Anda di halaman 1dari 12

HAL-HAL FUNDAMENTAL DALAM FIQIH MUAMALAT

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Fiqih muamalah


Dosen pengampu; Hanna Al-ithriyah, S.HI., M.EL

Kelompok 1

Uud Maghfiroh

Milda Fitria

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

INSTITUT ILMU KEISLAMAN ANNUQAYAH (INSTIKA)


GULUK-GULUK SUMENEP MADURA

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya,
yang sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu
penugasan mata kuliah Fiqih Muamalah yang berjudul “HAL HAL
FUDAMENTAL DALAM FIQIH MUAMALAH”.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Muamalah. Selain
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Seberapa Pentingnya Ilmu
Fiqih Muamalah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dosen Hanna Al-ithriyah,


S.HI., M.EL selaku dosen mata kuliah Pengantar manajemen. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini.

. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan atas kritik dan saran yang membangun
dari pembaca, terutama kepada Dosen pengampu mata kuliah Fiqih Muamalah.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Pragaan Daya, 01 Maret 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan muamalah dalam konteks aktivitas perekonomian umat Islam seperti
jual beli, menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi
dan untuk keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang yang dilakukan
dengan akad-akad yang sesuai syariah telah lazim dilakukan umat Islam sejak masa
Islam itu sendiri lahir di bawah kepemimpinan Rasulullah Saw. termasuk
fundamental bidang ekonomi yang belakangan disebut sebagai ekonomi Islam.1
Sistem ekonomi Islam yang berlandaskan pada nilai keadilan, kebersamaan,
pemerataan, dan kemanfaatan yang menjadi dasar dari prinsip syariat Islam
merupakan alasan utama mengapa system ini semakin dikembangkan dan diminati
masyarakat saat ini. Tentu saja, pengembangan ekonomi Islam ini akan
menghadapi
tantangan yang tidak ringan di masa kini dan masa yang akan datang, yang menjadi
uji coba apakah ekonomi Islam mampu mengatasi krisis global yang juga menjerat
perekonomian Indonesia.

B. Rumusan masalah
1. Apa itu syariah, fiqih dan fiqih muamalah?
2. Apa posisi muamalah dalam syariah?
3. Obyek dan ruang lingkup fiqih?
4. Bagaimana fardhu ‘ain mempelajari fiqih muamalah?
5. Bagaimana urgensi mempelajari fiqih muamalah?
6. Apa konsep dasar muamalah?
7. Apa kaidah dasar fiqih muamalah?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengenlan tentang syariah, fiqih dan fiqih muamalah


1. Syariah
Makna syari’ah adalah jalan ke sumber (mata) air, dahulu (di arab)
orang mempergunakan kata syari;ah untuk sebutan jalan setapak menuju ke
sumber (mata) air yang diperlukan manusia untuk minum dan
membersihkan diri.[1]
Kata syari’ah ini juga berarti jalan yang lurus, jalan yang lempang
tidak berkelok-kelok,juga berarti jalan raya. Kemudian penggunaan kata
syari’ah ini bermakna peraturan, adapt kebiasaan, undang-undang dan
hukum. Syariah islam berarti segala peraturan agama yang di tetapkan Allah
untuk ummat islam, baik dari Al-Qur’an maupun dari sunnah Rasulullah
saw. yang berupa perkataan,perbuatan ataupun takrir (penetapan atau
pengakuan).

Pengertian tersebut meliputi ushuluddin (pokok-pokok agama), yang menerangkan


tentang keyakinan kepada allah berserta sifat-sifatnya, hari akhirat dan sebagainya, yang
semuanya dalam pembahasan ilmu tauhid atau ilmu kalam. Ia juga mencakup kegiatan-
kegiatan manusia yang mengarah kepada pendidikan jiwa dan keluarga serta masyarakat.
Demikian pula tentang jalan yang akan membawanya kepada kehidupan yang sejahtera
dan bahagia. Ini semuanya termasuk dalam pembahasan ilmu akhlak.
Menurut pengertian-pengertian tersebut, syariah itu meliputi hokum-hukum Allah bagi
seluruh perbuatan manusia, tentang halal,haram makruh,sunnah dan mubah pengertian
inilah yang kita kenal  ilmu fiqih, yang sinonim dengan istilah “undang-undang”.
Para pakar hukum islam selalu berusaha memberikan batasan pengertian “Syariah”
yang lebih tegas, untuk memudahkan kita mebedakan dengan fiqih,yang dia antaranya
sebagai berikut:
1.      Imam Abu Ishak As-syatibi dalam bukunya Al-Muwafaqat ushulil ahkam mengatakan :
Artinya “ bahwasannya arti syariat itu sesungguhnya menetapkan batas tegas bagi orang-
orang mukallaf dalam segala perbuatan,perkataan dan akidah mereka.
2.      Syikh Muhammad Ali ath-thawi dalam bukunya kassyful istilahil funun mengatakan :
Artinya “Syariah yang telah diisyaratkan Allah untuk para hambanya, dari hokum-hukum
yang telah dibawa oleh seseorang nabi dan para nabi Allah as. Baik yang berkaitan dengan
cara pelaksanaanya, dan disebut dengan far’iyah amaliyah, lalu dihimpun oleh ilmu kalam
dan syari’ah ini dapat disebut juga pokok akidah dan dapat disebut juga dengan
diin(agama) dan millah.
Definisi tersebut menegaskan bahwa syariah itu muradif(sinonim) dengan diin dan
milah(agama). Berbeda dengan ilmu fiqih, karena ia hanya membahas tentang amaliyah
hukum(ibadah), sedangkan bidang akidah dan hal-hal yang berhubungan dengan alam
ghaib dibahas oleh ilmu kalam atau ilmu tauhid.
3.      Prof.DR. Mahmud Salthut mengatakan bahwa :
“sayariah ialah segala peraturan yang telah diisyaratkan allah,atau ia telah mensyariatkan
dasar-dasarnya, agar manusia melaksanakannya, untuk dirinya sendiri dalam
berkomunikasi dengan tuhannya dengan sesama muslim dengan sesama manusia denga
alam semesta dan berkomunikasi dengan kehidupan.

2. Fiqih muamalah

Fiqih Muamalah terdiri atas dua kata, yaitu fiqih dan muamalah. Berikut penjelasan
dari Fiqih, Muamalah, dan Fiqih Muamalah. 1

 Fiqih
Menurut etimologi, fiqih adalah paham, Arti ini sesuai dengan arti fiqih
dalam salah satu hadis riwayat Imam Bukhari yang artinya: “Barang siapa yang
dikehendaki Allah menjadi orang yang baik di sisi-Nya, niscaya diberikan
kepadaNya pemahaman (yang mendalam) dalam pengetahuan agama.”2

Secara  terminologi, fiqih pada mulanya berarti pengetahuan keagamaan


yang mencakup seluruh ajaran agama, baik berupa aqidah, akhlak, maupun  ibadah
sama dengan arti syari’ah islamiyah.3 Namun, pada perkembangan selanjutnya,
fiqih diartikan sebagai bagian dari syariah Islamiyah, yaitu pengetahuan tentang
hukum syari’ah Islamiyah yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang telah
dewasa dan berakal sehat yang diambil dari dalil-dalil yang terinci.
 Muamalah
1
Rachmad Syafe’i, Fiqih Muamalah, (Bandung : Pustaka Setia, 2001), hlm. 13
2
Ibid, hlm. 14
3
Ibid
Secara etimologi, kata muamalah adalah bentuk masdar dari
kata’amala yang artinya saling bertindak, saling berbuat, dan saling mengenal. 4
Secara terminology muamalah ialah segala aturan agama yang mengatur
hubungan antara sesama manusia, dan antara manusia dan alam sekitarnya,tanpa
memandang agama atau asal usul kehidupannya. Aturan agama yang mengatur
hubungan antar sesama manusia,  dapat kita temukan dalam hukum Islam tentang
perkawinan, perwalian, warisan, wasiat, hibah perdagangan, perburuan,
perkoperasian dll. Aturan agama yang mengatur hubungan antara manusia dan
lingkungannya dapat kita temukan antara lain dalam hukum Islam tentang
makanan, minuman, mata pencaharian, dan cara memperoleh rizki dengan cara
yang dihalalkan atau yang diharamkan.

4
Nasrun Haroen, Fiqih Muamalah, Penerbit Karya Media Pratama, Jakarta, Februari 2000,  hlm. 5
 Fiqih Muamalah
Pengertian fiqih muamalah secara terminologi dapat dibagi menjadi dua:
a) Fiqih muamalah dalam arti luas
1. Menurut Ad-Dimyati, fiqih muamalah adalah aktifitas untuk
menghasilkan duniawi menyebabkan keberhasilan masalah
ukhrawi. 5
2. Menurut pendapat Muhammad Yusuf Musa yaitu ketentuan-
ketentuan hukum mengenai kegiatan perekonomian, amanah dalam
bentuk titipan dan pinjaman, ikatan kekeluargaan, proses
penyelesaian perkara lewat pengadilan, bahkan soal distribusi harta
waris.
3. Menurut pendapat Mahmud Syaltout yaitu ketentuan-ketentuan
hukum mengenai hubungan perekonomian yang dilakukan anggota
masyarakat, dan bertendensikan kepentingan material yang saling
menguntungkan satu sama lain.

Berdasarkan pemikiran diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa fiqh


muamalah adalah mengetahui ketentuan-ketentuan hukum tentang usaha-
usaha memperoleh dan mengembangkan harta, jual beli, hutang piutang
dan jasa penitiapan diantara anggota-anggota masyarakat sesuai
keperluan mereka, yang dapat dipahami dan dalil-dalil syara’ yang terinci. 

b) Fiqih muamalah dalam arti sempit:


1. Menurut Hudhari Beik, muamalah adalah semua akad yang
membolehkan manusia saling menukar manfaat.6
2. Menurut Idris Ahmad adalah aturan Allah yang mengatur hubungan
manusia dengan manusia dalam usahanya mendapatkan alat-alat
keperluan jasmaninya dengan cara yang paling baik.

Jadi, pengertian fiqih muamalah dalam arti sempit lebih menekankan pada
keharusan untuk mentaati aturan-aturan Allah yang telah ditetapkan untuk mengatur
hubungan antara manusia dengan cara memperoleh, mengatur, mengelola, dan
mengembangkan mal (harta benda).

5
Masjfuk Zuhdi, Studi Islam Jilid III : Muamalah, (Jakarta : Rajawali, 1998), hlm. 4
6
Ibid, hlm.4-5
Ciri utama fiqih muamalah adalah adanya kepentingan keuntungan material dalam
proses akad dan kesepakatannya. Berbeda dengan fiqih ibadah yang dilakukan semata-
mata dalam rangkaa mewujudkan ketaatan kepada Allah tanpa ada tendensi kepentingan
material.

Tujuannya adalah dalam rangka menjaga kepentingan orang-orang mukallaf terhadap harta
mereka, sehingga tidak dirugikan oleh tindakan orang lain dan dapat meamnfaaatkan harta
miliknya itu untuk memenuhi kepentingan hidup mereka.

B. Posisi Muamalah dalam Islam

Ada berbagai manfaat yang bisa didapat bila kita belajar muamalah dalam islam, salah
satunya adalah memudahkan kita untuk mengetahui hukum-hukum fiqh tanpa perlu
menghafalkan permasalahannya satu per satu. Manfaat keduanya yaitu membantu
penentuan hukum kontemporer atau baru dengan mudah bila kita menguasai kaidah-kaidah
fiqhiyah. Manfaat yang ketiga adalah mengetahui keindahan syari’at islam dari kaidah
fiqh. Kita juga dapat mengatasi masalah yang ada sekarang ini dengan mudah bila
menguasai kaidah-kaidah fiqh. Fiqh muamalah lebih berfokus pada urusan dunia terlebih
lagi jual beli, jadi bila kita mempelajari muamalah ini kita akan bisa belajar masalah usaha
atau bisnis. Bagaimana kita menjalankan toko tokodengan syari’at islam.

Husein Shahhathah (Al-Ustaz Universitas Al-Azhar Cairo) dalam buku Al-Iltizam


bi Dhawabith asy-Syar’iyah fil Muamalat Maliyah (2002) mengatakan, “Fiqh muamalah
ekonomi, menduduki posisi yang sangat penting dalam Islam. Tidak ada manusia yang
tidak terlibat dalam aktivitas muamalah, karena itu hukum mempelajarinya wajib ‘ain
(fardhu) bagi setiap muslim.

C. RUANG LINGKUP FIQIH MUAMALAH

Ruang lingkup fiqih muamalah terbagi menjadi dua:

1. Al-Muamalah Al-Adabiyah.
Hal-hal yang termasuk Al-Muamalah Al-Adabiyah adalah ijab kabul, saling
meridhai, tidak ada keterpaksaan dari salah satu pihak, hak dan kewajiban,
kejujuran pedagang, penipuan, pemalsuan, dan segala sesuatu yang bersumber dari
indera manusia yang ada kaitannya dengan peredaran harta.7
2. Al-Muamalah Al-Madiyah
1. Jual beli (Al-bai’ at-Tijarah)
2. Gadai (rahn)
3. Jaminan/ tanggungan (kafalah)
4. Pemindahan utang (hiwalah)
5. Jatuh bangkit (tafjis)
6. Batas bertindak (al-hajru)
7. Perseroan atau perkongsian (asy-syirkah)
8. Perseroan harta dan tenaga (al-mudharabah)
9. Sewa menyewa tanah (al-musaqah al-mukhabarah)
10. Upah (ujral al-amah)
11. Gugatan (asy-syuf’ah)
12. Sayembara (al-ji’alah)
13. Pembagian kekayaan bersama (al-qisamah)
14. Pemberian (al-hibbah)
15. Pembebasan (al-ibra’), damai (ash-shulhu)
16. beberapa masalah mu’ashirah (mukhadisah), seperti masalah bunga bank,
asuransi, kredit, dan masalah lainnnya. 
17. Pembagian hasil pertanian (musaqah)
18. Kerjasama dalam perdagangan (muzara’ah)
19. pembelian barang lewat pemesanan (salam/salaf)
20. Pihak penyandang dana meminjamkan uang kepada nasabah/ Pembari modal
(qiradh)
21. Pinjaman barang (‘ariyah)
22. Sewa menyewa (al-ijarah)
23. Penitipan barang (wadi’ah)
D. Urgensi mempelajari fiqih muamalah
Didalam Fiqh Muamalah memuat segala ilmu tentang segala hubungan antar
manusia dalam hal tentang kegiatan sesama umat manusia, maka kita lihat
secara garis besar bahwa Fiqh Muamalah mengatur tentang bagaimana kita
sebagai manusia untuk melakukan kegiatan-kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari, termasuk disini ekonomi, jual beli hingga menjaga

7
Muslich Wardi Ahmad, Fiqh Muamalah, Penerbit Amzah, Jakarta, 2010, hlm. 21
hubungan antar sesama manusia, bila kila lihat maka Fiqh Muamalah
merupakan ilmu yang cukup luas cakupannya, namun disini saya lebih
menekankan Fiqh Muamalah untuk melakukan kegiatan ekonomi atau
melakukan transaksi Jual beli, karena aspek ini merupakan aspek yang selalu
bersentuhan dengan kehidupan kita semua pada tiap-tiap hari, sudah sepatutnya
kita sebagai seorang muslim untuk memperlajari ilmu ini karena hal ini sangat
penting bagi kehidupan kita, bisa dibayangkan apabila kita tidak memilki
peganggan atau pedoman dalam melakukan sesuatu, maka kegiatan yang
dilakukan akan berantakan dan tidak teratur, begitu juga kita menyikapi tentang
berkegiatan Muamalah, dengan kita mempelajari ilmu ini maka diharapkan
dapat membuat kita lebih baik lagi dalam kelakukan kegiatan ekonomi dan
dapat membantu untuk mewujudkan tujuan ekonomi Islam yaitu
mensejahterakan umat dan menghilangkan ketimpangan sosial. Dan untuk
runag lingkup secara garis besar Fiqh Muamalah memuat tentang segala hal
yang meliputi : Transaksi kebendaan, Pemberian kepercayaan, perkawinan,
Urusan Persengketaan, Pembagian warisan. Karena sejatinya dalam Islam tidak
ada pemisahan antara amal perbuatan dan amal akhirat, sebab sekecil kecil
apapun aktifitas manusia didunia harus berdasarkan pada ketetapan allah SWT
agar kelak selamat dunia dan akhirat, inti dari tulisan ini adalah bahwa ilmu
harus selalu kita cari dan diamalkan untuk kehidupan sehari-hari, sebab dengan
ilmu-ilmu seperti Ilmu Fiqh Muamalah, kegiatan kita didunia akan
mendapatkan ridho allah SWT dan akan juga dapat mendapatkan ganjaran yang
setimpal diakhirat kelak, maka untuk kita semua wajib untuk mendalami dan
mempelajari segala pedoman-pedoman atau ilmu apapun tanpa terkeculi,
karena dengan begitu kita akan selamat dunia dan akhirat
.
E. Konsep dasar fiqih muamalah
Konsep Dasar Fiqih Mu’amalah Sebagai sistem kehidupan. Islam
memberikan warna dalam setiap dimensi kehidupan manusia, Tak terkecuali dunia
ekonomi.Sistem Islam ini berusaha mendialektikkan nilai-nilai ekonomi dengan
nilai akidah ataupun etika. Artinya, kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh manusia
dibangun dengan dialektika nilai materialisme dan spiritualisme. Kegiatan ekonomi
yang dilakukan tidak hanya berbasis nilai materi, akan tetapi terdapat sandaran
transendental didalamnya, sehingga akan bernilai ibadah. Selain itu, konsep dasar
Islam dalam kegiatan muamalah (ekonomi) juga sangat konsen terhadap nilai-nilai
humanisme.

Fiqih mualamah merupakan segenap aturan hukum Islam mengenai perilaku


manusia di dunia yang berkaitan dengan harta. Fiqih mu’amalah mencakup
masalah transaksi komersial (al-mu’awadat) seperti jual beli, sewa menyewa,
mencakup masalah transaksi sosial (tabarru’at) seperti hibah wakaf, dan wasiat
mencakup pengguguran kewajiban (isqatat) seperti terbebas dari utang, mencakup
masalah perkongsian (syrikat) dan penguatan (tutsiqat) seperti gadai, hiwalah dan
khalafah. Al-Musyaiqih mengartikannya sebagai hukum syara’ yang berkaitan
dengan masalah duniawi seperti jual beli, sewa menyewa, gadai, dan sebagainya
.
Qal’ah Jie menyebutkan bahwa fiqih dalam konteks mu’amalah hanya
berkaitan masalah duniawiyah. Dalam hal ini dia menyatakan:
‫ا س‬NN‫ل الن‬NN‫ا م‬NN‫ة لتع‬NN‫ة امنظم‬NN‫ ال حكا م الشر عي‬,‫المعامالت في الفقه ال حكالم الشرعية التعلقة باال مور الد نيويه‬
‫في الد نيا‬
“Mu’amalah dalam terminologi fiqih adalah hukum syara’ yang berkaitan dengan
persoalan duniawi, hukum syara’ yang mengatur perilaku manusia di dunia.”
Jadi fiqih mu’amalah berarti serangkaian aturan hukum Islam yang mengatur pola
akad atau transaksi antarmanusia yang berkaitan dengan harta. Aturan yang
mengikat dan mengatur para pihak yang melaksanakan mu’amalah tertentu.
F.   Kaidah Kaidah Fikhiyah Dalam Muamalah
Yusuf Al-Qatadhawi salah seorang pemikir Islam kontemporer telah menulis
sebuah kitab ”Al-Qawaidu al-Hakimatu li Fiqhi al-Muammalat” telah merumuskan
7 (tujuh) kaidah hukum muammalah, Kaidah tersebut sangat bermanfaat untuk
dipedomani para hakim.

Pertama kaidah: Al-Ashl fi al-mu’ammalat al-ibaaha”; Hukum dasar muamalah


adalah mubah, kecuali jika ada nash yang shahih.

Nash shahih dalam arti tsabit dan tegas dalalahnya yang melarang serta
mengharamkannya. Jika ada maka nash itulah yang dipegang. Ini adalah kaidah
yang agung dan sangat bermanfaat.
Dari kaidah ini fukaha menggalinya secara mendalam dan menghasilkan kaidah-
kaidah lain, yaitu: ”Al-ashl fi al-uquud wa syuruut al-ibahah”. Hukum dasar segala
transaksi dan syarat adalah mubah.

Dengan demikian segala hal ihwal jual-beli, hibah, sewa-menyewa dan kebiasaan-
kebiasaan lainnya yang dibutuhkan manusia dalam hidup mereka diizinkan oleh
syariat. Syari’at hanya mengharamkan kebiasaan-kebiasaan yang mengandung
kerusakan dan memakruhkan kebiasaan-kebiasaan yang tidak patut, sebagaimana
juga syariat mewajibkan kebiasaan-kebiasaan yang bersifat harus dan
menganjurkan kebiasaan yang mengandung maslahat nyata baik kualitasnya,
kuantitasnya maupun karakteristiknya.

Kaidah ini telah menjadi kesepakatan ulama, sebagai dasar dari kaidah ini antara
lain adalah firman Allah dalam Surat Yunus ayat 59 dan Surat An-Nahl 116:

Artinya: Katakanlah (Muhammad) "Terangkanlah kepadaku tentang rezki yang


diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya Haram dan
(sebagiannya) halal". Katakanlah: "Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu
(tentang ini) atau kamu mengada-adakan saja terhadap Allah ?"

Anda mungkin juga menyukai