Anda di halaman 1dari 12

AKHLAK DAN MUAMALAH

“Ruang lingkup muamalah, prinsip-prinsip bermuamalah dan akhlak bermuamalah”

Disusun oleh Kelompok IV :


1. Abdurrohim Rimbu : 21909121
2. Nur Auliya : 21909075
3. Ahmad Kamal : 21909159
4. Sri Azhar : 21809065
5. Rahmat Hiadayat : 21909106
6. Rahmat Riki Darwis : 21909103
7. Yuda Wahyudin : 21909159
8. Deri Armunandar : 21909175

Fakultas Hukum
Ilmu Hukum
Universitas Muhammadiyah Kendari
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Ruang lingkup muamalah, prinsip-
prinsip bermuamalah dan akhlak bermuamalah" ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Akhlak dan
Muamalah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang "Muamalah" bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Harapan kami, makalah ini bisa
memberikan manfaat sebesar mungkin bagi siapa pun yang membacanya.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu dosen mata kuliah Akhlak dan Muamalah yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Kendari, 02 Januari 2021


BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai makhluk sosial, manusia selalu membutuhkan manusia lain untuk menjalani
kehidupannya. Salah satu bentuk ciri manusia yang membutuhkan manusia lain adalah adanya
perkembangan perkonomian, sosial kemasyarakatan, politik bernegara, tingkah laku antar
sesama manusia, moral dan lain sebagainya. Perkembangan ekonomi yang pesat menjadi bukti
bahwa setiap manusia adalah makhluk yang saling membutuhkan. Islam berusaha mengiringi
nilai-nilai ekonomi dengan nilai akidah dan etika. Ini berarti kegiatan ekonomi tidak semata-
mata berbasis materi saja, namun juga terdapat sandaran yang bersifat menonjolkan kerohanian
sehingga bernilai ibadah.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa Allah SWT mengatur hubungan lahir


antara manusia dengan Allah SWT dalam rangka menegakkan hablum minallah dan hubungan
antara sesama manusia dalam rangka menegakkan hablum minannas. Apabila kita cermati
dengan sederhana, maka hubungan manusia dengan Allah dikaji dalam ilmu Fikih Ibadah.
Sementara itu, hubungan antar sesama manusia dikaji dalam ilmu Fikih Muamalah.

Fikih muamalah dimaknai sebagai suatu pengetahuan tentang kegiatan dalam


kehidupan masyarakat sehari-hari berdasarkan syariat Islam. Pembahasan dalam fikih
muamalah menjadi penyeimbang dalam pembahasan fikih ibadah. Jika fikih ibadah membahas
tentang bagaimana hubungan manusia dengan Allah, maka fikih muamalah membahas
bagaimana membangun hubungan antar sesama manusia (dalam arti luas). Karena di dalam
Islam segala hal telah diatur sedemikian rupa, maka hubungan antar sesama manusia bisa
bernilai ibadah apabila dilakukan sesuai dengan petunjuk Allah.

1.2 Rumusan Masalah


• Apa saja ruang lingkup muamalah
• Apa pedomana atau prinsip-prinsip dalam bermuamalah
• Apa saja akhlak dalam bermuamalah

1.3 Tujuan Penilitian


Dari hasli penulisan ini, diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas dan bermanfaat
baik secara tertulis maupun secara praktis. Secara praktis, diharapkan hasi penulisan ini dapat
dimanfaatkan oleh para setiap insan untuk menerapkan dan menjalankan pembuktian sesuai
dengan prinsip muamalah yang ada.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Muamalah

Secara bahasa, muamalah berasal dari kata aamala, yuamilu, muamalat yang artinya saling
melakukan, saling bertindak atau saling mengamalkan. Dengan demikian arti muamalah
melibatkan lebih dari satu orang dalam prakteknya, sehingga akan timbul adanya hak dan
kewajiban.

Muamalah adalah sebuah hubungan manusia dalam interaksi sosial sesuai syariat,karena
manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup berdiri sendiri. Dalam hubungan
dengan manusia lainnya, manusia dibatasi oleh syariat tersebut, yang terdiri dari hak dan
kewajiban. Lebih jauh lagi interaksi antara manusia tersebut akan membutuhkan kesepakatan
demi kemaslahatan bersama. Dalam arti luas muamalah merupakan aturan Allah untuk manusia
untuk bergaul dengan manusia lainnya dalam berinteraksi. Sedangkan dalam arti khusus
muamalah adalah aturan dari Allah dengan manusia lain dalam hal mengambangan harta benda.

Muamalah merupakan cabang ilmu syari'ah dalam cakupan ilmu fiqih. Sedangkan muamalah
mempunyai banyak cabang, diantaranya muamalah politik, ekonomi, sosial. Secara umum
muamalah mencakup dua aspek, yakni aspek adabiyah dan madaniyah. Aspek adabiyah yakni
kegiatan muamalah yang berhubungan dengan kegiatan adab dan akhlak, contohnya
menghargai sesama, kejujuran, saling meridhoi, kesopanan, dan sebagainya. Sedangkan aspek
madaniyah adalah aspek yang berhubungan dengan kebendaan, seperti halal haram, syubhat,
kemudharatan, dan lainnya.

Fikih muamalah dimaknai sebagai suatu pengetahuan tentang kegiatan dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari berdasarkan syariat Islam. Pembahasan dalam fikih muamalah menjadi
penyeimbang dalam pembahasan fikih ibadah. Jika fikih ibadah membahas tentang bagaimana
hubungan manusia dengan Allah, maka fikih muamalah membahas bagaimana membangun
hubungan antar sesama manusia (dalam arti luas). Karena di dalam Islam segala hal telah diatur
sedemikian rupa, maka hubungan antar sesama manusia bisa bernilai ibadah apabila dilakukan
sesuai dengan petunjuk Allah.

2.2 Ruang Lingkup Muamalah

Pada ruang lingkup fiqih muamalah meliputi seluruh kegiatan muamalah manusia berdasarkan
hukum-hukum Islam, baik berupa perintah maupun larangan-larangannya yang terkait dengan
hubungan manusia dengan manusia lainnya.

Di atas sudah dijelaskan bahwa berdasarkan aspeknya, muamalah dibagi menjadi dua jenis,
yaitu muamalah adabiyah dan madiyah.

1. Muamalah Adabiyah

Penjelasan muamalah adabiyah adalah muamalah yang berkaitan dengan bagaimana cara tukar
menukar benda ditinjau dari segi subjeknya, yaitu manusia. Muamalah adabiyah mengatur
tentang batasan-batasan yang boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan oleh manusia terhadap
benda yang berkaitan dengan adab dan akhlak, seperti kejujuran, kesopanan, menghargai
sesama, saling meridhoi, dengki, dendam, penipuan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan
aktivitas manusia dalam hidup bermasyarakat dalam mengelola suatu benda

Pada muamalah adabiyah memberikan panduan yang syara’ bagi perilaku manusia untuk
melakukan tindakan hukum terhadap sebuah benda. Semua perilaku manusia harus memenuhi
prasyarat etis normatif sehingga perilaku tersebut dianggap layak untuk dilakukan.

2. Muamalah Madiyah
Sedangkan muamalah madiyah adalah muamalah yang berkaitan dengan objek muamalah atau
bendanya. Muamalah madiyah menetapkan aturan secara syara’ terkait dengan objek bendanya.
Apakah suatu benda halal, haram, dan syubhat untuk dimiliki, diupayakan dan diperjualbelikan,
apakah suatu benda bisa menyebabkan kemaslahatan atau kemudharatan bagi manusia, dan
beberapa segi lainnya.

Dengan kata lain, muamalah madiyah bertujuan untuk memberikan panduan kepada manusia
bahwa dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang bersifat kebendaan dan bersifat sementara
bukan sekedar memperoleh keuntungan semata, tetapi juga bertujuan untuk memperoleh ridha
Allah SWT, dengan cara melakukan muamalah sesuai dengan aturan main yang sesuai dengan
aturan-aturan yang ditetapkan secara syara’.

• Ruang lingkup muamalah yang bersifat madiyah antara lain adalah sebagai berikut :

• Jual-beli ( bai’ )

• Gadai ( rahn )

• Jaminan dan tanggungan ( Kafalah dan Dhaman )

• Pemindahan hutang ( hiwalah )

• Pailit ( taflis )

• Perseroan atau perkongsian ( syirkah )

• Perseroan harta dan tenaga ( mudharabah )


• Sewa menyewa tanah (mukhabarah)

• Upah (ujral al-amah)

• Gugatan (asy syuf’ah)

• Sayembara (al ji’alah)

• Masalah-masalah seperti bunga bank, kredit, asuransi dan masalah-masalah baru lainnya.

Ruang Lingkup Muamalah Berdasarkan Tujuan

Perlu diketahui bahwa ruang lingkup muamalah juga mencakup seluruh aspek kehidupan
manusia seperti bidang ekonomi, sosial, politik, dan sebagainya. Menurut Abdul Wahhab
Khallaf, berdasarkan tujuannya, muamalah dalam Islam memiliki ruang lingkup yang meliputi
:

1. Hukum Keluarga (Ahkam Al Ahwal Al-Syakhiyyah)

Merupakan hukum yang berkaitan dengan urusan keluarga dan pembentukannya yang bertujuan
untuk membangun dan memelihara keluarga sebagai bagian terkecil. Meliputi hukum tentang
hak maupun kewajiban suami, istri, dan anak serta hubungan keluarga satu dengan lainnya

2. Hukum Perdata (Al Ahkam Al Maliyah)


Merupakan hukum yang mengatur hubungan individu-individu dalam bermuamalah serta
bentuk-bentuk hubungannya, seperti jual beli, sewa-menyewa, hutang piutang, perjanjian,
perserikatan dan lain sebagainya. Jadi hukum perdata berkaitan dengan kekayaan dan hak-hak
atas pemeliharaannya sehingga tercipta hubungan yang harmonis di dalam masyarakat.

3. Hukum Pidana (Al-Ahkam Al-Jinaiyyah)

Merupakan hukum yang berkaitan dengan segala bentuk kejahatan, pelanggaran hukum dan
ketentuan sanksi-sanksi hukumnya. Tujuannya adalah untuk menjaga ketentraman dan
keamanan hidup umat manusia termasuk harta kekayaannya, kehormatannya, dan membatasi
hubungan antara pelaku tindak pidana kejahatan dengan masyarakat maupun korban.

4. Hukum Acara (Al-Ahkam Al-Murafa’at)

Definisi hukum acara adalah hukum yang berkaitan dengan sumpah, persaksian, tata cara
mempertahankan hak dan memutuskan siapa yang terbukti bersalah, sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku. Pada hukum ini bertujuan untuk mengatur dan merealisasikan keadilan di
dalam kehidupan masyarakat.

5. Hukum Perundang-Undangan (Al-Ahkam Al-Dusturiyyah)

Merupakan hukum yang berkaitan dengan perundang-undangan yang berlaku untuk membatasi
hubungan hakim dengan terhukum serta menetapkan hak-hak perorangan dan kelompok.

2.3 Prinsip-Prinsip dan Akhlak Bermuamalah


Hakikat diturunkannya syari’at Islam adalah mendatangkan kemaslahatan dan menghindarkan
kerusakan, yang tercermin dalam bentuk perintah dan larangan dari Allah SWT dan Rasul-Nya.

Setiap bentuk perintah yang mesti dikerjakan, pasti di situ juga mengandung kemaslahatan bagi
manusia. Sebaliknya, setiap bentuk larangan yang mesti ditinggalkan, pasti juga mengandung
kemudharatan bagi manusia. Walaupun seringkali hikmah dari perintah dan larangan tersebut
terungkap jauh setelah dalilnya diturunkan.

Demikian pula dengan ketentuan dalam muamalah, adalah jelas untuk kemaslahatan manusia
secara umum. Ketentuan-ketentuan muamalah secara syari’at Islam yang tidak akan
mengabaikan aspek penting dalam kesinambungan hidup manusia.

Secara garis besar, terdapat dua prinsip dalam muamalah yakni prinsip umum dan prinsip
khusus.

1. Prinsip Umum

Dalam prinsip umum muamalah terdapat empat hal yang utama, yaitu :

Hukum asal dalam muamalah pada dasarnya adalah mubah kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.

Muamalah dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan kemaslahatan / manfaat dan


menghindarkan mudharat dalam masyarakat.

Pelaksanaan Muamalah didasarkan dengan tujuan memelihara nilai keseimbangan (tawazun)


berbagai segi kehidupan, yang antara lain meliputi keseimbangan antara pembangunan material
dan spiritual, pemanfaatan serta pelestarian sumber daya.

Muamalah dilaksanakan dengan memelihara nilai keadilan dan menghindari unsur-unsur


kezaliman.
2. Prinsip Khusus

Sementara itu prinsip khusus muamalah dibagi menjadi dua, yaitu yang diperintahkan dan yang
dilarang. Adapun yang diperintahkan dalam muamalah terdapat tiga prinsip, yaitu :

Objek transaksi harus yang halal, artinya dilarang melakukan aktivitas ekonomi atau bisnis
terkait yang haram.

Adanya keridhaan semua pihak terkait muamalah tersebut, tanpa ada paksaan.

Pengelolaan dana / aset yang amanah dan jujur.

Sedangkan yang dilarang dalam muamalah antara lain :

Riba, merupakan setiap tambahan / manfaat yang berasal dari kelebihan nilai pokok pinjaman
yang diberikan peminjam. Riba juga sebagai suatu kegiatan yang menimbulkan eksploitasi dan
ketidakadilan yang secara ekonomi menimbulkan dampak sangat merugikan masyarakat

Gharar, adalah mengandung ketidakjelasan, spekulasi, taruhan, bahaya, cenderung pada


kerusakan.

Tadlis (penipuan), misalnya penipuan dalam transaksi jual beli dengan menyembunyikan atas
adanya kecacatan barang yang diperjualbelikan.

Berakad dengan orang-orang yang tidak cakap dalam hukum, seperti orang gila, anak kecil,
terpaksa, dan lain sebagainya.

3. Akhlak Bermuamalah

1. Jagalah Jujur

2. Bersifat terbuka dan toleransi


3. Janganlah menipu dan bersifat curang

4. Seringlah memberikan saran dan informasi

5. Janganlah menimbun

6. Jauhi sumoah bohong

7. Janganlah mendekati riba

8. Menjauhkan diri keluarga kira dari harta haram

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Menurut fiqih, muamalah ialah tukar menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat
dengan cara yang ditentukan. Yang termasuk dalam hal muamalah adalah jual beli, sewa
menyewa, upah mengupah, pinjam meminjam, urusan bercocok tanam, berserikat dan lain-lain.

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, masing-masing
berhajat kepada yang lain, bertolong-tolongan, tukar menukar keperluan dalam urusan
kepentingan hidup baik dengan cara jual beli, sewa menyewa, pinjam meminjam atau suatu
usaha yang lain baik bersifat pribadi maupun untuk kemaslahatan umat. Dengan demikian akan
terjadi suatu kehidupan yang teratur dan menjadi ajang silaturrahmi yang erat. Agar hak masing-
masing tidak sia-sia dan guna menjaga kemaslahatan umat, maka agar semuanya dapat berjalan
dengan lancar dan teratur, agama Islam memberikan peraturan yang sebaik-baiknya aturan.

3.2 Saran

Agama islam adalah nasihat, yakni nasihat yang berkaitan mengenai kebenaran dan kesabaran.
Nasihat mengenai ketakwaan. Nasihat mengenai amar ma’ruf nahi mungkar. Nasihat laksana
telaga yang diminum airnya ditengah kehausan dalam pengembaraan. Nasihat adalah sedekah
laksana senyuman dan laksana perkataan yang baik. Oleh karenanya nasihat itu akan
bermanfaat. Nasihat adalah amal shalih namun letakkanlah nasihat itu pada tempatnya dan
situasinya agar ia menyentuh hati.

Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari tentunya kita harus senantiasa melakukan kegiatan
dengan akhlak yang baik seperti, bersikap jujur, bersifat terbuka dan toleransi, Janganlah
menipu dan bersifat curang, Seringlah memberikan saran dan informasi, janganlah menimbun,
jauhi sumoah bohong, janganlah mendekati riba, dan menjauhkan diri keluarga kira dari harta
haram

DAFTAR PUSTAKA

https://www.islampos.com/akhlak-rasulullah-dalam-bermuamalah-114996/

^ http://www.nu.or.id/post/read/83180/kajian-fiqih-muamalah-terapan-akad

a b https://www.takafulumum.co.id/upload/literasi/pengetahuan/Pengantar%20Fiqh%20Muam
alah%201.pdf

Anda mungkin juga menyukai