Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KAEDAH-KAEDAH FIQIH

Tentang

Tujuan Dan Kegunaan (urgensi) Qawa’id Fiqhiyyah

DOSEN PEMBIMBING :
Yan Fajri, M.Ag

DISUSUN OLEH:
Nurjannah : 2013040040
Tedi Sutrisno : 2013040047

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UIN IMAM BONJOL PADANG
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan
rahmat dan ridho-Nyalah makalah yang berjudul “tujuan dan kegunaan
(urgensi) Qawa’id Fiqhiyyah ” dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa pula
kita ucapkan salawat dan salam kepada nabi kita Muhammad SAW yang telah
membimbing kita ke dunia yang berpendidikan ini.

Makalah ini merupakan tugas yang disusun sebagai bahan


pembelajaran dalam matakuliah jurusan”Kaedah-Kaedah Fiqih”. Pada
makalah ini kami menyadari masih terdapat beberapa kekurangan. Oleh
karena itu, kami menerima segala bentuk masukan dan saran demi perbaikan
pada makalah kali ini.

Makalah ini dapat terselesaikan karena adanya pihak-pihak yang


mendukung. Terutama kepada dosen kita yang telah membagi ilmunya kepada
kita semua dan bagi semua pihak yang terlibat dalam makalah ini kami
lanturkan banyak terima kasih.

Padang, 18 September 2022


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti pada pembahasan kali ini terdapat kaidah fiqh (qowaid
fiqhiyyah) merupakan kaidah yang bersifat umum dan biasa digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan yang bersifat praktis dalam kehidupan sehari-
hari. Kaidah ini menggolongkan masalah-masalah yang serupa menjadi satu
kaidah, untuk mempermudah penyimpulan hukum dari suatu masalah. Kaidah
fiqih ini tentunya bersumber dari Al-Qur’an dan sunnah yang merupakan
sumber dari terciptanyan hukum-hukum Islam. Dengan adanya Kaidah Fiqih
(Qowaid Fiqhiyyah) ini tentunya mempermudah kita dalam menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan perbuatan (amaliyah) manusia.
Qawaid merupakan bentuk jamak dari qaidah, yang kemudian dalam
bahasa indonesia disebut dengan istilah kaidah yang berarti aturan atau
patokan. Qowa’idul fiqiyyah atau kaidah-kaidah fiqih yaitu kaidah-kaidah
yang bersifat umum yang mengelompokkan masalah-masalah fiqih terperinci
menjadi beberapa kelompok yang pula merupakan kaidah atau pedoman yang
memudahkan dalam mengistinbathkan hukum bagi suatu masalah yaitu
dengan cara menggolongkan masalah-masalah yang serupa dengan suatu
kaedah.
Secara menyeluruh, keberadaan qawa’id fiqhiyyah menjadi sesuatu
yang sangat penting. Baik dimata para ushul (usuliyun) maupun fuqaha,
B. Rumusan Masalah
1. Apa tujuan mempelajari qawa’id fiqhiyyah?
2. Apa sajakah kegunaan (urgensi) qawa’id fiqhiyyah dan contohnya?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tujuan Qawaid Fiqhiyyah


Adapun tujuan mempelajari qowaid fiqhiyyah itu adalah agar
mengetahui prinsip-prinsip umum fiqh dan akan mengetahui pokok masalah
yang mewarnai fiqih dan kemudian menjadi titik temu dari masalah-masalah
fiqih. Dari tujuan mempelajari qawaid tersebut maka manfaat yang diperoleh
adalah : akan lebih mudah menetapkan hukum bagi masalah-masalah yang
dihadapi, akan lebih arif dalam menerapkan materi-materi hukum dalam
waktu dan tempat yang berbeda, untuk keadaan dan adat yang berbeda,
mempermudah dalam melakukan analogi (ilhaq) dan takhrij untuk memahami
permasalahan-permasalahan baru, mempermudah orang yang berbakat fiqh
dalam mengikuti (memahami) bagian-bagian hukum dengan
mengeluarkannya dari tempatnya.

Adapun kepentingan Qowaid fiqh dapat dilihat dari 2 sudut yaitu

 Dari sudut sumber, qaidah merupakan media bagi peminat fiqh


untuk memahami dan menguasai maqashid al-Syari’ah karena
dengan mendalami beberapa nash-nash, ulama dapat
menemukan persoalan esensial dalam satu persoalan.
 Dari segi Istinbath al-ahkam, qowaid fiqh mencakup beberapa
persoalan yang sudah dan belum terjadi. Oleh karena itu,
qowaid fiqhiyyah dapat dijadikan sebagai salah satu alat dalam
menyelesaikan persoalan yanag terjadi yang belum ada
ketentuan atau kepastian hukumnya.
Abd al-Wahab Khalaf dalam kitab usul fiqh nya berkata bahwa nash-
nash tasyri’ telah mensyariatkan hukum terhadap berbagai macam undang-
undang nsadar telah sempurna adanya nash-nash yang menetapkan prinsip-
prinsip umum dan qanun-qanun tasyri’ yang kully. Karena cakupan dari
lapangan fiqh begitu luas maka perku adanya kristalisasi berupa qaidah-
qaidah kully yang berfungsi sebagai klasifikasi masalah-masalah furu’
(cabang) menjadi beberapa kelompok.

Dengan adanya berpedang pada qawaid fiqhiyyah para mujtahid


merasa lebih mudah dalam mengistinbatkan hukum bagi suatu masalah, yakni
dengan menggolongkan masalah yang serupa di dalam lingkup satu lingkup
qaidah. Abu Muhammad Izzuddin Ibnu Abd Al-salam menyimpulkan bahwa
qawaid fiqhiyyah adalah sebagai suatu jalan untuk mendapatkan suatu
maslahat dan menolak mafsadat, dan bagaimana menyikapi kedua hal
tersebut.
Al-Qrafy dalam al-furuq menulis bahwa seorang fukaha tidak akan
besar pengaruhnya tanpa berpegang pada qawaid fiqhiyyah, karena jika tidak
berpegang pada qaidah itu maka hasil ijtihadnya banyak pertentangan dan
berbeda antara cabang-cabang itu. Dengan berpegang pada qawaid fiqhiyyah
tentunya mudah menguasai cabangnya dan mudah dipahami oleh
pengikutnya.
Dapat kita simpulkan bahwa tujuan mempelajari qawaid fiqhiyyah ini
 Dengan mempelajari kaidah-kaidah fiqh kita akan lebih
mengetahui prinsip-prinsip umum fiqh dan akan mengetahui
pokok masalah yang mewarnai fiqh dan menjadi titik temu dari
masalah-masalah fikih.
 Dengan memperhatikan kaidah-kaidah fiqh akan leboih mudah
menetapkan hukum bagi masalah-masalah yang di hadapi.
 Dengan mempelajari kaidah fiqh akan lebih arif dalam
menerapkan materi-materi dalam waktu dan tempat yang
berbeda, untyuk keadaan dan adat yang berbeda.
 Meskipun kaidah-kaidah fiqh merupakan teori-teori fiqh yang
diciptakan oleh Ulama, padadasarnya kaidah fiqh yang sudah
mapan sebenarnya mengikuti Al-quran dan al-sunnah,
meskipun dengan cara yang tidak langsung.
 Mempermudah dalam menguasai materi hukum.
 Kaidah membantu menjaga dan menguasai persoalan-persoalan
yang banyak diperdebatkan.
 Mendidik orang yang berbakat fiqh dalamn melakukan analogi
(ilhaq) dan takhrij untuk memahami permasalahan-
permasalahan baru.
 Memepermudah orang yang berbakat fiqh dalam mengikuti
(memahami) bagian-bagian hukum dengan mengeluarkannya
dari tempatnya.

B. kegunaan (urgensi) qawa’id fiqhiyyah dan contohnya


Qawaid al fiqhiyyah telah disepakati menduduki kedudukan ke dua
dalam disiplin ilmu syariah setelah ushul fiqh. Dengan berpegang kepada
rambu-rambu yang tertata di dalamnya, para mujtahid akan lebih sistematis
dalam mengambil kesimpulan hukum atas suatu masalah, yakni dengan
menggolongkan masalah pada lingkup satu kaidah besar yang nanti
dicabangkan pada kaidah-kaidah lainnya. banyak fuqoha berkata :
Barang siapa me melihara ushul maka ia akan sampai pada maksud
Dan barang siapa memelihara qawaid maka ia selayaknya mengetahui
maksud
Kemudian dalam kitab Faridhul Bahiyyah di sebuah nudzhum
dikatakan :

‫إنما ت ُضبط الفقه بالقواعد‬ ‫فحفظها من أعظم الفوائد‬

Sesungguhnya cabang-cabang masalah fiqih itu hanya dapat dikuasai


dengan kaidah-kaidah fiqhiyyah, maka menghafalkannya sangat besar
faedahnya

Selanjutnya, dinukil dari pendapat Imam al Qarafy bahwa seorang


faqih tidak akan besar pengaruhnya tanpa berpegang kepada ilmu kaidah
fiqhiyyah. Karena jika tidak demikian, akan berpengaruh pada hasil ijtihadnya
yang bertentangan dengan dalil-dalil yang kulliy. Maka dengan menguasai
bidang dan klasifikasi qawaid fiqhiyyah, akan mudah menguasai furu’-
furu’nya. Terlebih di era modern ini, kita banyak dihadapkan dengan
permasalahan-permasalahan kontemporer yang mau tidak mau harus
bersentuhan dengan ranah fiqih. Tak jarang dari sejumlah perkara baru
tersebut belum ditemukan hukumnya karena dalil spesifik dari nushus tidak
ditemukan. Sebagai contoh, jenis kredit yang diharamkan, tidak ditemukan
nushus yang spesifik menjelaskan teknisnya.

Maka para faqih mengambil kaidah :

‫كل قرض جر منفعة فهو ربا‬

setiap pinjaman dengan menarik manfaat adalah sama dengan riba

dari situ ulama sepakat bahwa kredit yang diharamkan adalah apabila
terjadi pengambilan manfaat berlebih dari akad jual beli normal, dan apabila
ada ketidakjelasan terhadap total harga dalam pembayaran angsuran serta
persyaratan-persyaratan yang menimbulkan ghoror seperti konsekuensi bunga
sekian persen bila jatuh tempo masa pembayaran.

Contoh lain terjadi dalam transaksi bai’ salam (jual beli dengan
pembayaran lunas dimuka), ketika barang tidak sesuai pesanan, maka syariah
mengatur adanya khiyar atau opsi untuk mengakhiri atau melanjutkan akad,
dengan konsekuensi jika melanjutkan maka si pembeli menanggung kerugian.
Khiyar merupakan suatu sistem yang dirancang dalam transaksi untuk
melindungi seluruh pihak agar tidak ada yang dirugikan atau merugikan.
Hukum ini juga ternyata diambil dari kaidah :

‫إذا ضاق األمر اتسع‬

“Apabila suatu perkara menjadi sempit maka bisa diperluas”

Atau pada seseorang yang mengatakan “saya hibahkan benda ini, nanti
diganti dengan uang”. Transaksi di atas secara lafaz adalah hibah barang, tapi
secara teknis bermakna jual beli. Maka penilaian transaksi bukan dari lafaz
melainkan makna. Transaksi di atas adalah transaksi jual beli bukan
menghibahkan.

Maka kaidah yang berlaku pada akad ini adalah :

‫العبرة في العقود للمقاصد والمعاني ال لأللفاظ والمباني‬

“Yang menjadi patokan dalam akad adalah substansi dan makna,


bukan redaksi atau penamaan”

Contoh lain Diantara qawa’id yang paling mendasar dalam masalah


muamalah syar’iyah adalah:

‫األصل فى المعاملة اإلباحة إال أن يدل دليل على تحريمها‬

“Segala bentuk muamalah pada dasarnya adalah mubah (boleh)


kecuali ada dalil yang mengharamkannya” Ini menjadi alasan bagi setiap
bentuk transaksi perdagangan dan ekonomi menjadi halal kecuali jelas ada
alasan yang melarangnya.

Maka Jika dua orang pelaku muamalah atau lebih, berselisih tentang
suatu hal berkaitan dengan akad muamalah, seperti jual beli, sewa menyewa,
gadai, akad di bank atau lain-lain, maka keberpihakan diberikan kepada yang
lebih kuat alasannya sesuai prinsip dalil.

Dengan demikian, dapat dismpulkan bahwa qawaid al fiqhiyyah


merupakan komponen penunjang terpenting bagi mujtahid, mufti, dan faqih
dalam melakukan metode istinbath ahkam atau interpretasi hukum syariat.
Bahkan tak dapat diragukan lagi, penguasaan terhadap ilmu ini merupakan
tolak ukur kematangan ilmu sang mujtahid.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dapat kita simpulkan bahwa tujuan mempelajari qawaid fiqhiyyah ini


Dengan mempelajari kaidah-kaidah fiqh kita akan lebih mengetahui
prinsip-prinsip umum fiqh dan akan mengetahui pokok masalah yang mewarnai
fiqh dan menjadi titik temu dari masalah-masalah fikih. Dengan memperhatikan
kaidah-kaidah fiqh akan leboih mudah menetapkan hukum bagi masalah-masalah
yang di hadapi. Dengan mempelajari kaidah fiqh akan lebih arif dalam
menerapkan materi-materi dalam waktu dan tempat yang berbeda, untyuk
keadaan dan adat yang berbeda. Meskipun kaidah-kaidah fiqh merupakan teori-
teori fiqh yang diciptakan oleh Ulama, padadasarnya kaidah fiqh yang sudah
mapan sebenarnya mengikuti Al-quran dan al-sunnah, meskipun dengan cara
yang tidak langsung. Mempermudah dalam menguasai materi hukum.Kaidah
membantu menjaga dan menguasai persoalan-persoalan yang banyak
diperdebatkan. Mendidik orang yang berbakat fiqh dalamn melakukan analogi
(ilhaq) dan takhrij untuk memahami permasalahan-permasalahan baru.
Memepermudah orang yang berbakat fiqh dalam mengikuti (memahami) bagian-
bagian hukum dengan mengeluarkannya dari tempatnya.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Murainiy, aljilaliy. Al-qawaid al Ushuliyyah wa tathbiqotuhaa al fiqhiyyah


inda Ibni qudamah fi kitabihi al mughni. Dar Ibnu Qayyim. Saudi
Arabia. 2008. Hal 394

Dr.H. Fathurrahman Azhari,M.H.I. Qawaid Fiqhiyyah Muamalah. 2015

Ahmad Sabiq bin Abdul Latif Abu Yusuf, kaedah-kaedah praktis memahami
fiqih islami, (pustaka Al-Furqon, 2009), hlm.27

Anda mungkin juga menyukai