sejarah Indonesia, Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan
terbesar pertama yang memiliki pengaruh kuat di Asia Tenggara. Sriwijaya
menguasai dan mengontrol seluruh jalur perdagangan di Asia Tenggara, baik yang
melalui Selat Sunda, Malaka, Karimata, dan Tanah Genting Kra. Di samping itu,
Sriwijaya juga berhasil menguasai daerah Indonesia sebelah barat, Semenanjung
Melayu, dan bagian selatan Filipina. Oleh karena itu, Sriwijaya disebut juga
Kerajaan Thelasocrasi, yakni kerajaan yang berhasil menguasai pulau-pulau di
sekitarnya. Kebesaran Sriwijaya seperti yang pernah diceritakan para penulis Arab
dan Cina itu tak pernah lengkap dan utuh. Raja-raja yang pernah memerintah di
sana hanya diketahui tiga nama saja. Sementara itu, bukti-bukti sejarah
menunjukkan Kerajaan Sriwijaya berusia cukup panjang, sejak abad ke-7 hingga
abad ke-14. Ketiga nama raja itu ialah Raja Dapunta Hyang, Raja
Balaputradewa, dan Raja Sanggrama Wijayattunggawarman. Setelah itu,
nama Sriwijaya tenggelam. Selanjutnya, penjelasan mengenai Sriwijaya
diperoleh dari sumber yang berasal dari tahun 1477. Penjelasan itu menerangkan

JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA
bahwa Raja Majapahit mengirimkan tentaranya untuk menaklukan raja-raja
Sumatera yang memberontak terhadap kekuasaan Majapahit. Salah satu di
antaranya ialah Raja Sriwijaya. Dengan ditaklukannya Kerajaan Sriwijaya oleh
Majapahit maka berakhirlah riwayat kerajaan itu.

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Sriwijaya


Dilihat dari letak geografis, daerah Kerajaan Sriwijaya mempunyai letak
yang sangat strategis, yaitu di tengah-tengah jalur pelayaran perdagangan
antara India dan Cina. Di samping itu, letak Kerajaan Sriwijaya dekat dengan Selat
Malak yang merupakan urat nadi perhubungan bagi daerah-daerah di Asia
Tenggara.Kerajaan Sriwijaya mempunyai hubungan perdagangan yang sangat
baik dengan saudagar dari Cina, India, Arab dan Madagaskar. Hasil bumi
Kerajaan Sriwijaya merupakan modal utama bagi masyarakatnya untuk terjun
dalam aktifitas pelayaran dan perdagangan. Hasil bumi dari Kerajaan Sriwijaya
diantaranya; cengkeh, kapulaga, pala, lada, pinang, kayu gaharu, kayu cendana,
kapur barus, gading, timah, emas, perak, kayu hitam, kayu sapan, rempah-rempah
dan penyu. Barang-barang tersebut dijual atau dibarter dengan kain katun, sutera
dan porselen melalui relasi dagangnya dengan Cina, India, Arab dan Madagaskar.

Kekayaan Kerajaan Sriwijaya pun juga diperoleh dari:


1. Bea masuk dan keluar bandar-bandar Sriwijaya
2. Bea cukai semua kapal yang melalui perairan Asia Tenggara.
3. Upeti persembahan dari raja-raja negara vasal.
4. Hasil keuntungan perdagangan.

Penguasaan Kerajaan Sriwijaya di urat nadi perhubungan pelayaran dan


perdagangan Asia Tenggara yaitu di Selat Malaka, mempunyai arti penting
bagi perekonomian kerajaan. Karena banyak kapal-kapal asing yang singgah
untuk menambah air minum, perbekalan makanan, istirahat, atau melakukan
aktivitas perdagangan. Karena bertambah ramainya kegiatan perdagangan di
Selat Malaka, Sriwijaya membangun ibukota baru di Semenanjung Malaka, yaitu di
Ligor yang dibuktikan dengan Parasasti Ligor (755 M). Pendirian ibukota Ligor
tersebut bukan berarti meninggalkan ibukota di Sumatera Selatan, melainkan
hanya untuk melakukan pengawasan lebih dekat terhadap aktivitas perdagangan
di Selat Malaka atau menghindari penyeberangan yang dilakukan oleh para
pedagang melalui Tanah Genting Kra. Menurut catatan asing, bumi Sriwijaya
menghasilkan cengkeh, kapulaga, pala, lada, pinang, kayu gaharu, kayu cendana,
kapur barus, gading, timah, emas, perak, kayu hitam, kayu sapan, rempah-rempah
dan penyu. Barang-barang tersebut dijual atau dibarter dengan kain katu, sutera
dan porselen melalui relasi dagang dengan Cina, India, Arab dan Madagaskar.

Kehidupan Sosial Dan Budaya Kerajaan Sriwijaya

JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA
Sriwijaya yang merupakan kerajaan besar penganut agama Budha, serta
merupakan pusat agama Budha yang penting di Asia Tenggara dan Asia Timur.
Agama Budha yang berkembang di Kerajaan Sriwijaya adalah agama Budha
Mahayana. Menurut berita dari Tibet, seorang pendeta bernama Atica datang dan
tinggal di Sriwijaya (1011-1023 M) untuk belajar agama Budha dari seorang guru
bernama Dharmapala. Menurutnya, Sriwijaya merupakan pusat agama Budha
di luar India. Peninggalan-peninggalan Kerajaan Sriwijaya banyak ditemukan di
daerah Palembang, Jambi, Riau, Malaysia, dan Thailand. Ini disebabkan karena
Sriwijaya merupakan kerajaan maritim yang selalu berpindah-pindah, tidak
menetap di satu tempat dalam kurun waktu yang lama. Prasasti dan situs yang
ditemukan di sekitar Palembang, yaitu Prasasti Boom Baru (abad ke7 M), Prasasti
Kedukan Bukit (682 M), Prasasti Talangtuo (684 M), Prasasti Telaga Batu ( abad
ke-7 M), Situs Candi Angsoka, Situs Kolam Pinishi, dan Situs Tanjung Rawa.
Peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya lainnya yang ditemukan di Jambi,
Sumatera Selatan dan Bengkulu, yaitu Candi Kotamahligai, Candi Kedaton, Candi
Gedong I, Candi Gedong II, Candi Gumpung, Candi Tinggi, Candi Kembar batu,
Candi Astono dan Kolam Telagorajo, Situs Muarojambi. Di Lampung, prasasti
yang ditemukan adalah Prasasti Palas Pasemah dan Prasasti Bungkuk (Jabung).
Di Riau, ditemukan Candi Muara Takus yang berbentuk stupa Budha.

Hubungan Regional dan Luar Negeri Kerajaan Sriwijaya


Meskipun catatan sejarah dan bukti arkeologi jarang ditemukan, tetapi
beberapa menyatakan bahwa pada abad ke-7, Sriwijaya telah melakukan
kolonisasi atas seluruh Sumatra, Jawa Barat, dan beberapa daerah di
Semenanjung Melayu. Dominasi atas Selat Malaka dan Selat Sunda, menjadikan
Sriwijaya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan lokal
yang mengenakan biaya atas setiap kapal yang lewat. Palembang mengakumulasi
kekayaannya sebagai pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar
Tiongkok, Melayu, dan India. Kerajaan Jambi merupakan kekuatan pertama yang
menjadi pesaing Sriwijaya yang akhirnya dapat ditaklukkan pada abad ke-7 dan
ke-9. Di Jambi, pertambangan emas merupakan sumber ekonomi cukup
penting dan kata Suwarnadwipa (pulau emas) mungkin merujuk pada hal ini.
Kerajaan Sriwijaya juga membantu menyebarkan kebudayaan Melayu ke seluruh
Sumatra, Semenanjung Melayu, dan Kalimantan bagian Barat.
Pada abad ke-11 pengaruh Sriwijaya mulai menyusut. Hal ini ditandai dengan
seringnya konflik dengan kerajaan-kerajaan Jawa, pertama dengan Singasari dan
kemudian dengan Majapahit. Di akhir masa, pusat kerajaan berpindah dari
Palembang ke Jambi. Pada masa awal, Kerajaan Khmer juga menjadi daerah
jajahan Sriwijaya. Banyak sejarawan mengklaim bahwa Chaiya, di propinsi Surat
Thani, Thailand sebagai ibu kota terakhir kerajaan, walaupun klaim tersebut tidak
mendasar. Pengaruh Sriwijaya nampak pada bangunan pagoda Borom That yang
bergaya Sriwijaya. Setelah kejatuhan Sriwijaya, Chaiya terbagi menjadi tiga kota

JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA
yakni (Mueang) Chaiya, Thatong (Kanchanadit) dan Khirirat Nikhom. Sriwijaya
juga berhubungan dekat dengan kerajaan Pala di Benggala, terutama dalam
bidang kebudayaan dan agama. Sebuah prasasti tertahun 860 M mencatat bahwa
raja Balaputradewa mendedikasikan seorang biara kepada Universitas Nalada,
Pala. Relasi dengan dinasti Chola di India selatan cukup baik dan menjadi buruk
setelah terjadi peperangan di abad ke-11. Selain dengan Kerajaan Pala, Sriwijaya
juga menjalin hubungan baik dengan Kerajaan Cholamandala. Raja Sriwijaya
yakni Raja Sanggrama Wijayatunggawarman mendirikan sebuah biara (1006 M) di
Kerajaan Chola untuk tempat tinggal para bhiksu dari Kerajaan Sriwijaya. Namun,
persaingan di bidang pelayaran dan perdagangan membuat keduanya
bermusuhan.Raja Rajendra Chola melakukan serangan ke Kerajaan Sriwijaya
sampai dua kali. Serangan pertama tahun 1007 M mengalami kegagalan. Pada
serangan kedua (1023 M) Kerajaan Chola berhasil merebut kota dan bandar-
bandar penting Sriwijaya, bahkan Raja Sanggrama Wijayatunggawarman berhasil
ditawan.

Silahkan simak penjelasan video berikut ini untuk memperjelas


pemahamanmu mengenai sejarah Kerajaan Sriwijaya. Klik Video tentang Sejarah
Sriwijaya

6. KERAJAAN MAJAPAHIT

Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang


menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar
dalam sejarah Indonesia. Menurut Negarakertagama, kekuasaannya
terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Borneo, Kepulauan Sulu,
Manila (Saludung), hingga Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya
masih diperdebatkan.

Aspek Kehidupan Masyarakat di Kerajaan Majapahit

Kehidupan Politik Kerajaan Majapahit


Kehidupan politik Kerajaan Majapahit berhubungan pemerintahan dan
kepemimpinan rajanya. Raja-raja itu antara lain:

 Raden Wijaya
Berdirinya Kerajaan Majapahit sangat berhubungan dengan runtuhnya
Kerajaan Singasari. Kerajaan Singasari runtuh setelah salah satu raja
vasalnya yaitu Jayakatwang mengadakan pemberontakan. Kerajaan
Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya yang merupakan menantu dari Raja
Singasari terakhir yaitu Kertanegara. Raden Wijaya beserta istri dan

JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA
pengikutnya dapat meloloskan diri ketika Singasari diserang Jayakatwang.
Raden Wijaya meloloskan diri dan pergi ke Madura untuk menemui dan
meminta perlindungan Bupati Sumenep dari Madura yaitu Aryawiraraja.
Berkat Aryawiraraja juga, Raden Wijaya mendapat pengampunan dari
Jayakatwang, bahkan Raden Wijaya sendiri diberi tanah di hutan Tarik
dekat Mojokerto yang kemudian daerah itu dijadikan sebagai tempat
berdirinya kerajaan Majapahit. Raden Wijaya kemudian menyusun kekuatan
di Majapahit dan mencari saat yang tepat untuk menyerang balik
Jayakatwang. Untuk itu, dia mencoba mencari dukungan kekuatan dari raja-
raja yang masih setia pada Singasari atau raja yang kurang senang pada
Jayakatwang. Kesempatan untuk menghancurkan Jayakatwang akhirnya
muncul setelah tentara Mongol mendarat di Jawa untuk menyerang
Kertanegara. Keadaan seperti ini dimanfaatkan oleh Raden Wijaya dengan
cara memperalat mereka untuk menyerang Jayakatwang. Raden Wijaya
bersama-sama dengan pasukan Kubhilai Khan berhasil mengalahkan
pasukan Jayakatwang. Begitu pula Jayakatwang berhasil ditangkap dan lalu
dibunuh oleh pasukan Kubhilai Khan. Setelah Jayakatwang terbunuh, lalu
Raden Wijaya melakukan serangan balik terhadap pasukan Kubhilai Khan.
Raden Wijaya berhasil memukul mundur pasukan Kubhilai Khan, sehingga
mereka terpaksa menyelamatkan diri keluar Jawa. Setelah berhasil
mengusir pasukan Kubhilai Khan, Raden Wijaya dinobatkan menjadi raja
Majapahit pada tahun 1293 M dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana.
Sebagai seorang raja yang besar, Raden Wijaya memperistri empat putri
Kertanegara sebagai permaisurinya. Dari Tribuana, ia mempunyai seorang
putra yang bernama Jayanegara. Sedangkan dari Gayatri, ia mempunyai
dua orang putri, yaitu Tribuanatunggadewi dan Rajadewi Maharajasa. Para
pengikut Raden Wijaya yang setia dan berjasa dalam mendirikan kerajaan
Majapahit, diberi kedudukan yang tinggi dalam pemerintahan. Tetapi
ada saja yang tidak puas dengan kedudukan yang diperolehnya. Hal ini
menimbulkan pemberontakan di sana-sini. Pada tahun 1309 M, Raden
Wijaya meninggal dunia dan didarmakan di Antahpura, dekat Blitar. Setelah
Raden Wijaya meninggal dunia, Kerajaan Majapahit dipimpin oleh
Jayanegara dengan gelar Sri Jayanegara.

 Jayanegara
Pada masa pemerintahannya, Jayanegara dirongrong oleh serentetan
pemberontakan. Pemberontakan-pemberontakan ini datang dari
Ranggalawe (1309), Lembu Sora (1311), Juru Demung dan Gajah Biru
(1314), Nambi (1316), dan Kuti (1320). Pemberontakan Kuti merupakan
pemberontakan yang paling berbahaya karena Kuti berhasil menduduki
ibu kota Majapahit, sehingga raja Jayanegara terpaksa melarikan diri ke
daerah Badandea. Jayanegara diselamatkan oleh pasukan Bhayangkari di

JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA
bawah pimpinan Gajah Mada. Berkat ketangkasan dan siasat jitu dari Gajah
Mada, pemberontakan Kuti berhasil ditumpas. Sebagai penghargaan atas
jasa-jasanya, Gajah Mada diangkat menjadi Patih di Kahuripan pada tahun
1321 M dan Patih di Daha (Kediri). Pada tahun 1328, Jayanegara tewas
dibunuh oleh Tabib Israna Ratanca, ia didharmakan di dalam pura di Sila
Petak dan Bubat. Jayanegara tidak mempunyai putra, maka takhta kerajaan
digantikan oleh adik perempuannya yang bernama Tribhuanatunggadewi. Ia
dinobatkan menjadi raja Majapahit dengan gelar Tribhuanatunggadewi Jaya
Wisnu Wardhani.

 Tribhuanatunggadewi
Pada masa pemerintahannya, terjadi pemberontakan Sadeng dan Keta
pada tahun 1331. Pemberontakan ini dapat dipadamkan oleh Gajah Mada.
Sebagai penghargaan atas jasanya, Gajah Mada diangkat menjadi
mahapatih di Majapahit oleh Tribhuanatunggadewi. Di hadapan raja dan
para pembesar Majapahit, Gajah Mada mengucapkan sumpah yang
terkenal dengan nama Sumpah Palapa. Isi sumpahnya, ia tidak akan
Amukti Palapa sebelum ia dapat menundukkan Nusantara, yaitu Gurun,
Seran, Panjungpura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, dan
Tumasik. Dalam rangka mewujudkan cita-citanya, Gajah Mada
menaklukkan Bali pada tahun 1334, kemudian Kalimantan, Nusa Tenggara,
Sulawesi, Maluku, Sumatra, dan beberapa daerah di Semenanjung Malaka.
Seperti yang tercantum dalam kitab Negarakertagama, wilayah kekuasaan
Kerajaan Majapahit sangat luas, yakni meliputi daerah hampir seluas
wilayah Republik Indonesia sekarang. Tribhuanatunggadewi memerintah
selama dua puluh dua tahun. Pada tahun 1350, ia mengundurkan diri dari
pemerintahan dan digantikan oleh putranya yang bernama Hayam Wuruk.
Pada tahun 1350 M, putra mahkota Hayam Wuruk dinobatkan menjadi raja
Majapahit dengan gelar Sri Rajasanagara dan ia didampingi oleh Mahapatih
Gajah Mada.

 Hayam Wuruk
Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya pada masa
pemerintahan Hayam Wuruk. Wilayah kekuasaan Majapahit meliputi
seluruh Nusantara. Pada saat itulah cita-cita Gajah Mada dengan Sumpah
Palapa berhasil diwujudkan. Usaha Gajah Mada dalam melaksanakan
politiknya, berakhir pada tahun 1357 dengan terjadinya peristiwa di Bubat,
yaitu perang antara Pajajaran dengan Majapahit. Pada waktu itu, Hayam
Wuruk bermaksud untuk menikahi putri Dyah Pitaloka. Sebelum putri Dyah
Pitaloka dan ayahnya beserta para pembesar Kerajaan Pajajaran sampai di
Majapahit, mereka beristirahat di lapangan Bubat. Di sana terjadi
perselisihan antara Gajah Mada yang menghendaki agar putri itu

JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA
dipersembahkan oleh raja Pajajaran kepada raja Majapahit. Para pembesar
Kerajaan Pajajaran tidak setuju, akhirnya terjadilah peperangan di Bubat
yang menyebabkan semua rombongan Kerajaan Pajajaran gugur. Pada
tahun 1364 M, Gajah Mada meninggal dunia. Hal itu merupakan kehilangan
yang sangat besar bagi Majapahit. Kemudian pada tahun 1389 Raja
Hayam Wuruk meninggal dunia. Hal ini menjadi salah satu penyebab
surutnya kebesaran Kerajaan Majapahit di samping terjadinya pertentangan
yang berkembang menjadi perang saudara.

Setelah Hayam Wuruk meninggal, takhta Kerajaan Majapahit diduduki


oleh Wikramawardhana. Ia adalah menantu Hayam Wuruk yang menikah
dengan putrinya yang bernama Kusumawardhani. Ia memerintah Kerajaan
Majapahit selama dua belas tahun. Pada tahun 1429 M,
Wikramawardhana meninggal dunia. Selanjutnya raja-raja yang
memerintah Majapahit setelahWikramawardhana adalah:

 Suhita (1429 M 1447 M), putri Wikramawardhana;

 Kertawijaya (1448 M 1451 M), adik Suhita;

 Sri Rajasawardhana (1451 M 1453 M);

 Girindrawardhana (1456 M 1466 M), anak dari Kertawijaya;

 Sri Singhawikramawardhana (1466 M 1474 M)

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Majapahit


Majapahit merupakan negara agraris dan juga sebagai negara maritim.
Kedudukan sebagai negara agraris tampak dari letaknya di pedalaman dan dekat
aliran sungai. Kedudukan sebagai negara maritim tampak dari kesanggupan
angkatan laut kerajaan itu untuk menanamkan pengaruh Majapahit di seluruh
nusantara. Dengan demikian, kehidupan ekonomi masyarakat Majapahit
menitikberatkan pada bidang pertanian dan pelayaran. Udara di Jawa panas
sepanjang tahun. Panen padi terjadi dua kali dalam setahun, butir berasnya amat
halus. Terdapat pula wijen putih, kacang hijau, rempah-rempah, dan lain-lain
kecuali gandum. Buah-buahan banyak jenisnya, antara lain pisang, kelapa, delima,
pepaya, durian, manggis, langsa, dan semangka. Sayur mayur berlimpah
macamnya. Jenis binatang juga banyak. Untuk membantu pengairan pertanian
yang teratur, pemerintah Majapahit membangun dua buah bendungan, yaitu
Bendungan Jiwu untuk persawahan dan Bendungan Trailokyapur untuk mengairi
daerah hilir. Majapahit memiliki mata uang sendiri yang bernama gobog. Gobog
merupakan uang logam yang terbuat dari campuran perak, timah hitam, timah
JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA
putih, dan tembaga. Bentuknya koin dengan lubang di tengahnya. Dalam
transaksi perdagangan, selain menggunakan mata uang gobog, penduduk
Majapahit juga menggunakan uang kepeng dari berbagai dinasti. Menurut catatan
Wang Ta- yuan seorang pedagang dari Tiongkok, komoditas ekspor Jawa pada
saat itu ialah lada, garam, kain, dan burung kakak tua. Sedangkan komoditas
impornya adalah mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik, dan barang dari
besi.

Kehidupan Sosial Dan Budaya Kerajaan Majapahit


Pola tata masyarakat Majapahit dibedakan atas lapisan-lapisan masyarakat
yang perbedaannya lebih bersifat statis. Walaupun di Majapahit terdapat empat
kasta seperti di India, yang lebih dikenal dengan catur warna, tetapi hanya bersifat
teoritis dalam literatur istana. Pola ini dibedakan atas empat golongan masyarakat,
yaitu brahmana, ksatria, waisya, dan sudra. Namun terdapat pula golongan yang
berada di luar lapisan ini, yaitu Candala, Mleccha, dan Tuccha, yang merupakan
golongan terbawah dari lapisan masyarakat Majapahit. Brahmana (kaum pendeta)
mempunyai kewajiban menjalankan enam dharma, yaitu: mengajar; belajar;
melakukan persajian untuk diri sendiri dan orang lain; membagi dan menerima
derma (sedekah) untuk mencapai kesempurnaan hidup; dan bersatu dengan
Brahman (Tuhan). Mereka juga mempunyai pengaruh di dalam pemerintahan,
yang berada pada bidang keagamaan dan dikepalai oleh dua orang pendeta
tinggi, yaitu pendeta dari agama Siwa (Saiwadharmadhyaksa) dan agama
Buddha (Buddhadarmadyaksa). Saiwadyaksa mengepalai tempat suci
(pahyangan) dan tempat pemukiman empu (kalagyan). Buddhadyaksa mengepalai
tempat sembahyang (kuti) dan bihara (wihara). Menteri berhaji mengepalai
para ulama (karesyan) dan para pertapa (tapaswi). Semua rohaniawan
menghambakan hidupnya kepada raja yang disebut sebagai wikuhaji. Para
rohaniawan biasanya tinggal di sekitar bangunan agama, yaitu: mandala, dharma,
sima, wihara, dan sebagainya. Kaum Ksatria merupakan keturunan dari pewaris
tahta (raja) kerajaan terdahulu, yang mempunyai tugas memerintah tampuk
pemerintahan. Keluarga raja dapat dikatakan merupakan keturunan dari kerajaan
Singasari- Majapahit yang dapat dilihat dari silsilah keluarganya dan keluarga-
keluarga kerabat raja tersebar ke seluruh pelosok negeri, karena mereka
melakukan sistem poligami secara meluas yang disebut sebagai wargahaji atau
sakaparek. Semua anggota keluarga raja masing-masing diberi nama atas gelar,
umur, dan fungsi mereka di dalam masyarakat. Pemberian nama pribadi dan nama
gelar terhadap para putri dan putra raja didasarkan atas nama daerah kerajaan
yang akan mereka kuasai sebagai wakil raja. Waisya merupakan masyarakat yang
menekuni bidang pertanian dan perdagangan. Mereka bekerja sebagai pedagang,
peminjam uang, penggara sawah, dan beternak. Kemudian kasta yang paling
rendah dalam catur warna adalah kaum sudra yang mempunyai kewajiban untuk
mengabdi kepada kasta yang lebih tinggi, terutama pada golongan brahmana.

JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA

Golongan terbawah yang tidak termasuk dalam catur warna dan sering disebut
sebagai pancama (warna kelima), yaitu:
1. Candala merupakan anak dari perkawinan campuran antara laki-laki
(golongan sudra) dengan wanita (dari ketiga golongan lainnya: brahmana,
waisya, dan waisya). Sehingga sang anak mempunyai status yang lebih
rendah dari ayahnya.
2. Mleccha adalah semua bangsa di luar Arya tanpa memandang bahasa dan
warna kulit, yaitu para pedagang-pedagang asing (Cina, India, Champa,
Siam, dll.) yang tidak menganut agama Hindu.
3. Tuccha ialah golongan yang merugikan masyarakat, salah satu contohnya
adalah para penjahat. Ketika mereka diketahui melakukan tatayi, maka raja
dapat menjatuhi hukuman mati kepada pelakunya. Perbuatan tatayi adalah
membakar rumah orang, meracuni sesama, mananung, mengamuk,
merusak, dan memfitnah kehormatan perempuan.

Dari aspek kedudukan dalam masyarakat Majapahit, wanita mempunyai status


yang lebih rendah dari para lelaki. Hal ini terlihat pada kewajiban mereka untuk
melayani dan menyenangkan hati para suami mereka saja. Wanita tidak boleh ikut
campur dalam urusan apapun, selain mengurusi dapur rumah tangga mereka.
Dalam undang-undang Majapahit pun para wanita yang sudah menikah tidak
boleh bercakap-cakap dengan lelaki lain, dan sebaliknya. Hal ini bertujuan untuk
menghindari pergaulan bebas antara kaum pria dan wanita. Pada masa Majapahit
bidang seni budaya berkembang pesat, terutama seni sastra. Karya seni sastra
yang dihasilkan pada masa zaman awal Majapahit, antara lain sebagai berikut:
1. Kitab Negarakertagama (karangan Empu Prapanca pada tahun 1365). Isinya
menceritakan hal-hal sebagai berikut:
a. Sejarah raja-raja Singasari dan Majapahit dengan masa
pemerintahannya.
b. Keadaan kota Majapahit dan daerah-daerah kekuasaannya
c. Kisah perjalanan Raja Hayam Wuruk ketika berkunjung ke daerah
kekuasaannya di Jawa Timur beserta daftar candi-candi yang ada.
d. Kehidupan keagamaan dengan upacara-upacara sakralnya,
misalnya upacara Srrada untuk menghormati roh Gayatri dan
menambah kesaktian raja.
2. Kitab Sutasoma karangan Empu Tantular. Kitab tersebut berisi riwayat
Sutasoma, seorang anak raja yang menjadi pendeta Buddha.
3. Kitab Arjunawijaya karangan Empu Tantular. Kitab tersebut berisi tentang
riwayat raja raksasa yang berhasil ditundukkan ole Raja Arjunasasrabahu.
4. Kitab Kunjarakarna dan Parthayajna, tidak jelas siapa pengarangnya. Kitab
itu berisi kisah raksasa Kunjarakarna yang ingin menjadi manusia, dan

JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA
pengembaraan Pandawa di hutan karena kalah bermain dadu dengan
Kurawa.

Kehidupan Agama Di Kerajaan Majapahit


Pada masa Kerajaan Majapahit berkembang agama Hindu Syiwa dan Buddha.
Kedua umat beragama itu memiliki toleransi yang besar sehingga tercipta
kerukunan umat beragama yang baik. Raja Hayam Wuruk beragama Syiwa,
sedangkan Gajah Mada beragama Buddha. Namun, mereka dapat bekerja sama
dengan baik. Rakyat ikut meneladaninya, bahkan Empu Tantular menyatakan
bahwa kedua agama itu merupakan satu kesatuan yang disebut Syiwa-Buddha.
Hal itu ditegaskan lagi dalam Kitab Sutasoma dengan kalimat Bhinneka Tunggal
Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa. Artinya, walaupun beraneka ragam, tetap
dalam satu kesatuan, tidak ada agama yang mendua. Urusan keagamaan
diserahkan kepada pejabat tinggi yang disebut Dharmmaddhyaksa. Jabatan itu
dibagi dua, yaitu Dharmmaddhyaksa Ring Kasaiwan untuk urusan agama Syiwa
dan Dharmmaddhyaksa Ring Kasogatan untuk urusan agama Buddha. Kedua
pejabat itu dibantu oleh sejumlah pejabat keagamaan yang disebut
dharmmaupatti. Pejabat itu, pada zaman Hayam Wuruk yang terkenal ada tujuh
orang yang disebut sang upatti sapta. Di samping sebagai pejabat keagamaan,
para upatti juga dikenal sebagai kelompok cendekiawan atau pujangga. Misalnya,
Empu Prapanca adalah seorang Dharmmaddhyaksa dan juga seorang pujangga
besar dengan kitabnya Negarakertagama. Untuk keperluan ibadah, raja juga
melakukan perbaikan dan pembangunan candi-candi.

Sejarah Runtuhnya/Jatuhnya Kerajaan Majapahit


Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit
berangsur-angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389,
Majapahit memasuki masa kemunduran akibat konflik perebutan takhta. Pewaris
Hayam Wuruk adalah putri mahkota Kusumawardhani, yang menikahi sepupunya
sendiri, pangeran Wikramawardhana. Hayam Wuruk juga memiliki seorang putra
dari selirnya Wirabhumi yang juga menuntut haknya atas takhta. Perang saudara
yang disebut Perang Paregreg diperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406, antara
Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Perang ini akhirnya dimenangi
Wikramawardhana, semetara Wirabhumi ditangkap dan kemudian dipancung.
Tampaknya perang saudara ini melemahkan kendali Majapahit atas daerah-
daerah taklukannya di seberang. Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana,
serangkaian ekspedisi laut Dinasti Ming yang dipimpin oleh laksamana Chaeng
Ho, seorang jenderal muslim China, tiba di Jawa beberapa kali antara kurun waktu
1405 sampai 1433.
Sejak tahun 1430 ekspedisi Cheng Ho ini telah menciptakan komunitas muslim
China dan Arab di beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di
Semarang, Demak, Tubah dan Ampel; maka Islam pun mulai memiliki pijakan di

JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA
pantai utara Jawa Wikramawardhana memerintah hingga tahun 1426, dan
diteruskan oleh putrinya, Ratu Suhita, yang memerintah pada tahun 1426 sampai
1447. Ia adalah putri kedua Wikramawardhana dari seorang selir yang juga putri
kedua Wirabhumi. Pada 1447, Suhita mangkat dan pemerintahan dilanjutkan oleh
Kertawijaya, adik laki-lakinya. Ia memerintah hingga tahun 1451. Setelah
Kertawijaya wafat, Bhere Pamotan menjadi raja dengan gelar Rajasawardhana
dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 AD. Terjadi jeda waktu
tiga tahun tanpa raja akibat krisis pewarisan takhta. Girisawardhana, putra
Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kemudian wafat pada 1466 dan digantikan
oleh Singhawikramawardhana. Pada 1468 pangeran Kertabhumi memberontak
terhadap Singhawikramawardhana dan mengangkat dirinya sebagai raja
Majapahit. Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar
agama sudah mulai memasuki Nusantara. Pada akhir abad ke-14 dan awal abad
ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai berkurang. Pada saat
bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan Islam, yaitu
Kesultanan Malaka, mulai muncul di bagian barat Nusantara. Di bagian barat
kemaharajaan yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa lagi membendung
kebangkitan Kesultanan Malaka yang pada pertengahan abad ke-15 mulai
menguasai Selat Malaka dan melebarkan kekuasaannya ke Sumatera.
Sementara itu beberapa jajahan dan daerah taklukan Majapahit di daerah
lainnya di Nusantara, satu per satu mulai melepaskan diri dari kekuasaan
Majapahit. Sebuah tampilan model kapal Majapahit di Museum Negara Malaysia,
Kuala Lumpur Malaysia Singhawikramawardhana memindahkan ibu kota kerajaan
lebih jauh ke pedalaman di Daha (bekas ibu kota Kerajaan Kediri) dan terus
memerintah di sana hingga digantikan oleh putranya Ranawijaya pada tahun 1474.
Pada 1478 Ranawijaya mengalahkan Kertabhumi dan mempersatukan kembali
Majapahit menjadi satu kerajaan. Ranawijaya memerintah pada kurun waktu 1474
hingga 1519 dengan gelar Girindrawardhana. Meskipun demikian kekuatan
Majapahit telah melemah akibat konflik dinasti ini dan mulai bangkitnya
kekuatan kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa. Waktu berakhirnya
Kemaharajaan Majapahit berkisar pada kurun waktu tahun 1478 (tahun 1400 saka,
berakhirnya abad dianggap sebagai waktu lazim pergantian dinasti dan
berakhirnya suatu pemerintahan) hingga tahun 1527. Dalam tradisi Jawa ada
sebuah Kronogram atau candasengkala yang berbunyi sirna ilang kretaning bumi.
Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca sebagai
0041, yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini adalah “sirna
hilanglah kemakmuran bumi”. Namun demikian yang sebenarnya digambarkan
oleh candrasengkala tersebut adalah gugurnya Bhre Kertabumi, raja ke-11
Majapahit, oleh Girindrawardhana. prasasti Jiyu dan Petak, Ranawijaya mengaku
bahwa ia telah mengalahkan Kertabhumi dan memindahkan ibu kota ke Daha
(Kediri). Peristiwa ini memicu perang antara Daha dengan Kesultanan Demak,
karena penguasa Demak adalah keturunan Kertabhumi. Peperangan ini dimenangi

JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA
Demak pada tahun 1527. Sejumlah besar abdi istana, seniman, pendeta, dan
anggota keluarga kerajaan mengungsi ke pulau Bali. Pengungsian ini
kemungkinan besar untuk menghindari pembalasan dan hukuman dari Demak
akibat selama ini mereka mendukung Ranawijaya melawan Kertabhumi. Dengan
jatuhnya Daha yang dihancurkan oleh Demak pada tahun 1527, kekuatan kerajaan
Islam pada awal abad ke-16 akhirnya mengalahkan sisa kerajaan Majapahit.
Demak dibawah pemerintahan Raden (kemudian menjadi Sultan) Patah (Fatah),
diakui sebagai penerus kerajaan Majapahit. Menurut Babad Tanah Jawi dan tradisi
Demak, legitimasi Raden Patah karena ia adalah putra raja Majapahit Brawijaya V
dengan seorang putri China. Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis (Tome
Pires), dan Italia (Pigafetta) mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan
kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus,
penguasa dari Kesultanan Demak, antara tahun 1518 dan 1521 M.Demak
memastikan posisinya sebagai kekuatan regional dan menjadi kerajaan Islam
pertama yang berdiri di tanah Jawa. Saat itu setelah keruntuhan Majapahit, sisa
kerajaan Hindu yang masih bertahan di Jawa hanya tinggal kerajaan Blambangan
di ujung timur, serta Kerajaan Sunda yang beribukota di Pajajaran di bagian
barat. Perlahan-lahan Islam mulai menyebar seiring mundurnya masyarakat
Hindu ke pegunungan dan ke Bali. Beberapa kantung masyarakat Hindu Tengger
hingga kini masih bertahan di pegunungan Tengger, kawasan Bromo dan Semeru.

Letak dan Wilayah Peta Kerajaan Majapahit


Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia,
yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan Majapahit
Didirikan tahun 1294 oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardana
yang merupakan keturunan Ken Arok raja Singosari. Kerajaan Majapahit adalah
kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai
salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Kekuasaannya
terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia
timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.

Kebudayaan Kerajaan Majapahit


Nagarakertagama menyebutkan budaya keraton yang adiluhung dan anggun,
dengan cita rasa seni dan sastra yang halus, serta sistem ritual keagamaan yang
rumit. Peristiwa utama dalam kalender tata negara digelar tiap hari pertama bulan
Caitra (Maret-April) ketika semua utusan dari semua wilayah taklukan Majapahit
datang ke istana untuk membayar upeti atau pajak. Kawasan Majapahit secara
sederhana terbagi dalam tiga jenis: keraton termasuk kawasan ibukota dan
sekitarnya; wilayah-wilayah di Jawa Timur dan Bali yang secara langsung
dikepalai oleh pejabat yang ditunjuk langsung oleh raja; serta wilayah-wilayah

JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA
taklukan di kepulauan Nusantara yang menikmati otonomi luas. Perkembangan
budaya di Kerajaan Majapahit dapat diketahui dari peninggalan-peninggalan
berikut;

1. Candi
Candi peninggalan Kerajaan Majapahit antara lain Candi Panataran (Blitar),
Candi Tegalwangi dan Surawana (Pare, Kediri), Candi Sawentar (Blitar),
Candi Sumberjati (Blitar), Candi Tikus (Trowulan), dan bangunan-bangunan
purba lainnya, terutama yang terdapat di daerah Trowulan.

2. Sastra
Hasil sastra zaman Majapahit dapat kita bedakan menjadi, Sastra zaman
Majapahit awal, hasil sastra pada zaman ini adalah: Kitab Negarakartagama
karangan Mpu Prapanca (1365 M), Kitab Sutasoma dan Kitab Arjunawiwaha
karangan Mpu Tantular, Kitab Kunjarakarna tidak diketahui pengarangnya.
Sastra zaman Majapahit akhir, hasil sastra pada zaman Majapahit akhir
ditulis dalam bahasa Jawa Tengah, diantaranya ada yang ditulis dalam
bentuk tembang (kidung) dan gancaran (prosa). Hasil sastra terpenting
antara lain:
a. Kitab Pararaton, menceritakan riwayat raja-raja Singhasari dan
Majapahit
b. Kitab Sundayana, menceritakan Peristiwa Bubat
c. Kitab Sorandaka, mencerikatan Pemberontakan Sora
d. Kitab Ranggalawe, menceritakan pemberontakan Ranggalawe
e. Panjiwijayakrama, menguraikan riwayat Raden Wijaya sampai menjadi
raja
f. Kitab Usana Jawa, tentang penaklukan Pulau Bali oleh Gajah Mada dan
Aryadamar, pemindahan keraton Majapahit ke Gelgel, dan penumpasan
raja raksasa Maya Denawa
g. Kitab Usana Bali, tentang kekacauan di Pulau bali akibat keganasan
Maya Denawa yang akhirnya dibunuh oleh dewa.

Struktur Sistem Pemerintahan Kerajaan Majapahit


Majapahit memiliki struktur pemerintahan dan susunan birokrasi yang teratur
pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dan tampak struktur dan birokrasi
tersebut tidak banyak berubah selama perkembangan sejarahnya. Raja dibantu
oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan dengan para
putra dan kerabat dekat raja memiliki kedudukan tinggi. Perintah raja biasanya
diturunkan kepada pejabat-pejabat dibawah, antara lain :
1. Rakryan Mahamantri Katrini biasa dijabat putra-putra raja
2. Rakryan Mantri Pakiran dewan menteri yang melaksanakan
pemerintahan.

JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah
SEJARAH PEMINATAN
KERAJAAN MARITIM MASA HINDU BUDHA
3. Dharmmadhyaksa para pejabat hukum keagamaan
4. Dharmmaupapatti para pejabat keagaamaan

Sistem Perekonomian Kerajaan Majapahit


Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan.
Pajak dan denda dibayarkan dalam uang tunai. Ekonomi Jawa telah sebagian
mengenal mata uang sejak abad ke-8 pada masa kerajaan Medang yang
menggunakan butiran dan keping uang emas dan perak. Sekitar tahun 1300, pada
masa pemerintahan raja pertama Majapahit, sebuah perubahan moneter penting
terjadi: keping uang dalam negeri diganti dengan uang “kepeng” yaitu keping uang
tembaga impor dari China. Pada November 2008 sekitar 10.388 keping koin China
kuno seberat sekitar 40 kilogram digali dari halaman belakang seorang penduduk
di Sidoarjo.

Sistem Kepercayaan Kerajaan Majapahit


Kepercayaan Siwa-Budha sudah ada sejak jaman Singasari abad XI,
kemulaan dianut di Nusantara pada jaman Majapahit yang telah berhasil
menyatukan seluruh Nusantara dengan “ Bhinneka Tunggal Ika Tanhana Dharma
Mangruwa “. Setalah Majapahit runtuh pada abad XV 1500 M, Kepercayaan Siwa-
Budha tidak menonjol lagi di Jawa. Tetapi di pulau Bali yang tidak tersentuh Aliran
Kepercayaan lain, Siwa-Budha tetap lestari dianut oleh para keturunan Majapahit.
Kepercayaan Siwa-Budha adalah penghormatan kepada leluhur dimana jaman
dahulu orang mati dibakar dan abunya dilarung ke sungai atau laut agar kembali
ke alam Mokswa atau Tuhan Yang Maha Esa. Titik awal persatuaan Siwa-Budha
memang pada jaman Majapahit dimana Pemujaan Roh Leluhur Bhatara Brahma
Raja yang aliran Siwa mempunyai istri Putri Cina yang beraliran Budha dan
kemudian menjadi cikal-bakal kawitan Majapahit.

Silahkan simak penjelasan video berikut ini untuk memperjelas


pemahamanmu mengenai sejarah Kerajaan Majapahit. Klik Video tentang
Kerajaan Majapahit

JASMERAH!
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah

Anda mungkin juga menyukai