Anda di halaman 1dari 17

Kelompok 1

Kerajaan Kutai

- Safira Fathiya Rohmah (7C/21)


- Salsabila Haura (7C/23)
- Salsabila Khoirunnisa (7C/24)
- Shafanadia Hanaaprilia S. (7C/25)
- Berdirinya Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki
bukti sejarah tertua. Berdiri sekitar abad ke-4, lebih tepatnya 350
masehi sampai tahun 1605. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman,
Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Bentuk
pemerintahaan Kerajaan Kutai adalah Monarki. Nama Kutai diberikan
oleh para ahli mengambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang
menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut. Hingga saat ini belum ada
prasasti yang menyebutkan secara jelas menyebutkan nama kerajaan
ini.

Bahasa yang digunakan oleh masyarakat Kerajaan Kutai adalah


Bahasa melayu dengan dialek kutai dan bahasa sansekerta sebagai
bahasa asli agama hindu. Aksara atau bentuk dari huruf sansekerta
dinamakan dengan Huruf Pallawa yaitu huruf yang digunakan di daerah
Hindu di Asia Selatan seperti India sekitar tahun 400 masehi.
Letak Kerajaan Kutai
- Kronologis Berdirinya Kerajaan Kutai
Pada salah satu yupa yang ditemukan di kawasan kerajaan Kutai,
didapat sebuah informasi yang menyebutkan bahwa cikal bakal dari
lahirnya kerajaan kutai adalah berkat seseorang yang bernama
Kudungga lalu diteruskan oleh generasi selanjutnya yaitu Aswawarman.
Kemudian pengganti dari Aswawarman adalah salah seorang dari 3
putranya yaitu Mulawarman. Pada era Mulawarman inilah Kerajaan
Kutai mencapai masa kejayaannya. Ketika itu daerah teritorial Kutai
diperluas lagi dan rakyatnya pun menjadi sejahtera.

Bukti lain yang memaparkan kejayaan bisa dilihat dari kegiatan


ekonomi. Di dalam salah satu Yupa tersebut telah disebutkan bahwa
Raja Mulawarman telah mengadakan sebuah upacara korban emas
dengan jumlah yang sangat banyak. Kemajuan dari Kerajaan Kutai ini
juga terlihat dengan munculnya para golongan terdidik.
Walaupun lokasi Kerajaan Kutai tidak terletak di dalam sebuah
jalur perdagangan internasional, tetapi kerajaan ini telah memiliki
hubungan perdagangan dengan negara India yang sudah berkembang
dari sejak awal berdirinya Kerajaan kutai.

Di dalam pelayarannya tersebut kemungkinkan para pedagang dari


berbagai negara tersebut akan singgah terlebih dahulu di daerah Kutai
untuk menjalankan transaksi penjualan dan pembelian barang
sekaligus menyiapkan beberapa perbekalan untuk pelayaran yang
sangat jauh. Hal inilah yang membuat Kerajaan Kutai semakin sejahtera
dan rakyat hidup makmur.
- Runtuhnya Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja
Dharma Setia tewas dalam peperangan melawan Aji Pangeran Anum
Panji Mendapa yang merupakan Kesultanan Islam dari Kerajaan Kutai
Kartanegara. Kerajaan Kutai dan Kerajaan Kutai Kartanegara merupakan
dua buah kerajaan yang berbeda. Kerajaan Kutai Kartanegara berdiri
pada abad ke-13 di Kutai Lama. Terdapatnya dua kerajaan yang berada
di sungai Mahakam tersebut menimbulkan friksi diantara keduanya.
Pada abad ke-16 terjadi peperangan diantara kedua Kerajaan tersebut.
- Raja-raja Terkenal
1. Raja Kudungga
Kudungga merupakan raja awal pendiri Kerajaan Kutai
Martadipura dengan gelar Maharaja Kudungga Anumerta
Dewawarman, yang memerintah sekitar tahun 350 Masehi atau abad
ke-4 Masehi.
Para ahli berpendapat bahwa pada masa pemerintahan kudungga
pengaruh agama Hindu belu terlalu kuat. Para ahli juga
memperkirakan bahwa Kudungga pada awalnya adalah seorang kepala
suku. Namun setelah masuknya pengaruh Hindu dari India, maka
berubahlah sistem pemerintahan dari kepal suku menjadi kerajaan.
Kudungga lalu mendeklarasikan dirinya sebgai raja dan memutuskan
bahwa pergantian kekuasaan harus dilakukan secara turun temurun
sebagaimana sistem kerajaan pada umumnya. Kutai Martadipura pada
masa Kudungga belum mempunyai sistem pemerintahan yang teratur
dan sistematis
2. Raja Aswawarman

Aswawarman adalah putra dari Kudungga. Aswawarman memilki


gelar Wangsakerta yang mempunyai arti sebagai pendiri atau
pembentuk keluarga raja. Pemberian gelar tersebut dijelaskan pada
stupa, dimana Aswawarman juga mendapat sebutan sebagai Dewa
Ansuman (matahari).

Aswawarman memiliki jasa paling besar atas perluasan wilayah


Kerajaan Kutai. Perluasan wilayah dilakukan oleh Aswawarman
dengan cara melakukan upacara Asmawedha, yaitu upacara
pelepasan kuda untuk menentukan batas wilayah kerajaan. Kuda-
kuda yang dilepaskan ini akan diikuti oleh prajurit kerajaan yang akan
menentukan wilayah kerajaan sesuai dengan sejauh mana jejak
telapak kaki kuda dapat ditemukan.
3. Raja Mulawarman

Mulawarman merupakan nama raja Kerajaan Kutai dengan


sebutan Maharaja Mulawarman Nala Dewa yang memerintah pada
abad ke-4 M. Raja Mulawarman adalah putra dari Raja Aswawarman
dan cucu Raja Kudungga, sekaligus raja terbesar Kerajaan Kutai yang
membawa Kutai mencapai puncak kejayaannya.

Di bawah pemerintahan Raja Mulawarman rakyat kutai dapat


hidup aman dan sejahtera. Pada prasasti Yupa, Mulawarman disebut
sebagai seorang raja yang sangat dermawan karena telah
memberikan sedekah berupa 20.000 ekor sapi kepada para
brahmana.
- Peninggalan Kerajaan Kutai
1. Prasasti Yupa
Prasasti Yupa merupakan salah satu bukti sejarah Kerajaan Kutai
yang paling tua. Dari prasasti inilah diketahui tentang adanya Kerajaan
Kutai di Kalimantan. Di dalam prasasti ini terdapat tulisan-tulisan yang
menggunakan bahasa Sansekerta dan juga aksara/huruf Palawa.

Isi Prasasti Yupa mengungkapkan sejarah dari Kerajaan Hindu yang


berada di Muara Kaman, di hulu Sungai Mahakam, Kalimantan Timur.
Secara garis besar prasasti tersebut menceritakan tentang kehidupan
politik, sosial dan budaya Kerajaan Kutai.
Prasasti Yupa
2. Kalung Uncal

Kalung Uncal adalah kalung emas seberat 170 gram yang dihiasi
liontin berelief cerita ramayana.  Kalung ini menjadi atribut kerajaan
Kutai Martadipura dan mulai digunakan oleh Sultan Kutai Kartanegara
pasca Kutai Martadipura berhasil di taklukan. Adapun berdasar
penelitian para ahli, kalung uncal sendiri diperkirakan berasal dari
India (Unchele). Di dunia, saat ini hanya ada 2 kalung uncal, satu
berada di India dan satunya lagi ada di Museum Mulawarman, Kota
Tenggarong.
3. Tali Juwita
Tali juwita adalah peninggalan kerajaan kutai yang
menyimbolkan 7 muara dan 3 anak sungai (sungai Kelinjau, Belayan
dan Kedang Pahu) yang dimiliki sungai mahakam. Tali juwita terbuat
dari benang yang banyaknya 21 helai dan biasanya digunakan dalam
upacara adat Bepelas.
4. Kelambu Kuning
Ada beberapa benda peninggalan kerajaan yang dipercaya
memiliki kekuatan magis oleh masyarakat adat Kutai hingga saat ini.
benda-benda ini ditempatkan dalam kelambu kuning untuk
menghindari tuah dan bala yang bisa ditimbulkannya. Beberapa
benda peninggalan sejarah kerajaan kutai tersebut antara lain
kelengkang besi, tajau, gong raden galuh, gong bende, arca singa,
sangkoh piatu, serta Keliau Aji Siti Berawan
5. Meriam Kerajaan Kutai

Kutai merupakan kerajaan yang dilengkapi dengan sistem


pertahanan kuat. Hal ini dibuktikan oleh banyaknya peninggalan
sejarah berupa meriam dan beberapa alat bela diri lainnya. Adapun
meriam, kerajaan kutai memiliki 4 yang hingga kini masih terjaga
dengan rapi. Keempat meriam tersebut antara lain Meriam Sapu
Jagat, Meriam Gentar Bumi, Meriam Aji Entong, dan Meriam Sri
Gunung.
Menurut sumber lain, terdapat 4 peninggalan Kerajaan
Kutai, yaitu :

1. Tujuh buah Yupa yang ditemukan di daerah sekitar


Muarakaman
2. Kalung Cina yang terbuat dari emas
3. Satu arca bulus
4. Dua belas arca batu
Sekian & Terima Kasih 

Anda mungkin juga menyukai