Disusun Oleh :
Kaidah fiqih tafsiliyyah lahir sebagai bagian dari pengembangan hukum Islam atau
fiqh di masa-masa awal Islam. Pada masa itu, muncul berbagai permasalahan baru yang
belum pernah terjadi sebelumnya dan para ulama Islam merasa perlu memiliki suatu
pedoman untuk mengambil keputusan. Pada awalnya, para ulama menggunakan kitab
suci Al-Quran dan hadits sebagai sumber hukum utama, namun seiring perkembangan
waktu, muncul permasalahan-permasalahan baru yang belum terdapat dalam Al-Quran
atau hadits. Oleh karena itu, para ulama kemudian mengembangkan kaidah-kaidah fiqih
sebagai prinsip-prinsip umum dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.
Kaidah Tafsiliyyah terdiri dari dua kata yaitu al-qaidah dan at- tafsiliyyah. Alqaidah
secara Bahasa adalah dasar atau pondasi. Wahbah al-Zuhayli memberikan definisi tentang
kaidah dalam artian seperti berikut ini:
"Dhawabith yang bersifat global dan umum yang mencakup atas hukum-hukum yang bersifat
parsial”
Maka penjelasan di atas dapat di pahami kaidah fiqh tafshiliyyah adalah kaidah
fiqih yang membahas permasalahan-permasalahan secara terperinci. Beberapa pendapat
mengatakan bahwa kaidah fiqih tafsiliyyah memiliki makna yang sama dengan
dhawabitul fiqh. Kata Dhawabith diambil dari kata dasar adhdhabith yang menurut bahasa
artinya yaitu pemeliharaan, ikatan kekuatan, dan penguatan. Sedangkan pengertian
dhawabith fiqhiyah Menurut Sebagian ulama memberikan definisi yang berdekatan dan
saling melengkapi serta menyempumakan. Diantaranya dawabith fiqhiyah adalah apa
2
yang tersusun sebagai bentuk-bentuk masalah yang serupa dalam satu tema, tanpa melihat
kepada makna yang menyeluruh yang terkait.1
Dhabit fiqih adalah kaidah yang khusus untuk satu bab saja, sementara kaidah fiqih
untuk masalah-masalah cabang dalam berbagai bab. Secara lebih spesifik, pengertian
dhawabith adalah Segala perkara (yang berimplikasi hukum) atau hukum yang bersifat
kulliy yang bersimpul pada beragam bagian-bagian didalam satu bab saja. Jadi dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kaidah tafsiliyah dan dawabith fiqhiyyah
adalah sebuah hal yang sama dan dapat diartikan sebagai kaidah yang paling terperinci
dari kaidah lainnya.
Dari penjelasan diatas juga dapat disimpulkan, bahwa qawa’id fiqhiyyah lebih
umum dari dhawabith fiqhiyya h,karena qawa’id fiqhiyyah tidak terbatas pada masalah
dalam satu bab fikih, tetapi ke semua masalah yang terdapat pada semua bab fikih. Sedang
dhawabith fiqhiyyah ruang lingkupnya terbatas pada satu masalah dalam satu bab fikih.
Karena qaida fiqhiyyah disebut qaidah ‘ammah, atau kulliyah dandhabith fiqh disebut
qu’idah khashshah.
1
Dewi Mustika Ningrat, Perbedaan Kaidah fiqih Dhabith Fikih, Makalah IAIN, Metro, 2018, hlm 4
2
Ibrahim, Duski, 2019, AL Qawaidul Fiqiyah, (kaidah-kaidah fiqih ). Palembang . CV .AMANAH
3
Nabi, otoritas tertinggidalam pengambilan keputusan suatu hukum Islam ada pada Nabi
sendiri,tidak ada yang lain. Semua masalah hukum yang muncul dalam
masyarakatdiselesaikan langsung oleh Nabi melalui petunjuk wahyu, seperti
yangterdapat dalam Al-Qur`an dan Sunnah Nabi. Pada periode ini belum adaspesialisasi
ilmu tertentu, termasuk fiqih dan ushul alfiqh, belum ada teori-teori dan kaidah-kaidah
fiqih dalam bentuknya yang praktis seperti yangdapat kita lihat dalam kitab-kitab
sekarang ini.
Keseluruhan taklif yang tercermin dalam konsep al ahkam al khamsah (ajib, sunnah
munah, makruh, dan haram) kembali untuk kemaslahatan hamba Allah di dunia dan
akhirat.3
yang cakupannya hanya dalam bab tertentu saja seperti bab thoharoh saja. Sedangkan
3
Djazuli Aljabar, Qawaidul Fiqiyah, UIN walisongo hal. 4
4
(hukum) yang hukumnya dipahami dari kaidah tersebut. Qawa'id fiqhiyyah lebih umum
dari dhawabith fiqhiyyah, karena qawa'id fiqhiyyah tidak terbatas pada masalah dalam
satu bab fikih, melainkan mencakup semua masalah yang terdapat pada semua bab fikih.
Sedang dhawabith fiqhiyyah ruang lingkupnya terbatas pada satu masalah dalam satu
bab fikih.4
Cabang-cabang kaidah tafsiliyah antara lain:
1. Kaidah
atau muamalah dan masuk dalam bab pinjaman, atau pinjam meminjam.
2. Kaidah
Artinya: Apabila bertemu dengan suatu yang halal dan haram, maka dimenangkanlah
yang haram.
Kaidah ini termasuk Qa’idah Fiqhiyyah bukan Dhabith Fiqhiyyah, karena kaidah ini
masuk pada bab fiqh dalam masalah ibadah, muamalah dan yang lainnya. Berbeda
dengan kaidah:
Artinya: Apa yang tidak boleh menjadi objek jual-beli salam, maka tidak boleh
menjadi objek qirad (hutang-piutang).
5
4
Dewi Imro’atul Choiriyah, Makalah Qaaidhul Fiqihiyyah, hal 3
Kaidah ini termasuk Qa’idah Fiqhiyyah bukan Dhabith Fiqhiyyah, karena hanya
terbatas pada syarat transaksi (muamalah) dan dalam bab hutang hutang. 3. Kaidah
Artinya: Suatu yang meyakinkan tidak dapat hilang hanya dengan keraguan. Kaidah
ini termasuk Qa'idah Fiqhiyyah bukan DDhabit Fiqhiyyah, karena kaidah ini masuk
pada bab fiqh dalam masalah ibadah muamalah dan yang lainnya. Berbeda dengann
kaidah:
Artinya: Semua air itu murni, selama tidak ada kotran (najis) yang mencampurinya.
Kaidah ini termasuk Qa’idah Fiqhiyyah bukan Dhabith Fiqhiyyah, karena hanya
terbatas pada ruang lingkup thaharah saja.
4. Kaidah
Artinya: Jual beli aset yang tidak mengandung nilai adaDengan menggunakan kaidah
tersebut. Jelas bahwa mememinjamkan uang dari renternir hukumnya haram karena
termasuk riba. Kaidah tersebut jelas pula ada dalam bidang fiqih muamalah. Dan
kaidah diatas berhubungan dengan kaidah fiqih dalam muamalah. Tetapi, bukan dari
sisi kebolehan muamalah. Melainkan dari sisi ada bukti keharamanya yaitu riba.lah
batal.
Artinya: Membeli aset yang tidak mengandung nilai adalah rusak (fasid). Dua kaidah
atau dhawabith ini tercantum dalam al-Majallah al-Ahkam al-Adliyah bab ke dua
6
yang membahas tentang barang yang diperjualbelikan dan pada pasal kedua yang
membahas tentang apa yang boleh dan tidak boleh diperjualbelikan, maddah 211 dan
212.
E. Kesimpulan
Kaidah Tafsiliyyah terdiri dari dua kata yaitu al-qaidah dan at- tafsiliyyah. Alqaidah
secara Bahasa adalah dasar atau pondasi. Maka penjelasan di atas dapat di pahami kaidah
fiqh tafshiliyyah adalah kaidah fiqih yang membahas permasalahanpermasalahan secara
terperinci. Beberapa pendapat mengatakan bahwa kaidah fiqih tafsiliyyah memiliki
makna yang sama
Dari penjelasan diatas juga dapat disimpulkan, bahwa qawa’id fiqhiyyah lebih umum
dari dhawabith fiqhiyya h,karena qawa’id fiqhiyyah tidak terbatas pada masalah dalam
satu bab fikih, tetapi ke semua masalah yang terdapat pada semua bab fikih. Sedang
dhawabith fiqhiyyah ruang lingkupnya terbatas pada satu masalah dalam satu bab fikih.
Karena qaida fiqhiyyah disebut qaidah ‘ammah, atau kulliyah dandhabith fiqh disebut
qu’idah khashshah.
DAFTAR PUSTAKA
7
Dewi Imro’atul Choiriyah, Makalah Qaaidhul Fiqihiyyah.
Dewi Mustika Ningrat, Perbedaan Kaidah fiqih Dhabith Fikih, Makalah IAIN, Metro, 2018.