Anda di halaman 1dari 8

FIQIH MUAMALAH

Makalah ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Ibadah dan
Muamalah

Dosen pengampu: Edi Junaedi, S.Hut., S.Ag, M.Pd.I

Penyusun:

Aradika Lulunta
2021.01.1.0047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI SEBELAS APRIL SUMEDANG

2021/ 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“FIQIH MUAMALAH’’engan waktu yang telah ditentukan. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dan dorongan
motivasi dari berbagai pihak sehingga kesulitan yang dirasakan oleh penulis dapat teratasi.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak Edi Junaedi, S.Hut.,S.Ag,M.Pd.I selaku
dosen pengampu mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar, serta semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak kekurangan baik dalam susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu, penulis dengan tangan terbuka mengharapkan segala kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Penulis mengharapkan dari makalah
ini dapat mengambil manfaat dan dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sumedang, Mei 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang berkodrat hidup dalam


bermasyarakat. Sebagai makhluk sosial dalam hidupnya manusia memerlukan manusia-
manusia lain yangbersama-sama hidup bermasyarakat, manusia selalu berhubungan satu
sama lain, disadariatau tidak, untuk mencukupkan kebutuhan-kebutuhan hidup. Untuk itu
perlu kita ketahui juga bahwasannya dalam islam segala hal yang berkaitan
dengan manusia semuanya sudah diatur secara jelas. Aturan tersebut
salahsatunya yakni terdapat dalam kajian tentang fiqih muamalah yang mana di
dalamnyamencakup seluruh aturan sisi kehidupan individu dan masyarakat, baik
perekonomian,sosial kemasyarakatan, politik bernegara, serta lainnya. Para ulama
mujtahid dari kalangan para sahabat, tabi’in, dan yang setelah merekatidak henti-
hentinya mempelajari semua fenomena dan permasalahan manusia atas dasarushul
syariat dan kaidah-kaidahnya. Yang bertujuan untuk menjelaskan dan
menjawabhukum-hukum permasalahan tersebut supaya dapat dimanfaatkan pada masa-
masanya dansetelahnya.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalahnya diantaranya sebagai berikut:
1. Apakah pengertian fiqih mu’amalah?
2. Bagaimanakah konsep dasar dan prinsip hukum fiqih mu’amalah?
3. . Apa saja pembagian dan ruang lingkup dalam fiqih mu’amalah?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian fiqih mu’amalah.
2. Untuk mengetahui konsep dasar dan prinsip hukum fiqih mu’amalah.
3. Untuk mengetahui pembagian dan ruang lingkup dalam fiqih mu’amalah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Fiqih Mu’amalah
Fiqh mu’amalah terdiri atas dua kata, yaitu fiqh dan mu’amalah. Agar definisi
fiqhmu’amalah jelas, terlebih dahulu kita uraikan sekilas tentang pengertian fiqh.1. Fiqh
Menurut etimologi (bahasa), fiqh adalah (‫( )مهفال‬paham), seperti pernyataan: ( ‫) ْس ّردالتهّقف‬
(saya paham pelajaran itu). Arti ini, antara lain, sesuai dengan arti fiqh dalam salahsatu
hadits yang diriwayatkan oleh Iman Bukhari: ‫رْ ࣰخياهبالدريْنم ْنيّدالىف ْهھّقفي‬artinya“Barang
siapa yang dikehendaki Allah menjadi orang yang baik disisi-Nya,
niscayadiberikan kepada-Nya pemahaman (yang mendalam) dalam pengetahuan
agama.”Menurut terminologi, fiqh pada mulanya berarti pengetahuan
keagamaan yangmencakup seluruh ajaran agama, baik berupa aqidah, akhlak,
maupun amaliah (ibadah),yakni sama dengan arti Syariah Islamiyah.
Namun, pada perkembangan selanjutnya, fiqhdiartikan sebagai bagian dari syariah
Islamiyah, yaitu pengetahuan tentang hukum syariahIslamiyah yang berkaitan dengan
perbuatan manusia yang telah dewasa dan berakal sehatyang diambil dari dalil-dalil
yang terinci. Masih banyak definisi fiqih lainnya yang dikemukakan para
ulama. Ada yangmendefinisikannya sebagai himpunan dalil yang mendasari
ketentuan hukum Islam. Adapula yang menekan bahwa fiqih adalah hukum syariah
yang diambil dari dalilnya. Namundemikian, yang menarik untuk dikaji adalah
pernyataan Imam Haramain bahwa fiqih

2.2 Konsep dasar fiqih muamalah dan prinsip

Muamalah adalah hubungan antar manusia, hubungan sosial, atau hablum minannas.


Dalam syariat Islam hubungan antar manusia tidak dirinci jenisnya, tetapi diserahkan
kepada manusia mengenai bentuknya. Islam hanya membatasi bagian-bagian yang
penting dan mendasar berupa larangan Allah dalam Al-Quran atau larangan Rasul-Nya
yang didapat dalam As-Sunnah.

Dari segi bahasa, muamalah bersal dari kata ‘aamala, yu’amilu, mu’amalat yang berarti


perlakuan atau tindakan terhadap orang lain, hubungan kepentingan (seperti jual-beli,
sewa dsb). Sedangkan secara terminologis muamalah berarti bagian hukum amaliah
selain ibadah yang mengatur hubungan orang-orang mukallaf antara yang satu dengan
lainnya baik secara individu, dalam keluarga, maupun bermasyarakat.

Berbeda dengan masalah ibadah, ketetapan-ketetapan Allah dalam masalah muamalah


terbatas pada yang pokok-pokok saja. Penjelasan Nabi, kalaupun ada, tidak terperinci
seperti halnya dalam masalah ibadah. Oleh karena itu, bidang muamalah terbuka sifatnya
untuk dikembangkan melalui ijtihad. Kalau dalam bidang ibadah tidak mungkin
dilakukan modernisasi, maka dalam bidang muamalah sangat memungkinkan untuk
dilakukan modernisasi.

Dengan pertimbangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian maju, masalah
muamalah pun dapat disesuaikan sehingga mampu mengakomodasi kemajuan tersebut.
Karena sifatnya yang terbuka tersebut, dalam bidang muamalah  berlaku asas umum,
yakni pada dasarnya semua akad dan muamalah boleh dilakukan, kecuali ada dalil yang
membatalkan dan melarangnya. Dari prinsip dasar ini dapat dipahami bahwa semua
perbuatan yang termasuk dalam kategori muamalah boleh saja dilakukan selama tidak
ada ketentuan atau nash yang melarangnya. Oleh karena itu, kaidah-kaidah dalam bidang
muamalah dapat saja berubah seiring dengan perubahan zaman, asal tidak bertentangan
dengan ruh Islam.

Dilihat dari segi bagian-bagiannya, ruang lingkup syariah dalam bidang muamalah,
menurut Abdul Wahhab Khallaf, meliputi:

Pertama, Ahkam al-Ahwal al-Syakhiyyah (Hukum Keluarga), yaitu hukum-hukum yang


mengatur tentang hak dan kewajiban suami, istri dan anak. Ini dimaksudkan untuk
memelihara dan membangun keluarga sebagai unit terkecil.

Kedua, al-Ahkam  al-Maliyah (Hukum Perdata), yaitu hukum tentang perbuatan usaha


perorangan seperti jual beli (Al-Bai’  wal  Ijarah), pegadaian (rahn), perserikatan
(syirkah), utang piutang (udayanah), perjanjian (‘uqud  ). Hukum ini dimaksudkan untuk
mengatur orang dalam kaitannya dengan kekayaan dan pemeliharaan hak-haknya.
Ketiga, Al-Ahkam  al-Jinaiyyah (Hukum Pidana), yaitu hukum yang bertalian dengan
tindak kejahatan dan sanksi-sanksinya. Adanya hukum ini untuk  memelihara
ketentraman hidup manusia dan harta kekayaannya, kehormatannnya dan hak-haknya,
serta membatasi hubungan antara pelaku tindak kejahatan dengan korban dan
masyarakat.

Keempat, al-Ahkam  al-Murafa’at  (Hukum Acara), yaitu hukum yang berhubungan


dengan peradilan (al-qada), persaksian (al-syahadah) dan sumpah (al-  yamin), hukum
ini dimaksudkan untuk mengatur proses peradilan guna meralisasikan keadilan antar
manusia.

Kelima, Al-Ahkam al-Dusturiyyah (Hukum Perundang-undangan), yaitu hukum yang


berhubungan dengan perundang-undangan untuk membatasi hubungan hakim dengan
terhukum serta menetapkan hak-hak perorangan dan kelompok.

Kenam, al-Ahkam al-Duwaliyyah (Hukum Kenegaraan), yaitu hukum yang berkaitan


dengan hubungan kelompok masyarakat di dalam negara dan antar negara. Maksud
hukum ini adalah membatasi hubungan antar negara dalam masa damai, dan masa
perang, serta membatasi hubungan antar umat Islam dengan yang lain di dalam negara.

Ketujuh, al-Ahkam  al-Iqtishadiyyah  wa  al-Maliyyah (Hukum Ekonomi dan Keuangan),


yaitu hukum yang berhubungan dengan hak fakir miskin di dalam harta orang kaya,
mengatur sumber-sumber pendapatan dan masalah pembelanjaan negara.
Dimaksudkan untuk mengatur hubungan ekonomi antar orang kaya (agniya),  dengan
orang fakir miskin dan antara hak-hak keuangan negara dengan perseorangan.

Menurut Jurnal Hukum Ekonomi Syariah 2018, Prinsip-prinsip muamalah secara umum
adalah:

- kebolehan dalam melakukan aspek muamalah, baik, jual, beli, sewa menyewa ataupun
lainnya. Prinsip dasar muamalah adalah boleh kecuali ada dalil yang mengharamkannya.

- muamalah dilakukan atas pertimbangan membawa kebaikan bagi manusia dan atau untuk
menolak segala yang merusak.
- muamalah dilaksanakan dengan memelihara nilai keseimbangan (tawazun). Konsep ini
dalam syariah meliputi berbagai segi antara lain meliputi keseimbangan antara pembangunan
material dan spiritual; pemanfaatan serta pelestarian sumber daya.

- muamalah dilaksanakan dengan memelihara nilai keadilan dan menghindari unsur-unsur


kezaliman. Segala bentuk muamalah yang mengandung unsur penindasan tidak dibenarkan

2.3 Pembagian dan ruang lingkup fiqih muamalah

Macam-macam muamalah

Syirakh

Dalam ilmu muamalah, syirah merupakan suatu akad di mana dua pihak yang melakukan
kerjasama dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan. Selain itu, syirakh juga bisa
dimaknai mencampurkan dua bagian menjadi satu, sehingga tidak bisa dibedakan antara satu
dengan yang lainnya.

Adapun rukun syirakh di antaranya barang harus halal, objek akad harus pekerjaan dan
modal, dan pihak pelaku akad harus memiliki kecakapan melakukan pengelolaan harta.

Jual Beli

Dalam hukum Islam, kegiatan ekonomi memiliki arti suatu kegiatan atau kesepakatan dalam
menukar barang dengan tujuan untuk dimiliki selamanya. Adapun beberapa syarat saat proses
jual beli di antaranya berakal sehat, transaksi dilakukan atas dasar kehendak sendiri, dan
penjual maupun pembeli harus punya akal, baligh, dan lain sebagainya

Ruang lingkup muamalah

Secara umum apa itu muamalah mencakup dua aspek yang menjadi ruang lingkupnya. Kedua
aspek ini yakni aspek adabiyah dan madaniyah.

Aspek Adabiyah
Aspek Adabiyah adalah segala aspek yang berkaitan dengan masalah adab dan akhlak, seperti
ijab kabul, saling meridhai, tidak ada keterpaksaan, kejujuran, dan sebagainya.

Aspek Madiyah

Aspek Madiyah mencakup segala aspek yang terkait dengan kebendaan. Ini meliputi halal
haram, syubhat untuk diperjual belikan, benda-benda yang menimbulkan kemadharatan, dan
lainnya. Dalam aspek madiyah ini contohnya adalah al-bai (jual beli)’, ar-rahn (gadai),
kafalah wad dhaman (jaminan dan tanggungan), hiwalah (pengalihan hutang), as-syirkah
(perkongsian), al-mudharabah (perjanjian profit & loss sharing), alwakalah (perwakilan), al-
ijarah (persewaan/ pengupahan).

Anda mungkin juga menyukai