Samarinda. Hal ini diketahui dari penemuan prasasti-prasasti Yupa di lokasi tersebut. Dari prasasti-prasasti yang ditemukan, tidak
hanya lokasi, tetapi juga diketahui dari corak yang dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu dan India.
Kebudayaan tersebut turut serta memengaruhi penamaan raja, tulisan, hingga bahasa yang digunakan dalam prasasti yang
pemerintahan lantas berubah menjadi kerajaan setelah ada pengaruh Hindu yang memasuki wilayah tersebut.
Dengan demikian, Kudungga menunjuk dirinya sebagai raja dan sejak saat itu, pergantian raja dilakukan sesuai dengan garis
keturunannya.Kudungga adalah nama asli Indonesia, sementara raja-raja selanjutnya menggunakan nama-nama yang diambil dari
nama India.
Setelah Kudungga wafat, penerus takhta adalah anaknya, Aswawarman. Pada masa pemerintahan Aswawarman, diketahui bahwa
kerajaan ini mengalami perluasan wilayah. Hal ini diketahui dari upacara Asmawedha yang dilakukan pada pemerintahannya,
sebuah upacara yang dilakukan di India pada masa pemerintahan Raja Samudragupta dalam rangka memperluas wilayah juga.
Aswawarman yang wafat digantikan oleh anaknya, Mulawarman. Nah, pada masa pemerintahan Mulawarman-lah Kerajaan ini
mengalami masa kejayaan yang menjadikan rakyat dapat hidup makmur dan sejahtera. Karena kejayaan ini, banyak pula
Setelahnya, tidak ada raja yang dapat melebihi kejayaan Mulawarman. Total raja yang pernah memimpin kerajaan ini berjumlah
main, lho, Quipperian. Disebutkan bahwa sang raja menghadiahkan sebanyak 20.000 ekor sapi.
Hal ini menandakan bahwa kerajaan ini memiliki bidang peternakan yang kuat. Letaknya yang berada di tepi sungai juga
Sementara itu, kehidupan sosial Kerajaan Kutai (masyarakat) mendapatkan pengaruh yang kuat dari kebudayaan India. Dikatakan
demikian karena adanya sistem kasta yang terbentuk pada kerajaan. Sebanyak 20.000 ekor sapi yang kita bahas barusan adalah
hadiah dari Raja Mulawarman untuk kaum brahmana dalam tanah suci yang bernama Wapreskeswara.
Masih ingat dengan upacara Asmawedha yang dilakukan pada masa pemerintahan Raja Aswawarman? Tidak hanya itu, ada
banyak upacara lainnya juga, misalnya upacara Vratyastoma yang adalah upacara penyucian diri agar bisa masuk ke kasta ksatria.
-Apa Saja Peninggalan Kerajaan Kutai?
Pada masa pemerintahan Raja Dharma Setia (raja terakhir) , terjadi peperangan melawan Kerajaan Kutai Kertanegara adalah
Perbedaan yang mencolok di antara keduanya adalah corak Hindu dan Islam pada masing-masing kerajaan. Kerajaan Kutai
Kertanegara sendiri berdiri lebih baru, yakni pada abad ke-13 Masehi.
Kekalahan pada perang yang menewaskan sang raja menjadikan dua kerajaan melebur jadi satu, yaitu Kerajaan Kutai
Setelah berganti kepemimpinan, terdapat 7 prasasti Yupa peninggalan Kerajaan Kutai, beberapa senjata seperti Keris Bukit,
serta beberapa perhiasan seperti Kalung Ciwa dan patung kura-kura yang terbuat dari emas.
2. Dari Yupa diketahui pula corak kehidupan politik, ekonomi, sosial dan
budaya Kerajaan Kutai.
A.Kehidupan Ekonomi
Kehidupan ekonomi Kerajaan Kutai diperkirakan sudah maju. Hal itu terbukti dengan adanya
kesanggupan pihak kerajaan memberikan sedekah berupa 20.000 ekor sapi kepada para brahmana.
Kemampuan ini menunjukkan masyarakat Kutai bermata pencaharian sebagai peternak, terutama sapi.
Mata pencaharian lainnya adalah bertani dan berdagang, mengingat letak Kutai yang berada di tepi
Sungai Mahakam yang subur. Jalur lalu lintas perdagangan lokal saat itu diperkirakan sudah
memanfaatkan jalur Sungai Mahakam. Bahkan, diperkirakan sudah terjadi hubungan dagang internasional
yang menggunakan jalur lalu lintas dari India, Selat Malaka, Laut Jawa, Selat Makassar, dan terus ke
Filipina atau ke Cina.Sungai Mahakam yang digunakan sebagai lalu lintas perdagangan kerajaan kutai
B.Sistem Politik
Raja pertama dari Kerajaan Kutai adalah Raja Kundungga. Dari namanya jelas bukan nama Sanskerta, tetapi nama Indonesia
asli. Kundungga diduga seorang kepala suku penduduk asli yang belum banyak terpengaruh budaya India. Namun, raja-raja
yang berikutnya berbudaya India, dan memakai nama Sanskerta, yaitu Aswawarman dan Mulawarman.
Jadi, Raja Aswawarman adalah orang Indonesia asli yang telah menerima pengaruh Hindu, kemudian memeluk agama Hindu
dan mendirikan dinasti/keluarga Kutai. Raja Kundungga tidak dianggap sebagai pendiri dinasti karena pengertian keluarga raja
pada waktu itu terbatas kepada keluarga kerajaan yang telah menyerap kebudayaan India di dalam kehidupan sehari-harinya.
Raja Mulawarman telah dapat menciptakan stabilitas politik karena salah satu prasasti yupa menyebutkan bahwa Raja
Mulawarman adalah raja yang bijaksana, kuat, dan berkuasa. Selain itu, raja dapat menjalin hubungan yang baik dengan kaum
brahmana, terbukti dari sikap Raja Mulawarman yang memberikan sedekah sebanyak 20.000 ekor sapi kepada para brahmana.
C. Sosial Budaya
Berdasarkan prasasti-prasasti yupa di Kutai telah berkembang suatu masyarakat yang memiliki kebudayaan hasil perpaduan
antara unsur budaya India dan unsur budaya lokal. Hal ini dapat dilihat dari golongan masyarakat yang menguasai bahasa
Sanskerta dan dapat menulis huruf Pallawa, yaitu golongan brahmana.
Golongan lainnya adalah golongan ksatria yang terdiri dari kerabat Raja Mulawarman. Di luar kedua golongan brahmana dan
ksatria, terdapat golongan lain yang pada umumnya adalah rakyat Kutai purba. Golongan itu merupakan penduduk setempat
yang masih memegang teguh agama asli leluhur mereka.