Anda di halaman 1dari 39

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tak dipungkiri bahwa Indonesia sangat mudah menerima masuknya kebudayaan
Hindu dan Budha. Masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Budha dari India ke
Indonesia berpengaruh besar terhadap perkembangan kebudayaan Indonesia.
Unsure-unsur kebudayaan Hindu-Budha tersebut berpadu dengan kebudayaan asli
Indonesia (terjadi proses akulturasi budaya dan proses sinkretisme kepercayaan). 

Oleh karena itu, masuknya agama dan kebudayaan Hindu dan Budha membawa
perubahan-perubahan diberbagai aspek kehidupan, baik social, ekonomi, budaya
termasuk pada bidang birokrasi pemerintahan dengan munculnya kerajaan-
kerajaan Hindu dan Budha di Indonesia.

 Di Indonesia sendiri banyak peninggalan sejarah yang berunsur Hindu seperti
candi, yupa, prasasti dan kerajaan. Salah satu peninggalan dari kebudayaan Hindu
adalah Kerajaan Kutai. Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu tertua di
Indonesia. Kerajaan Kutai diperkirakan muncul pada abad 5 M atau kurang lebih
400 M. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur (dekat kota
Tenggarong) tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama Kutai diambil dari nama
tempat ditemukannya prasasti yang menggambarkan kerajaan tersebut. Nama
Kutai diberikan oleh para ahli karena tidak ada prasasti yang jelas menyebutkan
nama kerajaan ini. Karena memang sedikit informasi yang dapat diperoleh akibat
kurangnya sumber sejarah.

Keberadaan kerjaan tersebut diketahui berdasarkan sumber berita yang ditemukan


yaitu berupa prasasti yang berbentuk yupa atau tiang batu yang berjumlah 7 buah.
Yupa yang menggambarkan huruf Pallawa dan bahasa sansererta tersebut, dapat
disimpulkan tentang keberadaan Kerajaan Kutai dalam berbagai aspek
kebudayaan antara lainpolitik, social, dan budaya.
Adapun isi prasasti tersebut menyatakan bahwa raja pertama kerajaan Kutai
bernama Kudungga. Ia mempunyai seorang putra bernama Aswarman yang
disebut sebagai wamsakerta (pembentuk keluarga). Setelah meninggal Aswarman
digantikan oleh Mulawarman. Penggunaan nama tersebut membuktikan bahwa
telah masuknya pengaruh ajaran hindu dalam kerajaan Kutai dan hal tersebut
membuktikan bahwa raja raja Kutai adalah orang asli Indonesia yang telah
memeluk agama Hindu.

1.2. Rumusan  masalah


a. Bagaimana Kehidupan Sosial, Ekonomi, Politik dan Budaya Kerajaan
Kutai?
b. Apa saja Peninggalan Kerajaan Kutai?
c. Masa Kejayaan Kerajaan Kutai?
d. Masa Keruntuhan Kerajaan Kutai?
e. Garis Keturunan Kerajaan Kutai?
BAB II
ISI

2.1. Kehidupan Sosial, Ekonomi, Politik dan Budaya Kerajaan Kutai

1. Kehidupan Politik
Kehidupan politik yang dijelaskan dalam yupa bahwa raja terbesar Kutai adalah
Mulawarman, putra Aswawarman dan Aswawarman adalah putra Kudungga.
Dalam yupa dijelaskan bahwa Aswawarman disebut sebagai Dewa Matahari dan
pendiri keluarga raja. Hal ini berarti Aswawarman sudah menganut agama Hindu
dan dipandang sebagai pendiri keluarga. Berikut adalah penjelasan mengenai raja
- raja di Kutai.

   a) Raja Kudungga


   Raja Kudungga adalah raja pertama yang berkuasa di Kerajaan Kutai. Tetapi,
apabila dilihat dari nama Raja yang masih menggunakan nama Indonesia, para
ahli berpendapat bahwa pada masa pemerintahan Raja Kudungga berpendapat
bahwa pada masa pemerintahan Raja Kudungga pengaruh Hindu baru masuk ke
wilayahnya. Kedudukan Raja Kudungga pada awalnya adalah kepala suku.

b) Aswawarman
   Aswawarman adalah raja pertama Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu. Ia juga
diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar
Wangsakerta, yang artinya pembentuk keluarga. Aswawarman memiliki 3 orang
putra dan salah satunya adalah Mulawarman.

 c) Mulawarman
   Mulawarman kental dengan pengaruh bahasa Sanskerta jika dilihat dari cara
penulisannya. Mulawarman adalah raja terbesar dari Kerajaan Kutai. Di bawah
pemerintahannya, Kerajaan Kutai mengalami masa yang gemilang. Dari Yupa
diketahui bahwa masa pemerintahan Mulawarman, kerajaan Kutai mengalami
masa keemasan. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah
Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur.
2. Kehidupan Sosial
   Dalam kehidupan sosial terjalin hubungan yang harmonis antara Raja
Mulawarman dengan Kaum Brahmana, seperti yang dijelaskan dalam Yupa,
bahwa Raja Mulawarman memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada Kaum
Brahmana di dalam tanah yang suci bernama Waprakeswara. Istilah
Waprakeswara tempat suci untuk memuja Dewa Siwa.

3. Kehidupan Ekonomi
   Kehidupan ekonomi di kutai disebutkan dalam salah satu prasasti bahwa Raja
Mulawarman telah mengadakan upacara korban emas dan menghadiahkan 20.000
ekor sapi untuk golongan Brahmana. Tidak diketahui secara pasti asal emas dan
sapi tersebut diperoleh. Apabila emas dan sapi tersebut didatangkan dari tempat
lain, bisa disimpulkan bahwa kerajaan Kutai telah melakukan kegiatan dagang.

4. Kehidupan Budaya
   Dalam kehidupan budaya Kerajaan Kutai sudah maju. Hal ini dibuktikan
melalui upacara penghinduan yang disebut Vratyastoma. Pada masa Mulawarman
upacara penghinduan tersebut dipimpin oleh pendeta Brahmana dari orang
Indonesia asli. Adanya kaum Brahmana asli orang Indonesia membuktikan bahwa
kemampuan intelektualnya tinggi, terutama penguasaan terhadap bahasa
Sanskerta.

2.2. Peninggalan Kerajaan Kutai

Mengenal peninggalan kerajaan kutai menjadi hal wajib bagi para pelajar
indonesia. Peninggalan-peninggalan kerajaan Kutai diantaranya yaitu:

1. Prasasti Yupa
Prasasti Yupa merupakan salah satu bukti sejarah Kerajaan Kutai yang paling tua.
Dari prasasti inilah diketahui tentang adanya Kerajaan Kutai di Kalimantan. Di
dalam prasasti ini terdapat tulisan-tulisan yang menggunakan bahasa Sansekerta
dan juga aksara/huruf Pallawa.

Isi dari Prasasti Yupa mengungkapkan sejarah dari Kerajaan Hindu yang berada di
Muara Kaman, di hulu Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Secara garis besar
prasasti tersebut menceritakan tentang kehidupan politik, sosial dan budaya
Kerajaan Kutai.

2. Ketopong Sultan

Ketopong adalah mahkota yang biasa dipakai oleh Sultan Kerajaan Kutai yang
terbuat dari emas. Ketopong ini memiliki berat 1,98 kg dan saat ini masih
tersimpan di Museum Nasional Jakarta. Benda bersejarah yang satu ini ditemukan
di Mura Kaman, Kutai Kartanegara pada tahun 1890. Sedangkan yang dipajang di
Museum Mulawarman merupakan ketopong tiruan.

3. Kalung Ciwa
Peninggalan sejarah berikutnya adalah Kalung Ciwa yang ditemukan oleh
pemerintahan Sultan Aji Muhammad Sulaiman. Kalung ini ditemukan oleh
seorang penduduk di sekitar Danau Lipan Muara Kaman pada tahun 1890. Saat
ini Kalung Ciwa masih digunakan sebagai perhiasan oleh sultan dan hanya
dipakai ketika ada pesta penobatan sultan baru.

4. Kura-kura Emas

Bukti sejarah Kerajaan Kutai yang satu ini cukup unik, karena berwujud kura-kura
emas. Benda bersejarah ini saat ini berada di Museum Mulawarman. Benda yang
memiliki ukuran sebesar kepalan tangan ini ditemukan di daerah Long Lalang,
daerah yang berada di hulu Sungai Mahakam.

Dari riwayat yang diketahui benda ini merupakan persembahan dari seorang
pangeran dari Kerajaan China untuk Putri Raja Kutai, Aji Bidara Putih. Kura-kura
emas ini merupakan bukti dari pangeran tersebut untuk mempersunting sang putri.

5. Pedang Sultan Kutai


Pedang Sultan Kutai terbuat dari emat padat. Pada gagang pedang terdapat ukiran
gambar seekor harimau yang siap untuk menerkam mangsanya. Sedang pada
bagian ujung pedang terdapat hiasan seekor buaya. Untuk melihat benda ini kamu
harus berkunjung ke Museum Nasional di Jakarta

6. Keris Bukit Kang

Kering Bukit Kang merupakan keris yang digunakan oleh Permaisuri Aji Putri
Karang Melenu, permaisuri Raja Kutai Kartanegara yang pertama. Berdasarkan
cerita dari masyarakat menyebutkan bahwa putri ini merupakan putri yang
ditemukan dalam sebuah gong yang hanyut di atas bambu. Di dalam gong tersebut
terdapat bayi perempuan, telur ayam dan sebuah kering. Kering ini diyakini
sebagai Keris Bukit Kang.

7. Singgasana Sultan
Singgasana Sultan adalah salah satu peninggalan sejarah Kerajaan Kutai yang
masih terjaga sampai saat ini. Benda ini diletakan di Museum Mulawarman.

Pada zaman dahulu Singgasana ini digunakan oleh Sultan Aji Muhammad
Sulaiman serta raja-raja Kutai sebelumnya. Singgasana Sultan ini dilengkapi
dengan payung serta umbul-umbul serta peraduan pengantin Kutai Keraton

2.3. Masa Kejayaan Kerajaan kutai

Sesuai dengan isi prasasti Yupa, Kerajaan Kutai mencapai puncak kejayaan pada
masa pemerintahan Raja Mulawarman. Dimana wilayah kekuasaanya hampir
seluruh wilayah Kalimantan Timur. Selain itu, raja ketiga dari Kerajaan Kutai ini
berhasil mensejahterakan kehidupan rakyatnya.

Raja Mulawarman adalah salah satu dari tiga anak Raja Aswawarman. Beliau
menjadi penerus pemegang tampuk pemerintahan kerajaan Kutai Martadipura.

Di masa pemerintahan Raja Mulawarman ini kerajaan mencapai masa kejayaan.


Hal ini karena beliau begitu bijaksana dan royal bagi hal-hal yang religius. Para
brahmana dihadiahi emas, tanah, dan ternak secara adil, pengadaan upacara
sedekah di tempat yang dianggap suci atau Waprakeswara.

Rakyat pun menghormati rajanya dengan menyelenggarakan kenduri demi


keselamatan raja. Kebesaran raja Mulawarman tertuang dalam tulisan-tulisan pada
tugu prasasti.

Prasasti Mulawarman terdiri dari 7 yupa yang isinya berupa puisi anustub, tetapi
hanya 4 yupa yang baru berhasil dibaca dan dialihbahasakan. Yupa adalah tugu
batu yang dipakai untuk menambatkan hewan kurban. Berikut ini adalah
transkripsi dari prasasti.
2.4. Masa Keruntuhan Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai berakhir pada saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma
Setia tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji
Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai
Martadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang saat itu ibukota di
Kutai Lama (Tanjung Kute).

Kutai Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa
Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam. Sejak
tahun 1735 kerajaan Kutai Kartanegara yang semula rajanya bergelar Pangeran
berubah menjadi bergelar Sultan (Sultan Aji Muhammad Idris) dan hingga
sekarang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.

Begitulah didalam sejarah tercatat, kerajaan kutai akhirnya mengalami


keruntuhan.

2.5. Garis Keturunan Kerajaan Kutai

Nama Maharaja Kudungga oleh para ahli sejarah ditafsirkan sebagai nama asli
orang Indonesia yang belum terpengaruh dengan nama budaya India. Sementara
putranya yang bernama Asmawarman diduga telah terpengaruh budaya Hindu.
Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa kata Warman berasal dari bahasa
Sanskerta. Kata itu biasanya digunakan untuk ahkiran nama-nama masyarakat
atau penduduk India bagian Selatan.

Nama-nama Raja Kerajaan Kutai :


1. Maharaja Kudungga, gelar anumerta Dewawarman (pendiri)
2. Maharaja Asmawarman (anak Kundungga)
3. Maharaja Mulawarman (anak Aswawarman)
4. Maharaja Marawijaya Warman
5. Maharaja Gajayana Warman
6. Maharaja Tungga Warman
7. Maharaja Jayanaga Warman
8. Maharaja Nalasinga Warman
9. Maharaja Nala Parana Tungga Warman
10. Maharaja Gadingga Warman Dewa
11. Maharaja Indra Warman Dewa
12. Maharaja Sangga Warman Dewa
13. Maharaja Candrawarman
14. Maharaja Sri Langka Dewa Warman
15. Maharaja Guna Parana Dewa Warman
16. Maharaja Wijaya Warman
17. Maharaja Sri Aji Dewa Warman
18. Maharaja Mulia Putera Warman
19. Maharaja Nala Pandita Warman
20. Maharaja Indra Paruta Dewa Warman
21. Maharaja Dharma Setia Warman
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Kerajaan Kutai berada di kalimantan Timur, yaitu di sungai hulu Mahakam.


Nama kerajaan ini disesuaikan dengan nama tempat penemuan  prasasti, yaitu
didaerah Kutai.
kaltim telah berdiri dan berkembang kerajaan yang mendapatkan pegaruh Hindu
adalah beberapa penemuan berupa batu bertulis atau Prasasti. Tulisan itu ada pada
tujuh tiang batu yang disebut Yupa. Yupa ini berfungsi utuk mengikat hewan
Korban. Korban itu merupakan pwersembahan rakyat kepada para Dewa yang
dipujanya.

Kehidupan sosial dan budayanya pun sangat menjujung tinggi nilai kebudayaan
yang ada. Kehidupan ekonomi masyarakat kutai sangat makmur, dengan bukti
bahwa Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan antara Cina dan India.
Kerajaan Kutai menjadi tempat yang menarik untuk disinggahi para pedagang.
Hal tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan perdagangan telah menjadi bagian
dari kehidupan masyarakat Kutai, disamping pertanian.
Keterangan tertulis pada prasasti yang mengatakan bahwa Raja Mulawarman
pernah memberikan hartanya berupa minyak dan 20.000 ekor sapi kepada para
Brahmana.
Masa keruntuhan Kerajaan Kutai runtuh ketika Raja Dharma Setia  tewas ditangan
Raja Kutai Kartanegara.  Raja Dhamarmasetia adalah anak dari Raja
Mulawarman, cucu dari Raja Asmawarman, buyut dari Raja Kudungga. Dan Raja
Dharma Setia adalah Raja terakhir diKerajaan Kutai

3.2.  SARAN

Kita sebagai masyarakat Indonesia harus mencintai budaya budaya yang ada saat
ini. Peninggalan-peninggalan yang begitu besar di Indonesia membuktikan bahwa
Indonesia adalah negeri yang kaya akan budaya. Dengan cara merawat,
melestarikan dan tidak merusak budaya yang ada itu juga merupakan bukti cinta
kita terhadapan peninggalan budaya diIndonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Akses Internet:

http://falah-kharisma.blogspot.co.id/2016/02/sejarah-kerajaan-kutai-
kehidupan.html

http://myschool039.blogspot.co.id/2015/10/makalah-kerajaan-kutai.html

http://samarindaguide.com/peninggalan-kerajaan-kutai/

http://kerajaan-singasari.blogspot.co.id/2013/10/masa-kejayaan-kerajaan-
kutai.html

http://jagosejarah.blogspot.co.id/2015/12/sejarah-kerajaan-kutai.html

http://kerajaan-singasari.blogspot.co.id/2013/10/sejarah-runtuhnya-kerajaan-
kutai.html

http://almaromikerajaankutai.blogspot.co.id/2016/09/makalah-kerajaan-kutai.html
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belum banyak bukti fisik mengenai Sriwijaya yang dapat ditemukan.
Tidak terdapat catatan lebih lanjut mengenai Sriwijaya dalam sejarah Indonesia;
masa lalunya yang terlupakan dibentuk kembali oleh sarjana asing. Tidak ada
orang Indonesia modern yang mendengar mengenai Sriwijaya sampai tahun 1920-
an, ketika sarjana Perancis George Cœdès mempublikasikan penemuannya dalam
surat kabar berbahasa Belanda dan Indonesia. Coedès menyatakan bahwa
referensi Tiongkok terhadap “San-fo-ts’i”, sebelumnya dibaca “Sribhoja”, dan
beberapa prasasti dalam Melayu Kuno merujuk pada kekaisaran yang sama.
Historiografi Sriwijaya diperoleh dan disusun dari dua macam sumber
utama; catatan sejarah Tiongkok dan sejumlah prasasti batu Asia Tenggara yang
telah ditemukan dan diterjemahkan. Catatan perjalanan bhiksu peziarah I Ching
sangat penting, terutama dalam menjelaskan kondisi Sriwijaya ketika ia
mengunjungi kerajaan itu selama 6 bulan pada tahun 671. Sekumpulan prasasti
siddhayatra abad ke-7 yang ditemukan di Palembang dan Pulau Bangka juga
merupakan sumber sejarah primer yang penting.
Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7;
seorang pendeta Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya
tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan. Prasasti yang paling tua mengenai
Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di
Palembang, bertarikh 682. Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah
bawahannya mulai menyusut dikarenakan beberapa peperangan diantaranya
serangan dari raja Dharmawangsa Teguh dari Jawa di tahun 990, dan tahun
1025 serangan Rajendra Chola I dari Koromandel, selanjutnya tahun 1183
kekuasaan Sriwijaya dibawah kendali kerajaan Dharmasraya.Setelah Sriwijaya
jatuh, kerajaan ini terlupakan dan eksistensi Sriwijaya baru diketahui secara resmi
tahun 1918 oleh sejarawan Perancis George Cœdès dari École française
d’Extrême-Orient
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya kerajaan Sriwijaya?
2. Bagaimana kehidupan politik, sosial, ekonomi, dan agama kerajaan
Sriwijaya?
3. Kapankah masa keemasan kerajaan Sriwijaya?
4. Bagaimana penyebab runtuhnya kerajaan Sriwijaya?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya kerajaan Sriwijaya


2. Untuk mengetahui kehidupan politik, sosial, ekonomi, dan agama kerajaan
Sriwijaya?
3. Untuk mengetahui masa keemasan kerajaan Sriwijaya?
4. Untuk mengetahui penyebab runtuhnya kerajaan Sriwijaya?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Sriwijaya


Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan dan merupakan negara bahari,
namun kerajaan ini tidak memperluas kekuasaannya di luar wilayah kepulauan
Asia Tenggara, dengan pengecualian berkontribusi untuk populasi Madagaskar
sejauh 3.300 mil di barat. Beberapa ahli masih memperdebatkan kawasan yang
menjadi pusat pemerintahan Sriwijaya, selain itu kemungkinan kerajaan ini biasa
memindahkan pusat pemerintahannya, namun kawasan yang menjadi ibukota
tetap diperintah secara langsung oleh penguasa, sedangkan daerah pendukungnya
diperintah oleh datu setempat.

1. Perjalanan Siddhayatra
Kemaharajaan Sriwijaya telah ada sejak 671 sesuai dengan catatan I Tsing.
Dari prasasti Kedukan Bukit pada tahun 682 di diketahui imperium ini di bawah
kepemimpinan Dapunta Hyang. Bahwa beliau berangkat dalam perjalanan suci
siddhayatra untuk “mengalap berkah”, dan memimpin 20.000 tentara dan 312
orang di kapal dengan 1.312 prajurit berjalan kaki dari Minanga Tamwan menuju
Jambi dan Palembang. Diketahui, Prasasti Kedukan Bukit adalah prasasti tertua
yang ditulis dalam bahasa Melayu. Para ahli berpendapat bahwa prasasti ini
mengadaptasi ortografi India untuk menulis prasasti ini. Pada abad ke-7 ini, orang
Tionghoa mencatat bahwa terdapat dua kerajaan yaitu Malayu dan Kedah menjadi
bagian kemaharajaan Sriwijaya.
Berdasarkan prasasti Kota Kapur yang berangka tahun 686 ditemukan di
pulau Bangka, kemaharajaan ini telah menguasai bagian selatan Sumatera, pulau
Bangka dan Belitung, hingga Lampung. Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Sri
Jayanasa telah melancarkan ekspedisi militer untuk menghukum Bhumi Jawa
yang tidak berbakti kepada Sriwijaya, peristiwa ini bersamaan dengan runtuhnya
Tarumanagara di Jawa Barat dan Holing (Kalingga) di Jawa Tengah yang
kemungkinan besar akibat serangan Sriwijaya. Kemungkinan yang dimaksud
dengan Bhumi Jawa adalah Tarumanegara. Sriwijaya tumbuh dan berhasil
mengendalikan jalur perdagangan maritim di Selat Malaka, Selat Sunda, Laut
China Selatan, Laut Jawa, dan Selat Karimata.

2. Penaklukan Kawasan
Ekspansi kerajaan ini ke Jawa dan Semenanjung Malaya, menjadikan
Sriwijaya mengendalikan simpul jalur perdagangan utama di Asia Tenggara.
Berdasarkan observasi, ditemukan reruntuhan candi-candi Sriwijaya di Thailand
dan Kamboja. Pada abad ke-7, pelabuhan Champa di sebelah timur Indochina
mulai mengalihkan banyak pedagang dari Sriwijaya. Untuk mencegah hal
tersebut, Maharaja Dharmasetu melancarkan beberapa serangan ke kota-kota
pantai di Indochina. Kota Indrapura di tepi sungai Mekong, di awal abad ke-8
berada di bawah kendali Sriwijaya. Sriwijaya meneruskan dominasinya atas
Kamboja, sampai raja Khmer Jayawarman II, pendiri kemaharajaan Khmer,
memutuskan hubungan dengan Sriwijaya pada abad yang sama.
Di akhir abad ke-8 beberapa kerajaan di Jawa, antara lain Tarumanegara
dan Holing berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Menurut catatan, pada masa ini
pula wangsa Sailendra bermigrasi ke Jawa Tengah dan berkuasa di sana. Pada
abad ini pula, Langkasuka di semenanjung Melayu menjadi bagian kerajaan. Pada
masa berikutnya, Pan Pan dan Trambralinga, yang terletak di sebelah utara
Langkasuka, juga berada di bawah pengaruh Sriwijaya. Setelah Dharmasetu,
Samaratungga menjadi penerus kerajaan. Ia berkuasa pada periode 792 sampai
835. Tidak seperti Dharmasetu yang ekspansionis, Samaratungga tidak melakukan
ekspansi militer, tetapi lebih memilih untuk memperkuat penguasaan Sriwijaya di
Jawa. Selama masa kepemimpinannya, ia membangun candi Borobudur di Jawa
Tengah yang selesai pada tahun 825.

B. Kehidupan Politik, Sosial, Ekonomi, Politik Kerajaan Sriwijaya


1. Kehidupan Politik
Kehidupan politik kerajaan Sriwijaya dapat ditinjau dari raja-raja yang
memerintah, wilayah kekuasaan, dan hubungannya dengan pihak luar negeri.
Setelah berhasil menguasai Palembang, ibukota Kerajaan Sriwijaya dipindahkan
dari Muara Takus ke Palembang. Dari Palembang, Kerajaan Sriwijaya dengan
mudah dapat menguasai daerah-daerah di sekitarnya seperti Pulau Bangka yang
terletak di pertemuan jalan perdagangan internasional, Jambi Hulu yang terletak di
tepi Sungai Batanghari dan mungkin juga Jawa Barat (Tarumanegara). Maka
dalam abad ke-7 M, Kerajaan Sriwijaya telah berhasil menguasai kunci-kunci
jalan perdagangan yang penting seperti Selat Sunda, Selat Bangka, Selat Malaka,
dan Laut Jawa bagian barat. Pada abad ke-8 M, perluasan Kerajaan Sriwijaya
ditujukan ke arah utara, yaitu menduduki Semenanjung Malaya dan Tanah
Genting Kra.
Pendudukan pada daerah Semenanjung Malaya memiliki tujuan untuk
menguasai daerah penghasil lada dan timah. Sedangkan pendudukan pada daerah
Tanah Genting Kra memiliki tujuan untuk menguasai lintas jalur perdagangan
antara Cina dan India. Hubungan dengan luar negeri. Kerajaan Sriwijaya menjalin
hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan di luar wilayah Indonesia, terutama
dengan kerajaan-kerajaan yang berada di India, seperti Kerajaan Pala/Nalanda di
Benggala. Raja Nalanda, Dewapala Dewa menghadiahi sebidang tanah untuk
pembuatan asrama bagi pelajar dari nusantara yang ingin menjadi ‘dharma’ yang
dibiayai oleh Balaputradewa.

2. Kehidupan Sosial
Letak Sriwijaya sangat strategis di jalur perdagangan antara India-Cina. Di
samping itu juga berhasil menguasai Selat Malaka yang merupakan urat nadi
perdagangan di Asia Tenggara, menjadikan Sriwijaya berhasil menguasai
perdagangan nasional dan internasional. Penguasaan Sriwijaya atas Selat Malaka
mempunyai arti penting terhadap perkembangan Sriwijaya sebagai negara
maritim, sebab banyak kapal-kapal asing yang singgah untuk menambah air
minum, perbekalan makanan dan melakukan aktivitas perdagangan. Sriwijaya
sebagai pusat perdagangan akan mendapatkan keuntungan yang besar dan akan
berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang hidup dari pelayaran dan
perdagangan.
3. Kehidupan Ekonomi
Di dunia perdagangan, Sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagangan
antara India dan Tiongkok, yakni dengan penguasaan atas Selat Malaka dan Selat
Sunda. Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya memiliki aneka komoditas seperti
kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, pala, kepulaga, gading, emas, dan timah, yang
membuat raja Sriwijaya sekaya raja-raja di India. Kekayaan yang melimpah ini
telah memungkinkan Sriwijaya membeli kesetiaan dari vassal-vassal-nya di
seluruh Asia Tenggara. Dengan berperan sebagai entreport atau pelabuhan utama
di Asia Tenggara, dengan mendapatkan restu, persetujuan, dan perlindungan dari
Kaisar China untuk dapat berdagang dengan Tiongkok, Sriwijaya senantiasa
mengelola jejaring perdagangan bahari dan menguasai urat nadi pelayaran antara
Tiongkok dan India.
Karena alasan itulah Sriwijaya harus terus menjaga dominasi
perdagangannya dengan selalu mengawasi dan jika perlu memerangi pelabuhan
pesaing di negara jirannya. Keperluan untuk menjaga monopoli perdagangan
inilah yang mendorong Sriwijaya menggelar ekspedisi militer untuk menaklukkan
bandar pelabuhan pesaing di kawasan sekitarnya dan menyerap mereka ke dalam
mandala Sriwijaya. Bandar Malayu di Jambi, Kota Kapur di pulau Bangka,
Tarumanagara dan pelabuhan Sunda di Jawa Barat, Kalingga di Jawa Tengah, dan
bandar Kedah dan Chaiya di semenanjung Melaya adalah beberapa bandar
pelabuhan yang ditaklukan dan diserap kedalam lingkup pengaruh Sriwijaya.
Disebutkan dalam catatan sejarah Champa adanya serangkaian serbuan angkatan
laut yang berasal dari Jawa terhadap beberapa pelabuhan di Champa dan
Kamboja. Mungkin angkatan laut penyerbu yang dimaksud adalah armada
Sriwijaya, karena saat itu wangsa Sailendra di Jawa adalah bagian dari mandala
Sriwijaya. Hal ini merupakan upaya Sriwijaya untuk menjamin monopoli
perdagangan laut di Asia Tenggara dengan menggempur bandar pelabuhan
pesaingnya. Sriwijaya juga pernah berjaya dalam hal perdagangan sedari tahun
670 hingga 1025 M.
Kejayaan bahari Sriwijaya terekam di relief Borobudur yaitu
menggambarkan Kapal Borobudur, kapal kayu bercadik ganda dan bertiang layar
yang melayari lautan Nusantara sekitar abad ke-8 Masehi. Fungsi cadik ini adalah
untuk menyeimbangkan dan menstabilkan perahu. Cadik tunggal atau cadik ganda
adalah ciri khas perahu bangsa Austronesia dan perahu bercadik inilah yang
membawa bangsa Austronesia berlayar di seantero Asia Tenggara, Oseania, dan
Samudra Hindia. Kapal layar bercadik yang diabadikan dalam relief Borobudur
mungkin adalah jenis kapal yang digunakan armada Sailendra dan Sriwijaya
dalam pelayaran antarpulaunya, kemaharajaan bahari yang menguasai kawasan
pada kurun abad ke-7 hingga ke-13 Masehi.
Selain menjalin hubungan dagang dengan India dan Tiongkok, Sriwijaya
juga menjalin perdagangan dengan tanah Arab. Kemungkinan utusan Maharaja
Sri Indrawarman yang mengantarkan surat kepada khalifah Umar bin Abdul-Aziz
dari Bani Umayyah tahun 718, kembali ke Sriwijaya dengan membawa hadiah
Zanji (budak wanita berkulit hitam), dan kemudian dari kronik Tiongkok
disebutkan Shih-li-fo-shih dengan rajanya Shih-li-t-‘o-pa-mo (Sri Indrawarman)
pada tahun 724 mengirimkan hadiah untuk kaisar Cina, berupa ts’engchi
(bermaksud sama dengan Zanji dalam bahasa Arab).
Pada paruh pertama abad ke-10, di antara kejatuhan dinasti Tang dan
naiknya dinasti Song, perdagangan dengan luar negeri cukup marak, terutama
Fujian, kerajaan Min dan kerajaan Nan Han dengan negeri kayanya Guangdong.
Tak diragukan lagi Sriwijaya mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini. Pada
masa inilah diperkirakan rakyat Sriwijaya mulai mengenal buah semangka
(Citrullus lanatus (Thunb.) Matsum. & Nakai), yang masuk melalui perdagangan
mereka.

4. Kehidupan Agama
Sebagai pusat pengajaran Buddha Vajrayana, Sriwijaya menarik banyak
peziarah dan sarjana dari negara-negara di Asia. Antara lain pendeta dari
Tiongkok I Tsing, yang melakukan kunjungan ke Sumatera dalam perjalanan
studinya di Universitas Nalanda, India, pada tahun 671 dan 695, I Tsing
melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi sarjana Buddha sehingga
menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Selain berita diatas, terdapat berita
yang dibawakan oleh I Tsing, dinyatakan bahwa terdapat 1000 orang pendeta
yang belajar agama Budha pada Sakyakirti, seorang pendeta terkenal di Sriwijaya.
Terdapat lebih dari 1000 pandita Buddhis di Sriwijaya yang belajar serta
mempraktikkan Dharma dengan baik. Mereka menganalisa dan mempelajari
semua topik ajaran sebagaimana yang ada di India; vinaya dan ritual-ritual mereka
tidaklah berbeda sama sekali [dengan yang ada di India]. Apabila seseorang
pandita Tiongkok akan pergi ke Universitas Nalanda di India untuk mendengar
dan mempelajari naskah-naskah Dharma auutentik, ia sebaiknya tinggal di
Sriwijaya dalam kurun waktu 1 atau 2 tahun untuk mempraktikkan vinaya dan
bahasa sansekerta dengan tepat.
Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India, pertama oleh
budaya Hindu kemudian diikuti pula oleh agama Buddha. Peranannya dalam
agama Budha dibuktikannya dengan membangun tempat pemujaan agama Budha
di Ligor, Thailand. Raja-raja Sriwijaya menguasai kepulauan Melayu melalui
perdagangan dan penaklukkan dari kurun abad ke-7 hingga abad ke-9, sehingga
secara langsung turut serta mengembangkan bahasa Melayu beserta
kebudayaannya di Nusantara.

C. Masa Keemasan Kerajaan Sriwijaya


Berdasarkan sumber catatan sejarah dari Arab, Sriwijaya disebut dengan
nama Sribuza. Pada tahun 955 M, Al Masudi, seorang musafir (pengelana)
sekaligus sejarawan Arab klasik menulis catatan tentang Sriwijaya. Dalam catatan
itu, digambarkan Sriwijaya adalah sebuah kerajaan besar yang kaya raya, dengan
tentara yang sangat banyak. Disebutkan kapal yang tercepat dalam waktu dua
tahun pun tidak cukup untuk mengelilingi seluruh pulau wilayahnya. Hasil bumi
Sriwijaya adalah kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, kayu cendana, pala,
kapulaga, gambir dan beberapa hasil bumi lainya.
Catatan lain menuliskan bahwa Sriwijaya maju dalam bidang agraris. Ini
disimpulkan dari seorang ahli dari Bangsa Persia yang bernama Abu Zaid Hasan
yang mendapat keterangan dari Sujaimana, seorang pedagang Arab. Abu Zaid
menulis bahwasanya Kerajaan Zabaj (Sriwijaya -sebutan Sriwijaya oleh bangsa
Arab pada masa itu-) memiliki tanah yang subur dan kekuasaan yang luas hingga
ke seberang lautan.

1. Hubungan dengan Wangsa Sailendra


Dari catatan sejarah dan bukti arkeologi, pada abad ke-9 Sriwijaya telah
melakukan kolonisasi di hampir seluruh kerajaan-kerajaan Asia Tenggara, antara
lain: Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan
Filipina. Dominasi atas Selat Malaka dan Selat Sunda, menjadikan Sriwijaya
sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan lokal yang
mengenakan bea dan cukai atas setiap kapal yang lewat. Sriwijaya mengumpulkan
kekayaannya dari jasa pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar
Tiongkok, dan India.

2. Sriwijaya Berkuasa di Jawa


Setelah Dharmasetu, Samaratungga menjadi Maharaja Sriwijaya
berikutnya. Dia memerintah sebagai penguasa pada kurun 792-835. Berbeda dari
Dharmasetu yang ekpansionis, Samaratungga tidak terjun dalam kancah ekspansi
militer, melainkan lebih suka untuk memperkuat pemerintahan dan pengaruh
Sriwijaya atas Jawa. Dia secara pribadi mengawasi pembangunan candi agung
Borobudur; sebuah mandala besar dari batu yang selesai pada 825, di masa
pemerintahannya. Menurut George Coedes, “pada paruh kedua abad kesembilan,
Jawa dan Sumatra bersatu di bawah kekuasaan wangsa Sailendra yang
memerintah di Jawa.
Dengan pusat perdagangan di Palembang.” Samaratungga seperti Rakai
Warak, tampaknya sangat dipengaruhi oleh kepercayaan Buddha Mahayana yang
cinta damai. Beliau berusaha untuk menjadi seorang penguasa yang welas asih.
Penggantinya adalah Putri Pramodhawardhani yang bertunangan dengan Rakai
Pikatan yang menganut aliran Siwa. Dia adalah putra Rakai Patapan, seorang
rakai (penguasa daerah) yang cukup berpengaruh di Jawa Tengah. Langkah politik
ini tampaknya sebagai upaya untuk mengamankan perdamaian dan kekuasaan
Sailendra di Jawa, dengan cara mendamaikan hubungan antara golongan Buddha
aliran Mahayana dengan penganut Hindu aliran Siwa.

D. Faktor Penyebab Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya


Kemunduran dan keruntuhan Kerajaan Sriwijaya disebabkan oleh
beberapa hal berikut.
1. Serangan Raja Dharmawangsa pada tahun 990 M, ketika itu yang berkuasa
di Sriwijaya ialah Sri Sudamani Warmadewa. Walaupun serangan ini tidak
berhasil, tetapi telah melemahkan Sriwijaya.
2. Serangan dari Kerajaan Colamandala yang diperintahkan oleh Raja
Rajendracoladewapada tahun 1023 dan 1030. Serangan ini ditujukan ke
semenanjung Malaka dan berhasil menawan raja Sriwijaya. Serangan
ketiga dilakukan pada tahun 1068 M dilakukan olehWirarajendra,
cucu Rajendracoladewa.
3. Pengiriman ekspedisi Pamalayu atas perintah Raja Kertanegara, 1275-
1292, yang diterima dengan baik oleh Raja Melayu
(Jambi), Mauliwarmadewa, semakin melemahkan kedudukan Sriwijaya.
4. Muncul dan berkembangnya kerajaan Islam Samudra Pasai yang
mengambil alih posisi Sriwijaya.
5. Serangan Kerajaan Majapahit dipimpin Adityawarman atas perintah
Mahapatih Gajah Mada pada tahun 1377 yang mengakibatkan Sriwijaya
menjadi taklukan Majapahit. Pendudukan yang dilakukan Kerajaan
Majapahit atas seluruh wilayah Sriwijaya pada tahun 1377. Pendudukan
tersebut dalam upaya mewujudkan kesatuan Nusantara.
6. Letak Kota Palembang semakin jauh dari laut. Akibat pengendapan
lumpur yang dibawa oleh Sungai Musi dan sungai lainya, akhirnya Kota
Palembang semakin jauh dari laut.
7. Berkurangnya kapal dagang yang singgah. Akibat semakin jauhnya Kota
Palembang dari laut menyebabkab daerah tersebut tidak strategis lagi.
Kapal-kapal dagang lebih memilih singgah di tempat lain. Hal tersebut
menyebabkan kegiatan perdagangan berkunrang dan pendapatan kerajaan
dari pajak menurun.
8. Banyak daerah yang melepaskan diri dari Sriwijaya. Akibat semakin
melemahnya perekonomian Kerajaan Sriwijaya maka penguasa kerajaan
tidak mampu lagi mengontrol daerah kekuasaanya. Daerah kekuasaan
Kerajaan Sriwijaya yang telah melepaskan diri adalah Jawa Tengah dan
Melayu.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sriwijaya adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau
Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan
berdasarkan peta membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya,
Sumatera, Jawa Barat dan kemungkinan Jawa Tengah. Dalam bahasa Sanskerta, sri berarti
“bercahaya” atau “gemilang”, dan wijaya berarti “kemenangan” atau “kejayaan”, maka
nama Sriwijaya bermakna “kemenangan yang gilang-gemilang”.
Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang
pendeta Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan
tinggal selama 6 bulan. Selanjutnya prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga
berada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682.
Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahannya mulai menyusut
dikarenakan beberapa peperangan di antaranya tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari
Koromandel, selanjutnya tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya di bawah kendali kerajaan
Dharmasraya.

B. Saran
Saran untuk para siswa agar jangan melupakan sejarah bangsa kita, dan berusaha
menjaga dan melestarikan peninggalan sejarah yang ada di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya
http://sejarahbudayanusantara.weebly.com/kerajaan-sriwijaya.html
http://kakakpintar.com/sejarah-kerajaan-sriwijaya-peninggalan-pendiri-prasasti-letak-
penyebab-runtuhnya
http://www.portalsejarah.com/sejarah-kerajaan-sriwijaya-kerajaan-maritim-terbesar.html
http://jagosejarah.blogspot.co.id/2015/06/sejarah-kerajaan-sriwijaya.html
https://doc.lalacomputer.com/makalah-kerajaan-sriwijaya/
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Singhasari atau Singasari, adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur yang


didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi kerajaan ini sekarang diperkirakan
berada di daerah Singasari, Malang.Berdasarkan prasasti Kudadu, nama resmi
Kerajaan Singhasari yang sesungguhnya ialah Kerajaan Tumapel. Menurut
Nagarakretagama, ketika pertama kali didirikan tahun 1222, ibu kota Kerajaan
Tumapel bernama Kutaraja.

Pada tahun 1253, Raja Wisnuwardhana mengangkat putranya yang bernama


Kertanagara sebagai yuwaraja dan mengganti nama ibu kota menjadi Singhasari.
Nama Singhasari yang merupakan nama ibu kota kemudian justru lebih terkenal
daripada nama Tumapel. Maka, Kerajaan Tumapel pun terkenal pula dengan nama
Kerajaan Singhasari.Nama Tumapel juga muncul dalam kronik Cina dari Dinasti
Yuan dengan ejaan Tu-ma-pan

Menurut Pararaton, Tumapel semula hanya sebuah daerah bawahan Kerajaan


Kadiri. Yang menjabat sebagai akuwu (setara camat) Tumapel saat itu adalah Tunggul
Ametung. Ia mati dibunuh dengan cara tipu muslihat oleh pengawalnya sendiri yang
bernama Ken Arok, yang kemudian menjadi akuwu baru. Ken Arok juga yang
mengawini istri Tunggul Ametung yang bernama Ken Dedes. Ken Arok kemudian
berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan Kerajaan Kadiri.

Pada tahun 1254 terjadi perseteruan antara Kertajaya raja Kerajaan Kadiri
melawan kaum brahmana. Para brahmana lalu menggabungkan diri dengan Ken Arok
yang mengangkat dirinya menjadi raja pertama Tumapel bergelar Sri Rajasa Sang
Amurwabhumi. Perang melawan Kerajaan Kadiri meletus di desa Ganter yang
dimenangkan oleh pihak Tumapel.

Nagarakretagama juga menyebut tahun yang sama untuk pendirian Kerajaan


Tumapel, namun tidak menyebutkan adanya nama Ken Arok. Dalam naskah itu,
pendiri kerajaan Tumapel bernama Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra yang berhasil
mengalahkan Kertajaya raja Kerajaan Kadiri.

Prasasti Mula Malurung atas nama Kertanagara tahun 1255, menyebutkan


kalau pendiri Kerajaan Tumapel adalah Bhatara Siwa. Mungkin nama ini adalah gelar
anumerta dari Ranggah Rajasa, karena dalam Nagarakretagama arwah pendiri
kerajaan Tumapel tersebut dipuja sebagai Siwa. Selain itu, Pararaton juga
menyebutkan bahwa, sebelum maju perang melawan Kerajaan Kadiri, Ken Arok lebih
dulu menggunakan julukan Bhatara Siwa.

B. Rumusan Masalah

Agar lebih mudah dalam penulisan makalah ini, maka penulis merumuskannya
dalam beberapa beberapa pertanyaan, yang nantinya akan akan dijadikan acuan dalam
pembahasan. Beberapa pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Dimanakah letak kerajaan Singasari?

2. Siapa saja raja-raja yag pernah memimpin di kerajaan Singasari?

3. Bagaimana kehidupan di kerajaan Singasari?

C. Tujuan

1. Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah

2. Untuk mendalami tentang Sejarah Kerajaan Singasari

3. Untuk memberikan wawasan kepada pembaca tentang Sejarah Kerajaan Singasari

D. Manfaat

1. Untuk memberikan pengetahuan baru bagi para pembaca tentang Kerajaan


Singasari

2. Untuk memberikan pengetahuan baru tentang Kehidupan pada waktu Kerajaan


Singasari berkuasa
E. Batasan Masalah

Mengingat banyaknya sejarah dari kerajaan singasari maka penulis membuat


batasan berdasar rumusan masalah yang penulis buat.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan sistematika penulisan yang


terdiri dari 3 bab.

1. BAB I Pendahuluan

Dimana dalam bab ini penulis memaparkan mengenai latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan, manfaat, pembatasan masalah, dan sistematika
penulisan.

2. BAB II Pembahasan

Dimana dalam bab ini, penulis membahas tentang apa yang telah di rumuskan,
dalam perumusan masalah

3. BAB III Penutup

Dimana dalam bab ini, penulis memaparkan mengenai kesimpulan dan saran-
saran yang ingin disampaikan penulis.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kerajaan Singasari

Kerajaan Singasari adalah sebuah kerajaan Hindu Buddha di Jawa Timur yang
didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222 M. Lokasi kerajaan ini sekarang
diperkirakan di daerah Singasari, Malang.Kerajaan Singasari hanya sempat bertahan 70
tahun sebelum mengalami keruntuhan. Kerajaan ini beribu kota di Tumapel yang
terletak di kawasan bernama Kutaraja. Pada awalnya, Tumapel hanyalah sebuah
wilayah kabupaten yang berada dibawah kekuasaan Kerajaan Kadiri dengan bupati
bernama Tunggul Ametung.Tunggul Ametung dibunuh oleh Ken Arok yang
merupakan pengawalnya.

Gambar 1.1 ( Peta sejarah kerajaan Singhasari (1222–1292) Jawa Timur )

Keberadaan Kerajaan Singasari dibuktikan melalui candi-candi yang banyak


ditemukan di Jawa Timur yaitu daerah Singasari sampai Malang, juga melalui kitab
sastra peninggalan zaman Majapahit yang berjudul Negarakertagama karangan Mpu
Prapanca yang menjelaskan tentang raja-raja yang memerintah di Singasari serta kitab
Pararaton yang juga menceritakan riwayat Ken Arok yang penuh keajaiban. Kitab
Pararaton isinya sebagian besar adalah mitos atau dongeng tetapi dari kitab
Pararatonlah asal usul Ken Arok menjadi raja dapat diketahui. Sebelum menjadi raja,
Ken Arok berkedudukan sebagai Akuwu (Bupati) di Tumapel menggantikan Tunggul
Ametung yang dibunuhnya, karena tertarik pada Ken Dedes istri Tunggul Ametung.
Selanjutnya ia berkeinginan melepaskan Tumapel dari kekuasaan kerajaan Kadiri yang
diperintah oleh Kertajaya. Keinginannya terpenuhi setelah kaum Brahmana Kadiri
meminta perlindungannya. Dengan alasan tersebut, maka tahun 1222 M /1144 C Ken
Arok menyerang Kediri, sehingga Kertajaya mengalami kekalahan pada pertempuran
di desa Ganter. Ken Arok yang mengangkat dirinya sebagai raja Tumapel bergelar Sri
Rajasa Sang Amurwabhumi.

Sumber-sumber sejarah Kerajaan Singasari berasal dari :

1. Kitab Pararaton, menceritakan tentang raja-raja Singasari.

Gambar 1.2 ( kitab pararaton )

Serat Pararaton, atau Pararaton saja (bahasa Kawi: "Kitab Raja-Raja"),


adalah sebuah kitab naskah Sastra Jawa Pertengahan yang digubah dalam bahasa
Jawa Kawi. Naskah ini cukup singkat, berupa 32 halaman seukuran folio yang
terdiri dari 1126 baris.Isinya adalah sejarah raja-raja Singhasari dan Majapahit di
Jawa Timur. Kitab ini juga dikenal dengan nama "Pustaka Raja", yang dalam
Bahasa Sansekerta juga berarti "kitab raja-raja". Tidak terdapat catatan yang
menunjukkan siapa penulis Pararaton. Di akhir kisah Pararaton penulisnya hanya
menulis nama desa dan catatan waktu ketika pengarangnya menyelesaikan
tulisannya yakni 1535 Saka atau tepatnya 3 Agustus 1613. bila menengok tanggal i
Pararaton ditulis sejaman dengan berkuasanya Sultan Agung di Jawa

Pararaton diawali dengan cerita mengenai inkarnasi Ken Arok, yaitu tokoh
pendiri kerajaan Singhasari (1222–1292). Selanjutnya hampir setengah kitab
membahas bagaimana Ken Arok meniti perjalanan hidupnya, sampai ia menjadi
raja di tahun 1222. Penggambaran pada naskah bagian ini cenderung bersifat
mitologis.Cerita kemudian dilanjutkan dengan bagian-bagian naratif pendek, yang
diatur dalam urutan kronologis.Banyak kejadian yang tercatat di sini diberikan
penanggalan.Mendekati bagian akhir, penjelasan mengenai sejarah menjadi
semakin pendek dan bercampur dengan informasi mengenai silsilah berbagai
anggota keluarga kerajaan Majapahit.

2. Kitab Negarakertagama

Gambar 1.3 ( kitab negarakertagama )

 Menceritakan Raja Majapahit dan Singasari

Pertama dari isian Kitab Negarakertagama hasil karya Empu Prapanca adalah
mengisahkan tetnang sejarah raja-raja Singasari dan Majapahit beserta masa
pemerintahannya.Dari kitab ini kamu bisa melihat silsilah raja sejak zaman
Singasari dan Majapahit.

 Menceritakan Kota Majapahit

Berbagai sumber sejarah mengenai kondisi kota Majapahit beserta daerah-daerah


kekuasannya sudah tertuang secara jelas dalam Kitab Negarakertagama karya
Empu Prapanca. Jadi tak heran bila kitab ini menjadi sumber sejarah tervalid yang
banyak diakses oleh para peneliti sejarah.
 Perjalanan Hayam Wuruk

Raja paling terkenal dari Majapahit yakni Hayam Wuruk juga dikisahkan dalam
kitab Negarakertagama ini bahkan sudah dikisahkan sejak berkunjung ke berbagai
daerah kekuasannya di Jawa Timur hingga daftar candi-candi yang sudah dibuat.

 Kehidupan Budaya di Majapahit

Selain dari kisah raja, isi kitab Negarakertagama juga memperlihatkan kehidupan
budaya dari masyarakat Majapahit baik dari keagamaan hingga upacara-upacara
sakral salah satunya upacara Srrada untuk menghormati roh Gayatri hingga
mampu menambah kesaktian raja.

3. Prasasti-prasasti sesudah tahun 1248 M.

Prasasti Singhasari, yang bertarikh tahun 1351 M, ditemukan di Singasari,


Kabupaten Malang, Jawa Timur dan sekarang disimpan di Museum Gajah.Ditulis
dengan Aksara Jawa.

Gambar 1.4 ( prasasti Singasari )

Prasasti ini ditulis untuk mengenang pembangunan sebuah caitya atau candi
pemakaman yang dilaksanakan oleh Mahapatih Gajah Mada.Paruh pertama prasasti
ini merupakan pentarikhan tanggal yang sangat terperinci, termasuk pemaparan
letak benda-benda angkasa. Paruh kedua mengemukakan maksud prasasti ini, yaitu
sebagai pariwara pembangunan sebuah caitya
B. Sistem Pemerintahan Kerajaan Singasari

Ada dua versi yang menyebutkan silsilah kerajaan Singasari alias Tumapel ini.
Versi pertama adalah versi Pararaton yang informasinya didapat dari Prasasti Kudadu.
Pararaton menyebutkan Ken Arok adalah pendiri Kerajaan Singasari yang digantikan
oleh Anusapati (1247–1249 M). Anusapati diganti oleh Tohjaya (1249–1250 M), yang
diteruskan oleh Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250–1272 M). Terakhir adalah
Kertanegara yang memerintah sejak 1272 hingga 1292 M. Sementara pada versi
Negarakretagama, raja pertama Kerajaan Singasari adalah Rangga Rajasa Sang
Girinathapura (1222–1227 M). Selanjutnya adalah Anusapati, yang dilanjutkan
Wisnuwardhana (1248–1254 M). Terakhir adalah Kertanagara (1254–1292 M). Data
ini didapat dari prasasti Mula Malurung.

1. Ken Arok (1222–1227 M)

Pendiri Kerajaan Singasari adalah Ken Arok yang sekaligus juga menjadi Raja
Singasari yang pertama dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi.
Munculnya Ken Arok sebagai raja pertama Singasari menandai munculnya suatu
dinasti baru, yakni Dinasti Rajasa (Rajasawangsa) atau Girindra (Girindrawangsa).
Ken Arok hanya memerintah selama lima tahun (1222–1227 M). Pada tahun 1227 M,
Ken Arok dibunuh oleh seorang suruhan Anusapati (anak tiri Ken Arok). Ken Arok
dimakamkan di Kegenengan dalam bangunan Siwa–Buddha.

2. Anusapati (1227–1248 M)

Dengan meninggalnya Ken Arok maka takhta Kerajaan Singasari jatuh ke tangan
Anusapati. Dalam jangka waktu pemerintahaannya yang lama, Anusapati tidak banyak
melakukan pembaharuan-pembaharuan karena larut dengan kesenangannya
menyabung ayam. Peristiwa kematian Ken Arok akhirnya terbongkar dan sampai juga
ke Tohjoyo (putra Ken Arok dengan Ken Umang). Tohjoyo mengetahui bahwa
Anusapati gemar menyabung ayam sehingga diundangnya Anusapati ke Gedong Jiwa
(tempat kediamanan Tohjoyo) untuk mengadakan pesta sabung ayam. Pada saat
Anusapati asyik menyaksikan aduan ayamnya, secara tiba-tiba Tohjoyo menyabut
keris buatan Empu Gandring yang dibawanya dan langsung menusuk Anusapati.
Dengan demikian, meninggallah Anusapati yang didharmakan di Candi Kidal.
3. Tohjoyo (1248 M)

Dengan meninggalnya Anusapati maka tahta Kerajaan Singasari dipegang oleh


Tohjoyo. Namun, Tohjoyo memerintah Kerajaan Singasari tidak lama sebab anak
Anusapati yang bernama Ranggawuni berusaha membalas kematian ayahnya. Dengan
bantuan Mahesa Cempaka dan para pengikutnya, Ranggawuni berhasil menggulingkan
Tohjoyo dan kemudian menduduki singgasana.

4. Ranggawuni (1248–1268 M)

Ranggawuni naik takhta Kerajaan Singasari pada tahun 1248 M dengan gelar Sri
Jaya Wisnuwardana oleh Mahesa Cempaka (anak dari Mahesa Wongateleng) yang
diberi kedudukan sebagai ratu angabhaya dengan gelar Narasinghamurti.
Ppemerintahan Ranggawuni membawa ketenteraman dan kesejahteran rakyat
Singasari. Pada tahun 1254 M Wisnuwardana mengangkat putranya yang bernama
Kertanegara sebagai yuwaraja (raja muda) dengan maksud mempersiapkannya menjadi
raja besar di Kerajaan Singasari. Pada tahun 1268 Wisnuwardanameninggal dunia dan
didharmakan di Jajaghu atau Candi Jago sebagai Buddha Amogapasa dan di Candi
Waleri sebagai Siwa.

5. Kertanegara (1268-1292 M)

Kertanegara adalah Raja Singasari terakhir dan terbesar karena mempunyai cita-
cita untuk menyatukan seluruh Nusantara. Ia naik takhta pada tahun 1268 dengan gelar
Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara. Dalam pemerintahannya, ia dibantu oleh tiga
orang mahamentri, yaitu mahamentri i hino, mahamentri i halu, dan mahamenteri i
sirikan. Untuk dapat mewujudkan gagasan penyatuan Nusantara, ia mengganti pejabat-
pejabat yang kolot dengan yang baru, seperti Patih Raganata digantikan oleh Patih
Aragani. Banyak Wide dijadikan Bupati di Sumenep (Madura) dengan gelar Aria
Wiaraja. Setelah Jawa dapat diselesaikan, kemudian perhatian ditujukan ke daerah lain.
Kertanegara mengirimkan utusan ke Melayu yang dikenal dengan nama Ekspedisi
Pamalayu 1275 yang berhasil menguasai Kerajaan Melayu. Hal ini ditandai dengan
pengirimkan Arca Amoghapasa ke Dharmasraya atas perintah Raja Kertanegara.

Selain menguasai Melayu, Singasari juga menaklukan Pahang, Sunda, Bali,


Bakulapura (Kalimantan Barat), dan Gurun (Maluku). Kertanegara juga menjalin
hubungan persahabatan dengan raja Champa,dengan tujuan untuk menahan perluasaan
kekuasaan Kubilai Khan dari Dinasti Mongol. Kubilai Khan menuntut raja-raja di
daerah selatan termasuk Indonesia mengakuinya sebagai yang dipertuan. Kertanegara
menolak dengan melukai muka utusannya yang bernama Mengki. Tindakan
Kertanegara ini membuat Kubilai Khan marah besar dan bermaksud menghukumnya
dengan mengirimkan pasukannya ke Jawa. Mengetahui sebagian besar pasukan
Singasari dikirim untuk menghadapi serangan Mongol maka Jayakatwang (Kediri)
menggunakan kesempatan untuk menyerangnya. Serangan dilancarakan dari dua arah,
yakni dari arah utara merupakan pasukan pancingan dan dari arah selatan merupakan
pasukan inti.

Pasukan Kediri dari arah selatan dipimpin langsung oleh Jayakatwang dan
berhasil masuk istana dan menemukan Kertanagera berpesta pora dengan para
pembesar istana. Kertanaga beserta pembesar-pembesar istana tewas dalam serangan
tersebut. Ardharaja berbalik memihak kepada ayahnya (Jayakatwang), sedangkan
Raden Wijaya berhasil menyelamatkan diri dan menuju Madura dengan maksud minta
perlindungan dan bantuan kepada Aria Wiraraja. Atas bantuan Aria Wiraraja, Raden
Wijaya mendapat pengampunan dan mengabdi kepada Jayakatwang. Raden Wijaya
diberi sebidang tanah yang bernama Tanah Tarik oleh Jayakatwang untuk ditempati.
Dengan gugurnya Kertanegara maka Kerajaan Singasari dikuasai oleh Jayakatwang.
Ini berarti berakhirnya kekuasan Kerajaan Singasari. Sesuai dengan agama yang
dianutnya, Kertanegara kemudian didharmakan sebagai Siwa––Buddha (Bairawa) di
Candi Singasari. Arca perwujudannya dikenal dengan nama Joko Dolog yang sekarang
berada di Taman Simpang, Surabaya.

C. KEHIDUPAN DI KERAJAAN SINGASARI

Dalam kehidupan ekonomi, walaupun tidak ditemukan sumber secara jelas.Ada


kemungkinan perekonomian ditekankan pada pertanian dan perdagangan karena
Singasari merupakan daerah yang subur dan dapat memanfaatkan sungai Brantas dan
Bengawan Solo sebagai sarana lalu lintas perdagangan dan pelayaran.

Dari segi sosial, kehidupan masyarakat Singasari mengalami masa naik


turun.Ketika Ken Arok menjadi Akuwu di Tumapel, dia berusaha meningkatkan
kehidupan masyarakatnya.Banyak daerah-daerah yang bergabung dengan Tumapel.
Namun pada pemerintahan Anusapati, kehidupan sosial masyarakat kurang mendapat
perhatian karena ia larut dalam kegemarannya menyabung ayam. Pada masa
Wisnuwardhana kehidupan sosial masyarakatnya mulai diatur rapi. Dan pada masa
Kertanegara, ia meningkatkan taraf kehidupan masyarakatnya. Upaya yang ditempuh
Raja Kertanegara dapat dilihat dari pelaksanaan politik dalam negeri dan luar negeri.

Politik Dalam Negeri:

1. Mengadakan pergeseran pembantu-pembantunya seperti Mahapatih


Raganata digantikan oleh Aragani, dll.

2. Berbuat baik terhadap lawan-lawan politiknya seperti mengangkat putra


Jayakatwang (Raja Kediri) yang bernama Ardharaja menjadi menantunya.

3. Memperkuat angkatan perang.

Politik Luar Negeri:

1. Melaksanakan Ekspedisi Pamalayu untuk menguasai Kerajaan melayu serta


melemahkan posisi Kerajaan Sriwijaya di Selat Malaka.

2. Menguasai Bali.

3. Menguasai Jawa Barat.

4. Menguasai Malaka dan Kalimantan.

Berdasarkan segi budaya, ditemukan candi-candi dan patung-patung diantaranya


candi Kidal, candi Jago, dan candi Singasari. Sedangkan patung-patung yang
ditemukan adalah patung Ken Dedes sebagai Dewa Prajnaparamita lambing
kesempurnaan ilmu, patung Kertanegara dalam wujud patung Joko Dolog, dan patung
Amoghapasa juga merupakan perwujudan Kertanegara (kedua patung kertanegara
baik patung Joko Dolog maupun Amoghapasa menyatakan bahwa Kertanegara
menganut agamaBuddha beraliran Tantrayana).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi perjalanan kerajaan Singasari bisa dikatakan berlangsung singkat. Hal ini
terkait dengan adanya sengketa yang terjadi dilingkup istana kerajaan yang kental
dengan nuansa perebutan kekuasaan. Pada saat itu Kerajaan Singasari sibuk
mengirimkan angkatan perangnya ke luar Jawa. Akhirnya Kerajaan Singasari
mengalami keropos di bagian dalam. Pada tahun 1292 terjadi pemberontakan
Jayakatwang bupati Gelang-Gelang, yang merupakan sepupu, sekaligus ipar, sekaligus
besan dari Kertanegara sendiri. Dalam serangan itu Kertanegara mati terbunuh. Setelah
runtuhnya Singasari, Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru di
Kediri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singasari pun berakhir.

B. Saran

1. Perlu adanya penjelasan lebih tentang sejarah Kerajaan Singasari.

2. Perlu dikembangkannya materi pokok sejarah Kerajaan Singasari ini.


DAFTAR PUSTAKA

Singasari kingdom
(2011)https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/a/a2/Singhasari_
Kingdom_id.svgdiakses pada 31 Oktober 2018

Makalah sejarah kerajaan Singasari (2015)


http://anaktujuhsembilan.blogspot.com/2015/04/makalah-sejarah-
kerajaan-Singasari.html diakses pada 31 Oktober 2018

Kerajaan Singasari (2018) https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Singasari diakses


pada 31 Oktober 2018

Sejarah puri pemecutan (2010)


http://sejarah-puri-pemecutan.blogspot.com/2010/01/kitab-
pararaton_10.html diakses pada 31 Oktober 2018

http://jackseparo.com/isi-kitab-negarakertagama-karya-empu-prapanca/ diakses pada


31 Oktober 2018

Prasasti Singhasari 1351 (2018)


https://id.wikipedia.org/wiki/Prasasti_Singhasari1351 diakses pada 31
Oktober 2018

Kerajaan singasari (2018) http://www.anneahira.com/kerajaan-singasari.htm diakses


pada 31 Oktober 2018

Pengertian sejarah singasari (2018)


http://www.google.com/#q=pengertian+sejarah+singasari diakses pada 31
Oktober 2018

Gambar kitab (2018) https://docs.google.com/document/d/1-X-WQ0M-


dcKIliCUw_VSe5o0qLssUNwj5hWlSQxeMr4/edit?pli=1 diakses pada 31
Oktober 2018

Anda mungkin juga menyukai