Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

WAKAF KHAIRI DALAM PERSEPKTIF ISLAM

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


“Fiqih Kontemporer”
Dosen Pengampu
Prof. Dr. Hj. Tutik Nur Hamidah, M.Ag

Disusun Oleh:

Sinta Dewi Kumala ( 220101210022 )

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM MAULANA MALIK IBRAHIM


MALANG

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT, yang menguasai kerajaan di langit

dan di bumi. Berkat rahmat dan karunia-Nya pada kesempatan kali ini kami dapat

menyelesaikan penyusunan Makalah yang berjudul “Wakaf khairi dalam

perspektif fiqih”. Shalawat dan salam selalu teriring kepada pemimpin umat,

penuntun akhlak yakni Nabi besar Muhammad SAW dan kepada keluarga,

sahabat, serta kepada pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Pada akhirnya, kami menyadari bahwa penulisan Makalah ini masih jauh

dari kesempurnaan, karenanya kami mengharapkan kritik dan saran yang

konstruktif dari para pembaca sekalian agar bisa mencapai kesempurnaan.

Semoga Makalah ini memberikan manfaat dan sumbangsih positif bagi khazanah

intelektual penulis khususnya dan para pembaca sekalian pada umumnya.

Malang, 23 November 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam sebagai agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan umatnya

memberikan perhatian khusus terhadap konsep wakaf, yang dianggap sebagai

bentuk investasi sosial dan kesejahteraan umat. Salah satu bentuk wakaf yang

mendapat perhatian dalam perspektif fiqih Islam adalah Wakaf Khairi. Wakaf

Khairi menandakan sebuah bentuk wakaf yang diarahkan untuk kepentingan

umum dan kesejahteraan masyarakat. Dalam makalah ini, kita akan menggali

lebih dalam mengenai Wakaf Khairi dari perspektif fiqih.

Wakaf, sebagai konsep filantropis dalam Islam, memiliki akar yang kuat

dalam ajaran agama. Menurut perspektif fiqih, wakaf diartikan sebagai pemberian

harta atau tanah untuk kepentingan umum yang diniatkan secara

berkesinambungan. Wakaf Khairi, sebagai salah satu bentuk wakaf, memiliki

peran yang signifikan dalam menjawab tantangan sosial dan ekonomi di

masyarakat. Makalah ini bertujuan untuk merinci dan menganalisis Wakaf Khairi

dari perspektif fiqih guna memberikan pemahaman yang lebih mendalam

mengenai prinsip-prinsip hukum Islam yang melingkupi konsep ini.1

Wakaf tidak hanya dipandang sebagai tindakan amal, tetapi juga sebagai

instrumen strategis dalam pembangunan sosial dan ekonomi umat Islam. Sejak

zaman Rasulullah dan para sahabat, konsep wakaf telah menjadi salah satu

fondasi dalam mengentaskan kemiskinan, memberdayakan masyarakat, dan

memperkuat struktur ekonomi umat. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam

1
Al-Mawardi, Abu al-Hasan Ali bin Muhammad al-, Al-Ahkam as-Sultaniyyah, (Cairo:
Dar al-Kutub al-Misriyyah, 2008), hlm. 45.
terhadap Wakaf Khairi dari perspektif fiqih menjadi esensial dalam menggali

potensi pemberdayaan sosial dan ekonomi yang terkandung di dalamnya.

Fiqih sebagai ilmu yang mengatur hukum-hukum Islam memiliki peran

sentral dalam membimbing umat Muslim dalam melaksanakan ibadah dan

berinteraksi dengan masyarakat. Wakaf Khairi, sebagai bentuk amalan kebajikan,

dianalisis dalam kerangka prinsip-prinsip fiqih yang telah ditetapkan oleh ulama

dan cendekiawan Islam. Dengan memahami keterkaitan ini, kita dapat menggali

makna wakaf khairi secara lebih holistik dan mendalam.Melalui pembahasan ini,

makalah ini akan membahas definisi wakaf khairi, hukum dan syarat sahnya

menurut perspektif fiqih, serta bagaimana pelaksanaan wakaf khairi dapat

memberikan manfaat signifikan bagi masyarakat. Selain itu, makalah ini juga

akan mengidentifikasi beberapa kontroversi dan tantangan yang mungkin timbul

dalam implementasi wakaf khairi, serta memberikan kesimpulan dan rekomendasi

untuk meningkatkan praktik wakaf khairi sesuai dengan prinsip-prinsip fiqih

Islam.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu wakaf khairi ?

2. Bagaimana hukum wakaf khairi?

3. Apa perbandingan wakaf khairi dengan wakaf yang lain ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Apa itu wakaf khairi

2. Untuk mengetahui Bagaimana hukum wakaf khairi

3. Untuk mengetahui Apa perbandingan wakaf khairi dengan wakaf yang

lain ?
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian

Wakaf Khairi, sebagai bentuk wakaf produktif, memiliki kedudukan

yang khusus dalam fiqih Islam. Dalam perspektif fiqih, beberapa aspek yang

perlu diperhatikan terkait dengan Wakaf Khairi mencakup definisi, hukum,

syarat-syarat sah, serta implementasinya dalam kehidupan masyarakat.2

1. Pengertian Wakaf Khairi

Wakaf Khairi dapat didefinisikan sebagai wakaf yang diwakafkan untuk

kepentingan umum, dan hasilnya digunakan untuk membiayai dan mendukung

berbagai kegiatan kemanusiaan dan sosial yang memberikan manfaat jangka

panjang kepada masyarakat. Wakaf Khairi menekankan pada aspek

pemberdayaan dan kesejahteraan umat secara berkelanjutan. Sejarah mencatat

bahwa praktik Wakaf Khairi telah menjadi bagian integral dalam pembangunan

masyarakat Islam. Mulai dari zaman Rasulullah hingga masa

khulafaurrasyidin, praktik Wakaf Khairi telah membantu mengatasi berbagai

tantangan sosial dan ekonomi yang dihadapi oleh umat Islam. Pemahaman

terhadap sejarah wakaf khairi memberikan perspektif tentang evolusinya dalam

konteks fiqih.

2. Hukum Wakaf Khairi dalam Fiqih

Hukum wakaf khairi dapat ditemukan dalam nash-nash Al-Quran dan

Hadis, serta diinterpretasikan oleh ulama-ulama fiqih. Wakaf Khairi umumnya

diperbolehkan dan bahkan dianjurkan dalam Islam karena memberikan

manfaat yang berkelanjutan kepada masyarakat. Fiqih memberikan landasan


2
Al-Qaradhawi, Yusuf, Fiqh az-Zakat, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1999), hlm. 112.
hukum untuk mendukung keberlanjutan wakaf khairi sebagai bentuk amal

jariyah.

3. Syarat-syarat Sah Wakaf Khairi

Fiqih menetapkan beberapa syarat agar wakaf khairi dianggap sah.

Syarat-syarat tersebut melibatkan niat yang tulus, harta yang diwakafkan harus

halal, dan penentuan tujuan wakaf yang jelas. Syarat-syarat ini bertujuan

untuk memastikan bahwa wakaf khairi dilakukan sesuai dengan prinsip-

prinsip Islam dan dapat memberikan manfaat yang maksimal kepada

masyarakat.

4. Perbandingan dengan Jenis Wakaf Lainnya

Dalam konteks fiqih, perbandingan antara Wakaf Khairi dengan jenis

wakaf lainnya menjadi relevan. Perbedaan ini dapat melibatkan tujuan wakaf,

jenis aset yang diwakafkan, dan manfaat yang dihasilkan. Analisis

perbandingan ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang

bagaimana Wakaf Khairi dapat diintegrasikan dalam kerangka fiqih yang lebih

luas.

Dengan demikian, pemahaman wakaf khairi dalam fiqih melibatkan

penelusuran hukum dan prinsip-prinsip yang melingkupinya. Pemahaman ini

akan memberikan dasar yang kokoh bagi implementasi dan pengembangan

Wakaf Khairi sebagai instrumen pemberdayaan masyarakat dan kesejahteraan

umat Islam.

Fiqih, dalam konteks Islam, adalah ilmu yang mempelajari aturan-aturan

hukum yang berasal dari sumber-sumber utama Islam, yaitu Al-Quran, Hadis,

Ijma (kesepakatan ulama), dan Qiyas (analogi hukum). Fiqih memiliki peran
kunci dalam membimbing umat Islam dalam aspek ibadah, muamalah, dan

akhlak sesuai dengan ajaran agama.3

Wakaf Infak/shadaqah/hibah

Menyerahkan kepemilikan suatu Menyerahkan kepemilikan suatu

barang kepada orang lain barang kepada pihak lain

Hak milik atas barang Hak milik atas barang diberikan

dikembalikan kepada Allah kepada penerima shadaqah/hibah

Objek wakaf tidak boleh Objek shadaqah.hibah boleh

diberikan atau dijual kepada diberikan atau dijual kepada pihak

pihak lain lain

Manfaat barang biasanya Manfaat barang dinikmati oleh

dinikmati untuk kepentingan penerima shadaqah/hibah

social

Objek wakaf biasanya kekal Objek shadaqah/hibah tidak harus

zatnya kekal zatnya

Pengelolaan objek wakaf Pengelolaan obejek shadaqah/hibah

diserhakan kepada administratur diserahkan kepada si penerima

yang disebut nadzir/mutawali

1. Definisi dan Ruang Lingkup Fiqih

Fiqih mencakup pemahaman mendalam terhadap tata cara ibadah, hukum-

hukum muamalah, dan etika sehari-hari. Ini melibatkan interpretasi dan aplikasi

3
Ibn Qudamah, Ahmad bin Umar bin Ali, Al-Mughni, (Beirut: Dar al-Ma'arif, 2003), jil.
2, hlm. 78.
hukum-hukum Islam untuk membimbing individu dan masyarakat agar dapat

menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran Islam.

2. Peran Fiqih dalam Menentukan Hukum-hukum Islam

Fiqih memiliki peran penting dalam menentukan hukum-hukum Islam

yang relevan dengan kondisi dan konteks zaman. Ulama fiqih bertugas menggali

nash-nash hukum Islam dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari

agar umat dapat hidup sesuai dengan tuntunan agama.

3. Konsep Wakaf dalam Islam

Wakaf, sebagai bentuk amal jariyah, dijelaskan dalam Al-Quran dan Hadis

sebagai tindakan memberikan sebagian harta atau tanah untuk kepentingan umum.

Pemberian tersebut tidak boleh dicabut dan diarahkan untuk keberlanjutan

manfaatnya. Dalam konteks ini, wakaf dianggap sebagai investasi sosial yang

berkelanjutan.

4. Definisi dan Makna Wakaf

Wakaf berasal dari kata Arab yang berarti 'menghentikan' atau 'menahan.'

Ini mencerminkan sifat wakaf yang bersifat abadi dan tidak bisa dicabut, sehingga

manfaatnya terus berlanjut sepanjang masa.

5. Klasifikasi Wakaf: Wakaf Cash dan Wakaf Produktif

Wakaf dapat dibagi menjadi dua kategori utama: wakaf cash (uang) dan

wakaf produktif (aset produktif seperti tanah atau bangunan). Wakaf khairi

termasuk dalam kategori wakaf produktif, karena diarahkan untuk memberikan

manfaat berkelanjutan melalui aset yang diwakafkan.


6. Hukum dan Syarat Sah Wakaf dalam Fiqih

Fiqih mengatur aturan-aturan yang berkaitan dengan wakaf, termasuk

syarat-syarat sah wakaf dan hukum-hukum yang mengaturnya. Melalui prinsip-

prinsip fiqih, wakaf khairi dianalisis untuk memahami landasan hukum yang

memandu pendirian dan pengelolaannya.

Dengan landasan teoritis ini, kita dapat mendalami pemahaman terhadap konsep

wakaf khairi dari perspektif fiqih, memahami peran fiqih dalam menentukan

hukum-hukum wakaf, dan melihat bagaimana prinsip-prinsip fiqih dapat

diaplikasikan dalam pendirian dan pelaksanaan wakaf khairi.4

B. Rukun Wakaf

Rukun wakaf ada 4 (empat) (Depag, 2006), yaitu:

1. Pelaku terdiri atas orang yang menakafkan harta (wakil/pewakaf). Namun, ada

pihak yang memiliki peranan penting walaupun di luar rukun wakaf yaitu

pihak yang diberi wakaf/diamanahkan untuk mengelola wakaf yang disebut

nazhir

2. Barang atau harta yang diwakafkan (mauquf bih)

3. Peruntukan wakaf (mauquf’alaih)

4. Shighat (pernyataan atau ikrar sebagai suatu kehendak untuk mewakafkan

sebagian harta bendanya termasuk penetapan jangka waktu dan peruntukan)

C. Rukun Wakaf

1. Merdeka

2. Berakal sehat

3. Dewasa (baligh)

4
Ibn Abd al-Barr, Yahya bin Abdullah bin Muhammad, Al-Istidhkar, (Beirut: Dar al-Fikr,
2001), hlm. 67.
4. Tidak berada di bawah pengampuan. Ada kalanya seseorang mewakafkan

hartanya, tetapi wakaf tersebut tidak langsung terlaksana, dan pelaksanaannya

dikaitkan dengan keberadaan orang lain. Ada beberapa hukum wakaf yang

berkaitan degan masalah ini:

 Orang yang mempunyai utang, maka wakafnya ada 3 macam:

a. Jika ia berada di bawah pengampuan karena utang dan mewakafkan

seluruh atau sebagian hartanya, sedang utangnya meliputi seluruh harta

yang dimiliki, hukum wakafnya sah. Tetapi pelaksanaannya tergantung

pada kerelaan para kreditormya

b. Jika ia berada di bawah pengampuan karena utang dan mewakafkan

seluruh atau sebagian hartanya ketika sedang menderita sakit parah, maka

wakafnya sah. Akan tetapi pelaksanaannya bergantung pada kerelaan para

kreditor

c. Jika dia tidak di bawah pengampuan karena utang dan mewakafkan

seluruh atau sebgaian hartanya ketika dalam keadaan sehat, maka

wakafnya sah dan dapat dilaksanakan, baik utangnya meliputi seluruh

harta yang dimiliki atau hanya sebagian saja

C. Kontroversi dan Tantangan dalam Implementasi Wakaf Khairi

Meskipun Wakaf Khairi memiliki nilai positif dalam konsep fiqih dan

pemberdayaan masyarakat, tetapi implementasinya tidak selalu berjalan

mulus. Berbagai kontroversi dan tantangan dapat muncul yang memerlukan

perhatian khusus untuk memastikan keberhasilan dan berkelanjutan dari wakaf

khairi.

Tantangan dalam Implementasi Wakaf Khairi


a. Kesadaran Masyarakat:Tantangan pertama adalah kesadaran masyarakat

terhadap konsep dan manfaat wakaf khairi. Beberapa masyarakat mungkin

tidak memiliki pemahaman yang memadai tentang potensi manfaat jangka

panjang dari wakaf khairi, sehingga upaya edukasi dan sosialisasi

diperlukan.

b. Regulasi dan Kebijakan: Tantangan kedua berkaitan dengan regulasi dan

kebijakan yang mendukung atau menghambat implementasi wakaf khairi.

Ketersediaan regulasi yang jelas dan dukungan pemerintah dapat menjadi

kunci keberhasilan wakaf khairi.

c. Manajemen dan Transparansi: Pengelolaan wakaf khairi yang efektif dan

transparan menjadi tantangan. Diperlukan lembaga-lembaga yang mampu

mengelola aset wakaf dengan baik, menyusun laporan secara teratur, dan

memastikan bahwa manfaat dari wakaf khairi tersebar merata.

d. Keseragaman Interpretasi Fiqih: Tantangan lain adalah adanya perbedaan

interpretasi fiqih di antara ulama dan masyarakat. Kesenjangan

pemahaman ini dapat menghambat perkembangan wakaf khairi jika tidak

ada kesepakatan atau pedoman yang jelas.

Kontroversi seputar Wakaf Khairi

e. Isu Keberlanjutan Manfaat: Beberapa orang mungkin mempertanyakan

keberlanjutan manfaat yang dihasilkan dari wakaf khairi. Diperlukan

mekanisme yang jelas untuk memastikan bahwa manfaat tersebut benar-

benar mencapai target yang diinginkan dan berkelanjutan.

f. Kontroversi Hukum dan Etika: Beberapa masyarakat mungkin memiliki

kontroversi terkait aspek hukum dan etika wakaf khairi. Pemahaman yang
mendalam terhadap prinsip-prinsip fiqih dapat membantu meredakan

kontroversi ini dan membangun keyakinan di kalangan masyarakat.

g. Pembagian Manfaat: Tantangan lainnya adalah pembagian manfaat wakaf

khairi secara adil di antara penerima manfaat. Adanya ketidaksetaraan atau

ketidakadilan dalam distribusi manfaat dapat menimbulkan ketidakpuasan

di masyarakat.

Dengan mengidentifikasi tantangan dan kontroversi ini, langkah-langkah

perbaikan dapat diambil untuk meningkatkan implementasi wakaf khairi.

Melibatkan pihak-pihak terkait, mendukung regulasi yang mendukung, dan

meningkatkan pemahaman masyarakat dapat menjadi langkah-langkah kunci

untuk mengatasi hambatan-hambatan ini.5

Hukum Wakaf Khairi di Indonesia


Wakaf umum tergolong jenis wakaf yang didasarkan atas objek tujuan. Jika secara
garis besar, wakaf berdasarkan objeknya dibagi menjadi dua yaitu wakaf ahli dan
wakaf khairi. Wakaf ahli merupakan wakaf yang ditujukan untuk saudara atau
kerabat sendiri, sehingga tidak dirasakan oleh masyarakat umum. Sedangkan
wakaf umum diperuntukkan untuk kepentingan masyarakat luas, seperti
bangunan, tanah, masjid dan masih banyak lagi. Dasar hukum wakaf di Indonesia
merujuk pada Al-Qur’an dalam QS. Al-Hajj ayat 77 dan juga QS. Ali Imran ayat
92. Tidak hanya dituangkan dalam Al-Qur’an, tetapi juga dalam Peraturan
Pemerintah No. 42 Tahun 2006 yang membahas mengenai pelaksanaan
wakaf.Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 2004 membahas mengenai hukum
positif pelaksanaan wakaf di Indonesia. Dalam Undang-Undang perwakafan juga
membahas Badan Wakaf Indonesia (BWI) yang memiliki tugas sebagai lembaga
negara independen. Badan Wakaf Indonesia berhak mengurus, mengelola dan
berusaha untuk memajukan pelaksanaan wakaf di Indonesia.
BAB III

5
Yusuf, Hamid, Islamic Finance: Principles and Practice, (Cheltenham: Edward Elgar
Publishing, 2010), hlm. 92.
PENUTUPAN

Secara keseluruhan, Wakaf Khairi dalam perspektif Islam memegang

peranan yang sangat signifikan dan kompleks. Dari sudut pandang ajaran Islam,

wakaf khairi tidak hanya dianggap sebagai amal kebajikan semata, melainkan

sebagai suatu wujud investasi sosial yang mempromosikan prinsip-prinsip

kesejahteraan dan keadilan. Dalam tinjauan fiqih, wakaf khairi diberikan

legitimasi dengan dasar hukum yang kokoh, menitikberatkan pada syarat-syarat

sah yang termaktub dalam prinsip-prinsip syariah. Definisi yang tegas dan niat

yang murni menjadi dasar konseptual wakaf khairi, yang diwujudkan melalui

pengalihan sebagian harta atau aset untuk kepentingan umum, menandakan tekad

untuk memberdayakan masyarakat dan memajukan kesejahteraan bersama. Wakaf

khairi mengemban peran lebih dari sekadar pengalihan kepemilikan, namun

mencerminkan komitmen untuk memberikan manfaat jangka panjang, mencakup

pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi.

Namun demikian, dalam implementasinya, wakaf khairi dihadapkan pada

berbagai tantangan. Kesadaran masyarakat tentang potensi manfaat jangka

panjang masih perlu ditingkatkan, dan regulasi yang mendukung wakaf khairi

perlu diperkuat agar dapat memberikan dukungan yang optimal. Tantangan

manajerial, seperti pengelolaan aset dan distribusi manfaat yang adil, juga perlu

menjadi fokus perhatian. Meskipun terdapat kontroversi terkait interpretasi hukum

dan etika, hal ini sejatinya mencerminkan kompleksitas dan dinamika dalam

menghadirkan solusi yang sesuai dengan konteks sosial yang beragam.


Kesimpulannya, wakaf khairi dalam perspektif Islam adalah suatu bentuk

implementasi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan yang tertanam dalam ajaran

agama. Sementara itu membuka pintu untuk pemberdayaan dan kesejahteraan

masyarakat, langkah-langkah strategis perlu diambil untuk mengatasi tantangan

dan kontroversi guna memastikan bahwa wakaf khairi dapat menjadi pilar

kebaikan yang berkesinambungan dan menyentuh segenap lapisan masyarakat,

sesuai dengan spirit ajaran Islam yang menyeluruh dan inklusif.

Dalam pandangan fiqih, Wakaf Khairi diartikan sebagai suatu perbuatan

amal yang melibatkan pengalihan hak milik atas harta atau aset untuk kepentingan

umum dan kesejahteraan masyarakat, sesuai dengan prinsip-prinsip hukum Islam.

Dari perspektif fiqih, terdapat beberapa aspek kunci yang membentuk landasan

hukum dan konseptual wakaf khairi:

1. Landasan Hukum:

Fiqih memberikan legitimasi pada Wakaf Khairi dengan merujuk pada

nash-nash Al-Quran dan Hadis. Keterlibatan fiqih dalam menafsirkan dan

memahami ayat-ayat Al-Quran serta hadis-hadis yang berkaitan dengan wakaf

membantu memberikan kerangka hukum yang kokoh.

2. Syarat-syarat Sah:

Fiqih menetapkan syarat-syarat sah yang harus dipenuhi agar wakaf khairi

dianggap sah menurut hukum Islam. Niat yang tulus, harta yang halal, dan

penetapan tujuan yang jelas merupakan beberapa syarat yang ditegaskan dalam

pandangan fiqih.
3. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat:

Dari sudut pandang fiqih, tujuan utama Wakaf Khairi adalah untuk

memberdayakan masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan umat. Konsep ini

terkait erat dengan prinsip-prinsip keadilan dan kemanusiaan dalam Islam.

4. Pengelolaan dan Distribusi Manfaat:

Fiqih memberikan pedoman terkait pengelolaan aset wakaf dan distribusi

manfaatnya. Lembaga-lembaga wakaf, yang memiliki kewenangan untuk

mengelola harta wakaf, diatur dalam pandangan fiqih untuk memastikan efisiensi

dan keadilan dalam pemanfaatan dana wakaf.

5. Peran Pemerintah dan Masyarakat:

Fiqih juga menyoroti peran pemerintah dan masyarakat dalam mendukung

implementasi Wakaf Khairi. Pemerintah diharapkan untuk menciptakan regulasi

yang mendukung dan masyarakat diharapkan untuk memiliki kesadaran akan

potensi manfaat wakaf khairi.

Dengan demikian, dari perspektif fiqih, Wakaf Khairi dianggap sebagai

instrumen hukum yang memiliki dasar kuat dalam ajaran Islam. Pemahaman yang

mendalam terhadap prinsip-prinsip fiqih ini membantu menjelaskan dan

menetapkan tata cara pendirian, pengelolaan, dan distribusi manfaat dari wakaf

khairi dalam rangka mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan sosial yang

dianut oleh Islam.


DAFTAR PUSTAKA

Wasilah, Sri Nurhayati. 2008. Akuntansi syariah di Indonesia. Jakarta : Salemba

Empat.

Mughniyah, Muhammad Jawad. 2001. Fiqih Lima Mazhab: Ja’fari, Hanafi,

Maliki, Syafi’I, Hambali. Jakarta: PT Lentera Basritama.

Matsna, Prof. Dr. H. Moh.2008. Fikih, Semarang. PT. Karya Toha.

Al-Mawardi, Abu al-Hasan Ali bin Muhammad al-. (2008). Al-Ahkam as-

Sultaniyyah. Cairo: Dar al-Kutub al-Misriyyah.

Al-Qaradhawi, Yusuf. (1999). Fiqh az-Zakat. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah.

Ibn Qudamah, Ahmad bin Umar bin Ali. (2003). Al-Mughni. Beirut: Dar al-

Ma'arif. Jil. 2.

Ibn Abd al-Barr, Yahya bin Abdullah bin Muhammad. (2001). Al-Istidhkar.

Beirut: Dar al-Fikr.

Yusuf, Hamid. (2010). Islamic Finance: Principles and Practice. Cheltenham:

Edward Elgar Publishing.

Anda mungkin juga menyukai