Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ANTROPOLOGI HUKUM

INTERAKSI ANTARA BUDAYA DAN HUKUM

Dosen pengampu : Lalu Saipudin, SH. MH.

Oleh :

Nama : M. Karsa Gaesa Al-Huda

Nim : D1A022200

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NEGRI MATARAM

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
anugrah -Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang
dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas bagi mahasiswa dalam mata kuliah
Antropologi Hukum.

Dalam pengerjaan tugas makalah Antropologi Hukum ini tidak lepas dari
kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak untuk itu kami ucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing mata kuliah Antropologi Hukum, teman-teman serta
pihak-pihak yang telah membantu dalam pengerjaan tugas makalah Antropologi
Hukum ini.

Tugas makalah ini masih dikatakan jauh dari sempurna. Oleh karna itu kritik
dan saran yang bersifat membangun dari pembaca serta semua pihak sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan tugas makalah ini.

Semoga tugas makalah Antropologi Hukum ini dapat berguna bagi kami
terutama dan juga bagi pembaca.

Mataram, 9 april 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................3
BAB III....................................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................................5
A. Konsep Budaya............................................................................................................5
B. Konsep Hukum.............................................................................................................6
C. Pengaruh Antara Budaya Dan Hukum.........................................................................8
BAB IV..................................................................................................................................11
PENUTUP.............................................................................................................................11
A. Kesimpulan................................................................................................................11
B. Saran..........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai sebuah disiplin ilmu, antropologi bisa dikatakan sebagai
disiplin ilmu baru. Dalam kamus bahasa Indonesia, Ilmu antropologi
dijelaskan sebagai ilmu tentang manusia, khususnya tentang asal-usul, aneka
warna bentuk fisik, adat istiadat, dan kepercayaannya pada masa lampau.
Interaksi antara budaya dan hukum merupakan fenomena yang
kompleks dan menarik untuk dikaji, terutama dalam konteks Indonesia yang
memiliki keragaman budaya yang kaya. Budaya dan hukum saling
berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain. Di Indonesia, sebagai negara
dengan beragam suku, agama, bahasa, dan adat istiadat, interaksi antara
budaya dan hukum menjadi semakin kompleks dan menarik untuk diteliti.
Budaya lokal memiliki pengaruh yang kuat dalam pembentukan norma dan
nilai-nilai hukum, sementara hukum nasional juga berperan dalam mengatur
interaksi budaya yang beragam di berbagai daerah di Indonesia.1
Budaya dan hukum merupakan dua aspek penting dalam kehidupan
masyarakat di Indonesia. Budaya, sebagai warisan nilai-nilai, norma, dan
tradisi yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat, menjadi landasan bagi
perilaku, hubungan sosial, serta sistem nilai dalam masyarakat. Sementara itu,
hukum berperan sebagai peraturan yang mengatur tindakan dan interaksi
antara individu, kelompok, dan institusi dalam suatu masyarakat.
Interaksi antara budaya dan hukum di Indonesia sering kali
memunculkan dinamika yang kompleks. Sebagai negara dengan keragaman
budaya yang kaya, Indonesia memiliki beragam kelompok masyarakat dengan

1
Koentjaraningrat,Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1985), h. 1.

1
adat istiadat, kepercayaan, dan tradisi yang berbeda-beda. Interaksi budaya
dan hukum sering kali terlihat dalam konflik antara norma dan nilai budaya
dengan ketentuan hukum nasional, regional, atau lokal. Pertentangan antara
hukum positif dan hukum adat, atau antara hukum nasional dan hukum agama
seringkali memerlukan penyeimbangan yang kompleks dalam upaya
mencapai keadilan dan keharmonisan dalam masyarakat.
Dalam kaitannya dengan perkembangan zaman dan globalisasi,
interaksi budaya dan hukum di Indonesia semakin kompleks. Perubahan
sosial, perubahan nilai-nilai budaya, serta arus informasi dan pengaruh luar
yang semakin masuk, menjadi tantangan bagi pengaturan hukum dan
pemeliharaan warisan budaya. Bagaimana pengaruh budaya dalam proses
perumusan hukum, bagaimana hukum nasional merespons keragaman budaya,
serta dampak globalisasi terhadap interaksi budaya dan hukum di Indonesia
menjadi isu yang menarik untuk dikaji dalam makalah ini.2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana interaksi antara budaya dan hukum terjadi di Indonesia?

2
Soetandyo Wignjosoebroto, Indonesia: Culture and Society(Jakarta selatan: Equinox Publishing,
2011),h.120

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam memahami interaksi antara budaya dan hukum, terdapat beberapa teori dan
konsep yang relevan yang telah dikemukakan oleh para ahli. Beberapa di antaranya
adalah sebagai berikut:
1. Teori Antropologi Hukum
Teori Antropologi Hukum mengkaji hubungan antara budaya dan
hukum dalam konteks masyarakat. Koentjaraningrat (1985) dalam bukunya
"Manusia dan Kebudayaan di Indonesia" menyajikan konsep-konsep
antropologi hukum yang membahas tentang bagaimana hukum dapat menjadi
cerminan dari budaya masyarakat, termasuk nilai, norma, dan kebiasaan yang
dianut oleh suatu kelompok masyarakat.3
2. Mazhab Sejarah dan Kebudayaan.
Mazhab sejarah dan kebudayaan, menekankan bahwa hukum hanya
dapat dimengerti dengan menelaah kerangka sejarah dan kebudayaan di mana
hukum tersebut timbul. Tokoh yang terkemuka dari mazhab ini adalah
Friederich Karl Von Savigny (1779- 1861) yang dianggap sebagai pencipta
ilmu sejarah hukum. Von Savigny berpendapat bahwa hukum merupakan
perwujudan dari kesadaran hukum masyarakat (Volkgeist). Dia berpendapat
bahwa semua hukum berasal dari adat-istiadat dan kepercayaan dan bahkan
tidak berasal dari pembentuk undang-undang. Keputusankeputusan badan
legislatif dapat membahayakan masyarakat oleh karena tidak selalu sesuai
dengan kesadaran hukum masyarakat (Rony Hanitijo Soemitro, 1984:17;
Soerjono Soekanto, 1988:33, Dirdjosisworo, 1996:4). Von Savigny
selanjutnya mengemukakan betapa pentingnya untuk meneliti hubungan
antara hukum dengan struktur masyarakat beserta sistem nilai-nilainya.

3
Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1985), h. 67.

3
Savigny melihat yang seyogyanya adalah hukum itu ditentukan dan
bukan dibuat, ia ditentukan dalam kehidupan sosial, ia lahir berkembang
dalam masyarakat secara dinamis. Konsep Savigny tentang hukum dalam
kehidupan sosial, barangkali akan mendapat pemahaman dalam mempelajari
hukum adat di Indonesia (Dirdjosisworo, 1996:3). Salah satu pokok ajaran
Savigny adalah penekanannya pada aspek dinamis dari hukum yang
didasarkan pada sejarah hukum tersebut.

Hukum sangat berkaitan erat dengan kebudayaan. Hukum sendiri merupakan


produk kebudayaan, karena sejatinya produk hukum adalah produk ciptaan manusia.
Dalam studi hukum dikenal struktur hukum, substansi hukum, dan budaya hukum.
Hukum diciptakan memiliki karakteristik yang berbeda-beda dari satu daerah ke
daerah lainnya sesuai dengan kebudayaan setempat. Artinya, kebudayaan membentuk
hukum. Menurut Prof. Tjip, hukum itu bukanlah skema yang final, tetapi terus
bergerak sesuai dengan dinamika dan perkembangan zaman umat manusia. Artinya,
hukum akan terus berubah sesuai dengan perkembangan zaman dan dinamika
manusia ini terlahir dalam proses kebudayaan yang berbeda.

4
BAB III

PEMBAHASAN

A. Konsep Budaya
Menurut ilmu antropologi “kebudayaan” adalah keseluruhan sistem
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Hal tersebut
berarti bahwa hampir semua tindakan manusia adalah “kebudayaan” karena
hanya amat sedikir tindakan manusia dalam rangka kehidupan masyarakat
yang tak perlu dibiasakannya dengan belajar, yaitu hanya beberapa tindakan
naluri beberapa refleks, beberapa tindakan akibat proses fisiologi, atau
kelakuan ketika ia sedang membabi buta.
“Kebudayaan” berasal dari kata Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk
jamak dari kata buddhi yang memiliki arti “budi” atau “akal”. Dari akar kata
tersebut, “kebudayaan” dapat diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan
dengan akal”. Ada pendapat lain yang mengupas kata budaya sebagai suatu
perkembangan dari majemuk budi-daya, yang berarti “daya dari budi”. Maka
dapat dikatakan bahwa “budaya” adalah “daya dari budi” berupa cipta, karsa
dan rasa, sedangkan “kebudayaan” adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa itu.
Dalam istilah “antropologi-budaya” perbedaan itu ditiadakan. Kata 26
“budaya” di sini hanya dipakai sebagai suatu singkatan saja dari
“kebudayaan” dengan arti sama.4
Koentjaraningrat berpendapat bahwa ada tujuh unsur kebudayaan
sebagai isi pokok dari tiap kebudayaan di dunia. Ketujuh unsur tersebut
adalah:
1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Organisasi social
4
Koentjaraningrat,pengantar ilmu antropologi,( Jakarta : Rineka Cipta, 2009), h.

5
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencarian hidup
6. Sistem religi
7. kesenian

Tiap-tiap unsur kebudayaan ini terwujud dalam tiga hal, yaitu;


wujudnya yang berupa sistem budaya, yang berupa sistem sosial, dan yang
berupa unsur-unsur kebudayaan fisik.

B. Konsep Hukum
Merupakan suatu kenyataan bahwa antara manusia, masyarakat dan
hukum tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, karena dimana ada
masyarakat pasti ada manusia, dan dimana ada manusia pasti hidup dalam
masyarakat. Setiap manusia yang hidup dalam masyarakat selalu
menghubungkan kepentingan satu dengan yang lainnya. Dalam masyarakat
bagaimanapun keadaannya, baik dalam masyarakat modern maupun dalam
masyarakat sederhana (bersahaja), yang namanya keadilan dan kepastian
hukum itu tetap merupakan kebutuhan. Karena kebutuhan akan keadilan dan
kepastian hukum ada dalam masyarakat, maka masyarakat itulah yang
menciptakan kaedahnya, yang diakui secara kolektif. Dengan demikian ada
rujukan untuk menentukan batas-batas hak dan batas-batas kewajiban.
Masyarakat berbuat sesuai dengan keinginan kaedah yang telah disepakati itu.
Penyimpangan terhadap kesepakatan itu akan mendapat ganjaran sesuai
dengan ketentuan yang juga telah disepakati.5
Definisi Hukum dalam Antropologi Hukum
• Definisi hukum menurut Hoebel adalah suatu norma sosial, yakni
bila terjadi pelanggaran terhadap norma sosial maka yang melanggar akan
dikenai sanksi, baik dalam bentuk tindakan fisik, sanksi sosial, atau sanksi
lainnya oleh yang memiliki kewenangan bertindak.

5
Anak Agung Gede Oka Parwata, memahami hukum dan budaya,(Bali: Pustaka Ekspresi, 2016).h.1

6
• Definisi Hukum menurut Pospisil, harus memenuhi 4 syarat atribut,
yaitu:
1. Atribute of authority / adanya kewenangan,
2. Atribute of Intention of Universal Application / adanya tujuan agar
diperlakukan secara universal,
3. Atribute of Obligation / adanya hak dan kewajiban,
4. Atribute of Sanction / adanya Sanksi.

Guna terciptanya kedamaian dan ketertiban dalam masyarakat maka


diperlukan adanya hukum. Adanya hukum ini adalah merupakan suatu
keharusan dalam masyarakat. Seperti ditulis oleh Van Apeldorn, bahwa
hukum itu terdapat di seluruh dunia dimana terdapat pergaulan hidup manusia.
Demikian pula Cicero menegaskan dimana ada masyarakat pasti di sana ada
hukum. Pernyataan ini dipertegas oleh A.H Post yang menyatakan bahwa
tidak ada suatu bangsa di dunia ini yang tidak memiliki hukum.6

Hukum dapat mencapai tujuannya apabila dapat menyeimbangkan


antara kepastian hukum dan keadilan, atau keserasian antara kepastian yang
bersifat umum atau obyektif dan penerapan keadilan secara khusus yang
bersifat subyektif.

Untuk mencapai keseimbangan dan keserasian antar kepastian hukum


dan keadilan diperlukan beberapa persyaratan, di antaranya:

1. Kaedah hukum serta penerapannya sebanyak mungkin mendekati citra


masyarakat;
2. Pelaksana penegak hukum dapat mengemban tugas sosial sesuai
tujuan dan keinginan hukum;

6
Dherana, 1982:1-2

7
3. Masyarakat dimana hukum itu berlaku, taat dan sadar akan pentingnya
hukum bagi keadilan dan kesejahteraan serta menghayati akan
keinginan hukum demi keadilan.

Dalam usaha memenuhi syarat-syarat tersebut, demi tercapainya


keserasian, fungsi hukum pun berkembang, hukum berfungsi sebagai sarana
pendorong pembangunan dan sebagai sarana kritis social.7

C. Pengaruh Antara Budaya Dan Hukum


Hukum sangat berkaitan erat dengan kebudayaan. Hukum sendiri
merupakan produk kebudayaan, karena sejatinya produk hukum adalah
produk ciptaan manusia. Dalam studi hukum dikenal struktur hukum,
substansi hukum, dan budaya hukum. Hukum diciptakan memiliki
karakteristik yang berbeda-beda dari satu daerah ke daerah lainnya sesuai
dengan kebudayaan setempat. Artinya, kebudayaan membentuk hukum.
Menurut Prof. Tjip, hukum itu bukanlah skema yang final, tetapi terus
bergerak sesuai dengan dinamika dan perkembangan zaman umat manusia.
Artinya, hukum akan terus berubah sesuai dengan perkembangan zaman dan
dinamika manusia ini terlahir dalam proses kebudayaan yang berbeda.
Ada beberapa pemikiran – pemikiran/teori- teori tentang hubungan
hukum dan kebudayaan diantaranya :
1. Mazhab Sejarah dan Kebudayaan
Mazhab sejarah dan kebudayaan, menekankan bahwa hukum hanya
dapat dimengerti dengan menelaah kerangka sejarah dan kebudayaan di
mana hukum tersebut timbul. Tokoh yang terkemuka dari mazhab ini
adalah Friederich Karl Von Savigny (1779- 1861) yang dianggap sebagai
pencipta ilmu sejarah hukum
2. Aliran Sosiological Jurisprudence

7
Dirdjosisworo, 1983:18

8
Seorang ahli hukum dari Austria yaitu Eugen Ehrlich (1862-1922)
dianggap sebagai pelopor dari aliran ini. Ajaran Ehrlich berpokok pada
pembedaan antara hukum positif dengan hukum yang hidup (living law).
Dikemukakan lebih lanjut bahwa hukum positif hanya akan efektif
apabila selaras dengan hukum yang hidup dalam masyarakat. Konsep
tentang “the living law” untuk pertama kali dikemukakan oleh Ehrlich
pada Tahun 1913 sebagai reaksi atas pandangan dalam ilmu hukum yang
bersifat legalitas yang terlalu mengutamakan peraturan hukum yang
termuat dalam peraturan perundang-undangan tetapi terlalu mengabaikan
gejala-gejala hukum yang tumbuh dalam masyarakat.
3. Teori Hukum Pembangunan
Teori hukum pembangunan ini dikemukakan oleh Mochtar
Kusumaatmadja. Mochtar Kusumaatmadja menyatakan bahwa hukum
yang harus dibuat adalah hukum yang sesuai dengan kesadaran hukum
masyarakat. Hukum tidak boleh menghambat perkembangan. Lebih lanjut
Mochtar Kusumaatmadja mengatakan, bahwa: “Hukum merupakan suatu
alat untuk memelihara ketertiban dalam masyarakat. Mengingat fungsinya
sifat hukum, pada dasarnya adalah konservatif, artinya hukum bersifat
memelihara dan mempertahankan yang telah tercapai. Fungsi demikian
diperlukan dalam setiap masyarakat, termasuk masyarakat yang sedang
membangun, karena di sini pun ada hasilhasil yang harus dipelihara,
dilindungi, dan diamankan.

Di era sekarang ini makin sulit menentukan ke mana arah tatanan


dunia baru akan terbentuk. Di beberapa belahan dunia terjadi transformasi
budaya yang dipercepat, tetapi di beberapa tempat justru terjadi kesenjangan
atau ketertinggalam budaya (culture lag). Apabila kita tidak ingat pada nilai-
nilai luhur bangsa kita, identitas budaya, maka dalam suasana sekarang ini

9
akan membawa kehidupan tanpa arah dan tanpa tujuan yang pasti. Bertolak
dari pemikiran di atas dipandang penting untuk membahas hukum dalam
konteks budaya. Hukum dan budaya adalah dua variabel yang berhubungan
secara korelatif. Ini berarti hukum dan budaya dapat saling mempengaruhi.
Dari hubungan ini akan melahirkan dua perspektif kajian yaitu: pada
perspektif pertama dapat ditempatkan hukum mempengaruhi budaya. Dengan
kajian ini budaya berposisi sebagai variabel terikat (devendent), sedangkan
hukum sebagai variabel bebas (indevendent), di mana hukum dapat memberi
arah dalam pengembangan budaya, sehingga budaya terikat pada pola yang
digariskan oleh hukum.

BAB IV

PENUTUP

10
A. Kesimpulan
Dalam konsep hukum dalam antropologi hukum, hukum didefinisikan
sebagai norma sosial yang mengatur tindakan manusia dalam masyarakat.
Pelanggaran terhadap norma sosial akan dikenai sanksi, baik dalam bentuk
tindakan fisik, sanksi sosial, atau sanksi lainnya oleh pihak yang berwenang.
Selain itu, konsep hukum dalam antropologi hukum juga mencakup atribut
seperti adanya kewenangan, tujuan agar diperlakukan secara universal, hak
dan kewajiban, serta sanksi.
Hukum dianggap sebagai kebutuhan dalam masyarakat karena
masyarakat membutuhkan keadilan dan kepastian hukum. Oleh karena itu,
masyarakat menciptakan aturan yang diakui secara kolektif untuk menentukan
batas-batas hak dan kewajiban. Pelanggaran terhadap aturan ini akan
mendapat ganjaran sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati. Tujuan dari
adanya hukum dalam masyarakat adalah untuk menciptakan kedamaian dan
ketertiban.
Dalam pandangan ini, hukum dianggap sebagai suatu kenyataan yang
tidak dapat dipisahkan dari manusia dan masyarakat. Hukum ada di seluruh
dunia dan setiap bangsa memiliki hukumnya sendiri. Keberhasilan hukum
dalam mencapai tujuannya tergantung pada keseimbangan antara kepastian
hukum dan keadilan, serta kesesuaian antara hukum dan nilai-nilai budaya
masyarakat. Oleh karena itu, pemahaman tentang budaya dan kebudayaan
dalam suatu masyarakat juga menjadi penting dalam memahami konsep
hukum dalam antropologi hukum

B. Saran
Penting bagi kita untuk terus mengkaji dan memahami hubungan antara
budaya dan hukum dalam konteks masyarakat kita. Dengan memahami dan
menghargai hubungan antara budaya dan hukum, kita dapat memperkuat
pemahaman kita tentang dinamika masyarakat dan memastikan bahwa sistem

11
hukum yang diterapkan dapat mencapai tujuannya dengan menjaga keadilan,
keberlanjutan, dan harmoni dalam masyarakat yang beragam budaya.

DAFTAR PUSTAKA

12
Koentjaraningrat.2009.pengantar ilmu antropologi, Jakarta : Rineka Cipta.
Pradnya, Ida Bhagawan Istri Suwitra.2017.Materi ajar Hukum dan Kebudayaan, Bali
: Pustaka Ekspresi.
Parwata, Anak Agung Gede Oka.2016.Materi Ajar Memahami Hukum dan
Kebudayaan, Bali : Pustaka Ekspresi.
Nurmansyah, Gunsu.2019.Pengantar Antropologi, Bandar Lampung : CV. Anugrah
Utama Raharja.
Rahmadinata, Keken. Antropologi Hukum. Universitas ekasakti padang.
Fitrian, Yuniko . Pentingnya Budaya Hukum Dalam Masyarakat.
Ahmad, Dimas Rijalul. Hubungan Budaya Dengan Kebudayaan Hukum. Universitas
Ekasakti Padang.

13

Anda mungkin juga menyukai