Tugas terstruktur ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Us}ul> al-Fiqh
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
2023
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
fiqih, adalah fondasi penting yang mengatur beragam aspek kehidupan umat
Islam. Prinsip-prinsip ini telah menjadi pemandu bagi para ulama dan
penerapan hukum syariah dalam berbagai konteks kehidupan. Dalam karya ini,
akan menjelajahi esensi dan peran al-qawa>‘id al-fiqhy>ah dalam Islam, yang
membantu dalam menetapkan hukum dan keputusan fiqh, terutama ketika tidak
terdapat ketentuan syariah yang eksplisit dalam al-Qur'an dan hadis. Kehadiran
kokoh bagi umat Islam dalam menghadapi situasi dan perkara hukum yang terus
dalam memahami berbagai situasi dan masalah yang muncul dalam kehidupan
sehari-hari.2
1
Imam Musbikin, Qawa’id Al-Fiqhyah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), 20.
2
Duski Ibrahim, Al-Qawa`Id Al-Fiqhiyah (Kaidah-Kaidah Fiqih) (Palembang: Noerfikri, 2019),
13.
1
Al-Qawa>’id al-fiqhy>ah biasanya berdasarkan pada ayat-ayat al-Qur'an,
situasi baru dan merumuskan keputusan hukum yang sesuai dengan semangat
lebih dalam tentang al-qawā‘id al-fiqhīyah dalam kehidupan umat Islam, serta
B. Rumusan Masalah
qawā‘id al-fiqhīyah,:
3. Apa peran Mazhab Hanafi dan Mazhab Safi'i, dalam al-qawā‘id al-
fiqhīyah?
2
PEMBAHASAN
lain adanya kebutuhan manusia akan panduan dalam kehidupan sehari-hari yang
sesuai dengan ajaran agamanya. Dalam hal ini, golongan mujtahid dan ulama
Adat atau 'urf memainkan peran penting sebagai sumber akal fikiran dan
perbuatan yang terus menerus untuk mengeluarkan hukum yang fleksibel dalam
menangani persoalan yang sedang terjadi atau yang akan terjadi di tengah-
Secara garis besar, ada tiga periode penyusunan al-qawā‘id al-fiqhīyah, yaitu
3
Jalal al-Din Abd al-Rahma al-Suyuthi, al-Asbah wa al-Nazair, 2. (Beirut: Dar al-Fikr, 1996),
31.
4
Ali Ahmad al-Nadwi, al-Qawa’id al-Fiqhyyah, Cet.V (Beirut: Darul Qalam, 2000), 308.
3
hadirnya Nabi Muhammad Saw. Yang menjelaskan dan merinci ajaran Islam
yang bersumber dari wahyu Allah melalui al-hadīth. Bahkan tak jarang beliau
eksplisit dalam al-Qur’an, dengan bahasa Nabi Muhammad Saw yang singkat,
sekaligus yang memiliki karakteristik yang sama.5 Pada masa tābi‘īn dan para
masalah-masalah fiqh agar selalu selaras dengan semangat dan maksud yang
dituju oleh fiqh. Penggunaannya yang mudah dan praktis sangat diperlukan
penyelesaiannya.
5
Sokon Saragih, “Masa Perkembangan dan Pembukuan Qawaid Fiqhiyyah,” 2020, 109–11.
6
Toha Andiko, Ilmu Qawa’id Fiqhiyyah Panduan Praktis Dalam Merespon Problematika
Hukum Islam Kontemporer (Yogjakarta: Penerbit Teras, 2011), 7–9.
4
dan para ulama menjadi kurang kreatif. Hal ini ditambah dengan adanya
kuat argumennya).7 Kondisi ini mendorong para ulama saat itu untuk
membahas hukum suatu peristiwa baru hanya dengan berpegang kepada fiqh
mazhab saja. Masa ini merupakan masa kejayaan fiqh, karena banyak sekali
oleh para pengikutnya, bahkan para ulama merasakan kepuasan dengan adanya
Meskipun pada saat itu fiqh mencapai puncak kejayaannya namun masalah
ketika menyikapi masalah yang baru. Selain itu juga dimungkinkan, masalah
7
Firdaus, Al-Qawaid al-Fiqhiyyah: Membahas Kaidah-Kaidah Pokok dan Poluler Fiqh,
Cetakan I (Lubuk Lintah, Sumatera Barat: Imam Bonjok Press, 2015), 25.
8
M. Ma’shum Zein, Pengantar Memahami Nadhom al-Faroidul Bahiyyah (Jombang: Darul
Hikmah, 2010), 19.
5
dan đābiţ yang dapat memelihara hukum furū‘ dan fatwa para ulama tersebut
dari kesemrawutan.
Selama masa ini, terjadi upaya serius untuk mengembangkan dan merumuskan
Perkembangan fase kedua ini ditandai dengan munculnya Abu Hasan al-
Karkhi (Uşūl al-Karkhī) dan Abu Zaid al-Dabusi (Ta‘sis al-Nazar). Para ulama
yang hidup dalam rentang waktu ini (abad 4 H–7 H) hukum dapat
furū‘ dan fatwa para ulama maka akan dirasa lebih mudah untuk menemukan
pada masa Sultan al-Ghazi Abdul Aziz Khan al-Usmani (1861-1876 M).
lembaga peradilan pada masa itu dan dengan adanya pembukun ini menandai
9
Firdaus, Al-Qawaid al-Fiqhiyyah: Membahas Kaidah-Kaidah Pokok dan Poluler Fiqh,
Cetakan I (Lubuk Lintah, Sumatera Barat: Imam Bonjok Press, 2015), 26.
10
Andiko, Ilmu Qawa’id Fiqhiyyah Panduan Praktis Dalam Merespon Problematika Hukum
Islam Kontemporer, 17.
6
qawā‘id al-fiqhīyah pada Majallah al-Ahka>m al-‘Adli>yah ini setelah terlebih
dahulu mempelajari sumber-sumber fiqh dan beberapa karya tulis tentang al-
umum. Ketentuan pasal 1 tentang definisi fiqh, sedang pasal 2 sampai pasal 100
berisi 99 qā‘idah fiqh yang menjadi landasan dari pasal-pasal pada bagian
batang tubuhnya. Dalam muqadimmah itu pula, setiap qā‘idah fiqh disertai
yang lebih luas dalam mencapai tujuan hukum Islam itu sendiri.
11
Andiko, Ilmu Qawa’id Fiqhiyyah Panduan Praktis Dalam Merespon Problematika Hukum Islam
Kontemporer.18
12
Saragih, “Masa Perkembangan dan Pembukuan Qawaid Fiqhiyyah,” 112–13.
13
Andiko, Ilmu Qawa’id Fiqhiyyah Panduan Praktis Dalam Merespon Problematika Hukum
Islam Kontemporer, 18.
7
Upaya para ulama fiqh dalam mengkaji al-qawā‘id al-fiqhīyah berhenti pada
batas yang dicapai para pakar al-qawā‘id al-fiqhīyah klasik. Meskipun hasil
karyanya telah mencapai hukum yang luar biasa, namun tetap membuka
utuh teori-teori umum dalam disiplin pengetahuan hukum Islam. Al-qawā‘id al-
fiqhīyah dapat terus berkembang dan menjadi lebih lengkap lagi cakupannya
Ulama' dari mazhab Hanafi dan Safi'i adalah dua dari empat mazhab utama
hukum dalam fiqih) telah dipengaruhi oleh kontribusi dan pendapat ulama dari
kedua mazhab ini. Berikut adalah peran ulama' mazhab Hanafi dan Syafi'i
14
Nashr Farid Muhammad Washil dan Abdul Aziz Muhammad Azzam, Qawa’id Fiqhyyah,
trans. oleh Wahyu Setiawan (Jakarta: Amzah, 2009), 4.
15
Syafrudin Halimy Kamaludin, “Sejarah Perumusan Dan Perkembangan Qawaid fiqhiyah,”
Al-Muqaranah Jurnal Perbandingan Mazhab Dan Hukum V (2014): 86.
8
a. Penyusunan qawa>‘id fiqhy>ah ulama mazhab Hanafi merupakan pelopor
dari lahirnya qawa>‘id fiqhy>ah, menurut ulama fiqih orang pertama yang
Hanafi yang hidup diakhir abad ke-3 dan awal abad ke-4 H telah
prinsip ini membantu dalam memahami niat dan tujuan syariah serta
yang berubah.
berbeda.
16
Ibrahim, Al-Qawa`Id Al-Fiqhiyah (Kaidah-Kaidah Fiqih), 41.
9
2. Peran ulama mazhab Safi'i
ulama untuk mengambil hukum dari situasi yang ada dalam Al-Quran
dan Hadis dan menerapkannya pada situasi yang serupa yang mungkin
Tengah, dan Asia Tenggara. Hal ini membuat ulama mazhab Safi'i
10
d. Peran ulama mazhab Safi'i dalam mengembangkan ilmu al-qawā‘id al-
dengan jumlah yang terbatas dan tidak ada penambahan bagi keduanya dari segi
jumlah. Sementara itu jumlah kasus yang harus diselesaikan tak terhingga
itu, perlu dicari dalil lain di luar nash (istidlal) melalui seperangkat metodologi
yang disebut metodologi ijtihād.17 Di antara metode yang juga dapat digunakan
dan tujuan hukum yang memberikan pesan yang kuat akan maşlahah kepada
kasus yang belum disikapi atau belum diatur dalam sumber-sumber tekstual.
17
Y Sonafist, “QAWAID FIQHIYYAH (Korelasi, Urgensi Dalam Istinbath Hukum),” Journal
of Law and Nation, 2023, 140.
18
Suwarjin, Ushul Fiqh (Yogyakarta: Teras, 2012), 211–12.
19
Fathurrahman Azhari, Qawaid Fiqhiyyah Muamalah (Banjarmasin: Lembaga Pemberdayaan
Kualitas Ummat (LPKU), 2015), 25.
11
(kristalisasi fiqh) untuk memudahkan penguasaan untuk maksud- maksud
dari interpretasi hukum dalam Islam, yang dapat digunakan oleh setiap orang
hukum Islam.
rahasia terdalamnya. Selain itu, dapat dengan mudah mengingat dan menghafal
cara yang praktis, mudah, cepat, dapat digunakan kapan saja oleh siapa saja,
bila kedua bidang itu sulit dikuasai secara bersa- maan akibat sempitnya waktu
20
Ridho Rokamah, al-Qawaid al-Fiqhiyah: Kaidah-Kaidah Mengembangkan Hukum Islam
(Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2007), 17–19.
12
sangat membantu dalam memahami persoalan-persoalan fiqh dan substansi
kesangsian akan kebenaran esensial dari syarī‘at yang dibawa oleh Nabi
Dengan bahasanya yang ringkas dan padat, al-qawā‘id al-fiqhīyah akan mudah
akan dengan mudah mengetahui perbedaan dan persamaan antara satu persoalan
tujuan-tujuan fundamental dari syarī‘at Islam, di mana hal itu sulit dicapai bila
dan tidak eksklusif, sehingga siapapun akan dengan mudah mempelajari dan
21
Ibid., 17
22
Sonafist, “QAWAID FIQHIYYAH (Korelasi, Urgensi Dalam Istinbath Hukum),” 139–40.
13
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Mempelajari al-qawā‘id al-
hukum fiqh. Hanya saja langkah yang ditempuh berbeda, yakni al-qawa>‘id al-
fiqhy>ah ini sebagai salah satu metode penemuan hukum Islam. Dengan begitu
23
Ibid., 17.
14
KESIMPULAN
A. Latar belakang pembentukan al-qawa>‘id al-fiqhy>ah:
3. Pengaruh adat ('urf) memainkan peran krusial sebagai sumber akal fikiran
masyarakat.
para sahabat mencoba meniru gaya singkat dan padat dalam menyelesaikan
perkembangan ulama seperti Abu Hasan al-Karkhi dan Abu Zaid al-Dabusi,
disusun oleh komite fuqahā‘ pada masa Sultan Abdul Aziz Khan al-Utsmani.
15
3. Penyempurnaan (Periode Ketiga): Al-qawa>‘id al-fiqhy>ah terus berkembang
persoalan fiqh yang terus muncul. Meskipun demikian, masih ada peluang
teori-teori umum dalam disiplin ilmu qawa>‘id fiqhy>ah ini, Terdapat ruang
Islam.
16
memungkinkan penyelesaian masalah-masalah baru yang muncul sesuai
17
DAFTAR PUSTAKA
18