OLEH:
KELOMPOK VI
Puji syukur alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN :
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN :
A. Moralitas
1. Pengertian Moralitas
2. Jenis Moral
3. Fungsi Moral
B. Hukum
1. Pengertian Hukum
2. Jenis Hukum
3. Fungsi Hukum
4. Proses Terbentuknya Hukum
C. Perbedaan Hukum dan Moral
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sebagai mahluk sosial manusia dalam kehidupannya memerlukan interaksi sosial
satu sama lain, maka berbagai kepentingan akan saling bertemu. Pertemuan kepentingan
antara manusia yang satu dengan yang lain ini, tak jarang, menimbulkan pergesekan
ataupun perselisihan. Perselisihan yang ditimbulkan bisa berakibat fatal, apabila tidak ada
sebuah sarana untuk mendamaikannya. Perlu sebuah mediator atau fasilitator untuk
mempertemukan dua buah kepentingan yang bergesekan tersebut, agar manusia yang
saling bersengketa tersebut sama-sama memperoleh keadilan, inilah sebuah proses untuk
menuju sebuah sistem tatanan hukum.
Apa yang terjadi pada masyarakat adat inilah yang kemudian menginspirasi
manusia modern untuk melakukan hal serupa. Hubungan antar masyarakat adat ini
semakin lama semakin luas dan semakin berkembang. Masyarakat-masyarakat adat yang
saling berinteraksi akhirnya mengadakan perjanjian bersama untuk membentuk sebuah
ikatan yang lebih luas, yang kemudian dikenal dengan istilah „negara‟. Sejatinya,
„negara‟ ini sebenarnya berisikan berbagai kumpulan hukum adat.
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam yang terdapat pada pembahasan ini antara lain :
1. Apa yang dimaksud dengan moral dan moralitas ?
2. Apa saja jenis dan fungsi moral ?
3. Apa yang dimaksud dengan hukum ?
4. Apa saja jenis, fungsi, proses terbentuknya hukum ?
5. Apa perbedaan antara hukum dengan moral?
C. Tujuan penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan moral dan moralitas.
2. Menyebutkan jenis serta fungsi moral.
3. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan hukum.
4. Menyebutkan jenis, fungsi serta menjelskan proses terbentuknya hukum.
5. Menjelaskan perbedaan antara hukum dengan moral.
BAB II
PEMBAHASAN
A. MORAL
1. Pengertian moral
Moral berasal dari bahas latin mores yang berarti adat kebiasaan. Kata
mores ini mempunyai sinonim mos, moris, manner more atau manners, dan
morals. Moral bisa diartikan nilai atau norma yang menjadi pegangan suatu
individu maupun kelompok dalam mengatur tingkah laku, sedangkan Moralitas
merupakan keseluruhan dari sifat moral tentang baik dan buruk.
Dalam bahasa Indonesia, kata moral berarti akhlak (basah arab) atau
kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani
yang menjadi pembimbing tingkah laku batin dalam hidup. Makna moral yang
terkandung dalam kepribadian seseorang itu tercermin dari sikap dan tingkah
lakunya. Bisa dikatakan manusia yang bermoral adalah manusia yang sikap dan
tingkah lakunya sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat.
Moral bisa diartikan nilai atau norma yang menjadi pegangan suatu
individu maupun kelompok dalam mengatur tingkah laku, sedangkan Moralitas
merupakan keseluruhan dari sifat moral tentang baik dan buruk.
2. Jenis Moral
Ada dua macam moral dalam menentukan baik dan buruknya perilaku
manusia, yaitu:
a. Moral deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan
rasional sikap dan perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam
hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Hal ini memberikan fakta sebagai
dasar untuk mengambil keputusan tentang perilaku atau sikap yang mau
diambil.
b. Moral normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola
perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia. Moral normatif
memberikan penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka
tindakan yang akan diputuskan.
3. Fungsi Moral
Fungsi moral bagi kehidupan manusia antara lain :
a. Mengingatkan manusia untuk melakukan kebaikan demi diri sendiri dan sesama
sebagai bagian masyarakat.
b. Menarik perhatian pada permasalahan moral yang kurang di tanggapi.
c. Dapat menjadi penarik perhatian manusia pada gejala pembiasaan emosional.
B. HUKUM
1. Pengertian Hukum
Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian
kekuasaan kelembagaan dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang
politik, ekonomi dan masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai
perantara utama dalam hubungan sosial antar masyarakat terhadap
kriminalisasi dalam hukum pidana, hukum pidana yang berupayakan cara
negara dapat menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan kerangka
kerja bagi penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas
kekuasaan politik serta cara perwakilan mereka yang akan dipilih.
Administratif hukum digunakan untuk meninjau kembali keputusan dari
pemerintah, sementara hukum internasional mengatur persoalan antara
berdaulat negara dalam kegiatan mulai dari perdagangan lingkungan peraturan
atau tindakan militer. filsuf Aristotle menyatakan bahwa "Sebuah supremasi
hukum akan jauh lebih baik daripada dibandingkan dengan peraturan tirani
yang merajalela.
Hingga saat ini, belum ada kesepahaman dari para ahli mengenai
pengertian hukum. Telah banyak para ahli dan sarjana hukum yang mencoba
untuk memberikan pengertian atau definisi hukum, namun belum ada satupun
ahli atau sarjana hukum yang mampu memberikan pengertian hukum yang
dapat diterima oleh semua pihak. Ketiadaan definisi hukum yang dapat
diterima oleh seluruh pakar dan ahli hukum pada gilirannya memutasi adanya
permasalahan mengenai ketidaksepahaman dalam definisi hukum menjadi
mungkinkah hukum didefinisikan atau mungkinkah kita membuat definisi
hukum? Lalu berkembang lagi menjadi perlukah kita mendefinisikan hukum?
Ketiadaan definisi hukum jelas menjadi kendala bagi mereka yang baru
saja ingin mempelajari ilmu hukum. Tentu saja dibutuhkan pemahaman awal
atau pengertian hukum secara umum sebelum memulai untuk mempelajari apa
itu hukum dengan berbagai macam aspeknya. Bagi masyarakat awam
pengertian hukum itu tidak begitu penting. Lebih penting penegakannya dan
perlindungan hukum yang diberikan kepada masyarakat. Namun, bagi mereka
yang ingin mendalami lebih lanjut soal hukum, tentu saja perlu untuk
mengetahui pengertian hukum. Secara umum, rumusan pengertian hukum
setidaknya mengandung beberapa unsur sebagai berikut:
Hukum mengatur tingkah laku atau tindakan manusia dalam masyarakat.
Peraturan berisikan perintah dan larangan untuk melakukan sesuatu atau
tidak melakukan sesuatu. Hal ini dimaksudkan untuk mengatur perilaku
manusia agar tidak bersinggungan dan merugikan kepentingan umum.
Peraturan hukum ditetapkan oleh lembaga atau badan yang berwenang
untuk itu. Peraturan hukum tidak dibuat oleh setiap orang melainkan
oleh lembaga atau badan yang memang memiliki kewenangan untuk
menetapkan suatu aturan yang bersifat mengikat bagi masyarakat luas.
Penegakan aturan hukum bersifat memaksa. Peraturan hukum dibuat
bukan untuk dilanggar namun untuk dipatuhi. Untuk menegakkannya
diatur pula mengenai aparat yang berwenang untuk mengawasi dan
menegakkannya sekalipun dengan tindakan yang represif. Meski
demikian, terdapat pula norma hukum yang bersifat
fakultatif/melengkapi.
Hukum memliki sanksi dan setiap pelanggaran atau perbuatan melawan
hukum akan dikenakan sanksi yang tegas. Sanksi juga diatur dalam
peraturan hukum.
2. Jenis Hukum
Jenis hukum berdasarkan sumber, yaitu:
a. Hukum adat
Sumbernya adalah peraturan-peraturan hukum tidak tertulis yang
tumbuh dan berkembang dan dipertahankan dengan kesadaran hukum
masyarakatnya. Karena peraturan-peraturan ini tidak tertulis dan
tumbuh kembang, maka hukum adat memiliki kemampuan
menyesuaikan diri dan elastis. Contoh: hukum adat minangkabau.
b. Hukum undang-undang
Hukum yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan. Ada
dua jenis undag-undang yakni dalam arti material (setiap peraturan
yang dikeluarkan oleh pemerintah yang isinya mengikat secara umum
bagi semua warga negara) dan dalam arti formal (setiap peraturan yang
karena bentuknya dapat disebut UU). Contoh: UU pemilu.
c. Hukum yurisprudensi
Yaitu keputusan hakim terdahulu terhadap suatu perkara yang tidak
diatur oleh UU dan dijadikan pedoman oleh hakim lainnya dalam
memutuskan perkara yang serupa. Contoh: KUHP.
d. Hukum traktat
Yaitu perjanjian yang dibuat oleh dua negara atau lebih mengenai
persoalan-persoalan tertentu yang emnjadi kepentingan negara
bersangkutan. Contoh: hukum batas negara.
e. Hukum doktrin
Yaitu pendapat para ahli hukum terkemuka yang dijadikan dasar atau
asas-asas penting dalam hukum dan penerapannya.
3. Fungsi Hukum
Fungsi hukum bagi kehidupan manusia, yaitu:
a. Sebagai alat pengatur tata tertib hubungan masyarakat
b. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir batin
c. Hukum mempunyai ciri memerintah dan melarang
d. Hukum mempunyai sifat memaksa
e. Hukum mempunyai daya yang mengikat fisik dan Psikologis,
Karena hukum mempunyai ciri, sifat dan daya mengikat, maka
hukum dapat memberi keadilan ialah dapat menentukan siapa
yang bersalah dan siapa yang benar
f. Sebagai penggerak pembangunan.
g. Sebagai fungsi kritis hukum.
A. Kesimpulan
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin),
yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi (mampu menguasai
makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah
fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup
(living organism).
Moral bisa diartikan nilai atau norma yang menjadi pegangan suatu individu
maupun kelompok dalam mengatur tingkah laku, sedangkan Moralitas merupakan
keseluruhan dari sifat moral tentang baik dan buruk.
Hukum merupakan suatu aturan yang mengikat baik yang tertulis maupun yang
tidak tertulis yang memiliki sanksi apabila dilanggar. Hukum harus mencakup tiga
unsur, yaitu kewajiban, moral dan aturan.
Manusia, moral dan hukum adalah suatu hal yang saling berkaitan dan saling
menunjang. Sebagai warga negara kita perlu mempelajari, menghayati dan
melaksanakan dengan ikhlas mengenai nilai, moral dan hukum agar terjadi
keselarasan dan harmoni kehidupan.
B. Saran
Penegakan hukum harus memperhatikan keselarasan antara keadilan dan
kepastian hukum. Karena, tujuan hukum antara lain adalah untuk menjamin
terciptanya keadilan (justice), kepastian hukum (certainty of law), dan kesebandingan
hukum (equality before the law).
Penegakan hukum-pun harus dilakukan dalam proporsi yang baik dengan
penegakan hak asasi manusia. Dalam arti, jangan lagi ada penegakan hukum yang
bersifat diskriminatif, menyuguhkan kekerasan dan tidak sensitif jender. Penegakan
hukum jangan dipertentangkan dengan penegakan HAM. Karena, sesungguhnya
keduanya dapat berjalan seiring ketika para penegak hukum memahami betul hak-hak
warga negara dalam konteks hubungan antara negara hukum dengan masyarakat sipil.
DAFTAR PUSTAKA
Setiadi, Elly M. dkk., 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Predana Media
Group.
Suwarno, dkk. 2008. ISBD. Surakarta : BP-FKIP UMS.
Mahrifat Ismail. Moralitas dan Hukum. Diakses pada Maret 4, 2021, dari
https://mahrifat-ismail24.blogspot.com/2018/12/moralitas-dan-hukum.html
MORALITAS & HUKUM
Disusun Oleh :
1. AHMAD DZAKY GHALIB A. (F1A020006)
2. AMIRUL MUKMIN (F1A020015)
3. ARIN RIZKI PUTRI (F1A020024)
4. BAIQ HANNA SAJIDA G.P. (F1A020033)
5. CAHYO ADINEGORO (F1A020042)
6. APRIANINGSIH (F1A019015)
MORAL
Pengertian Moral
Hukum Hukum
Yurisprudensi Perdata
Hukum Hukum
Traktat Pidana
Hukum
Doktrin
Jenis hukum berdasarkan sumber, yaitu:
a. Hukum adat
Sumbernya adalah peraturan-peraturan hukum tidak tertulis yang tumbuh dan
berkembang dan dipertahankan dengan kesadaran hukum masyarakatnya.
b. Hukum undang-undang
Hukum yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan.
c. Hukum yurisprudensi
Yaitu keputusan hakim terdahulu terhadap suatu perkara yang tidak diatur oleh UU
dan dijadikan pedoman oleh hakim lainnya dalam memutuskan perkara yang
serupa.
d. Hukum traktat
Yaitu perjanjian yang dibuat oleh dua negara atau lebih mengenai persoalan-
persoalan tertentu yang emnjadi kepentingan negara bersangkutan.
e. Hukum doktrin
Yaitu pendapat para ahli hukum terkemuka yang dijadikan dasar atau asas-asas
penting dalam hukum dan penerapannya.
Jenis hukum berdasarkan isinya, yaitu:
a. Hukum publik
Hukum yang mengatur tentang hal-hal yang berhubungan tentang
masyarakat dan menjadi Hukum perlindungan Publik.
b. Hukum privat
Hukum yang mengatur kepentingan pribadi, atau hukum yang mengatur
hubungan-hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang lainnya
dengan menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan.
Jenis hukum berdasarkan masa berlakunya, yaitu:
a. Hukum Positif atau ius constitutum adalah hukum yang berlaku saat ini di suatu
negara
b. Hukum Tata Negara adalah Peraturan-peraturan yang mengatur organisasai
Negara dari tingkat atas sampai bawah, sturktur, tugas dan wewenang alat
perlengkapan Negara.
c. Hukum Perdata adalah ketentuan yang mengatur hak-hak dan kepentingan
antara individu-individu dalam masyarakat.
d. Hukum Pidana adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang
menentukan perbuatan apa yang dilarang dan termasuk kedalam tindak
pidana.
Jenis hukum berdasarkan tempat
berlakunya, yaitu:
Pandangan-pandangan ekstrim tentang terjadinya hukum secara umum dikatakan oleh J.P
Glastra Van Loon, adanya dua pandangan ekstrim, yaitu:
o Pandangan Legisme, (yang berkembang dan berpengaruh sampai pertengahan abad 19)
Menurut pandangan ini hukum terbentuk hanya oleh perundang-undangan. Dan
hakim secara tegar terikat pada undang-undang.