DISUSUN OLEH:
Nurul Anisa
Eca Korina
DOSEN PEMBIMBING:
Nurainun,M.Ag
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada allah swt. atas limpahan rahmat serta
hidayah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tanpa suatu
halangan yang berarti tidak lupa shalawat serta salam kepada junjungan nabi
besar muhammad saw yang telah kita dari jaman menuju jaman islamiyah
sekarang ini.
pemakalah
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian qawaid fiqhiyyah muamalah
B. Ruang lingkup
C. Tujuan mempelajari qawaid fiqhiyyah
D. Kaidah pertama
Kesimpulan…………………………………………………………………..11
Saran ………………………………………………………………………...11
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Beberapa permasalahan baru terus bermunculan seiring dengan
perubahan zaman, hal-hal baru yang menjadi latar belakang atau motif dari
permasalahan-permasalahan tersebut juga harus dipertimbangkan
untukmemperoleh jawaban dari permasalahan semacam ini. Sedangkan
untukmengacu kembali pada hukum fiqih, beberapa tatanan keilmuan
harusturut serta dioperasikan, seperti ilmu Qawaid al Ushuliyah, Qawaid
alFiqhiyah dan beberapa keilmuan lain yang turut mendukung.
Ilmu Qawaidal Fiqhiyah merupakan satu keilmuan yang berperan
penting dalam penyelesaiannya. Sehingga untuk menyelesaikan
permasalahan- permasalahan baru tidak cukup hanya menggunakan hukum
fiqih saja,melainkan Ilmu Qawaid al Fiqhiyah juga harus berperan dalam
penyelesaian semacam ini.Dalam mengaplikasikan Ilmu Qawaid al Fiqhiyah
pula harusdidasari dengan pengetahuan yang cukup terhadap profil dari
keilmuan ini,yakni pengertian, objek, ruang lingkup dan sejarah lahirnya
Ilmu Qawaidal Fiqhiyah. Dengan demikian diharapkan pembahasan isi atau
konten darikeilmuan ini akan lebih terarah dan sesuai dengan batas-batas
yang ada.Dengan pertimbangan-pertimbangan diatas, makalah ini
akanditulis dengan kerangka-kerangka diatas, yakni berisikan
pengertian,objek, ruang lingkup dan sejarah lahirnya Ilmu Qawaid al
Fiqhiyah
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan muamalah, qawaid fiqhuyah, dan qawaid
fiqhiyah muamalah?
2. Bagaimana ruang lingkup qawaid fiqhiyyah ?
3. Apa tujuan kita mempelajarinya?
4. Apa saja kaidah pertama dari qawaid fiqhiyyah ?
C. Tujuan
1. Untuk menambah wawasan mahasiswa mengenai muamalah, qawaid
fiqhiyah, dan qawaid fiqhiyah muamalah
2. Sebagai penambahan nilai tugas mata kuliah qawaid al-fiqhiyahfi al-
muamalah
3. Mengetahui mengenai tujuan mempelajari qawaid fiqhiyyah
4. Untuk mengetahui larangan transaksi
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
harta dalam kehidupan masyarakat yang berhubungan dengan akhlak
dalam bermuamalah.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka qawaid fiqhiyyah
muamalah, adalah qaidah fiqhiyyah yang dhabith fiqhiyyah-nya
berkaitan dengan bab fiqh muamalah.
B. Ruang lingkup
Terdapat beberapa kaedah dalam agama Islam, sebagaimanakaedah
ushuliyah, kaedah fiqhiyah juga memiliki ranah pembahasan yangmeliputi
hukum fiqih, hanya saja ruang lingkup diantara keduanya berbeda. Kaedah
Ushuliyah beroperasi pada hukum-hukum fiqih yang ditarik ulur kembali
pada al Qur‟an dan al Sunnah secara langsung, sedangkan ruang lingkup
kaedah-kaedah Fiqhiyah beroperasi pada ketetapan furu‟iyah dengan
meninjau kesesuaian dan keserupaannya sehingga memperoleh kemudahan
dalam melakukan penggalianhukumnya.
C. Tujuan mempelajarinya
Mempelajari qawaid fiqhiyyah tentu ada tujuannya. Adapaun tujuan
mempelajari qawaid fiqhiyyah itu adalah agar dapat mengetahui
prinsipprinsip umum fiqh dan akan mengetahui pokok masalah
yang mewarnai fiqh dan kemudian menjadi titik temu dari masalah-
masalah fiqh.
Dari tujuan mempelajari qawaid fiqhiyyah tersebut, maka manfaat yang
diperoleh adalah
akan lebih mudah menetapkan hukum bagi masalah-masalah
yang dihadapi
akan lebih arif dalam menerapkan materimateri hukum dalam
waktu dan tempat yang berbeda, untuk keadaan dan adat yang
berbeda
Mempermudah dalam menguasai materi hokum
Mendidik orang yang berbakat fiqh dalam melakukan analogi
(ilhaq) dan takhrij untuk memahami permasalahan-permasalahan
baru
Mempermudah orang yang berbakat fiqh dalam mengikuti
(memahami) bagian-bagian hukum dengan mengeluarkannya
dari tempatnya.
6
D. Qaidah pertama
Transaksi Terlarang
Hukum pokok ibadah menyatakan bahwa segala sesuatu
dilarang dikerjakan, kecuali ada petunjuk di dalam al-Qur’an dan
atau Sunnah untuk mengerjakannya. Oleh karena itu, masalah-
masalah ibadah tata caranya telah diatur dengan terperinci,
sehingga dilarang melakukan penambahan dan/atau perubahan.
Sedangkan hukum pokok muamalat adalah bahwa segala
perbuatan muamalah dibolehkan, kecuali ada larangan dalam al-
Qur’an dan sunnah. Dengan demikian terdapat lapangan yang luas
dalam bidang muamalah.
7
yang lain. Misalnya: Membeli barang yang terlebih
dahulu dibeli oleh orang lain, pembeli berkata
kepada penjual yang telah menjual barangnya
dengan harga Rp. 9.000,-," saya beli barang tersebut
dari anda dengan harga Rp.10.000,-" dengan tujuan
penjual membatalkan jual belinya dengan calon
pembeli pertama. Atau menawar barang yang
terlebih dahulu ditawar oleh orang lain. Ketika
seseorang mendapati dua orang yang sedang tawar
menawar harga dan keduanya hampir sepakat, lalu
mereka berkata kepada penjual," Aku beli barang
kamu dengan harga di atas dari tawarannya.” maka
muamalah seperti ini dilarang, berdasarkan hadis
Rasulullah Saw.
8
mobil tanpa menentukan harga yang mana disetujuinya.
Ketidakpastian pada barang disebabkan beberapa hal:
1. Fisik barang tidak jelas. Misalnya: Penjual berkata,"
aku menjual kepadamu barang yang ada di dalam
wadah ini dengan harga Rp. 100.000,-." dan pembeli
tidak tahu fisik barang yang berada di dalam wadah.
Pembeli yang tidak mengetahui isinya dengan harga
Rp.100.000,- mungkin mendapat untung jika
ternyata isinya seharga Rp. 130.000,- dan mungkin
mengalami kerugian jika ternyata isinya seharga Rp.
90.000,-
2. Sifat barang tidak jelas. Misalnya: Penjual
berkata," aku jual sebuah rumah kepadamu
dengan harga 50 juta rupiah". Dan pembeli
belum pernah melihat rumah tersebut dan tidak
tahu sifatnya.
3. Ukurannya tidak jelas. Misal: Penjual berkata,"
aku jual kepadamu sebagian tanah ini dengan
harga 10 juta rupiah". dengan tidak menyebutkan
ukurannya.
4. Barang bukan milik penjual, seperti menjual
rumah yang bukan miliknya.
5. Barang tidak dapat diserah terimakan, seperti
menjual mobil yang hilang.
Jika diamati bentuk-bentuk transaksi di atas, maka
seluruh akadnya mengandung unsur untung-rugi
(spekulasi). Apabila salah satu pihak mendapat
keuntungan pihak lain mengalami kerugian,
inilah hakikat gharar.
9
Faktor Kelima: Perjudian () الميسر
Kata judi ( ) الميسرdalam bahasa Arab adalah kata
mashdar mim dari kata ( ) يسرseperti kata ( ) الموعدdari (
) وعد. Kata ini digunakan untuk pengertian: Kemudahan,
karena mendapatkan harta dengan mudah. Bisa pula
berarti merasa cukup (kecukupan), apabila diambil dari
kata () يسر, karena orang yang berjudi mencukupkan
dengan hal itu. Oleh karena itu, kata al-maysir
(perjudian) dari sisi bahasa mencakup dua hal: Pertama,
Orang yang berjudi berusaha mendapatkan harta tanpa
susah payah. Kedua, orang yang berjudi adalah cara
mendapatkan harta benda dan sebab menjadi kaya.
Sedangkan secara terminologi Al-Mawardi dalam kitab
al-Hawi al-Kabir mengatakan bahwa yang dimaksud judi
ialah apabila seorang melakukan transaksi yang dia tidak
terlepas antara untung dan rugi.
BAB III
10
PENUTUP
Kesimpulan
Muamalah secara sempit, dapat dipahami bahwa muamalah itu adalah
aturan-aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya
dalam kaitannya untuk memperoleh dan mengembangkan harta benda., maka
qawaid fiqhiyyah muamalah, adalah qaidah fiqhiyyah yang dhabith fiqhiyyah-
nya berkaitan dengan bab fiqh muamalah.
Saran
Pemakalah menyadari masih begitu banyak kekurangan dan kasalahan yang
mungkin terdapat dalam makalah ini,pemakalah sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun sehingga pemakalah bisa menerapkan
masukan-masukan dari segala pihak agar pada tugas berikutnya bisa lebih baik
dari tugas sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
11
Azhari Fathurrahman.2015. Qawaid Fiqhiyyah Muamalah. Banjarmasin:
Lembaga Pemberdayaan Kualitas Ummat (LPKU)
12