Anda di halaman 1dari 119

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Majapahit No. 62 Telp/ Fax (0370) 636126, MATARAM

TUGAS BESAR
PERANCANGAN BANGUNAN
IRIGASI

OLEH:

RIKO SALIM NUGROHO


F1A018090

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2020
1 27 Nov BAB 1 OK!
BAB 2 OK!
BAB 3 OK!
BAB 4
4.1 OK!
4.2 OK!
2 2 Des 4.3 OK!
4.4 OK!
4.5 OK!
4.6 OK!
4.7 Revisi Desain Bangunan
Pengambilan checking Q hasil, tinggi
bukaan (a) jangan dibulatkan!
4.8 OK!
3 6 Des 4.7
BAB 5 OK!
Analisis dan Perhitungan OK.
Lanjutkan ke Gambar

4 15 Des Gambar Rencana


OK! Selesai, ACC.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas rahmat dan hidayat-Nya,
sehingga penulis diberi kemudahan dalam menyelesaikan tugas besar ini.
Tugas Besar Perancangan Bangunan Irigasi ini merupakan salah satu persyaratan
wajib yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa Teknik Sipil Universitas Mataram agar
dapat mengikuti ujian akhir semester pada kuliah Perancangan Bangunan Irigasi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada pihak – pihak yang telah
membantu menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa Tugas Besar Perancangan Bangunan Irigasi ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan
demi kesempurnaan tugas-tugas berikutnya. Semoga Tugas Besar Perancangan Bangunan
Irigasi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Mataram, Desember 2020

Penulis

RIKO SALIM NUGROHO


DAFTAR ISI
LEMBAR ASISTENSI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Umum
1.2 Latar Belakang
1.3 Tujuan Perencanaan

BAB II BENDUNG
2.1 Umum
2.2 Klasifikasi Bendung
2.3 Bagian – Bagian Bendung
2.4 Penelitian dan Pemilihan Kedudukan Bendung
2.5 Desain Hidrolis

BAB III DATA DAN ANALISA HIDROLOGI


3.1 Data – Data Perencanaan
3.1.1 Karakteristik Sungai
3.1.2 Karakteristik Bendung
3.2 Perhitungan Lengkung Debit Sungai

BAB IV PERECANAAN BANGUNAN UTAMA


4.1 Perhitungan Elevasi Mercu Bendung
4.2 Desain Mercu Bendung
4.3 Desain Kolam Olak (Peredam Energi)
4.4 Desain Apron
4.5 Desain Tinggi Jagaan
4.6 Desain Pintu Pembilas
4.7 Desain Pintu Pengambilan
4.8 Desain Kantong Lumpur

BAB V STABILITAS BENDUNG


5.1 Perhitungan Berat Sendiri Bendung dan Momen yang Diakibatkannya
5.2 Perhitungan Gaya Gempa
5.3 Perhitungan Gaya Uplift dan Momen yang Diakibatkannya
5.4 Perhitungan Tekanan Tanah dan Momen yang Diakibatkannya
5.5 Perhitungan Stabilitas Bendung Dalam Keadaan Normal
5.6 Perhitungan Stabilitas Bendung Dalam Keadaan Ekstrim

LAMPIRAN (Gambar Rencana)

DAFTAR PUSTAKA
RIKO SALIM NUGROHO
BAB I
PENDUHULUAN

1.1 Umum
Sebagai salah satu sumber daya, air perlu dimanfaatkan sedemikian rupa sesuai
dengan pemanfaatannya untuk kebutuhan dan pengaturannya sehingga dapat memberi
kesejahteraan bagi manusia.
Bertitik tolak dari pemanfaatan air seperti tersebut di atas salah satu program
pemerintah yang sedang giat dilaksanakan adalah usaha meningkatkan hasil produksi
pertanian guna mempertahankan swasembada pangan melalui pembangunan pada Sektor
Pertanian Subsektor Pengairan yang mana dengan melaksanakan program intensifikasi dan
ekstensifikasi pada daerah Irigasi.
- Intensifikasi Daerah Irigasi, dengan mengadakan rehabilitasi jaringan irigasi yang
sudah ada secara menyeluruh
- Ekstensifikasi Daerah Irigasi, dengan membuka lahan-lahan pertanian baru dan
membangun jaringan irigasi yang baru secara lengkap dan teknis.

1.2 Latar Belakang


Dalam perencanaan bendung tentunya ada latar belakang masalah sehingga kita
mempunyai alternatif untuk membuat/membangun bendung. Alternatif yang melatar
belakanginya mulai dari keadaan debit pada daerah yang akan dibendung, tujuan, biaya, dan
lain-lain.
Dalam masalah debit, akan dibangun suatu bendung bila debit pada sungai yang akan
kita bendung tersebut mencukupi dari yang kita butuhkan, tetapi ketinggian muka airnya
kurang.
Perlunya pembendungan itu dikarenakan lahan yang akan diairi mempunyai elevasi
yang lebih tinggi dari muka air sungai yang akan dibendung.

1.3 Tujuan Perencanaan


Tujuan dari perencanaan bendung ini adalah :
- Bertitik tolak dari latar belakang untuk dapat meningkatkan intensifikasi
tanam pertahun dengan harapan produkdi pertanian meningkat sehingga

RIKO SALIM NUGROHO


dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat khususnya di daerah irigasi
tersebut.
- Bendung sekalipun berfungsi untuk menampung dan menaikkan muka air
sungai sehingga areal irigasi seluas 750 ha akan dapat terlayani air
irigasinya.

RIKO SALIM NUGROHO


BAB II
BENDUNG

2.1 Umum
Bendung adalah merupakan salah satu dari apa yang disebut divertion head work,
yaitu bangunan utama dalam suatu jaringan irigasi yang berfungsi utnuk dapat menyadap air
dari sungai sebagai sumber airnya. Fungsi utamanya adalah:
- Dengan adanya bendung, air di bagian hulu akan lebih tinggi dari bagian di hilir,
sehingga memungkinkan air masuk kedalam saluran melalui intake dan sebagian
lagi air tersebut diteruskan mengalir melewati tubuh bendung menuju hilir.
Rusaknya bendung dapat mengakibatkan daerah irigasi tidak dapat diairi,
disamping itu juga apabila runtuh maka tidak akan ada yang dapat menahan aliran
air dan akan mengakibatkan banjir yang besar di daerah hilir.
Kriteria pemilihan type bendung yang cocok dipengaruhi antara lain:
- Sungai
- Elevasi yang diperlukan untuk irigasi
- Topografi pada lokasi yang direncanakan
- Kondisi geologi teknik pada lokasi yang akan dibangun bendung.

2.2 Klasifikasi Bendung


Bendung ditempatkan melintang di sungai guna mengatur aliran air sungai yang
melalui bendung tersebut.
Klasifikasi Bendung Berdasarkan Fungsinya.
2.2.1 Bendung Pembagi Banjir.Bendung semacam ini didirikan pada percabangan
sungai untuk mengatur muka air, sehingga terjadi pemisahan antara debit banjir
dengan debit rendah sesuai dengan kapasitas yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.2.2 Bendung Penahan Air Pasang. Bendung ini dibangun di bagian sungai yang
dipengaruhi pasang surut air laut untuk mencegah masuknya air asin, untuk menjamin
agar aliran sungai senantiasa dalam keadaan normal.
2.2.3 Bangunan Penyadap. Bendung ini digunakan utnuk mengatur muka air di
dalam sungai guna memudahkan penyadapan airnya untuk keperluan air minum, air
perkotaan, irigasi dan pembangkit tenaga listrik.
2.2.4 Bendung Khusus. Terdapat pula beberapa type khusus, antara lain bendung
untuk mengatur muka air debit sungai dan mengatur resim hidrologi sungai. Bendung

RIKO SALIM NUGROHO


yang berfungsi sebagai ambang untuk mencegah turunnya dasar sungai yang biasanya
dibangun pada suatu saluran pembuangan, saluran banjir atau sudetan, bendung untuk
menjaga air sungai dalam kedalaman tertentu yang diperlukan bagi lalu lintas sungai
dan bendung serba guna mempunyai beberapa fungsi.

Klasifikasi Berdasarkan Type Konstruksi


2.2.5 Bendung Tetap. Bendung ini terdiri dari sebuah puncak pelimpah yang
permanen, bendung ini tidak dapat digunakan untuk mengatur tinggi muka air dan
debit sungai. Bendung ini dibangun di bagian hulu sungai dengan kemiringan dasar
sungai yang besar agar tidak terjadi pengendapan.
2.2.6 Bendung Gerak. Bendung ini dapat digunakan untuk mengatur tinggi dan
debit banjir sungai dengan pintu-pintu yang terdapat pada bendung tersebut. Bendung
gerak dibagi dalam beberapa bentuk pintu, antara lain:
2.2.6.1 Bendung Stop Log (Flash Board Weir)
Biasanya stop log dipasang di antara pilar-pilar dan menyusunnya secara
vertikal untuk menahan air, mudah dibuatnya dan murah tetapi sulit
pengoperasiannya dan tidak begitu kedap air.
2.2.6.2 Bendung Skot Balok Tegak (Needle Weir)
Dibuat dengan menggunakan papan kayu yang kemudian disusun secara
horizontal, tetapi pada bendung skot balok tegak, papan kayu disusun tegak.
2.2.6.3 Bendung Pintu Sorong (Lift Gate Weir)
Bendung dengan pintu yang dioperasikan secara vertikal dan dapat
digolongkan dalam beberapa jenis sistem strukturalnya, antara lain:
2.2.6.3.1 Pintu Geser Tegak (Sluice Gate)
Seringkali digunakan untuk pintu kecil, gesekan untuk pintu pilar agak
besar. Kadang-kadang untuk mengurangi tenaga angkat digunakan ballast.
Gaya angkat dinyatakan dalam persamaan:
Z = G + μP
Dimana ;
Z = Gaya angkat
P = Tekanan air pada pintu
μ = Koefesien geser (0,3 – 0,5)

RIKO SALIM NUGROHO


2.2.6.3.2 Pintu Beroda (Roller Gate)
Pintu ini dilengkapi dengan roda tetap untuk mengurangi gesekan dan
dipakai untuk pintu yang ukurannya agak besar.
Gaya angkat dinyatakan dalam persamaan:
Z = (μ1 + μ2a)*P/r + G
Dimana ;
Z = Gaya angkat
a = Jari-jari as roda
μ1 = Koefesien gesekan roda 0,05 – 0,15
μ2 = Koefesien gesekan as 0,2 – 0,7
r = Jari-jari roda
2.2.6.3.3 Pintu Stoney
Roda bebas dipasang menurut sistem Caterpillar
2.2.6.4 Pintu Taintor (Taintor Gate)
Bentuk pintu merupakan suatu lengkungan dan sering kali digunakan di atas
mercu bendung pelimpah (Overtroping Weir).
2.2.6.5 Pintu Glending (Rolling Gate)
Pintu drum yang dipasang mendatar dan dioperasikan sepanjang rel melereng.

RIKO SALIM NUGROHO


2.3 Bagian – Bagian Bendung
Bangunan utama terdiri dari berbagai bagian sebagai berikut:

Gambar 2.1. Bangunan Utama


(Sumber: Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP – 02)

RIKO SALIM NUGROHO


1) Bangunan Bendung
Bangunan bendung adalah bagian dari bangunan utama yang dibangun di dalam air.
Bangunan ini diperlukan untuk memungkinkan dibelokkannya air sungai ke jaringan
irigasi, dengan jalan menaikkan muka air di sungai atau dengan memperlebar
pengambilan di dasar sungai seperti pada tipe bendung saringan bawah (bottom rack
weir).
Bila bangunan tersebut juga akan dipakai untuk mengatur elevasi air di sungai, maka ada
dua tipe yang dapat digunakan, yakni:
• Bendung pelimpah
• Bendung gerak (barrage)

Fungsi utamanya adalah :


• Menaikkan elevasi air sehingga daerah yang diairi dapat terjangkau.
• Memasukkan air dari sungai ke saluran melalui intake.
• Mengontrol sedimen yang masuk ke saluran.
• Mengurangi fluktuasi sungai.
• Menyimpan air dalam waktu singkat.

Dengan adanya bendung, air di bagian hulu akan lebih tinggi dibandingkan di bagian
hilir, sehingga memungkinkan air masuk ke saluran melalui intake dan sebagian lagi air
tersebut diteruskan mengalir melewati tubuh bendung menuju ke hilir. Rusaknya bendung
dapat mengakibatkan berkurangnya air yang dapat diambil dari suatu sungai dan
mengakibatkan daerah irigasi tidak dapat diairi, disamping itu juga apabila runtuh maka
tidak akan ada yang dapat menahan aliran air dan akan mengakibatkan banjir yang lebih
besar di bagian hilir.Gambar 2.2. memberikan beberapa tipe denah dan potongan
melintang bendung gerak dan potongan melintang bendung saringan bawah.

Kriteria pemilihan bendung yang cocok dipengaruhi antara lain :


• Pertimbangan topografi
• Kemampatan pondasi bendung
• Pengaruh hidraulik
• Pengaruh regime sungai
• Tingkat kesulitan saluran induk

RIKO SALIM NUGROHO


• Ruang untuk bangunan pelengkap bending
• Luas layanan irigasi
• Luas daerah tangkapan air
• Tingkat kemudahan pencapaian
• Biaya pembangunan

Gambar 2.2. Denah dan Potongan Melintang Bendung Gerak dan Potongan
Melintang Bendung Saringan Bawah
(Sumber: Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP – 02)

RIKO SALIM NUGROHO


2) Bangunan Pengambilan
Pengambilan (lihat Gambar 2.3.) adalah sebuah bangunan berupa pintu air. Air irigasi
dibelokkan dari sungai melalui bangunan ini. Pertimbangan utama dalam merencanakan
sebuah bangunan pengambilan adalah debit rencana pengelakan sedimen.

3) Bangunan Pembilas (penguras)


Pada tubuh bendung tepat di hilir pengambilan, dibuat bangunan pembilas (lihat Gambar
2.3.) guna mencegah masuknya bahan sedimen kasar ke dalam jaringan saluran irigasi.
Pembilas dapat direncanakan sebagai:
a. Pembilas pada tubuh bendung dekat pengambilan
b. pembilas bawah (undersluice)
c. shunt undersluice
d. pembilas bawah tipe boks.
Tipe (b) sekarang umum dipakai; tipe (a) adalah tipe tradisional; tipe (c) dibuat di luar
lebar bersih bangunan bendung dan tipe (d) menggabung pengambilan dan pembilas
dalam satu bidang atas bawah. Dalam hal ini digunakan pembilas tipe (b).

RIKO SALIM NUGROHO


Gambar 2.3. Pengambilan dan Pembilas
(Sumber: Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP – 02)

4) Kantong lumpur
Kantong lumpur mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang lebih besar dari fraksi pasir
halus tetapi masih termasuk pasir halus dengan diameter butir berukuran 0,088 mm dan
biasanya ditempatkan persis di sebelah hilir pengambilan. Bahan-bahan yang lebih halus
tidak dapat ditangkap dalam kantong lumpur biasa dan harus diangkut melalui jaringan

RIKO SALIM NUGROHO


saluran ke sawah-sawah. Bahan yang telah mengendap di dalam kantong kemudian
dibersihkan secara berkala. Pembersihan ini biasanya dilakukan dengan menggunakan
aliran air yang deras untuk menghanyutkan bahan endapan tersebut kembali ke sungai.
Dalam hal-hal tertentu, pembersihan ini perlu dilakukan dengan cara lain, yaitu dengan
jalan mengeruknya atau dilakukan dengan tangan.

5) Bangunan Perkuatan sungai


Pembuatan bangunan perkuatan sungai khusus di sekitar bangunan utama untuk menjaga
agar bangunan tetap berfungsi dengan baik, terdiri dari:
a. Bangunan perkuatan sungai guna melindungi bangunan terhadap kerusakan akibat
penggerusan dan sedimentasi. Pekerjaan pekerjaan ini umumnya berupa krib, matras
batu, pasangan batu kosong dan dinding pengarah.
b. Tanggul banjir untuk melindungi lahan yang berdekatan terhadap genangan akibat
banjir.
c. Saringan bongkah untuk melindungi pengambilan atau pembilas, agar bongkah tidak
menyumbah bangunan selama terjadi banjir.
d. Tanggul penutup untuk menutup bagian sungai lama atau bila bangunan bendung
dibuat di kopur, untuk mengelakkan sungai melalui bangunan tersebut.

6) Bangunan pelengkap
Bangunan-bangunan atau perlengkapan yang akan ditambahkan ke bangunan utama
diperlukan keperluan:
a. Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran.
b. Rumah untuk opreasi pintu.
c. Peralatan komunikasi, tempat teduh serta perumahan untuk tenaga operasional,
gudang dan ruang kerja untuk kegiatan operasional dan pemeliharaan.
d. Jembatan di atas bendung, agar seluruh bagian bangunan utama mudah dijangkau,
atau agar bagian-bagian itu terbuka untuk umum.
e. Instalasi tenaga air mikro atau mini, tergantung pada hasil evaluasi ekonomi serta
kemungkinan hidrolik. Instalasi ini bisa dibangun di dalam bangunan bendung atau
di ujung kantong lumpur atau di awal saluran.
f. Bangunan tangga ikan (fish ladder) diperlukan pada lokasi yang senyatanya perlu
dijaga keseimbangan lingkungannya sehingga kehidupan biota tidak terganggu. Pada
lokasi diluar pertimbangan tersebut tidak diperlukan tangga ikan.

RIKO SALIM NUGROHO


2.4 Penelitian dan Pemilihan Kedudukan Bendung
Penelitian Yang Dibutuhkan
Dalam rangka design bendung, dilakukan penelitian untuk mengumpulkan data
dasar selengkap-lengkapnya, sehingga dapat diketahui kondisi lokasi tempat kedudukan.
Beberapa faktor yang menentukan dalam pemilihan bendung antara lain:
1). Sungai. Ada beberapa karakteristik sungai yang diperlukan dalam perencanaan,
antara lain kemiringan sungai (dasar sungai), bahan-bahan dasar dan morfologi.
Kemiringan dasar sungai dan bahan dasar bisa bervariasi dari sangat curam sampai
hampir datar (di dekat laut).
Dalam beberapa hal ukuran bahan dasar akan bergantung kepada kemiringan dasar
sungai. Di daerah pegunungan kemiringan dasar sungai sangat curam dan bahan dasar
berkisar antara batu-batu sangat besar sampai pasir. Batu berdiameter sampai dengan
1000 mm bisa hanyut selama banjir dan berhenti di depan pengambilan serta
mengganggu berfungsinya bangunan pengambilan.
Pekerjaan-pekerjaan pengaturan sungai, seperti sodetan meander dan pembuatan
krib atau lindungan tanggul juga akan mempengaruhi jarak dasar sungai. Pada
umumnya pekerjaan-pekerjaan ini akan menyebabkan degradasi dasar sungai akibat
kapasitas angkatnya bertambah.
2). Morfologi Sungai. Dalam keadaan aslinya, hanya sedikit saja sungai yang lurus
sampai jarak jauh, bahkan pada ruas lurus mungkin terdapat pasir, kerikil, atau
bongkahan batu. Kecenderungan alamiah suatu sungai yang mengalir melalui daerah-
daerah endapan aluvial adalah terjadinya meandering atau anyaman (brainding)
tergatung apakah berbentuk tunggal, atau beberapa alur kecil. Bahkan pada ruas yang
berbeda dapat berbentuk meander atau anyaman. Biasanya terdapat lebar tertentu di
suatu tempat sepanjang sungai yang merupakan batas meander. Besarnya batu
meander ini merupakan data penting bagi perencanaan tanggul banjir di sepanjang
sungai, naiknya muka air setelah terjadinya pelaksanaan bangunan pengelak harus
diperhitungkan. Ada satu hal yang menjadi perhatian khusus, yakni vegetasi yang ada
akan mampu bertahan hidup pada muka air yang tinggi, atau lenyap beberapa waktu
kemudian. Ruas-ruas sungai yang teranyam tidak akan memberikan kondisi yang baik
untuk perencanaan dan pelaksanaan bangunan pengelak, karena aliran-aliran rendah
akan tersebar di sungai-sungai lebar terdiri dari pasir. Ruas-ruas demikian sebaiknya
dihindari, kalau mungkin atau dipilih bagian yang sempit dengan aliran alur yang
terkonsentrasi.

RIKO SALIM NUGROHO


3). Muka Air. Muka air rencana di depan pengambilan dipengaruhi beberapa faktor
berikut:
- Elevasi sawah tertinggi yang akan diairi
- Kedalaman air di sawah
- Kehilangan tinggi energi di saluran dan box tersier
- Kehilangan tinggi energi untuk eksploitasi di bangunan sadap tersier
- Variasi muka air untuk eksploitasi di jaringan primer
- Panjang dan kemiringan saluran primer
- Kehilangan tinggi energi pada bangunan di jaringan primer, syphon, pengatur,
flum, dan di bangunan utama.
4). Hidrologi
5). Kondisi Geologi Teknik
6). Metode Pelaksanaan. Metode pelaksanaan akan dipertimbangkan juga dalam
pemilihan lokasi yang cocok pada tahap awal penyelidikan. Site yang dipilih harus
cocok dengan metode pelaksanaan dan pekerjaan-pekerjaan sementara yang harus
dipertimbangkan adalah:
- SaluranPengelak.
Saluran pengelak akan dibuat jika konstruksi dilaksanakan di dasar sungai yang
dikeringkan, kemudian aliran sungai akan dibelokkan untuk sementara.
- TanggulPenutup
Tanggul penutup diperlukan untuk menutup saluran pengelak atau lengan sungai
lama, setelah pelaksanaan dan bangunan pengelak selesai.
- Kopur
Jika pekerjaan dilakukan diluar dasar sungai di tempat kering atau sungai akan
dilimpas (disedot), maka ini disebut dengan lengan sungai lama, kemudian harus
ditutup.
- Bendungan
Bendungan (Cover Dam) adalah bangunan sementara di sungai untuk melindungi
saluran (sumuran).
- TempatKerja
Tempat kerja adalah tempat dimana bangunan akan dibuat. Biasanya sumuran
cukup dalam dan perlu dijaga agar tetap kering dengan jalan memompa air yang ada di
dalamnya.

RIKO SALIM NUGROHO


PemilihanTempat Kedudukan Bendung
Bendung harus dibuat pada bagian sungai yang lurus, karena bila terjadi banjir,
sungai akan mengangkut sedimen dan batu-batu bongkah yang tentunya akan lebih
memperbesar kerusakan bila bendung tersebut dibangun pada belokan sungai. Pada
belokan sungai bendung akan menerima gerusan yang lebih kuat sehigga akan
mempercepat kerusakan bendung. Selain pemilihan alternatif di atas tentunya faktor
lain yang terkait erat tidak boleh diabaikan.

2.5 Desain Hidrolis

a) Menentukan Elevasi Mercu Bendung dan Ketinggian Mercu Bendung (P)


Elevasi mercu bendung ditentukan oleh beberapa faktor antara lain :
• Elevasi sawah tertinggi yang akan diairi
• Tinggi genangan
• Kehilangan tekanan pada bangunan, saluran tersier maupun induk serta untuk
eksploitasi
• Elevasi dasar sungai di lokasi bendung

Elevasi Bendung = elevasi sawah tertinggi + total kehilangan tekanan + tinggi


genangan
Ketinggian Mercu Bendung = elevasi bendung - elevasi dasar sungai

b) Menentukan Lebar Bendung (B)


- Lebar bendung adalah jarak tembok pangkal satu dengan tembok sisi lainnya.
- Lebar bendung sebenarnya adalah lebar bendung total yang dikurangi oleh tebal pilar
dan pintu penguras.
- Lebar efektif adalah lebar sebenarnya yang telah diperhitungkan dengan koefisien
pilar dan koefisien konstruksi.
- Lebar maksimum bendung hendaknya tidak lebih dari 1,2 lebar rata-rata sungai pada
ruas yang stabil (Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP – 02).
Lebar bendung (B) ≤ 1,2 x Lebar sungai
Lebar bendung (B) ≤ 1,2 x (B + m1h1 + m2h2 + m3h)

c) Menentukan Lebar Pembilas dan Pilar

RIKO SALIM NUGROHO


Pada setiap bendung terdapat bangunan penguras yang berfungsi mengurangi banyaknya
bahan padat yang masuk ke pintu pengambilan (intake). Bangunan penguras biasanya
diletakkan pada sisi tegak lurus AS bendung, dengan maksud supaya air yang mengalir
melewati bangunan penguras sejajar dengan mercu bendung.
• Lebar pembilas ditambah total pilar pembagi sebaiknya antara 1/6 – 1/10 dari lebar
bersih bendung (jarak antara pangkal-pangkalnya) untuk sungai dengan lebar < 100 m.
• Lebar pembilas sebaiknya ditambah 60 % dari lebar total pengambilan termasuk pilar-
pilarnya (Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP – 02).

d) Menghitung Lebar Sebenarnya (L’)


• Lebar bendung sebenarnya adalah lebar bendung total yang dikurangi oleh tebal pilar
dan pintu penguras.
• Lebar bendung sebenarnya : L' = (B  b.  t )

Dengan : L’ = Lebar bendung sebenarnya


B = Lebar pintu penguras
B = Lebar bendung
∑t = Jumlah total lebar pilar penguras

e) Perencanaan Mercu
Di Indonesia pada umumnya digunakan dua tipe mercu untuk bendung pelimpah: tipe
Ogee dan tipe Bulat. Kedua bentuk mercu tersebut dapat dipakai untuk konstruksi beton
maupun pasangan batu atau bentuk kombinasi dari keduanya.
• Mercu Bulat
Bendung dengan mercu bulat, memiliki harga koefisien debit yang jauh lebih tinggi
(44%) dibandingkan dengan koefisien bendung ambang lebar. Pada sungai, ini akan
banyak memberikan keuntungan, karena bangunan ini akan mengurangi tinggi muka
air hulu selama banjir. Harga koefisien debit menjadi lebih tinggi karena lengkung
streamline dan tekanan negatif pada mercu.

RIKO SALIM NUGROHO


R
R2
R1

Gambar 2.6.Bentuk-bentuk Mercu Bulat


(Sumber: Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP – 02)
Untuk menghindari bahaya kavitasi lokal, tekanan pada mercu bendung harus dibatasi
sampai -4 m tekanan air jika dibuat dari beton; untuk pasangan batu tekanan
subatmosfir sebaiknya dibatasi sampai tekanan -1 m tekanan air.

f) Menghitung Tinggi Air diatas mercu


Bangunan ini direncanakan memakai mercu bulat, sehingga debit melimpah diatas mercu.
Bahwa jari-jari mercu bendung pasangan batu akan berkisar antara 0,3 sampai 0,7 kali
Hmaks dan untuk mercu bendung beton dari 0,1 sampai 0,7 kali Hmaks.
Persamaan tinggi energi-debit adalah :

Q = C d .2 3 1,5
2
. 3 .g .Be .He

Dengan Q = Debit rencana yang melewati bendung (m3/dt)


Cd = Koefisien debit
Be = Lebar efektif bendung (m)
H1 = Tinggi energi (m)
g = 9,81 m/dt2
Koefisien debit Cd dapat dilihat pada KP 02yaitu :
Cd = Co .C1 .C2
o C0 yang merupakan fungsi H1/r (lihat Gambar 2.7.)
o C1 yang merupakan fungsi P/H1 (lihat Gambar 2.8.)
o C2 yang merupakan fungsi P/H1 (lihat Gambar 2.9.)
Koefisien debit Cd dapat juga dilihat pada KP 04 yaitu :
 Untuk mercu bulat : H1/r =5
Cd = 1,48

 Untuk ambang lebar : H1/L =1

RIKO SALIM NUGROHO


Cd = 1,03

RIKO SALIM NUGROHO


Gambar 2.7.Harga-harga koefisien C0 untuk bendung ambang bulat sebagaifungsi
perbandingan H1/r
(Sumber: Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP – 02)

Gambar 2.8.Koefisien C1 sebagai fungsi perbandingan P/H1


(Sumber: Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP – 02)

RIKO SALIM NUGROHO


Gambar 2.9.Harga-harga koefisien C2 untuk bendung mercu tipe Ogee dengan muka hulu
melengkung (menurut USBR, 1960)
(Sumber: Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP – 02)

g) Menghitung Lebar Efektif (Be)


Lebar efektif adalah lebar sebenarnya yang telah diperhitungkan dengan koefisien pilar
dan koefisien konstruksi.
Berdasarnya Tabel 2.1. diperoleh :
~ Untuk pilar berujung bulat, koefisien kontraksi pilar Kp = 0,01
~ Untuk pangkal tembok bulat dengan tembok hulu pada 90o kearah aliran dengan
0,5H1> r > 0,15 H1, koefisien kontraksi pangkal bendung (Ka) = 0,1

Lebar efektif : Be = L' 2.(n.Kp + Ka ).He


Dengan : Be= Lebar bendung efektif (m)
L’ = Lebar bendung sebenarnya
N= Jumlah pilar
Kp= Koef. Kontraksi pilar
Ka= Koef. Kontraksi pangkal bendung
He= Tinggi energi (m)

RIKO SALIM NUGROHO


Tabel 2.1. Harga-harga koefisien Ka dan Kp

(Sumber: Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP – 02)

2.1.1. Bangunan Pengambilan


Desain Pintu Pengambilan
Pintu pengambilan adalah pintu tempat masuknya air untuk dialirkan ke saluran
primer. Ukuran pintu harus sesuai dengan debit rencana untuk saluran irigasi.
Dimensi pintu pengambilan dapat dihitung dengan rumus :

Q = A V

Q = μba  2  g  z

Dengan :
Q = Debit rencana yang masuk untuk saluran irigasi (m3/dt).
 = Koefisien debit ; untuk bukaan dibawah permukaan air dengan kehilangan tinggi
energi kecil,  = 0,80

b = Lebar bukaan (m)


a = Tinggi bukaan (m)
g = Percepatan gravitasi (m/dt2) = 9,81 m/dt2
z = Kehilangan tinggi energi pada bukaan diambil 0,2 m

RIKO SALIM NUGROHO


Oleh karena sedimen yang terangkat oleh aliran berupa pasir kasar, maka elevasi
ambang bangunan pengambilan sekurang-kurangnya 1 m.


Menghitung Debit yang dibutuhkan (Qkeb.) :

q.A
Qkeb = η Dengan : η = efisiensi pengaliran = 65% = 0,65

Menghitung Debit yang dibutuhkan (Qkeb.) :
Kapasitas pengambilan sekurang-kurangnya 120% dari kebutuhan pengambilan guna
menambah fleksibelitas agar dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi selama umur
proyek.
Maka :
QP = Qkeb x 120 %

Gambar 2.10. Tipe pintu pengambilan


(Sumber: Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP – 02)

Bila pintu pengambilan dipasangi pintu radial, maka µ = 0,80 jika ujung pintu bawah
tenggelam 20 cm di bawah muka air hulu dan kehilangan energi sekitar 10 cm. Elevasi
mercu bendung direncana 0,10 di atas elevasi pengambilan yang dibutuhkan untuk mencegah
kehilangan air pada bendung akibat gelombang. Elevasi ambang bangunan pengambilan
ditentukan dari tinggi dasar sungai. Ambang direncana di atas dasar dengan ketentuan berikut:
~ jika sungai hanya mengangkut lanau : 0,50 m
~ jika sungai juga mengangkut pasir dan kerikil : 1,00 m

RIKO SALIM NUGROHO


~ jika sungai mengangkut batu-batu bongkah : 1,50 m
Harga-harga itu hanya dipakai untuk pengambilan yang digabung dengan pembilas
terbuka; jika direncana pembilas bawah, maka kriteria ini tergantung pada ukuran saluran
pembilas bawah. Dalam hal ini umumnya ambang pengambilan direncanakan 0 < p < 20 cm
di atas ujung penutup saluran pembilas bawah.

2.1.2. Bangunan Pembilas


Air yang mengalir pada sungai yang akan dibangun bendung banyak mengandung atau
membawa sedimen. Agar sedimen tidak masuk ke intake maka perlu diadakan pembilasan
atau penggelontoran. Dalam penggelontoran ini sedimen yang mengendap dibuang ke sungai
utama. Untuk melaksanakan pembilasan ini diperlukan bangunan pembilas.

Pembilas Bawah
Pengambilan lapisan bawah mengalir melalui saluran pembilas bawah lewat bendung (lihat
Gambar 2.12.). Pintu di ujung pembilas bawah akan tetap terbuka selama aliran air rendah
pada musim kemarau pintu pembilas tetap ditutup agar air tidak mengalir. Untuk membilas
kandungan sedimen dan agar pintu tidak tersumbat, pintu tersebut akan dibuka setiap hari
selama kurang lebih 60 menit. Apabila benda-benda hanyut mengganggu eksploitasi pintu
pembilas sebaiknya dipertimbangkan untuk membuat pembilas dengan dua buah pintu,
dimana pintu atas dapat diturunkan agar benda-benda hanyut dapat lewat.

Gambar 2.11. Denah penutup atap pembilas bawah


(Sumber: Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP – 02)

RIKO SALIM NUGROHO


Gambar 2.12. Potongan (A – A) dan (B –B) Pembilas Bawah
(Sumber: Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP – 02)

Jika kehilangan tinggi energi bangunan pembilas kecil, maka hanya diperlukan satu pintu, dan
jika dibuka pintu tersebut akan memberikan kehilangan tinggi energi yang lebih besar di
bangunan pembilas. Bagian depan pembilas bawah biasanya direncana di bawah sudut dengan
bagian depan pengambilan. Dimensi-dimensi dasar pembilas bawah adalah:
~ tinggi saluran pembilas bawah hendaknya lebih besar dari 1,5 kali diameter terbesar
sedimen dasar di sungai
~ tinggi saluran pembilas bawah sekurang-kurangnya 1,0 m
~ tinggi sebaiknya diambil 1/3 sampai 1/4 dari kedalaman air di depan pengambilan
selama debit normal
Dimensi rata-rata dari pembilas bawah yang direncanakan dan dibangun berkisar:
~ untuk panjang saluran pembilas bawah, 5 sampai 20 m
~ untuk panjang tinggi saluran pembilas bawah, 1 sampai 2 m
~ untuk tebal beton bertulang, 0,20 sampai 0,35 m
Luas saluran pembilas bawah (lebar kali tinggi) harus sedemikian rupa sehingga kecepatan
minimum dapat dijaga (v = 1,0-1,5 m/dt). Tata letak saluran pembilas bawah harus direncana
dengan hati-hati untuk menghindari sudut mati (dead corner) dengan kemungkinan terjadinya
sedimentasi atau terganggunya aliran. Sifat tahan gerusan dari bahan dipakai untuk lining
RIKO SALIM NUGROHO
saluran pembilas bawah membatasi kecepatan maximum yang diizinkan dalam saluran
bawah, tetapi kecepatan minimum bergantung kepada ukuran butir sedimen yang akan
dibiarkan tetap bergerak.

Desain bangunan pembilas
Kecepatan Pembilas
Kecepatan rencana yang diperlukan selama pembilasan dapat di ambil sebesar:
Vrencana = 3,0 m/dt (Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP – 04).
Makin tinggi kecepatan selama pembilasan, operasi menjadi semakin cepat. Besarnya
kecepatan pembilasan hendaknya selalu dibawah kecepatan kritis, karena kecepatan
superkritis akan mengurangi efektifitas proses pembilasan. (Kriteria Perencanaan Bagian
Jaringan Irigasi KP – 02)

Kecepatan kritis dan kedalaman kritis.


1. Kecepatan kritis

V C = g  hc

2. Kedalaman kritis

q2 Q
hc = 3 dengan : q=
g L

(Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP – 02)


Dengan :
q = Debit rencana tiap meter lebar (m3/dt/m)
Q = Debit rencana bangunan pengambilan (m3/dt)
L = Lebar pintu penguras
Vc = kecepatan kritis (m/dt)
hc = Kedalaman kritis (m)
g = Percepatan gravitasi (m/dt2)

Kemiringan lantai pembilas.


Untuk mempertahankan agar Vkritis tetap mempunyai nilai sebesar X (hasil
perhitungan) m/dt, maka kemiringan lantai penguras harus dihitung. Perhitungan dapat
menggunakan rumus Manning.
1 2 1
V = xR 3 xI 2
n

RIKO SALIM NUGROHO


Dengan :
V = Kecepatan pada saat pembilasan (m/dt)
n = Koefisien kekasaran Manning
R = Jari – jari hidrolis (m)
I = Kemiringan dasar saluran

2.1.3. Kantong Lumpur


Kantong lumpur adalah suatu bangunan pelengkap yang mempunyai fungsi untuk
mengendapkan lumpur yang masuk ke saluran. Kantong lumpur ditempatkan di belakang
pintu intake kemudian hasil pembilasan lumpur dibuang melalui saluran buang.

Dimensi kantong Lumpur


Pada Gambar 2.13. diberikan tipe tata letak kantong lumpur sebagai bagian dari
bangunan utama.

Gambar 2.13. Tipe tata letak kantong lumpur


(Sumber: Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP – 02)

Dimensi-dimensi L (panjang) dan B (lebar) kantong lumpur dapat diturunkan dari


Gambar 2.14. Partikel yang masuk ke kolam pada A, dengan kecepatan endap partikel w dan
kecepatan air v harus mencapai dasar pada C. Ini berakibat bahwa, partikel, selama waktu
(H/w) yang diperlukan untuk mencapai dasar, akan berjalan (berpindah) secara horisontal
sepanjang jarak L dalam waktu L/v.

RIKO SALIM NUGROHO


Gambar 2.14. Skema Kantong lumpur
(Sumber: Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP – 02)

H L Q
Jadi: = dengan v =
w v HB
dimana:
H = kedalaman aliran saluran, (m)
w = kecepatan endap partikel sedimen, (m/dt
L = panjang kantong lumpur, (m)
v = kecepatan aliran air, (m/dt
Q = debit saluran, (m³/dt)
B = lebar kantong lumpur, (m)

Gambar 2.15. Tata letak kantong lumpur yang dianjurkan


(Sumber: Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP – 02)

RIKO SALIM NUGROHO



Langkah-langkah perencanaan :
1. Menentukan ukuran partikel
Menentukan ukuran partikel rencana yang akan masuk ke jaringan irigasi.
Kantong lumpur mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang lebih besar dari fraksi
pasir halus (0,06-0,07 mm) atau (60x10-6-70x10-6 m). (Kriteria Perencanaan Bagian
Jaringan Irigasi KP – 02)
2. Menentukan volume kantong lumpur yang diperlukan

Diasumsikan bahwa air yang dielakkan mengandung 0,5000 (per mil) sedimen
yang harus diendapkan dalam kantong lumpur.
Volume kantong lumpur tergantung pada jarak waktu pembilasan Untuk tujuan-
tujuan perencanaan, biasanya diambil jarak waktu satu atau dua minggu.

V = 0,0005Qn T

dengan :
Qn = Debit pengambilan rencana (m3/dt)

T = Waktu pembilasan, direncanakan pembilasan dilakukan 1 minggu (dt)

3. Membuat perkiraan awal luar rata-rata permukaan kantong lumpur dengan rumus :
Q
LB =
W
Dengan :
L = Panjang kantong (m)
B = Lebar rata-rata profil pembawa (m)
Q = Kebutuhan pengambilan rencana (m3/dt)
W = Kecepatan endapan partikel rencana (m/dt)

Kecepatan endap W dapat dibaca dari Gambar 2.16. Hubungan kecepatan W


dengan diameter butir d.

Dimensi kantong lumpur sebaiknya juga sesuai dengan kaidah bahwa L >8.
B
Untuk mencegah agar aliran tidak “meander” di dalam kantong.

RIKO SALIM NUGROHO


Gambar 2.16.Hubungan antara diameter saringan dan kecepatan endap
untuk airtenang
(Sumber: Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP – 02)

4. Menentukan kemiringan energi dikantong lumpur selama eksploitasi normal (In).


Pada saat kantong lumpur hampir penuh kecepatan aliran tidak boleh kurang
dari 0,3 m/dt guna mencegah tumbuhnya vegetasi/tumbuhan air(Kriteria Perencanaan
Bagian Jaringan Irigasi KP – 02). Biasanya Vn diambul 0,4 m/dt agar partikel-
partikel yang lebih besar tidak langsung mengendap dihilir pengambilan (hulu ke
kantong lumpur). Harga Ks dapat diambil 45.(Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan
Irigasi KP – 03)
2 1
Vn = K S .Rn 3 .In 2

Qn = Vn xAn

dengan :
Vn = Kecepatan rata-rata selama eksploitasi (m/dt)

RIKO SALIM NUGROHO


KS = Koefisien kekasaran (m0,5/dt)

Rn = Jari-jari hidrolis (m)

In = Kemiringan energi

An = Luas penampang basah (m2)

Qn = Kebutuhan pengambilan rencana (m3/dt)

5. Menentukan kemiringan energi selama pembilasan (Is) dengan kolam dalam keadaan
kosong dengan rumus Strikler

Kecepatan rata – rata yang diperlukan selama pembilasan untuk pasir kasar = 1,5 m/dt.
(Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP – 02)

Untuk pembilasan, koefisien kekasaran (Ks) = 40 (m0,5/dt). (Kriteria Perencanaan


Bagian Jaringan Irigasi KP – 03)

2 1
V S = K S .Rn 3 .S S 2
Q = V xA
S S S

dengan :
VS = Kecepatan rata – rata selama pembilasan (m/dt)

KS = Koefisien kekasaran (m0,5/dt)

RS = Jari – jari hidrolis (m)

I S = Kemiringan energi

AS = Luas penampang basah (m2)

QS = Debit untuk membilas (m3/dt) = 1,2 Qn

Agar pembilasan dapat dilakukan dengan baik, kecepatan aliran harus dijaga
agar tetap subkritis (Fr < 1).
Vs
Fr =
g.hs

RIKO SALIM NUGROHO


6. Menentukan dimensi kantong lumpur
(
V = (hsxbxL ) + 12 x(LxI s  LxIn )xbxL )
dengan :
b = Lebar dasar kantong lumpur (m)
L = Panjang kantong lumpur (m)
IS = Kemiringan energi selama pembilasan

In = Kemiringan energi pada saat penuh

2.1.4. Bangunan Peredam Energi (Kolam Olak)


Tipe kolam olak yang akan direncanakan di sebelah hilir, bangunan bergantung pada
energi air yang masuk yang dinyatakan dengan bilangan Froude dan pada bahan konstruksi
kolam olak.
Aliran air yang telah melewati mercu pelimpah mempunyai kecepatan yang sangat
tinggi, dengan aliran yang sangat kritis. Dalam kondisi ini dapat menimbulkan kerusakan
yang berupa penggerusan pada bagian belakang pelimpah, sehingga menyebabkan
terganggunya kestabilan dari bendung tersebut. Untuk menghindari hal itu upaya untuk
mengubah kondisi aliran superkritis menjadi sub kritis yaitu dengan meredam energi aliran
tersebut dengan mendesain kolam olak. (Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP-
04)
Kolam olak tipe blok-halang. Kelemahan besar kolam ini adalah bahwa pada
bangunan ini semua benda yang mengapung dan melayang dapat tersangkut. Hal ini
menyebabkan meluapnya kolam dan rusaknya blok-blok halang. Juga pembuatan blok halang
memerlukan beton bertulang.
Adapun type kolam olak berdasarkan bilangan Froude (Kriteria Perencanaan Bagian
Jaringan Irigasi KP – 02)sebagai berikut :
1. Untuk Fr < 1,7 tidak diperlukan kolam olak pada saluran tanah, bagian hilir harus
dilindungi dari bahaya erosi, saluran pasangan batu atau beton tidak memerlukan
perlindungan khusus.
2. Bila 1,7 < Fru≤ 2,5 maka kolam olak diperlukan untuk meredam energi secara efektif.
Pada umumnya kolam olak dengan ambang ujung mampu bekerja denan baik. Untuk
penurunan muka air ∆Z < 1,5 m dapat dipakai bangunan terjun tegak.
3. Jika 2,4 < Fr < 4,5 maka akan timbul situasi yang paling sulit dalam memilih kolam olak
yang tepat. Loncatan air tidak berbentuk dengan baik dan menimbulkan gelombang

RIKO SALIM NUGROHO


sampai jarak yang jauh di saluran digunakan blok yang berukuran besar (USBR Type
IV).
4. Kalau Fr > 4,5 ini merupakan kolam olak yang paling ekonomis karena kolam olak ini
pendek, termasuk kolam olak tipe III yang dilengkapi blok depan dan blok talang.


Menghitung ketinggian air diatas mercu (Hd)
2
V Q
Hd He  o V =
= 2.g A

Hd = He 
Q2  A = B  (P + H d )
2
A  2g
Q2
Hd = He 
(B  (P + H d ))2  2g

Menghitung kecepatan air dihulu bendung (Vo)

A = B  (P + Hd )
Q
Vo =
A

Menghitung kecepatan aliran tepat setelah melewati mercu (V1)

V1 =
Q
B Y1

Persamaan energi pada penampang 1

V12


Tinggi loncatan air
Persamaan untuk menghitung tinggi loncatan air dapat digunakan persamaan untuk
kedalaman konjugasi.
Y2 1
=   1 + 8Fr 2  1 
Y1 2  

V1
dengan : Fr =
g  Y1

Menghitung kecepatan aliran pada penampang 2 (V2)

RIKO SALIM NUGROHO


V2 =
Q
B Y2

Persamaan energi pada penampang 2

RIKO SALIM NUGROHO


2
P + He = Y2 + V2 + ΔH f
2g

Kolam Olak USBR tipe III
BerdasarkanKriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP-02 :
1. Panjang kolam olak (L)
L = 2,7 Y2

2. Tinggi blok muka = Y1


3. Tinggi ambang ujung (n)

Y (18 + Fr)
n = 1 18

4. Tinggi blok halang (n3)

Y (4 + Fr)
n= 1 6

5. Jarak antara blok muka dengan blok halang (L1)

L1 = 0,82Y2

6. Jarak antara blok muka = Y1

7. Jarak antara blok muka dengan tepi = 0,5Y1

8. Jarak antara blok halang = 0,75 n3

9. Jarak antara blok halang dengan tepi = 0,375 n3

10. Lebar blok haling


= 0,2 n3

2.1.5. Perencanaan Desain Apron


Panjang dan lebar apron didepan dan dibelakang bendung direncanakan untuk
menahan gaya up lift pada kondisi hidrolis.


Kondisi tanah
Tabel 2.2. Harga-harga minimum angka rembesan Lane (CL)
Pasir sangat halus atau lanau 8,5
Pasir halus 7,0
Pasir sedang 6,0
Pasir kasar 5,0
Kerikil halus 4,0

RIKO SALIM NUGROHO


Kerikil sedang 3,5

RIKO SALIM NUGROHO


Kerikil kasar termasuk berangkal 3,0
Bongkah dengan sedikit berangkal dan kerikil 2,5
Lempung lunak 3,0
Lempung sedang 2,0
Lempung keras 1,8
Lempung sangat keras 1,6
(Sumber: Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP – 02)

LV + 1 3 .  LH
CL =
ΔH
dengan :
CL = Angka rembesan lane
LV = Jumlah panjang vertikal (m)
LH = Jumlah panjang horizontal (m)
∆H = Beda tinggi muka air (m)
Jalur vertikal dianggap memiliki daya tahan terhadap aliran, 3 kali lebih kuat dari jalur
horizontal.

2.1.6. Stabilitas lereng


Untuk mengatasi keamanan dari tubuh bendung harus diadakan stabilitasnya. Dalam
analisa stabilitas bendung dilakukan kontrol terhadap :
1. Guling
2. Geser
3. Daya dukung tanah
Analisa stabilitas bendung ini ditentukan oleh gaya-gaya yang bekerja pada bendung
meliputi :
a. Tekanan air (w)
b. Beban mati/berat bangunan
c. Tekanan lumpur/sedimen
d. Tekanan tanah (P)
e. Tekanan Uplift
Dalam perhitungan ditinjau dua keadaan :
a. Keadaan Normal
b. Keadaan Ekstrem/Gempa

RIKO SALIM NUGROHO


 Tekanan air
Gaya tekan air dapat dibagi menjadi gaya hidrostatik adalah fungsi kedalaman
permukaan air. Tekanan air akan selalu bekerja tegak lurus terhadap muka bangunan. Oleh
karena itu agar perhitungannya lebih mudah, gaya horisontal dan vertikal dikerjakan secara
terpisah.
Dalam teori angka rembesan lane, diandaikan bahwa bidang horisontal memiliki daya
tahan terhadap aliran (rembesan) 3 kali lebih lemah dibandingkan dengan bidang vertikal. Ini
dapat dipakai untuk menghitung gaya tekan ke atas di bawah bendung dengan cara membagi
beda tinggi energi pada bendung sesuai dengan panjang relatif di sepanjang pondasi.

 Gaya gempa
Harga-harga gaya gempa diberikan dalam bagian parameter bangunan. Harga-harga
tersebut didasarkan pada peta Indonesia yang menunjukkan berbagai daerah dan resiko.
Faktor minimum yang akan dipertimbangkan adalah 0,1 g perapatan gravitasi sebagai harga
percepatan. Faktor ini hendaknya di pertimbangkan dengan cara mengalihkannya dengan
massa bangunan sebagai gaya horisontal menuju kearah yang paling tidak aman, yakni hilir.
 Berat bangunan
Berat bangunan bergantung kepada bahan yang dipakai untuk membuat bangunan itu.
Untuk tujuan-tujuan perencanaan pendahuluan, boleh dipakai harga-harga berat volume
dibawah ini :
Pasang batu : 22 kN/m3
Beton tumbuk : 23 kN/m3
Beton bertulang : 24 kN/m3
Berat volume beton tumbuk bergantung kepada berat volume agregat serta ukuran
maksimum kerikil yang digunakan.

 Stabilitas terhadap gelincir


Gelincir (sliding) dapat terjadi di sepanjang sendi horisontal atau hampir horisontal di
atas pondasi ; di sepanjang pondasi atau sepanjang bidang horisontal atau hampir horisontal
dalam pondasi.
Tabel 2.3. Harga-harga perkiraan untuk koefisien gesekan
Bahan F
Pasangan batu pada pasangan batu 0,6 – 0,75

RIKO SALIM NUGROHO


Batu keras berkualitas baik 0,75
Kerikil 0,5
Pasir 0,4
Lempung 0,3

Harga-harga faktor keamanan (S) yang dapat diterima adalah ; 2,0 untuk kondisi
pembebanan normal dan 1,25 untuk kondisi pembebanan ekstrim.
Kondisi pembebanan ekstrim dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Tak ada aliran di atas mercu selama gempa
2. Banjir rencana maksimum

 Stabilitas terhadap guling


Guling (overturning), dapat terjadi di dalam bendung, pada dasar (base) atau pada
bidang di bawah dasar. Agar bangunan aman terhadap guling, maka resultan semua gaya yang
bekerja pada bagian bangunan di atas bidang horisontal, termasuk gaya angkat, harus
memotong bidang ini pada teras. Tidak boleh ada tarikan pada bidang manapun.
 Stabilitas terhadap erosi bawah tanah piping
Bangunan bangunan utama seperti bendung dan bendung gerak harus di cek
stabilitasnya terhadap erosi bawah tanah dan bahaya runtuh akibat naiknya dasar galian
(heave) atau rekahnya pangkal hilir bangunan.
Bahaya terjadinya erosi bawah tanah dapat di cek dengan jalan membuat jaringan
aliran (flownet) dan dengan metode empiris seperti :
* Metode Bligh
* Metode Lane
* Metode Khosla
Metode Lane, yang juga disebut metode angka rembesan Lane adalah metode yang
dianjurkan untuk mencek bangunan-bangunan utama untuk mengetahui adanya erosi bawah
tanah. Metode ini memberikan hasil yang aman dan mudah dipakai. Untuk bangunan-
bangunan yang relatif kecil, metode metode lain mungkin dapat memberikan hasil-hasil yang
lebih baik, tetapi penggunaanya lebih sulit.

Langkah-langkah Perhitungan :
1. Hitung berat sendiri bangunan yaitu :

RIKO SALIM NUGROHO


• Bagian yang dihitung hanya tubuh bendung saja, dan selanjutnya dibagi dalam bentuk
tertentu.
• Hitung gaya yang bekerja yaitu luas penampang dikalikan berat jenis pasangan
batu=2,2 ton/m3.
• Hitung momen gaya-gaya tersebut terhadap suatu titik yaitu perkalian gaya dengan
jaraknya.
• Jumlahkan seluruh gaya-gaya yang bekerja dan momennya dari bagian-bagian yang
ditinjau.
2. Pengaruh gempa :
Dihitung dengan cara mengalikan koefisien gempa dengan besarnya gaya.
Selanjutnya hitung pula momen-momen gaya tersebut.
3. Tekanan air normal :
Yaitu tekanan air setinggi mercu bendung terhadap tubuh bendung. Di hilir
bangunan dianggap kosong, tanpa ada air. Untuk memudahkan perhitungan gaya
horisontal dan gaya vertikal dikerjakan secara terpisah. Selanjutnya hitung gaya-gaya
tekanan air dan momen gaya.
4. Tekanan air banjir
Yaitu tekanan air setinggi muka air banjir pada debit banjir desain. Di hilir
bangunan terdapat aliran setinggi muka air banjir pula. Selanjutnya lakukan langkah
perhitungan yang sama dengan air normal.
5. Periksa stabilitas bangunan untuk keadaan air normal dan banjir. Pemeriksaan dilakukan
terhadap bahaya: guling, eksentrisitas pembebanan atau jarak dari pusat gravitasi dasar
sampai titik potong resultan dengan dasar.
6. Periksa terhadap daya dukung tanah pada keadaan air normal dan keadaan air banjir.

Rumus-rumus Analisa Stabilitas


1. Stabilitas terhadap guling
~ Keadaan normal

SF =  MT > 1.5
 Mg
~ Keadaan gempa/ekstrem

SF =  MT > 1.25
 Mg

RIKO SALIM NUGROHO


dimana :
SF = Angka keamanan
∑ MT = Jumlah momen penahan
∑ Mg = Jumlah momen guling

2. Stabilitas terhadap geser


SF = f .V + CA
H
~ Keadaan normal : SF > 2.00
~ Keadaan gempa :SF > 1.25
dimana :
SF =Angka keamanan
f = Koefisien geser
∑V =Jumlah gaya vertikal
C =Kohesi tubuh bendung = 0 ton/m2

3. Stabilitas terhadap gaya dukung tanah Bila :


M L L
e=  <
V 2 6
maka :  V  6e 
max
= 1 <
min 
A  
L 

M L L
Bila : e =  >
Y 2 6

maka :  =  L2 V 
max <
3  e B
2 
dimana :
e = Eksentrisitas akibat beban yang bekerja
∑M = SMt - SMg (ton)
∑V = Jumlah gaya - gaya vertikal (ton)
B = Lebar dasar pondasi (m)

RIKO SALIM NUGROHO


A = Luas dasar pondasi (m2)
∑Y = Daya dukung yang diijinkan (t/m2)

Dasar perhitungan pembebanan dapat diuraikan sebagai berikut :


1. Tekanan air

Pd Ps Pw

a. Tekanan air statis


Y = 13 H Pw = 12  w .H
2

dimana :
Pw = Tekanan air statis (ton)
𝛾w = Berat jenis air (ton/m3)
H = Kedalaman air (m)
Y = Jarak tekanan (Pw) dari dasar dalam (m)

b. Tekanan air dinamis


Y = 25 H Pd = 12 .  w . 2H . Kh

dimana :
Pd = Tekanan air dinamis (ton)
𝛾w = Berat jenis air (ton/m3)
Kh = Koefisien gempa horizontal (0.15)
H = Kedalaman air (m)
Y = Jarak tekanan (Pd) dari dasar (m)

c. Berat air sendiri

RIKO SALIM NUGROHO


W =  w .V
dimana :
W = Berat air (ton)
𝛾w = Berat jenis air (ton/m3)
V = Volume air

d. Berat sedimen

Ps = 1
2
[sat  1]Cs . H
2

dimana :
Ps = Tekanan sedimen
Cs = Koefisien tekanan tanah
H = Tinggi sedimen
𝛾sat = Berat jenis tanah jenuh air (ton/m3)
2. Berat Bangunan Sendiri

W3

W1
W4 W6

W5
W7
W2

Wt = W1 + W2 + W3 +.............+ Wn
Wn = b.
V dimana :
V = Volume bangunan (m3)
b = Berat jenis bahan bangunan
Wn = Berat sendiri

RIKO SALIM NUGROHO


3. Tekanan tanah

Sketsa tekanan tanah Pa

Pa = 12 . t 2 . H . Ka

dimana :
Pa = Tekanan tanah (ton)
H = Tinggi tanah (m)

t = Berat jenis tanah (ton/m3)


Ka = Koefisien tekanan tanah aktif (1-sin θ)
= Sudut geser dalam tanah

4. Tekanan UP Lift
Pu = 12 .  w H . A

dimana :
Pu = Tekanan Up Lift

w = Berat jenis air (ton/m3)


H = Tinggi air
A = Luas penampang permeter lebar

5. Gaya akibat pengaruh gempa


a. Berat sendiri
We= W x C
dimana :
We = Berat akibat gempa (ton)
W = Berat bahan (ton)

RIKO SALIM NUGROHO


b. Tekanan tanah
Pa' =1/2 . H . t . Ka'
dimana :
Pa' =Tekanan tanah akibat gempa (ton)
H =Tinggi tanah (m)
t =Berat isi tanah (ton/m3)
Ka' =Koefisien tanah pada kedalaman gempa

Ka'= Cos(+ ) Cos(+ )  Cos2 (+ ) Cos


Cos3 Cos(+ ) + Cos2 (+ ) Cos

dimana :
= Sudut inklinasi material
 = tg-1 K
K = Ch/(1 - CV)
CV = Koefisien gempa arah vertikal = 0
Ch = Koefisien gempa arah horizontal = 0.15
 = Sudut geser dalam tanah

RIKO SALIM NUGROHO


TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN IRIGASI

Nama : RIKO SALIM


NIM : F1A01809

PERENCANAAN
I. Data-data perencanaan

satuan Diisi oleh Kisaran nilai


A. Karakteristik sungai pembimbing
1. Lokasi As Bendung Lingkari salah satu
2. Lebar dasar sungai (b) 1 2 3 4 5 i as Bendung
3. Kemiringan dasar sungai (l) menyesuaikan
0,00 dengan 0.001 - 0.006
lokas
4. Koefisien kekasaran Manning (n) 0,03 0.02 - 0.04
m3 / ….......................…….
5. Debit banjir rencana (Q100) 9 80 - 250
det ….......................…….
….......................…….
B. Karakteristik Bendung
1. Elevasi dasar sungai lokasi bendung dung
2. Elevasi sawah tertinggi menyesu Lingkari salah satu
3. Tinggi genangan +49, aikan dengan lokasi as Ben
4. Kehilangan tekanan : m 0 +49,5 +50,0 +50,5
- Dari saluran tersier kesawah 0.
m 1

0.1
0
- Dari saluran induk tersier m 0.10
- Sepanjang saluran m ….......................……. 0.5 - 0.8
- Pada bangunan ukur m 0.40
- Pada bangunan pengambilan m 0.10
- Untuk eksploitasi m 0.15
5. Berat jenis bahan (dilingkari salah satu)
a. Batu kali kg/m3 70 2200
b. Beton massa kg/m3 1, 2300
c. Beton bertulang kg/m 3
2400
6. Luas daerah irigasi Ha ….......................……. 500 - 3.000
7. Kebutuhan air tanaman l/dtk/Ha ….......................……. 1.0 - 2.0
C. Lain - lain
16 - 11 Dosen pembimbing
Data lain yang tidak tersedia dapat ditentukan sendiri dgn persetujuan

Mataram,....................-2020
Dosen pembimbing,

(Dr. Eng. Hartana,ST.,MT.)


5

4 1
3 2
100

90

80

70

60

50

44 3.84

AutoCAD SHX Text


2021-09-03 11:16:02
--------------------------------------------
PENAMPANG MELINTANG SUNGAI
SKALA 1:
5001 : 500
100

90

80

70

60

50 11.75

44 h=3.955
3.84

AutoCAD SHX Text


2021-09-03 11:16:02
--------------------------------------------
PENAMPANG MELINTANG SUNGAI
SKALA 1:
5001 : 500
AutoCAD SHX Text
2021-09-03 11:16:02
--------------------------------------------
Elevasi puncak mercu = 51.46 m

p=7.46
AutoCAD SHX Text
2021-09-03 11:16:02
--------------------------------------------
Mercu bendung

AutoCAD SHX Text


2021-09-03 11:16:02
--------------------------------------------
+44 m SHX Text
AutoCAD
2021-09-03 11:16:02
--------------------------------------------
Elevasi dasar sungai
AutoCAD SHX Text
2021-09-03 11:16:02
--------------------------------------------
-------------------------------------------
- ELEVASI PUNCAK
Skala 1:100MERCU
1:100
y=0.94
r=1.33
x=0.94

p=7.46
AutoCAD SHX Text
2021-09-03 11:16:03
-------------------------------------------
AutoCAD SHX Text
-2021-09-03
1 11:16:03
-------------------------------------------
-1

m=6.71
B=8.98

AutoCAD SHX Text


2021-09-03 11:16:02
--------------------------------------------
-------------------------------------------
- TUBUH
Skala 1:100BENDUNG
AutoCAD SHX Text
2021-09-03 11:16:03
Ha=0.05 -------------------------------------------
- GARIS ENERGI
H1=2.66
Hd=2.61

y=0.94

r=1.33
x=0.94

p=7.46
AutoCAD SHX Text
2021-09-03 11:16:03
-------------------------------------------
AutoCAD SHX Text
-1
2021-09-03 11:16:03
-------------------------------------------
AutoCAD SHX Text
-2021-09-03
1 11:16:03
--------------------------------------------
V0
AutoCAD SHX Text
2021-09-03
AutoCAD SHX 11:16:03
Text
--------------------------------------------
2021-09-03 11:16:03
m=6.71 V1
--------------------------------------------
B=8.98 ELV = +44 m

AutoCAD SHX Text


2021-09-03 11:16:03
--------------------------------------------
-------------------------------------------
- TUBUH
Skala 1:100BENDUNG
AutoCAD SHX Text
2021-09-03 11:17:40
--------------------------------------------
+51.46m

AutoCAD SHX Text


AutoCAD SHX
2021-09-03 Text
11:17:40
2021-09-03SHX
AutoCAD 11:17:40
Text
-------------------------------------------
2021-09-03 11:17:40
-------------------------------------------
- BLOK MUKA
-------------------------------------------
- AMBANG UJUNG
- BLOK HALANG

0.47 AutoCAD SHX Text


0.47 2021-09-03 11:17:40
-------------------------------------------
0.82
0.65 - KOLAMSHX
AutoCAD OLAKText
2021-09-03 11:17:40
--------------------------------------------
+44.0m
11.00

AutoCAD SHX Text


2021-09-03 11:17:40
--------------------------------------------
DESAIN
Skala 1:200KOLAM OLAK USBR TYPE
III
AutoCAD SHX
AutoCAD SHX Text
Text
Ha=0.0206
2021-09-03
2021-09-03 11:17:40
11:17:40
H1=2.66 -------------------------------------------
--------------------------------------------
Hd=2.6394
-+54.0994m
GARIS ENERGI

2V 2

2g =0.13
AutoCAD
AutoCAD SHX
SHX Text
Text

p=7.46
2021-09-03 11:17:40
2021-09-03 11:17:40
-------------------------------------------
--------------------------------------------
y2=4.005 -+48.1363m
GARIS SHX
AutoCAD ENERGI
Text
AutoCAD
2021-09-03SHX Text
11:17:40
2021-09-03
AutoCAD 11:17:40
SHX Text
--------------------------------------------
--------------------------------------------
y1=0.47
AutoCAD SHX
2021-09-03 Text
11:17:40
V =0.6365m/dt0=0.6365m/dt

2.65
2021-09-03 11:17:40
--------------------------------------------
V =1.605m/dt2=1.605m/dt
2.50

--------------------------------------------
1.00

1.00

1.00

1.00

1.00
V =13.678m/dt1=13.678m/dt
1.50

ELV = +44 m

4.50
4.00
5.00

4.50

1.00 2.00 1.00 4.00 2.48 1.00 2.00 1.50 2.00 1.00 1.00 2.00 1.00 2.00 1.00 2.00 1.00

AutoCAD SHX Text


2021-09-03 11:17:40
--------------------------------------------
-------------------------------------------
- DESAIN
Skala 1:200APRON
AutoCAD SHX Text
2021-09-03 11:17:40
0.70 --------------------------------------------
AutoCAD SHX
AutoCAD SHX Text
Text
Ha=0.0206 TINGGI
2021-09-03 JAGAAN PADA UPSTREAM
2021-09-03 11:17:40
11:17:40
BENDUNG
-------------------------------------------
H1=2.66
Hd=2.6394
--------------------------------------------
-+54.0994m
GARIS ENERGI
AutoCAD SHX Text
2021-09-03 11:17:40
--------------------------------------------
AutoCAD SHX Text
TINGGI
2021-09-03 JAGAAN
11:17:40 PADA
0.70 --------------------------------------------
PENAMPANG I
AutoCAD SHX Text

p=7.46
2V 2

2g =0.13 TINGGI
2021-09-03 JAGAAN
11:17:40 PADA KOLAM
OLAK
--------------------------------------------
y2=4.005 AutoCAD SHX Text
+48.1363m
AutoCAD
2021-09-03SHX Text
11:17:40
2021-09-03
AutoCAD 11:17:40
SHX Text
--------------------------------------------
--------------------------------------------
AutoCAD SHX
2021-09-03 Text
11:17:40
V =0.6365m/dt0=0.6365m/dt

2.65
2021-09-03 11:17:40
--------------------------------------------
V =1.605m/dt2=1.605m/dt
2.50

--------------------------------------------
1.00

1.00

1.00

1.00

1.00
V =13.678m/dt1=13.678m/dt
1.50

ELV = +44 m

4.50
4.00
5.00

4.50

1.00 2.00 1.00 4.00 2.48 1.00 2.00 1.50 2.00 1.00 1.00 2.00 1.00 2.00 1.00 2.00 1.00

AutoCAD SHX Text


2021-09-03 11:17:40
--------------------------------------------
-------------------------------------------
- DESAIN
Skala 1:200TINGGI JAGAAN
PILAR

AutoCAD SHX Text


2021-09-03 11:17:40
-------------------------------------------
- TUBUH BENDUNG

1.00 1.00 1.00 1.00

AutoCAD SHX Text


2021-09-03 11:17:40
--------------------------------------------
-------------------------------------------
- DESAIN
Skala 1:100PINTU PEMBILAS
z=0.2m
AutoCAD SHX Text
2021-09-03 11:20:02
Q=2.197 m3/det -------------------------------------------
AutoCAD SHX Text
a=0.6932m
-2021-09-03
PILAR 11:20:02
-------------------------------------------
- R=0,5H

p=6.5668
1.00 1.00 1.00

+44.00 m

AutoCAD SHX Text


2021-09-03 11:20:02
--------------------------------------------
-------------------------------------------
- DESAIN
Skala 1:100PINTU
PENGAMBILAN
TABEL 5.1 TEKANAN AKIBAT BERAT SENDIRI BENDUNG

NOTASI LUAS PENAMPANG (m²) BJ BAHAN (ton/m³) PERMETER GAYA (ton)


G1 19,3708 2,2 1 42,616
G2 17,8383 2,2 1 39,244
G3 13,47 2,2 1 29,634
G4 11,16 2,2 1 24,552
G5 8 2,2 1 17,600
G6 8 2,2 1 17,600
G7 1,21695 2,2 1 2,677
G8 1,3893 2,2 1 3,056
JUMLAH (Σ) 176,980

TABEL 5.2 MOMEN AKIBAT BERAT SENDIRI BENDUNG

NOTASI GAYA (ton) JARAK (m) MOMEN (ton.m)


G1 42,616 7,4 315,357
G2 39,244 3,88 152,268
G3 29,634 4,49 133,057
G4 24,552 7,74 190,032
G5 17,600 4,5 79,200
G6 17,600 1 17,600
G7 2,677 8,12 21,740
G8 3,056 7,04 21,517
JUMLAH (Σ) 930,771

RIKO SALIM NUGROHO (F1A018090)


AutoCAD SHX Text
2021-09-03 11:20:02
--------------------------------------------
G 78

AutoCAD SHX Text


2021-09-03 11:20:02
--------------------------------------------
AutoCAD SHX Text
G 1
2021-09-03 11:20:02
--------------------------------------------
G2

AutoCAD SHX Text


2021-09-03 11:20:02
--------------------------------------------
G3

AutoCAD SHX Text


AutoCAD
2021-09-03SHX Text
11:20:02
2021-09-03 11:20:02
--------------------------------------------
O
--------------------------------------------
G 65
G4

7.40
3.88

4.49
7.74
4.50
1.00
8.12
7.04

AutoCAD SHX Text


2021-09-03 11:20:02
--------------------------------------------
TEKANAN AKIBAT
Skala 1:100BERAT
1:100
SENDIRI BENDUNG
TABEL 5.3 GAYA AKIBAT GEMPA

BERAT SENDIRI KOEF. GAYA MOMEN


NOTASI LENGAN
(ton) GEMPA GEMPA GEMPA
G1 42,616 0,15 6,392 7,40 47,303
G2 39,244 0,15 5,887 3,88 22,840
G3 29,634 0,15 4,445 4,49 19,958
G4 24,552 0,15 3,683 7,74 28,505
G5 17,600 0,15 2,640 4,50 11,880
G6 17,600 0,15 2,640 1,00 2,640
G7 2,677 0,15 0,402 8,12 3,261
G8 3,056 0,15 0,458 7,04 3,228
JUMLAH (Σ) 26,55 139,616

RIKO SALIM NUGROHO (F1A018090)


AutoCAD SHX Text
2021-09-03 11:20:02
--------------------------------------------
G 78

AutoCAD SHX Text


2021-09-03 11:20:02
--------------------------------------------
AutoCAD SHX Text
G 1
2021-09-03 11:20:02
--------------------------------------------
G2

AutoCAD SHX Text


2021-09-03 11:20:02
--------------------------------------------
G3

AutoCAD SHX Text


AutoCAD
2021-09-03SHX Text
11:20:02
2021-09-03 11:20:02
--------------------------------------------
O
--------------------------------------------
G 65
G4

7.40
3.88

4.49
7.74
4.50
1.00
8.12
7.04

AutoCAD SHX Text


2021-09-03 11:20:02
--------------------------------------------
-------------------------------------------
- GAYA AKIBAT1:100
Skala GEMPA 1:100
TABEL 5.4 GAYA UPLIFT TIAP TITIK

NOTASI Hx (m) Lx (m) L (m) ∆H (m) Px (ton/m2)


A 13,46 8,98 8,98 7,460 6,000
B 13,46 6,50 8,98 7,460 8,060
C 8,96 6,50 8,98 7,460 3,560
D 8,96 5,50 8,98 7,460 4,391
E 12,96 5,50 8,98 7,460 8,391
F 12,96 3,50 8,98 7,460 10,052
G 8,96 3,50 8,98 7,460 6,052
H 8,96 2,00 8,98 7,460 7,299
I 12,96 2,00 8,98 7,460 11,299
J 12,96 0,00 8,98 7,460 12,960

TABEL 5.5 GAYA UPLIFT TIAP BIDANG

NOTASI GAYA GAYA (ton/m) GAYA TOTAL (ton/m)


P1 14,8800
U1 17,4344
P2 2,5544
P3 3,5600
U2 3,9755
P4 0,4155
P5 16,7820
U3 18,4430
P6 1,6610
P7 9,0780
U4 10,0133
P8 0,9353
P9 22,5980
U5 24,2590
P10 1,6610
JUMLAH (Σ) 74,1252

TABEL 5.6 MOMEN AKIBAT GAYA UPLIFT

NOTASI GAYA GAYA (ton/m) LENGAN (m) MOMEN (ton.m) MOMEN TOTAL (ton.m)
P1 14,8800 7,74 115,171
U1 133,895
P2 2,5544 7,33 18,724
P3 3,5600 6,00 21,360
U2 23,782
P4 0,4155 5,83 2,422
P5 16,7820 4,50 75,519
U3 82,445
P6 1,6610 4,17 6,926
P7 9,0780 2,75 24,965
U4 27,303
P8 0,9353 2,50 2,338
P9 22,5980 1,00 22,598
U5 23,711
P10 1,6610 0,67 1,113
JUMLAH (Σ) 291,136

RIKO SALIM NUGROHO (F1A018090)


8.96
12.96

13.46

C D G H

E F I J O
A B
8.98
6.50
5.50
3.50
2.00

AutoCAD SHX Text


2021-09-03 11:20:02
--------------------------------------------
-------------------------------------------
- GAYA UPLIFT1:100
Skala TIAP TITIK
1:100
10.05
8.39 12.96
8.06
8.96
4.39
3.56
13.46
6.00

A
2.48

C
B
1.00

D
2.00

G
F
1.50

H
2.00

J O

12.96

AutoCAD
AutoCAD
SHX
AutoCAD
Text
SHXSHXText
AutoCAD
Text SHX Text
AutoCAD
AutoCAD
AutoCAD
SHX
SHX Text
Text
SHX
AutoCAD
AutoCAD 6.05
Text AutoCAD
AutoCAD
SHXSHX
Text
Text
AutoCAD
SHX
SHX Text
TextSHX Text
2021-09-03
2021-09-03
2021-09-03
11:20:02
11:20:02
2021-09-03
11:20:02 11:20:02
2021-09-03
2021-09-03
2021-09-03
11:20:02
11:20:02
2021-09-03
11:20:02
2021-09-03
2021-09-03
2021-09-03
11:20:02
11:20:02
2021-09-03
11:20:02
11:20:02 11:20:02
-------------------------------------------
--------------------------------------------
-------------------------------------------
-------------------------------------------- 7.30
--------------------------------------------
--------------------------------------------
--------------------------------------------
--------------------------------------------
--------------------------------------------
--------------------------------------------
--------------------------------------------
--------------------------------------------
- P 10 Skala- GAYA UPLIFTP 61:100 TIAP BIDANG
1:100 P P2 8 P 9 P 5P 4 PP 71 P3
11.30
10.05
8.39
8.06

4.39
3.56
6.00

7.74
7.33
6.00
5.83
4.50
4.17
2.75
2.50
1.00
0.67

12.96
AutoCAD
AutoCAD
SHXSHXTextText AutoCAD SHX Text AutoCADAutoCAD
SHX TextSHX Text 6.05
2021-09-03
2021-09-03
11:20:02
11:20:02 2021-09-03 11:20:02 2021-09-03
2021-09-03
11:20:02 11:20:02
7.30
--------------------------------------------
-------------------------------------------- -------------------------------------------
--------------------------------------------
--------------------------------------------
SkalaMOMEN AKIBAT 1:100 TEKANAN
1:100 - P 10 P6 P 97854231
11.30
UPLIFT TIAP BIDANG
TABEL 5.7 TEKANAN TANAH AKTIF

NOTASI TINGGI (h) (m) Ka Ha (ton/m) TEKANAN (ton)


Pa1 5,5 0,27099 1,192 3,279
Pa2 4 0,27099 0,867 1,734
Pa3 4 0,27099 0,867 1,734
JUMLAH (Σ) 6,748

TABEL 5.8 TEKANAN TANAH PASIF

NOTASI TINGGI (h) (m) Kp Hp (ton/m) TEKANAN (ton)


Pp1 4 3,69017 11,809 23,617
Pp2 4 3,69017 11,809 23,617
Pp3 5,5 3,69017 16,237 44,651
JUMLAH (Σ) 91,885

TABEL 5.9 MOMEN AKIBAT TEKANAN TANAH AKTIF

NOTASI TEKANAN (ton) LENGAN (m) MOMEN (ton.m)


MPa1 3,279 1,5 4,918
MPa2 1,734 1,33 2,307
MPa3 1,734 1,33 2,307
JUMLAH (Σ) 9,532

TABEL 5.10 MOMEN AKIBAT TEKANAN TANAH PASIF

NOTASI TEKANAN (ton) LENGAN (m) MOMEN (ton.m)


MPp1 23,617 1 23,617
MPp2 23,617 1,33 31,411
MPp3 44,651 1,83 81,711
JUMLAH (Σ) 136,739

RIKO SALIM NUGROHO (F1A018090)


Pa1

1.50
Pa2

1.33
Pa3

1.33
O

5.50
4.00
4.00

AutoCAD
AutoCAD
SHXSHXTextText
2021-09-03
2021-09-03
11:20:02
11:20:02
--------------------------------------------
-------------------------------------------
Skala- TEKANAN1:100 TANAH AKTIF
1:100
4.00

4.00
5.50

1.00
Pp1

1.33
Pp2

1.83
O

Pp3

AutoCAD
AutoCAD
SHXSHXTextText
2021-09-03
2021-09-03
11:20:02
11:20:02
--------------------------------------------
-------------------------------------------
Skala- TEKANAN1:100 TANAH PASIF
1:100
Pd Ps Pw

2/5h
1/3h 1/3h

8.48
7.99
7.99
8.00

AutoCAD SHX Text


2021-09-03 11:20:02
--------------------------------------------
-------------------------------------------
- TEKANAN AIR1:100
Skala NORMAL 1:100
TABEL 5.11 GAYA AKIBAT BERAT AIR PADA TUBUH BENDUNG

NOTASI BERAT VOLUME AIR (ton/m3) LUAS PENAMPANG (m2) PERMETER PANJANG GAYA (ton)
W1 1 0,8645 1 0,865
W2 1 1,7423 1 1,742
W3 1 0,3081 1 0,308
W4 1 0,80565 1 0,806
W5 1 0,3312 1 0,331
W6 1 0,12 1 0,120
W7 1 4,2384 1 4,238
W8 1 0,1224 1 0,122
JUMLAH (Σ) 8,533

TABEL 5.12 MOMEN AKIBAT BERAT AIR PADA TUBUH


BENDUNG

NOTASI GAYA (ton) LENGAN (m) MOMEN (ton.m)


MW1 0,865 8,54 7,383
MW2 1,742 8,31 14,479
MW3 0,308 8,72 2,687
MW4 0,806 7,24 5,833
MW5 0,331 6,65 2,202
MW6 0,120 6,31 0,757
MW7 4,238 3,21 13,605
MW8 0,122 0,12 0,015
JUMLAH (Σ) 46,961

RIKO SALIM NUGROHO (F1A018090)


AutoCAD SHX Text
2021-09-03 11:20:02
--------------------------------------------
W1
AutoCAD SHX Text
AutoCAD
2021-09-03SHX Text
11:20:02
2021-09-03 11:20:02
--------------------------------------------
AutoCAD
AutoCAD SHXSHX Text
--------------------------------------------
Text
W 2
2021-09-03
2021-09-03 11:20:02
11:20:02
W4
--------------------------------------------
--------------------------------------------
W 653
W

AutoCAD SHX Text


2021-09-03 11:20:02
--------------------------------------------
W7

AutoCAD SHX Text


2021-09-03 11:20:02
--------------------------------------------
W8

O
8.54
8.31
8.72
7.24
6.65
6.31
3.21
0.12

AutoCAD SHX Text


2021-09-03 11:20:02
--------------------------------------------
-------------------------------------------
- TEKANAN AKIBAT
Skala 1:100 BERAT
1:100
AIR
Pd
Ps Pw

2/5h
1/3h 1/3h

9.53
8.86
8.86
AutoCAD SHX Text
2021-09-03 11:20:02
8.00
--------------------------------------------
-------------------------------------------
- TEKANAN AIR1:100
Skala BANJIR 1:100
+54.799 m

MERCU BENDUNG
BLOK MUKA

KOLAM OLAK
SUNGAI APRON
+44.00 m 0.62
0.47

10.00
+51.46 m

0.62
A

0.47
+44.00 m
14.00

BLOK HALANG

0.47

0.62
PILAR
PEMBILAS AMBANG UJUNG

INTAKE
+54.799 m
+54.799 m

KANTONG LUMPUR
8.00

AutoCAD SHX Text


2020-12-08 00:48:09
--------------------------------------------
-------------------------------------------
- LAYOUT
RIKO
SKALA SALIM BENDUNG
NUGROHO1:300 F1A018090
1:300
PINTU INTAKE

PINTU TANGGUL PERKUATAN


+54.799 m PEMBILAS TEBING

0.70
Ha=0.0206
AutoCAD SHX Text H1=2.66
2020-12-08 00:49:00 Hd=2.6394

--------------------------------------------
TINGGI JAGAAN PADA KOLAM
OLAK
0.70
AutoCAD SHX Text

p=7.46
V22
2g =0.13 2020-12-08 00:49:00
--------------------------------------------
y2=4.005 AutoCAD SHX Text
+48.1363m
AutoCAD
2020-12-08SHX Text
00:49:00
2020-12-08
AutoCAD 00:49:00
SHX Text
--------------------------------------------
--------------------------------------------
AutoCAD SHX
2020-12-08 Text
00:49:00
V =0.6365m/dt0=0.6365m/dt
2.65

2020-12-08 00:49:00
--------------------------------------------
V =1.605m/dt2=1.605m/dt

2.50
--------------------------------------------
1.00

1.00

1.00

1.00

1.00
V =13.678m/dt1=13.678m/dt

1.50
ELV = +44 m
4.50

4.00

5.00
4.50
1.00
2.00 1.00 2.00 1.00 2.00 1.00 1.00 2.00 1.50 2.00 1.00 2.48 4.00 1.00 2.00 1.00

AutoCAD SHX Text


2020-12-08 00:49:00
--------------------------------------------
-------------------------------------------
- POTONGAN
Skala 1:200 A
PINTU PEMBILAS
PINTU PEMBILAS

+54.799 m +54.799 m

1.00 1.00 1.00 1.00

3.34
MERCU BENDUNG
+51.46 m

7.46
BLOK HALANG
+44.00 m AMBANG UJUNG
10.00

4.00
2.00 14.00 2.00

AutoCAD SHX Text


2020-12-08 00:49:15
--------------------------------------------
-------------------------------------------
- POTONGAN
Skala 1:200 B
hn=0.687
hs=0.25

bn=7.00
B=8.00

AutoCAD SHX Text


2020-12-08 00:49:29
--------------------------------------------
-------------------------------------------
- POTONGAN
Skala 1:100 C
PINTU INTAKE

PINTU TANGGUL PERKUATAN


+54.799 m PEMBILAS TEBING

3.4992

a=0.6932 0.6932
1.00 1.00

6.5668

APRON
+44.00 m KOLAM OLAK +44.00 m
2.65

2.50
1.00

1.00

1.00

1.00

1.00

1.50
4.50

4.00

5.00
4.50
1.00
2.00 1.00 2.00 1.00 2.00 1.00 1.00 2.00 1.50 2.00 1.00 2.48 4.00 1.00 2.00 1.00

AutoCAD SHX Text


2020-12-08 00:49:41
--------------------------------------------
-------------------------------------------
- POTONGAN
Skala 1:200 D

Anda mungkin juga menyukai