MAKALAH
Disusun Guna Memenughi Tugas
Disusun oleh :
A. Latar Belakang
Dapat kita ketahui dari pengertian ilmu fiqih adalah salah satu bidang ilmu
dalam syariat islam yang secraa khusus membahas persoalan hokum yang mengatur
berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat, maupun
kehidupan manusia dengan Tuhannya. Dan pengertian kaidah fiqih adalah sebuah
hukum atau perkara universal yang bisa untuk memahami beberapa hukum dan
masalah yang masuk dalam cakupan pembahasan.
Sehingga kita disini menjelaskan kaidah fiqih seperti apa dan apakah masih
sama dengan manajemen umum pada dasarnya.
BAB II
PEMBAHASAN
"Kumpulan hukum-hukum yang serupa yang kembali kepada qiyas atau analogi yang
mengumpulkannya”
Dari definisi-definisi tersebut diatas, jelas bahwa kaidah itu bersifat menyeluruhyang
meliputi bagian-bagiannya dalam arti bisa diterapkan kepada juz’iyat-nya.
Dengan demikian di dalam hukum islam ada dua macama kadiah yaitu :
Pertama, kaidah-kaidah ushul fiqh, yang kita temukan dalam kitab-kitab ushul fiqih yang
digunakan untuk mengeluarkan hukum (takhrij al-ahkam) dari sumbernya, Al-Quran dan
Al-Hadist. Kedua, kaidah-kaidah fiqih, yaitu: kaidah-kaidha yang disimpulkan secara
general dari materi fiqih dan kemudian digunakan pula untuk menentukan hukum dari
kasus-kasus baru yang timbul yang tidak jelas hukumnya dalam nash.
Oleh karena itu baik kaidah-kadiah ushul fiqih maupun kaidah-kaidah fiqih, bisa
disebut sebagai metodologi hukum islam, hanya saja kaidah-kaidah ushul sering
digunakan di dalam tahkrij al-ahkam, yaitu mengeluarkan hukum dari dalil-dalilnya
(Al-quran dan Sunnah). Sedangkan kaidah-kaidah fiqih sering digunakan di dalam
tathbiq al-ahkam, yaitu penerapan hukum atas kasus-kasus yang timbul did dalam
bidang kehidupan manusia. Dari sini ini tidaklah heran apabila kekholifahan Turki
Usmani antara tahun 1869-1878 mengeluarkan undang-undang yang disebut majalah
Al-Ahkam Al’adliyah yang merupakan penerapan hukum islam dengan menggunakan
99 kaidah fiqih dibidang muamalah dengan 1851 pasal.
Maksut dari hadist ini adalah bahwa perbuatan seorang muslim yang mukalaf dan
berakal sehat baik dari segi perkataan atau perbuatan berbeda hasil dan hukum
syariahnya yang timbul darinya karna perbedaan maksut dan tujuan orang tersebut
dibalik perbuatanya.
Sebagai contoh : barang siapa yang mengatakan pada yang lain. “ambilah uang
ini”,maka ia bisa saj berniat sedekah maka itu menjadi pemberian ; atau niat
menghutangkan,maka wajib dikembalikan;atau sebagai amanah,maka wajib menjaga
dan mengembalikanya
Contoh : siapa yang merusak harta orang lain, maka bagi yang dirusak tidak boleh
membalas dengan merusak harta benda si perusak. Karena hal itu akan memperluas
kerusakan tanpa ada manfaatnya.
Pada fase kedua abad hijriah “Sesuatu yang dibolehkan dalam keadaan terpaksa
adalah tidak diperbolehkan ketika tidak dipaksa.”
4. Qawaid khams