IRIGASI DAN
BANGUNAN
AIR
POKOK BAHASAN :
STABILITAS BENDUNG
10
Teknik Sipil Teknik Sipil A61111EL DR. IR. ROSMINA ZUCHRI, MT
Perencanaan
Abstract Kompetensi
.
MODUL 10 (SEPULUH)
STABILITAS BENDUNG
DAFTAR ISI
10.6. ISTILAH-ISTILAH
10.7. SOAL-SOAL
PENJELASAN :
DAFTAR ISI
10.1. Umum
Bendung adalah bangunan melintang sungai yang berfungsi meninggikan muka air sungai
agar bisa di sadap.
Definisi bendung menurut analisa upah dan bahan BOW (Burgerlijke Openbare Werken),
bendung adalah bangunan air (beserta kelengkapannya) yang dibangun melintang sungai
untuk meninggikan taraf muka air sehingga dapat dialirkan secara gravitasi ke tempat yang
membutuhkannya.
Fungsi utama dari bendung adalah untuk meninggikan elevasi muka air dari sungai yang
dibendung sehingga air bisa disadap dan dialirkan ke saluran lewat bangunan pengambilan
(intake structure), dan untuk mengendalikan aliran, angkutan sedimen dan geometri sungai
sehingga air dapat dimanfaatkan secara aman, efisien, dan optimal, (Mawardi & Memet,
2010).
a. Bendung penyadap, digunakan sebagai penyadap aliran sungai untuk berbagai keperluan
seperti untuk irigasi, air baku dan sebagainya.
c. Bendung penahan pasang, dibangun dibagian sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut
antara lain untuk mencegah masuknya air asin.
a. Bendung tetap, bendung tetap adalah jenis bendung yang tinggi pembendunganya tidak
dapat diubah, sehingga muka air di hulu bendung tidak dapat diatur sesuai yang dikehendaki.
Pada bendung tetap elevasi muka air dihulu bendung berubah sesuai dengan debit sungai
yang sedang melimpas (muka air tidak bisa diatur naik ataupun turun). Bendung tetap
biasanya dibangun pada daerah hulu sungai. Pada daerah hulu sungai kebanyakan tebing-
tebing sungai relative lebih curam dari pada di daerah hilir.
b. Bendung gerak, bendung gerak adalah jenis bendung yang tinggi pembendunganya dapat
diubah susuai yang dikehendaki. Pada bendung gerak elevasi muka air di hulu bendung dapat
dikendalikan naik atau turun sesuai yang dikehendaki dengan membuka atau menutup pintu
air. Bendung gerak biasanya dibangun pada hilir sungai atau muara.
a. Bendung permanen, seperti bendung pasangan batu, beton, dan kombinasi beton dan
pasangan batu.
b. Bendung semi permanen, seperti bendung broncong. c. Bendung darurat, yang dibuat oleh
masyarakat pedesaan seperti bendung tumpukan batu dan sebagainya. (Mawardi dan Memet
2010)
3). Komponen Utama Bendung Bendung tetap yang terbuat dari pasangan batu untuk
keperluan irigasi terdiri atas berbagai komponen, yaitu:
1. Tubuh bendung, antara lain terdiri dari ambang tetap dan mercu bendung dengan bangunan
peredam energinya. Terletak kurang lebih tegak lurus arah aliran sungai saat banjir dan
sedang. Maksudnya agar arah aliran utama menuju bendung dan yang keluar dari bendung
terbagi merata, sehingga tidak menimbulkan pusaran-pusaran aliran di udik bangunan
pembilas dan intake.
2. Bangunan intake, antara lain terdiri dari lantai/ambang dasar, pintu, dinding banjir, pilar
penempatan pintu, saringan sampah, jembatan pelayan, rumah pintu dan perlengkapan
lainnya. Bangunan ini terletak tegak lurus (90˚) atau menyudut (45˚-60˚) terhadap sumbu
bangunan bilas. Diupayakan berada di tikungan luar aliran sungai, sehingga dapat
mengurangi sedimen yang akan masuk ke intake.
3. Bangunan pembilas, dengan indersluice atau tanpa indersluice, pilar penempatan pintu,
saringan sampah, pintu bilas, jembatan pelayan, rumah pintu, saringan batu dan
2019 Perencanaan Jaringan Irigasi dan
4 Drainase Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
perlengkapan lainnya. Terletak berdampingan dan satu kesatuan dengan intake, di sisi
bentang sungai dan bagian luar tembok pangkal bendung, dan bersama-sama dengan intake,
dan tembok pangkal udik yang diletakkan sedemikian rupa dapat membentuk suatu tikungan
luar aliran (coidal flow). Aliran ini akan melemparkan angkutan sedimen ke arah luar
intake/bangunan pembilas menuju tubuh bendung, sehingga akan mengurangi jumlah
angkutan sedimen dasar masuk ke intake.
4. Bangunan pelengkap lain yang harus ada pada bendung antara lain yaitu tembok pangkal,
sayap bendung, lantai udik dan dinding tirai, pengarah arus tanggul banjir dan tanggul
penutup atau tanpa tanggul, penangkap sedimen atau tanpa penangkap sedimen, tangga,
penduga muka air, dan sebagainya. (Mawardi dan Memet 2010).
4). Syarat-Syarat Konstruksi Bendung Syarat bendung harus memenuhi beberapa faktor
yaitu:
1. Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu banjir.
3. Bendung harus dapat menahan bocoran (seepage) yang disebabkan oleh aliran air sungai
dan aliran air yang meresap ke dalam tanah.
4. Tinggi ambang bendung harus dapat memenuhi tinggi muka air minimum yang diperlukan
untuk seluruh daerah irigasi.
5. Bentuk peluap harus diperhitungkan, sehingga air dapat membawa pasir, kerikil dan batu-
batu dari sebelah hulu dan tidak menimbulkan kerusakan pada tubuh bendung.
5). Pemilihan Lokasi Pembangunan Bendung Pemilihan lokasi bendung harus didasarkan
atas beberapa faktor, yaitu:
1. Keadaan topografi
a. Dalam hal ini semua rencana daerah irigasi dapat terairi, sehingga harus dilihat elevasi
sawah tertinggi yang akan diari.
b. Bila elevasi sawah tertinggi yang akan diairi telah diketahui maka elevasi mercu bendung
dapat ditetapkan.
c. Dari kedua hal di atas, lokasi bendung dilihat dari segi topografi dapat diseleksi.
2. Keadaan hidrologi Dalam pembuatan bendung, yang patut diperhitungkan juga adalah
faktor:
a. Faktor –faktor hidrologinya, karena menentukan lebar dan panjang bendung serta tinggi
bendung tergantung pada debit rencana.
1. Kondisi topografi
a. Pola aliran sungai meliputi kecepatan dan arahnya pada waktu debit banjir.
c. Tinggi muka air pada debit banjir rencana. d. Potensi dan distribusi angkutan sedimen.
3. Kondisi tanah pondasi Bendung harus ditempatkan di lokasi dimana tanah pondasinya
cukup baik sehingga bangunan akan stabil. Faktor lain yang harus dipertimbangkan pula
yaitu potensi kegempaan dan potensi gerusan karena arus dan sebagainya.
4. Biaya pelaksanaan Biaya pelaksanaan pembangunan bendung juga menjadi salah satu
faktor penentun pemilihan lokasi pembangunan bendung. Dari beberapa alternatif lokasi
ditinjau pula dari segi biaya yang paling murah dan pelaksanaan yang tidak terlalu sulit.
1). Menaikkan tinggi muka air sehingga dapat dialirkan secara gravitasi sampai mencapai
tujuan kegunaannya.
2). Menaikkan dan menahan aliran air agar dapat dipompa ketempat yang lebih tinggi
untuk mencapai tujuan kegunaannya.
3). Mengendalikan pola aliran sedimen (endapan) agar tidak mengganggu morfologi dasar
sungai.
4). Mengatur pola aliran debit sungai agar tetap terjaga kehidupan biota di dalam air
sungai.
Didalam uraian selanjutnya bangunan bendung yang akan ditinjau khususnya untuk
keperluan Irigasi.
Perhitungan konstruksi yang dilakukan untuk menentukan dimensi/ ukuran bendung (weir)
supaya mampu menahan muatan-muatan dan gaya-gaya yang bekerja pada bendung dalam
keadaan apapun, termasuk banjir besar dan gempa bumi. Penyelidikan geologi teknik,
ditujukan untuk mengetahui apakah pondasi bendung cukup kuat, apakah rembesan airnya
tidak membahayakan konstruksi, dan apakah bendung akan dapat dioperasikan bagi
penggunaan airnya dalam jangka waktu yang lama minimal 30 tahun (Mawardi & Memet,
2010).
4. Tegangan tanah yang terjadi tidak boleh melebihi tegangan tanah yang diijinkan.
5. Setiap titik pada seluruh konstruksi harus tidak boleh terangkat oleh gaya ke atas
(balance antara tekanan ke atas dan tekanan ke bawah).
Bangunan akan aman terhadap guling, apabila semua gaya yang bekerja pada bagian
bangunan di atas bidang horisontal, termasuk gaya angkat, harus memotong bidang
guling dan tidak boleh ada tarikan pada bidang irisan manapun, tiap bagian bangunan
diandaikan berdiri sendiri dan tidak mungkin ada distribusi gaya-gaya melalui momen
lentur.
Menghitung stabilitas bendung harus di tinjau pada saat kondisi normal dan ekstrem
seperti kondisi saat banjir. Bangunan akan stabil bila dilakukan, kontrol terhadap
gaya-gaya yang bekerja tidak menyebabkan bangunan bergeser, terangkat atau
terguling, ada beberapa gaya yang harus dihitung untuk mengetahui stabilitas
bendung.
Gaya-gaya yang bekerja pada bangunan yang penting pada perencanaan adalah:
3. Tekananan lumpur
4. Gaya gempa
5. Berat sendiri bangunan Selanjutnya gaya-gaya yang bekerja pada bangunan itu
dianalisis dan di kontrol stabilitasnya terhadap faktor-faktor keamanannya.
Gaya tekanan air dapat dibagi menjadi gaya hidrostatik dan gaya hidrodinamik.
Tekanan hidrostatik adalah fungsi kedalaman di bawah permukaan air. Tekanan air
akan selalu bekerja tegak lurus terhadap muka bangunan, oleh karena itu agar
perhitungannya lebih mudah gaya horisontal dan vertikal dikerjakan secara terpisah.
bendung itu. Gaya tekan ke atas, yakni istilah umum untuk tekanan air dalam,
menyebabkan berkurangnya berat efektif bangunan di atasnya.
(6). Filter.
(7). Bronjong.
Bronjong dibuat di lapangan, berbentuk bak dari jala-jala kawat yang diisi dengan batu yang
cocok ukurannya. Matras jala-jala kawat ini diperkuat dengan kawat-kawat besar atau baja
tulangan pada ujung-ujungnya. Ukurann yang biasa adalah 2 m x 1m x 0,5 m. Bak-bak yang
terpisah-pisah ini kemudian diikat bersama-sama untuk membentuk satu konstruksi yang
homogen.
1). Kemungkinan membuat lindungan berat dengan batu-batu yang berukuran lebih kecil dan
lebih murah.
2). Fleksibilitas konstruksi tersebut untuk dapat mengikuti tinggi permukaan yang terkenan
erosi.
Bronjong tidak boleh digunakan untuk bagian-bagian permanen dari bangunan utama.
Bronjong hanya boleh dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan pengatur sungai di hulu atau hilir
bangunan bendiug dari batu atau beton.
10.6. SOAL-SOAL
Diketahui : Bendung direncanakan sebagai bendung pasangan dengan mercu ambang lebar,
muka hulu tegak dan kemiringan hilir 1 : 1 lebar mercu bendung bersama-sama diperkirakan
3,0 m dan tekanan negative yang bekerja pada mercu bendung akan dicek kemudian.
Cd=1,03
Lebar sungai =Lebar Bendung= 60 meter; Lebar antar tumpu adalah 120 meter, dan lebar
efektifnya atau Bo diperkirakan 105 m. besar debit rencana adalah 650 m3/det.
b. Suatu Bendung beton berbentuk Trapesium tinggi 25 m. Lebar puncak 3,0 m. Dan lebar
dasar 12 m. Sisi HILIR bendung adalah vertikal. Muka air hulu 24 m tidak sama
dengan puncak bendung dan di hilir tidak ada air. Koefisien gesekan antara dasar
pondasi dengan bendung adalah 0,8. Berat jenis beton 2400 kgf/m3.
24 m
25m
12 m
Ditanya : Selidiki Stabilitas Bendung terhadap Gaya Guling, dan Gaya Geser.
SELESAI
1. Kriteria Perencanaan Irigasi. KP-01 sampai dengan KP 07. Dirjen Pengairan Irigasi.
Departemen Pekerjaan Umum. 1986.
2. Ir. Hadi Susilo, MM. Modul Jaringan Irigasi dan Bangunan Air. Fakultas Teknik
Sipil, Universitas Mercu Buana.
3. Dr. Ir. Rosmina Zuchri, MT. Modul Jaringan Irigasi dan bangunan Air. Fakultas
Teknik Sipil, Universitas Winaya Mukti. Bandung.Tahun 2015.
4. Dr. Ir. Rosmina Zuchri, MT. Modul Jaringan Irigasi dan bangunan Air. Fakultas
Teknik Sipil, Universitas Mercu Buana. Tahun 2016 sampai dengan 2019.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya
Air.
6. Undang-Undang Pengairan. Nomor…….. Tahun……..
7. Peraturan pemerintah No. 23 / 1998 tentang Irigasi,
8. Keputusan Presiden RI No.12 Tahun 2012 Tentang Penetapan Wilayah Sungai.