Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

“MORALITAS DAN HUKUM”

OLEH:
KELOMPOK VI

1. Ahmad Dzaky Ghalib Akbar (F1A020006)


2. Amirul Mukmin (F1A020015)
3. Arin Rizki Putri (F1A020024)
4. Baiq Hanna Sajida Githary Putri (F1A020033)
5. Cahyo Adinegoro (F1A020042)
6. Aprianingsih (F1A019015)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN :
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN :
A. Moralitas
1. Pengertian Moralitas
2. Jenis Moral
3. Fungsi Moral
B. Hukum
1. Pengertian Hukum
2. Jenis Hukum
3. Fungsi Hukum
4. Proses Terbentuknya Hukum
C. Perbedaan Hukum dan Moral
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sebagai mahluk sosial manusia dalam kehidupannya memerlukan interaksi sosial
satu sama lain, maka berbagai kepentingan akan saling bertemu. Pertemuan kepentingan
antara manusia yang satu dengan yang lain ini, tak jarang, menimbulkan pergesekan
ataupun perselisihan. Perselisihan yang ditimbulkan bisa berakibat fatal, apabila tidak ada
sebuah sarana untuk mendamaikannya. Perlu sebuah mediator atau fasilitator untuk
mempertemukan dua buah kepentingan yang bergesekan tersebut, agar manusia yang
saling bersengketa tersebut sama-sama memperoleh keadilan, inilah sebuah proses untuk
menuju sebuah sistem tatanan hukum.

Kenyataan ini menjadikan manusia mulai berpikir secara rasional. Di berbagai


komunitas masyarakat adat, hal ini menjadi pemikiran yang cukup serius, kemudian
diangkatlah pemangku adat, yang biasanya mempunyai „kelebihan‟ tertentu untuk
„menjembatani‟ berbagai persoalan yang ada. Dengan kondisi ini, tetua adat yang
dipercaya oleh komunitasnya mulai menyusun pola kebijakan sebagai panduan untuk
komunitas tersebut yang berisikan aturan mengenai larangan, hukuman bagi yang
melanggar larangan tersebut, serta bentuk-bentuk perjanjian lain yang sudah disepakati
bersama.

Proses inilah yang mengawali terjadinya konsep hukum di masyarakat, ternyata


komunitas masyarakat adat sudah terlebih dahulu mengetahui arti dan fungsi hukum yang
sebenarnya. Inilah yang kemudian disebut sebagai hukum adat. Dapat dirumuskan
bersama, bahwa hukum adat merupakan hukum tertua yang hidup di masyarakat. Hanya
saja, mayoritas hukum adat ini biasanya tidak tertulis. Inilah salah satu kelemahan hukum
adat.

Apa yang terjadi pada masyarakat adat inilah yang kemudian menginspirasi
manusia modern untuk melakukan hal serupa. Hubungan antar masyarakat adat ini
semakin lama semakin luas dan semakin berkembang. Masyarakat-masyarakat adat yang
saling berinteraksi akhirnya mengadakan perjanjian bersama untuk membentuk sebuah
ikatan yang lebih luas, yang kemudian dikenal dengan istilah „negara‟. Sejatinya,
„negara‟ ini sebenarnya berisikan berbagai kumpulan hukum adat.

Seiring dengan berkembangnya waktu, manusia modern memerlukan tatanan


yang lebih selaras, seimbang dalam menjembatani berbagai kepentingan yang semakin
dinamis dan kompleks. Hukum yang tadinya tidak tertulis, akhirnya disepakati bersama
untuk dibakukan dan dijadikan pedoman. Tentunya, pedoman yang dimaksud kemudian
dilakukan secara tertulis. Hukum tertulis inilah yang kita kenal sampai sekarang. Hukum
tertulis ini bersifat dinamis. Akan terus berubah sesuai perkembangan zaman dan
perkembangan kepentingan manusia.

B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam yang terdapat pada pembahasan ini antara lain :
1. Apa yang dimaksud dengan moral dan moralitas ?
2. Apa saja jenis dan fungsi moral ?
3. Apa yang dimaksud dengan hukum ?
4. Apa saja jenis, fungsi, proses terbentuknya hukum ?
5. Apa perbedaan antara hukum dengan moral?

C. Tujuan penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan moral dan moralitas.
2. Menyebutkan jenis serta fungsi moral.
3. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan hukum.
4. Menyebutkan jenis, fungsi serta menjelskan proses terbentuknya hukum.
5. Menjelaskan perbedaan antara hukum dengan moral.
BAB II
PEMBAHASAN

A. MORAL
1. Pengertian moral

Moral berasal dari bahas latin mores yang berarti adat kebiasaan. Kata
mores ini mempunyai sinonim mos, moris, manner more atau manners, dan
morals. Moral bisa diartikan nilai atau norma yang menjadi pegangan suatu
individu maupun kelompok dalam mengatur tingkah laku, sedangkan Moralitas
merupakan keseluruhan dari sifat moral tentang baik dan buruk.

Dalam bahasa Indonesia, kata moral berarti akhlak (basah arab) atau
kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani
yang menjadi pembimbing tingkah laku batin dalam hidup. Makna moral yang
terkandung dalam kepribadian seseorang itu tercermin dari sikap dan tingkah
lakunya. Bisa dikatakan manusia yang bermoral adalah manusia yang sikap dan
tingkah lakunya sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat.

Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses


sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi.
Moral dalam zaman sekarang mempunyai nilai implisit karena banyak orang yang
mempunyai moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral
itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus mempunyai
moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan
dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari
kebudayaan masyarakat setempat.

Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi


dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa
yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan
lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik,
begitu juga sebaliknya.Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Jadi moral
adalah tata aturan norma-norma yang bersifat abstrak yang mengatur kehidupan
manusia untuk melakukan perbuatan tertentu dan sebagai pengendali yang
mengatur manusia untuk menjadi manusia yang baik.

Moral bisa diartikan nilai atau norma yang menjadi pegangan suatu
individu maupun kelompok dalam mengatur tingkah laku, sedangkan Moralitas
merupakan keseluruhan dari sifat moral tentang baik dan buruk.

Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke


manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Manusia
yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak
memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak
yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang
berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa
melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang memiliki nilai
implisit karena banyak orang yang memiliki moral atau sikap amoral itu dari
sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-
sekolah dan manusia harus memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh
sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat
secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat
setempat.Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber
interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan
nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta
menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral
yang baik, begitu juga sebaliknya.Moral adalah produk dari budaya dan Agama.
Setiap budaya memiliki standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan sistem
nilai yang berlaku dan telah terbangun sejak lama.
Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan
dengan baik dan buruk (Bertens, 2002:7). Moralitas juga berperan sebagai
pengatur dan petunjuk bagi manusia dalam berperilaku agar dapat dikategorikan
sebagai manusia yang baik dan dapat menghindari perilaku yang buruk (Keraf,
1993: 20). Dengan demikian, manusia dapat dikatakan tidak bermoral jika ia
berperilaku tidak sesuai dengan moralitas yang berlaku.
Velazquez memberikan pemaparan pendapat para ahli etika tentang lima
ciri yang berguna untuk menentukan hakikat standar moral (2005:9-10). Kelima
ciri tersebut adalah sebagai berikut:
a. Standar moral berkaitan dengan persoalan yang dianggap akan merugikan
secara serius atau benar-benar menguntungkan manusia. Contoh standar moral
yang dapat diterima oleh banyak orang adalah perlawanan terhadap pencurian,
pemerkosaan, perbudakan, pembunuhan, dan pelanggaran hukum.
b. Standar moral ditetapkan atau diubah oleh keputusan dewan otoritatif tertentu.
Meskipun demikian, validitas standar moral terletak pada kecukupan nalar
yang digunakan untuk mendukung dan membenarkannya.
c. Standar moral harus lebih diutamakan daripada nilai lain termasuk
kepentingan diri. Contoh pengutamaan standar moral adalah ketika lebih
memilih menolong orang yang jatuh di jalan, ketimbang ingin cepat sampai
tempat tujuan tanpa menolong orang tersebut.
d. Standar moral berdasarkan pada pertimbangan yang tidak memihak. Dengan
kata lain, pertimbangan yang dilakukan bukan berdasarkan keuntungan atau
kerugian pihak tertentu, melainkan memandang bahwa setiap masing-masing
pihak memiliki nilai yang sama.
e. Standar moral diasosiasikan dengan emosi tertentu dan kosakata tertentu.
Emosi yang mengasumsikan adanya standar moral adalah perasaan bersalah,
sedangkan kosakata atau ungkapan yang merepresentasikan adanya standar
moral yaitu “ini salah saya,” “saya menyesal,” dan sejenisnya.

2. Jenis Moral
Ada dua macam moral dalam menentukan baik dan buruknya perilaku
manusia, yaitu:
a. Moral deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan
rasional sikap dan perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam
hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Hal ini memberikan fakta sebagai
dasar untuk mengambil keputusan tentang perilaku atau sikap yang mau
diambil.
b. Moral normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola
perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia. Moral normatif
memberikan penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka
tindakan yang akan diputuskan.
3. Fungsi Moral
Fungsi moral bagi kehidupan manusia antara lain :
a. Mengingatkan manusia untuk melakukan kebaikan demi diri sendiri dan sesama
sebagai bagian masyarakat.
b. Menarik perhatian pada permasalahan moral yang kurang di tanggapi.
c. Dapat menjadi penarik perhatian manusia pada gejala pembiasaan emosional.
B. HUKUM
1. Pengertian Hukum
Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian
kekuasaan kelembagaan dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang
politik, ekonomi dan masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai
perantara utama dalam hubungan sosial antar masyarakat terhadap
kriminalisasi dalam hukum pidana, hukum pidana yang berupayakan cara
negara dapat menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan kerangka
kerja bagi penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas
kekuasaan politik serta cara perwakilan mereka yang akan dipilih.
Administratif hukum digunakan untuk meninjau kembali keputusan dari
pemerintah, sementara hukum internasional mengatur persoalan antara
berdaulat negara dalam kegiatan mulai dari perdagangan lingkungan peraturan
atau tindakan militer. filsuf Aristotle menyatakan bahwa "Sebuah supremasi
hukum akan jauh lebih baik daripada dibandingkan dengan peraturan tirani
yang merajalela.
Hingga saat ini, belum ada kesepahaman dari para ahli mengenai
pengertian hukum. Telah banyak para ahli dan sarjana hukum yang mencoba
untuk memberikan pengertian atau definisi hukum, namun belum ada satupun
ahli atau sarjana hukum yang mampu memberikan pengertian hukum yang
dapat diterima oleh semua pihak. Ketiadaan definisi hukum yang dapat
diterima oleh seluruh pakar dan ahli hukum pada gilirannya memutasi adanya
permasalahan mengenai ketidaksepahaman dalam definisi hukum menjadi
mungkinkah hukum didefinisikan atau mungkinkah kita membuat definisi
hukum? Lalu berkembang lagi menjadi perlukah kita mendefinisikan hukum?
Ketiadaan definisi hukum jelas menjadi kendala bagi mereka yang baru
saja ingin mempelajari ilmu hukum. Tentu saja dibutuhkan pemahaman awal
atau pengertian hukum secara umum sebelum memulai untuk mempelajari apa
itu hukum dengan berbagai macam aspeknya. Bagi masyarakat awam
pengertian hukum itu tidak begitu penting. Lebih penting penegakannya dan
perlindungan hukum yang diberikan kepada masyarakat. Namun, bagi mereka
yang ingin mendalami lebih lanjut soal hukum, tentu saja perlu untuk
mengetahui pengertian hukum. Secara umum, rumusan pengertian hukum
setidaknya mengandung beberapa unsur sebagai berikut:
 Hukum mengatur tingkah laku atau tindakan manusia dalam masyarakat.
Peraturan berisikan perintah dan larangan untuk melakukan sesuatu atau
tidak melakukan sesuatu. Hal ini dimaksudkan untuk mengatur perilaku
manusia agar tidak bersinggungan dan merugikan kepentingan umum.
 Peraturan hukum ditetapkan oleh lembaga atau badan yang berwenang
untuk itu. Peraturan hukum tidak dibuat oleh setiap orang melainkan
oleh lembaga atau badan yang memang memiliki kewenangan untuk
menetapkan suatu aturan yang bersifat mengikat bagi masyarakat luas.
 Penegakan aturan hukum bersifat memaksa. Peraturan hukum dibuat
bukan untuk dilanggar namun untuk dipatuhi. Untuk menegakkannya
diatur pula mengenai aparat yang berwenang untuk mengawasi dan
menegakkannya sekalipun dengan tindakan yang represif. Meski
demikian, terdapat pula norma hukum yang bersifat
fakultatif/melengkapi.
 Hukum memliki sanksi dan setiap pelanggaran atau perbuatan melawan
hukum akan dikenakan sanksi yang tegas. Sanksi juga diatur dalam
peraturan hukum.

Achmad Ali menyatakan hukum adalah seperangkat norma tentang apa


yang benar dan apa yang salah, yang dibuat dan diakui eksistensinya oleh
pemerintah yang dituangkan baik dalam aturan tertulis (peraturan) maupun
yang tidak tertulis (norma) yang mengikat dan sesuai dengan kebutuhan
masyarakatnya secara keseluruhan dan dengan ancaman sanksi bagi pelanggar
aturan tersebut. Hukum harus mencakup tiga unsur, yaitu kewajiban, moral
dan aturan.
Beberapa pendapat pakar lain mengenai pengertian hukum, yaitu:
 Mayers menjelaskan bahwa hukum itu adalah semua aturan yang
menyangkut kesusilaan dan ditujukan terhadap tingkah laku manusia
dalam masyarakat serta sebagai pedoman bagi penguasa Negara dalam
melaksanakan tugasnya.
 Utrecht berpendapat bahwa hukum adalah himpunan perintah dan
larangan untuk mencapai ketertiban dalam masyarakat dan oleh
karenanya masyarakat harus mematuhinya.
 Simorangkir mengatakan bahwa hukum adalah peraturan yang bersifat
memaksa dan sebagai pedoman tingkah laku manusia dalam masyarakat
yang dibuat oleh lembaga berwenang serta bagi sapa saja yang
melanggarnya akan mendapat hukuman.
 Sudikno Mertokusuro menyatakan bahwa hukum adalah sekumpulan
peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan bersama,
keseluruhan peraturan tentang tingkah laku yang berlaku dalam
kehidupan bersama yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu
sanksi.

2. Jenis Hukum
 Jenis hukum berdasarkan sumber, yaitu:
a. Hukum adat
Sumbernya adalah peraturan-peraturan hukum tidak tertulis yang
tumbuh dan berkembang dan dipertahankan dengan kesadaran hukum
masyarakatnya. Karena peraturan-peraturan ini tidak tertulis dan
tumbuh kembang, maka hukum adat memiliki kemampuan
menyesuaikan diri dan elastis. Contoh: hukum adat minangkabau.
b. Hukum undang-undang
Hukum yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan. Ada
dua jenis undag-undang yakni dalam arti material (setiap peraturan
yang dikeluarkan oleh pemerintah yang isinya mengikat secara umum
bagi semua warga negara) dan dalam arti formal (setiap peraturan yang
karena bentuknya dapat disebut UU). Contoh: UU pemilu.
c. Hukum yurisprudensi
Yaitu keputusan hakim terdahulu terhadap suatu perkara yang tidak
diatur oleh UU dan dijadikan pedoman oleh hakim lainnya dalam
memutuskan perkara yang serupa. Contoh: KUHP.
d. Hukum traktat
Yaitu perjanjian yang dibuat oleh dua negara atau lebih mengenai
persoalan-persoalan tertentu yang emnjadi kepentingan negara
bersangkutan. Contoh: hukum batas negara.
e. Hukum doktrin
Yaitu pendapat para ahli hukum terkemuka yang dijadikan dasar atau
asas-asas penting dalam hukum dan penerapannya.

 Jenis hukum berdasarkan isinya, yaitu:


a. Hukum publik
Hukum yang mengatur hubungan antara negara dengan warga
negaranya. Atau Hukum yang mengatur tentang hal-hal yang
berhubungan tentang masyarakat dan menjadi Hukum perlindungan
Publik. Contoh: hukum tata negara, hukum acara pidana.
b. Hukum privat
Hukum yang mengatur kepentingan pribadi, atau hukum yang
mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang yang satu dengan
orang lainnya dengan menitikberatkan kepada kepentingan
perseorangan. Contoh: hukum waris, hukum dagang, hukum perdata.

 Jenis hukum berdasarkan masa berlakunya, yaitu:


a. Hukum Positif atau ius constitutum
adalah hukum yang berlaku saat ini di suatu negara. Misalnya, di
Indonesia persoalan perdata diatur dalam KUH Perdata, persoalah
pidana diatur melalui KUH Pidana, dll.
b. Hukum Tata Negara
adalah Peraturan-peraturan yang mengatur organisasai Negara dari
tingkat atas sampai bawah, sturktur, tugas dan wewenang alat
perlengkapan Negara.
c. Hukum Perdata
adalah ketentuan yang mengatur hak-hak dan kepentingan antara
individu-individu dalam masyarakat. Dalam tradisi hukum di daratan
Eropa (civil law) dikenal pembagian hukum menjadi dua yakni hukum
publik dan hukum privat atau Hukum Perdata. Dalam sistem Anglo
Sakson (common law) tidak dikenal pembagian semacam ini.
d. Hukum Pidana
adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang menentukan
perbuatan apa yang dilarang dan termasuk kedalam tindak pidana, serta
menentukan hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap yang
melakukannya.
Menurut Prof. Moeljatno, S.H hukum pidana adalah bagian daripada
keseluruhan yang berlaku di suatu negara, yang mengadakan dasar-
dasar dan aturan-aturan untuk:
 Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh
dilakukan dan yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi
yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggar
larangan tersebut.
 Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang
telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau
dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan.
 Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat
dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar
larangan tersebut.
 Hukum Tata Usaha (Administrasi) negara adalah hukum yang
mengatur kegiatan administrasi negara. Yaitu hukum yang
mengatur tata pelaksanaan pemerintah dalam menjalankan
tugasnya.
 Hukum acara atau hukum formal adalah hukum yang mengatur
tentang cara bagaimana mempertahankan dan menjalankan
peraturan hukum material. Tata hukum ini terbagi atas:
1. Hukum Acara Pidana Indonesia adalah hukum yang
mengatur tentang tata cara beracara (berperkara di badan
peradilan) dalam lingkup hukum pidana. Hukum Acara
Pidana di Indonesia diatur dalam UU nomor 8 tahun 1981.
2. Hukum Acara Perdata adalah peraturan hukum yang mengatur
tentang bagaimana caranya menjamin ditaatinya hukum
perdata materiil dengan perantara hakim. Dan ketentuan-
ketentuan dari Hukum Acara Perdata pada dasarnya sama
sekali tidak memberatkan hak dan kewajiban yang sering kita
jumpai dalam hukum materiil perdata, akan tetapi pada intinya
aturan-aturan hukum perdata materiil adalah melindungi hak-
hak perseorangan dan itu merupakan sifat dasar dari Hukum
Acara Perdata.

 Jenis hukum berdasarkan tempat berlakunya, yaitu:


a. Hukum Internasional
adalah bagian hukum yang mengatur aktivitas entitas berskala
internasional. Pada awalnya, Hukum Internasional hanya diartikan
sebagai perilaku dan hubungan antar negara namun dalam
perkembangan pola hubungan internasional yang semakin kompleks
pengertian ini kemudian meluas sehingga Hukum Internasional juga
mengurusi struktur dan perilaku organisasi internasional. Contoh:
Hukum Perang Perdata Internasional dan sebagainya.
b. Hukum Lokal (Local Law)
adalah hukum yang hanya berlaku disuatu daerah tertentu (Hukum
Adat Batak, Minangkabau, Jawa dan sebagainya). Atau suatu sistem
hukum yang tampak seiring dengan peningkatan pentingnya hukum
negara dan aparatur administrasinya, dimana pengembangan dan
kewenangannya, maksud dan tujuannya kesemuanya ditentukan oleh
aparat pemerintah. Pemberlakuan, dalam praktek sehari-hari berada
dalam suatu kewenangan daerah yang terdesentralisasi. Perbedaannya
dengan hukum nasional adalah bahwa proses pembentukan hukum
lokal yang dibangun tersebut perumusannya didasarkan pada spirit
berpikir hukuni masyarakat pribumi.

3. Fungsi Hukum
Fungsi hukum bagi kehidupan manusia, yaitu:
a. Sebagai alat pengatur tata tertib hubungan masyarakat
b. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir batin
c. Hukum mempunyai ciri memerintah dan melarang
d. Hukum mempunyai sifat memaksa
e. Hukum mempunyai daya yang mengikat fisik dan Psikologis,
Karena hukum mempunyai ciri, sifat dan daya mengikat, maka
hukum dapat memberi keadilan ialah dapat menentukan siapa
yang bersalah dan siapa yang benar
f. Sebagai penggerak pembangunan.
g. Sebagai fungsi kritis hukum.

4. Proses Terbentuknya Hukum


Terjadinya hukum di Inggris pada awalnya dan terus berkembang
adalah hukum berasal dari kebiasaan dalam masyarakat dan
dikembangkan oleh keputusan-keputusan pengadilan. Hukum Inggris
yang demikian ini dinamakan common law, yang pertumbuhannya
dimulai pada tahun 1066, saat berkuasanya William The Conqueror.
Pandangan-pandangan ekstrim tentang terjadinya hukum secara
umum dikatakan oleh J.P Glastra Van Loon adanya dua pandangan
ekstrim, yaitu:
1. Pandangan legisme, (yang berkembang dan berpengaruh sampai
pertengahan abad 19)
Menurut pandangan ini hukum terbentuk hanya oleh perundang-
undangan. Dan hakim secara tegar terikat pada undang-undang,
peradilan adalah hal menerpakan secara mekanis dari ketentuan
undang-undang pada kejadian-kejadian yang konkrit.

2. Pandangan Freirechtslehre (abad 19/20)


Menurut pandangan ini hukum terbentuk hanya oleh peradilan,
undang-undang, kebiasaan, dan sebagainya hanyalah sarana-sarana
pembantu bagi hukum dalam menenemukan hukum pada kasus-
kasus konkrit.
C. PERBEDAAN HUKUM DENGAN MORAL
Perbedaan antara hukum dan moral menurut K.Berten :
1. Hukum lebih dikodifikasikan daripada moralitas, artinya dibukukan secara
sistematis dalam kitab perundang-undangan. Oleh karena itu norma hukum lebih
memiliki kepastian dan objektif dibanding dengan norma moral. Sedangkan norma
moral lebih subjektif dan akibatnya lebih banyak „diganggu‟ oleh diskusi yang
yang mencari kejelasan tentang yang harus dianggap utis dan tidak etis.
2. Meski moral dan hukum mengatur tingkah laku manusia, namun hukum membatasi
diri sebatas lahiriah saja, sedangkan moral menyangkut juga sikap batin seseorang.
3. Sanksi yang berkaitan dengan hukum berbeda dengan sanksi yang berkaitan
dengan moralitas. Hukum untuk sebagian besar dapat dipaksakan,pelanggar akan
terkena hukuman. Tapi norma etis tidak bisa dipaksakan, sebab paksaan hanya
menyentuh bagian luar, sedangkan perbuatan etis justru berasal dari dalam. Satu-
satunya sanksi dibidang moralitas hanya hati yang tidak tenang.
4. Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak negara.
Meskipun hukum tidak langsung berasal dari negara seperti hukum adat, namun
hukum itu harus di akui oleh negara supaya berlaku sebagai hukum.moralitas
berdasarkan atas norma-norma moral yang melebihi pada individu dan masyarakat.
Dengan cara demokratis atau dengan cara lain masyarakat dapat mengubah hukum,
tapi masyarakat tidak dapat mengubah atau membatalkan suatu norma moral.
Moral menilai hukum dan tidak sebaliknya.

Sedangkan Gunawan Setiardja membedakan hukum dan moral :


1. Dilihat dari dasarnya, hukum memiliki dasar yuridis, konsesus dan hukum alam
sedangkan moral berdasarkan hukum alam.
2. Dilihat dari otonominya hukum bersifat heteronom (datang dari luar diri manusia),
sedangkan moral bersifat otonom (datang dari diri sendiri).
3. Dilihat dari pelaksanaanya hukum secara lahiriah dapat dipaksakan.
4. Dilihat dari sanksinya hukum bersifat yuridis. moral berbentuk sanksi kodrati,
batiniah, menyesal, malu terhadap diri sendiri.
5. Dilihat dari tujuannya, hukum mengatur kehidupan manusia dalam kehidupan
bernegara, sedangkan moral mengatur kehidupan manusia sebagai manusia.
6. Dilihat dari waktu dan tempat, hukum tergantung pada waktu dan tempat,
sedangkan moral secara objektif tidak tergantung pada tempat dan waktu.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin),
yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi (mampu menguasai
makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah
fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup
(living organism).
Moral bisa diartikan nilai atau norma yang menjadi pegangan suatu individu
maupun kelompok dalam mengatur tingkah laku, sedangkan Moralitas merupakan
keseluruhan dari sifat moral tentang baik dan buruk.
Hukum merupakan suatu aturan yang mengikat baik yang tertulis maupun yang
tidak tertulis yang memiliki sanksi apabila dilanggar. Hukum harus mencakup tiga
unsur, yaitu kewajiban, moral dan aturan.
Manusia, moral dan hukum adalah suatu hal yang saling berkaitan dan saling
menunjang. Sebagai warga negara kita perlu mempelajari, menghayati dan
melaksanakan dengan ikhlas mengenai nilai, moral dan hukum agar terjadi
keselarasan dan harmoni kehidupan.

B. Saran
Penegakan hukum harus memperhatikan keselarasan antara keadilan dan
kepastian hukum. Karena, tujuan hukum antara lain adalah untuk menjamin
terciptanya keadilan (justice), kepastian hukum (certainty of law), dan kesebandingan
hukum (equality before the law).
Penegakan hukum-pun harus dilakukan dalam proporsi yang baik dengan
penegakan hak asasi manusia. Dalam arti, jangan lagi ada penegakan hukum yang
bersifat diskriminatif, menyuguhkan kekerasan dan tidak sensitif jender. Penegakan
hukum jangan dipertentangkan dengan penegakan HAM. Karena, sesungguhnya
keduanya dapat berjalan seiring ketika para penegak hukum memahami betul hak-hak
warga negara dalam konteks hubungan antara negara hukum dengan masyarakat sipil.
DAFTAR PUSTAKA

Setiadi, Elly M. dkk., 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Predana Media
Group.
Suwarno, dkk. 2008. ISBD. Surakarta : BP-FKIP UMS.

Bertens, Kees. 2002. Etika. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

Keraf, Sonny. 1991. Etika Bisnis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Velazquez, Manuel G. 2005. Etika Bisnis, Konsep dan Kasus – Edisi 5.


Diterjemahkan dari judul asli Business Ethics, Concepts and Cases (2002) oleh Ana
Purwaningsih, dkk. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Mahrifat Ismail. Moralitas dan Hukum. Diakses pada Maret 4, 2021, dari

https://mahrifat-ismail24.blogspot.com/2018/12/moralitas-dan-hukum.html
MORALITAS & HUKUM
Disusun Oleh :
1. AHMAD DZAKY GHALIB A. (F1A020006)
2. AMIRUL MUKMIN (F1A020015)
3. ARIN RIZKI PUTRI (F1A020024)
4. BAIQ HANNA SAJIDA G.P. (F1A020033)
5. CAHYO ADINEGORO (F1A020042)
6. APRIANINGSIH (F1A019015)
MORAL
Pengertian Moral

 Moral berasal dari bahas latin mores yang berarti adat


kebiasaan. Moral bisa diartikan nilai atau norma yang menjadi
pegangan suatu individu maupun kelompok dalam mengatur
tingkah laku, sedangkan Moralitas merupakan keseluruhan dari
sifat moral tentang baik dan buruk.
 Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan
proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa
melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang
mempunyai nilai implisit karena banyak orang yang mempunyai
moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit.
Jenis & Fungsi Moral

Jenis Moral Fungsi Moral


Ada dua macam moral dalam o Mengingatkan manusia untuk
menentukan baik dan buruknya
perilaku manusia, yaitu: melakukan kebaikan demi diri
sendiri dan sesama sebagai
o Moral deskriptif, yaitu etika bagian masyarakat.
yang berusaha meneropong o Menarik perhatian pada
secara kritis dan rasional sikap
dan perilaku manusia permasalahan moral yang
o Moral normatif, yaitu etika yang kurang di tanggapi.
berusaha menetapkan o Dapat menjadi penarik perhatian
berbagai sikap dan pola manusia pada gejala
perilaku ideal yang seharusnya
dimiliki oleh manusia. pembiasaan emosional.
HUKUM
Pengertian Hukum
o Achmad Ali menyatakan hukum adalah seperangkat norma tentang apa yang benar
dan apa yang salah, yang dibuat dan diakui eksistensinya oleh pemerintah yang
dituangkan baik dalam aturan tertulis (peraturan) maupun yang tidak tertulis (norma)
yang mengikat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya secara keseluruhan dan
dengan ancaman sanksi bagi pelanggar aturan tersebut.

o Beberapa pendapat pakar lain mengenai pengertian hukum, yaitu:


a. Mayers menjelaskan bahwa hukum itu adalah semua aturan yang
menyangkut kesusilaan dan ditujukan terhadap tingkah laku manusia dalam
masyarakat.
b. Utrecht berpendapat bahwa hukum adalah himpunan perintah dan larangan
untuk mencapai ketertiban dalam masyarakat
c. Simorangkir mengatakan bahwa hukum adalah peraturan yang bersifat
memaksa dan sebagai pedoman tingkah laku manusia dalam masyarakat
HUKUM

Sumber Isi Masa Berlaku Tempat


Berlaku

Hukum Adat Hukum Publik Hukum Positif Hukum


Internasional

Jenis Hukum Hukum


Undang –
Undang
Hukum Privat Hukum Tata
Negara Hukum Lokal

Hukum Hukum
Yurisprudensi Perdata

Hukum Hukum
Traktat Pidana

Hukum
Doktrin
Jenis hukum berdasarkan sumber, yaitu:
a. Hukum adat
Sumbernya adalah peraturan-peraturan hukum tidak tertulis yang tumbuh dan
berkembang dan dipertahankan dengan kesadaran hukum masyarakatnya.
b. Hukum undang-undang
Hukum yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan.
c. Hukum yurisprudensi
Yaitu keputusan hakim terdahulu terhadap suatu perkara yang tidak diatur oleh UU
dan dijadikan pedoman oleh hakim lainnya dalam memutuskan perkara yang
serupa.
d. Hukum traktat
Yaitu perjanjian yang dibuat oleh dua negara atau lebih mengenai persoalan-
persoalan tertentu yang emnjadi kepentingan negara bersangkutan.
e. Hukum doktrin
Yaitu pendapat para ahli hukum terkemuka yang dijadikan dasar atau asas-asas
penting dalam hukum dan penerapannya.
Jenis hukum berdasarkan isinya, yaitu:
a. Hukum publik
Hukum yang mengatur tentang hal-hal yang berhubungan tentang
masyarakat dan menjadi Hukum perlindungan Publik.
b. Hukum privat
Hukum yang mengatur kepentingan pribadi, atau hukum yang mengatur
hubungan-hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang lainnya
dengan menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan.
Jenis hukum berdasarkan masa berlakunya, yaitu:
a. Hukum Positif atau ius constitutum adalah hukum yang berlaku saat ini di suatu
negara
b. Hukum Tata Negara adalah Peraturan-peraturan yang mengatur organisasai
Negara dari tingkat atas sampai bawah, sturktur, tugas dan wewenang alat
perlengkapan Negara.
c. Hukum Perdata adalah ketentuan yang mengatur hak-hak dan kepentingan
antara individu-individu dalam masyarakat.
d. Hukum Pidana adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang
menentukan perbuatan apa yang dilarang dan termasuk kedalam tindak
pidana.
Jenis hukum berdasarkan tempat
berlakunya, yaitu:

a. Hukum Internasional adalah bagian hukum yang mengatur


aktivitas entitas berskala internasional.
b. Hukum Lokal (Local Law) adalah hukum yang hanya berlaku
disuatu daerah tertentu (Hukum Adat Batak, Minangkabau, Jawa
dan sebagainya).
Fungsi Hukum
Fungsi hukum bagi kehidupan manusia, yaitu:
a. Sebagai alat pengatur tata tertib hubungan masyarakat
b. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir batin
c. Hukum mempunyai ciri memerintah dan melarang
d. Hukum mempunyai sifat memaksa
e. Hukum mempunyai daya yang mengikat fisik dan Psikologis.
f. Sebagai penggerak pembangunan.
g. Sebagai fungsi kritis hukum.
Proses Terbentuknya Hukum

Pandangan-pandangan ekstrim tentang terjadinya hukum secara umum dikatakan oleh J.P
Glastra Van Loon, adanya dua pandangan ekstrim, yaitu:

o Pandangan Legisme, (yang berkembang dan berpengaruh sampai pertengahan abad 19)
Menurut pandangan ini hukum terbentuk hanya oleh perundang-undangan. Dan
hakim secara tegar terikat pada undang-undang.

o Pandangan Freirechtslehre (abad 19/20)


Menurut pandangan ini hukum terbentuk hanya oleh peradilan, undang-undang,
kebiasaan, dan sebagainya hanyalah sarana-sarana pembantu bagi hukum dalam
menenemukan hukum pada kasus-kasus konkrit.
Perbedaan Hukum dan Moral

Menurut K.Berten : Menurut Gunawan Setiardja :


a. Hukum lebih dikodifikasikan daripada a. Dilihat dari dasarnya, hukum
moralitas, artinya dibukukan secara memiliki dasar yuridis, konsesus
sistematis dalam kitab perundang-
dan hukum alam sedangkan
undangan. Sedangkan norma moral
moral berdasarkan hukum alam.
lebih subjektif dan akibatnya lebih
banyak ‘diganggu’ oleh diskusi yang
b. Dilihat dari otonominya hukum
yang mencari kejelasan tentang yang bersifat heteronom (datang dari
harus dianggap utis dan tidak etis. luar diri manusia), sedangkan
b. Meski moral dan hukum mengatur moral bersifat otonom (datang
tingkah laku manusia, namun hukum dari diri sendiri).
membatasi diri sebatas lahiriah saja, c. Dilihat dari pelaksanaanya
sedangkan moral menyangkut juga hukum secara lahiriah dapat
sikap batin seseorang. dipaksakan.
Kesimpulan
 Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti
berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain).
Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan
atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Dalam hubungannya dengan
lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living organism).
 Moral bisa diartikan nilai atau norma yang menjadi pegangan suatu individu maupun
kelompok dalam mengatur tingkah laku, sedangkan Moralitas merupakan keseluruhan dari
sifat moral tentang baik dan buruk.
 Hukum merupakan suatu aturan yang mengikat baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis
yang memiliki sanksi apabila dilanggar. Hukum harus mencakup tiga unsur, yaitu kewajiban,
moral dan aturan.
 Manusia, moral dan hukum adalah suatu hal yang saling berkaitan dan saling menunjang.
Sebagai warga negara kita perlu mempelajari, menghayati dan melaksanakan dengan ikhlas
mengenai nilai, moral dan hukum agar terjadi keselarasan dan harmoni kehidupan.
Terima Kasih 

Anda mungkin juga menyukai