Anda di halaman 1dari 72

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar, air pada umumnya
berasal dari air hujan, mata air, air tanah, dan air permukaan sungai. Air tersebut dapat
dimanfaatkan untuk irigasi pertanian, bahan baku air bersih, dan lain-lain.
Kebutuhan air saat ini dari segi kualitas maupun kuantitas menjadi bertambah dan
meningkat, sedangkan cadangan air yang ada saat ini sangat terbatas. Adanya
peningkatan kebutuhan air untuk kebutuhan sehari-hari dan irigasi memerlukan banyak
pengembangan sumber air untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan dan
ketersediaan air.
Pengembangan sumber daya air didefinisikan sebagai aplikasi cara struktural dan
non-struktural untuk mengendalikan, mengolah sumber daya air agar memberikan
manfaat bagi mahluk hidup dan manfaat untuk tujuan-tujuan lingkungan. Cara
nonstuktural adalah program-program pengendalian dan pengolahan sumber daya air
yang tidak membutuhkan fasilitas-fasilitas yang harus dibangun, sedangkan cara
structural adalah program-program pengendalian dan pengolahan sumber daya air dengan
membangun fasilitas yang dibutuhkan.
Untuk menaikan permukaan air sungai agar air sungai dapat dialirkan ke daerah
dialirkan ke daerah irigasi, perlu dibuat bendung. Bendung terbagi 2 macam. Ada
bendung tetap dan bendung
Air merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar, air pada umumnya berasal dari
air hujan, mata air, air tanah, dan air permukaan sungai. Air tersebut dapat dimanfaatkan
untuk irigasi pertanian, bahan baku air bersih, dan lain-lain.
Kebutuhan air saat ini dari segi kualitas maupun kuantitas menjadi bertambah dan
meningkat, sedangkan cadangan air yang ada saat ini sangat terbatas. Adanya
peningkatan kebutuhan air untuk kebutuhan sehari-hari dan irigasi memerlukan banyak
pengembangan sumber air untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan dan
ketersediaan air.
Untuk itu dalam laporan ini akan dibahas tentang perencanaan pembuatan
bendung tetap dengan judul Perencanaan Hidrolis Bendung.

Zaky Prawira (1103614)

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

1.2.

Tujuan
Tujuan secara umum dari laporan tugas besar ini adalah untuk mengetahui secara

jelas tentang Perencanaan Hidrolis Bendung untuk meningkatkan pemahaman teknik


irigasi pada mahasiswa teknik sipil.
Adapun tujuan khusus dari laporan tugas ini adalah.untuk mengetahui tahapan
perencanaan hidrolis bendung tetap dengan baik dan benar termasuk syarat-syarat apa
saja yang harus dipenuhi.
1.3. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN : Dalam bab ini dibahas mengenai latar belakang,
maksud dan tujuan, serta sistematika penulisan.
BAB II STUDI PUSTAKA: Dalam bab ini dibahas mengenai teori-teori yang
akan digunakan dalam perencanaan.
BAB III METODE PERENCANAAN: Dalam bab ini akan dibahas deskripsi
lokasi perencanaan dan tahapan desain perencanaan hidraulis,
BAB IV DESAIN PERENCANAAN HIDRAULIS BENDUNG : Dalam bab
ini akan dilakukan prosedur perencanaan
BAB V KESIMPULAN : Pada bab ini berisi kesimpulan mengenai hasil
perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Zaky Prawira (1103614)

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1. Pemilihan Lokasi dan Jenis Embung
1. Pemilihan Lokasi
Dalam pemilihan bendung hendaknya dipilih lokasi yang paling
menguntungkan dari beberapa segi. Misalnya dilihat dari segi perencanaan,
pengamatan bendung, pelaksanaan, pengoperasian, dampak pembangunan dan
sebagainya. Selain itu dipertimbangkan pula atas beberapa pengalaman dalam
memilih lokasi bendung ditetapkan berdasarkan persyaratan yang dominan.
Pemilihan lokasi bendung agar dipertimbangkan pula terhadap pengaruh timbal
balik antara morfologi sungai dan bangunan lain yang ada dan akan dibangun.
Lokasi bendung dipilih atas pertimbangan beberapa aspek yaitu :
a. Keadaan topografi dari rencana daerah irigasi yang akan diairi.
b. Kondisi topografi dari lokasi bendung, harus mempertimbangkan
beberapa aspek yaitu :

Ketinggian bendung tidak terlalu tinggi, bila bendung dibangun


di palung sungai, maka sebaiknya ketinggian bendung dari dasar
sungai tidak lebih dari tujuh meter, sehingga tidak menyulitkan
pelaksanaannya.

Trace saluran induk terletak ditempat yang baik, misalnya


penggaliannya tidak terlalu dalam dan tanggul tidak terlalu
tinggi, untuk tidak menyulitkan pelaksaan, penggalian saluran
induk dibatasi sampai dengan kedalaman 8 meter, bila masalah
ini dijumpai maka sebaliknya lokasi bendung dipindah ktempat
lain, catatan untuk kedalaman saluran induk yang diijinkan
sampai tanah dasar cukup baik dan saluran tidak terlalu panjang.

Penempatan lokasi intake yang tepat dilihat dari segi hidraulik


dan angkutan sedimen, sehingga aliran ke intake tidak

Zaky Prawira (1103614)

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

mengalami gangguan dan angkutan sedimen yang akan masuk


ke intake juga dapat dihindari, untuk menjamin aliran lancer
masuk ke intake, salah satu syratnya, intake harus terletak di
tikungan luar aliran atau bagian sungai yang lurus dan harus
dihindari penemapatan intake di tikungan dalam aliran.
c. Kondisi hidraulik dan morfologi sungai di lokasi bendung, termasuk
angkutan sedimennya adalah faktor yang harus dipertimbangkan pula
dalam pemilihan lokasi bendung yang meliputi :

Pola aliran sungai, kecepatan, dan arahnya pada waktu debit


banjir, sedang dan kecil.

Kedalaman dan lebar muka air pada waktu debit banjir, sedang
dan kecil.

Tinggi muka air pada debit rencana.

Potensi dan distribusi angkutan sedimen.

Bila persyaratan di atas tidak terpenuhi maka dipertimbangkan


pembangunan bendung di lokasi lain misalnya di sudetan sungai atau
dengan jalan membangun pengendalian sungai.
d. Kondisi tanah pondasi, bendung harus ditempatkan di lokasi dimana
tanah pondasinya cukup baik sehingga bangunan akan stabil. Faktor
lain yang harus dipertimbangkan pula yaitu potensi kegempaan, potensi
gerusan karena arus dan sebagainya, secara teknik bendung dapat
ditempatkan di lokasi sungai dengan tanah pondasi yang kurang baik,
tetapi bangunan akan membutuhkan biaya yang tinggi, peralatan yang
lengkap dan pelaksanaanya yang tidak mudah.
e. Biaya pelaksanaan beberapa alternative lokasi harus dipertimbangkan,
yang selanjutnya biaya pelaksanaan dapat ditentukan dan cara
pelaksanaannya, peralatan dan tenaga. Biasanya biaya pelaksanaan
ditentukan

berdasarkan

pertimbangan

terakhir.

Dari

beberapa

alternative lokasi ditinjau pula dari segi biaya yang paling murah dan

Zaky Prawira (1103614)

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

pelaksanaan yang tidak terlalu sulit.


f. Faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan dalam memilih lokasi
bendung yaitu penggunaaan lahan di sekitar bendung, kemungkinan
pengembangan daerah di sekitar bendung, perubahan morfologi sungai,
derah genangan yang tidak tidak terlalu luas dan ketinggian tanggul
banjir.
2. Penentuan Jenis Bendung
a. Bendung Tetap
Bendung tetap adalah jenis bendung yang tinggi pembendungannnya
tidak dapat diubah sehingga muka air dihulu bendung tidak dapat
diatur sesuai yang dikehendaki.
Berdasarkan ambangnya, bendung tetap dibedakan menjadi 2, yaitu :
Ambang tetap yang lurus dari tepi ke tepi kanan sungai: as ambang
tersebut berupa garis lurus yang menghubungkan dua titik tepi sungai
Ambang tetap yang berbelok-belok seperti gigi gergaji: diperlukan
bila panjanh ambang tidak mencukupi dan biasanya untuk sungai
dengan lebar yang kecil tetapi debit airnya besar dna disarankan
dipakai pada saluran, dengan syarat :
Debit relative stabil
Tidakmembawa material terapung berupa atang batang pohon
Efektivitas panjang bendung gergaji terbatas pada kedalaman air
pelimpasan tertentu.
b. Bendung Gerak
Bendung gerak adalah jenis bendung yang tinggi pembendungannya
dapat diubah sesuai dengan yang dikehendaki
Tipe bendung gerak berdasarkan pintu-pintunya :

Pintu geser atau sorong: banyak digunakan untuk lebar dan tinggi

Zaky Prawira (1103614)

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

bukaan yang kecil dan sedang

Pintu radial: daun pintu berbentuk lengkung (busur)dengan lengan


pintu yang sendinya tertanam ditembok sayap atau pilar, alat
penggerak pintu dapat pula dilakukan secara hidrolik dengan peralatan
pendorong dan penarik mekanik yang tertanam pada tembok sayap
atau pilar.

c. Pemilihan Tipe Bendung


Pemilihan tipe bendung didasarkan pada pengaruh air balik akibat
pembendungan (back water)

Jika pengaruh air balik akibat pembendungan tersebut berdampak


pada daerah yang tidak terlalu luas (missal didaerah hulu) maka
bendung tetap merupakan pilihan yang tepat

Jika pengaruh air balik akibat pembendungan tersebut berdampak


pada daerah yang luas maka dipilih bendung gerak.

Jika sungai mengangkut batu-batuan bongkahan pada saat banjir,


maka peredam energy yang sesuai adalah tipe bak tenggelam. Bagian
hulu muka pelimpah direncanakan mempunyai kemiringan untuk
mengantisipasi agar batu-batu bongkahan dapat terangkut lewat atas
pelimpah, jika sungai tidak mengankut batu-batuan pada saat banjir,
maka peredam energy sesuai tipe kolam olakan.

2.2. Perencanaan Bangunan Utama


1. Penggunaan Bahan Khusus
a. Lindungan Permukaan
Tipe dan ukuran sedimen yang diangkut oleh sungai akan mempengaruhi
pemilihan bahan yang akan dipakai untuk membuat permukaan bangunan
yang langsung bersentuhan dengan aliran air. Ada tiga tipe bahan yang bisa
dipakai untuk melindungi bangunan terhadap gerusan (abrasi), yakni:
Beton, jika direncana dengan baik dan dipakai di tempat yang benar,

Zaky Prawira (1103614)

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

merupakan bahan lindungan yang baik pula, beton yang dipakai untuk
lindungan permukaan sebaiknya mengandung agregat berukuran kecil,
bergradasi baik dan berkekuatan tinggi.
- Baja, kadang-kadang dipakai di tempat yang terkena hempasan berat
oleh air yang mengandung banyak sedimen. Khususnya blok halang di
kolam olak dan lantai tepat di bawah pintu dapat dilindungi dengan
pelat-pelat baja.
b. Lindungan dari Pasangan Batu Kosong
Pasangan batu kosong (rip-rap) dipakai sebagai selimut lindung bagi
tanah asli (dasar sungai) tepat di hilir bangunan. Batu yang dipakai untuk
pasangan batu kosong harus keras, padat dan awet, serta berberat jenis 2,4.
Panjang lindungan dari pasangan batu kosong sebaiknya diambil 4 kali
kedalaman lubang gerusan lokal, dihitung dengan rumus empiris. Rumus ini
adalah rumus empiris Lacey untuk menghitung kedalaman lubang gerusan:
R = 0,47

di mana: R = kedalaman gerusan dibawah permukaan air banjir, m


Q = debit, m3/dt
f = faktor lumpur Lacey
f = 1,76 Dm0,5
D m = Diameter nilai tengah (mean) untuk bahan jelek, mm
Untuk menghitung turbulensi dan aliran yang tidak stabil, R ditambah 1,5
nya lagi (data empiris).
Tebal lapisan pasangan batu kosong sebaiknya diambil 2 sampai 3 kali
d40, dicari dari kecepatan rata-rata aliran dengan bantuan Gambar 1.
Gambar 1 dapat dipakai untuk menentukan d40 dari campuran pasangan
batu kosong dari kecepatan rata-rata selama terjadi debit rencana di atas
ambang bangunan. d40 dari campuran berarti bahwa 60% dari campuran ini
sama diameternya atau lebih besar. Ukuran batu hendaknya hampir serupa
ke semua arah.

Zaky Prawira (1103614)

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

Gambar 1. Grafik perencanaan ukuran pasangan batu kosong


c. Filter
Filter (saringan) berfungsi mencegah hilangnya bahan dasar halus
melalui bangunan lindung. Filter harus ditempatkan antara pasangan batu
kosong dan tanah bawah atau antara pembuang dan tanah bawah. Ada tiga
tipe filter yang bisa dipakai:
filter kerikil-pasir yang digradasi
kain filter sintetis
ijuk.
Di sini akan dijelaskan pembagian butir filter. Kain filter sintetis makin
mudah didapat dan kalau direncanakan dengan baik bisa memberi
keuntungan-keuntungan ekonomis.
Mereka yang akan memakai kriteria ini dianjurkan untuk mempelajari
brosur perencanaan dari pabrik.
Penggunaan ijuk biasanya terbatas pada lubang pembuang di dinding
penahan. Pemakaiannya di bawah pasangan batu kosong dan pada
pembuang-pembuang besar, belum didukung oleh kepustakaan yang ada;

Zaky Prawira (1103614)

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

jadi sebaiknya tidak dipraktekan.

Gambar 2. Contoh filter antara pasangan batu kosong dan bahan asli (tanah
dasar)
Filter yang digradasi hendaknya direncana menurut aturan-aturan berikut :
1.) Kelulusan tanah (USBR, 1973) :
Perbandingan 5 40 seperti yang disebutkan di atas dirinci lagi sebagai
berikut:

butir bulat homogen (kerikil) 5 10

butir runcing homogen (pecahan kerikil, batu) 6 20

butir bergradasi baik 12 40

2.) Stabilitas, Perbandingan d15/d 85 (Bertram, 1940) :

butir bulat homogen (kerikil) 5 10

butir runcing homogen (pecahan kerikil, batu) 10 30

butir bergradasi baik 12 60

Agar filter tidak tersumbat, maka d5 harus sama atau lebih besar dari 0,75
mm untuk semua lapisan filter.

Tebal minimum untuk filter yang dibuat di bawah kondisi kering


adalah:

pasir, krikil halus 0,05 sampai 0,10 m

kerikil 0,10 sampai 0,20 m

batu 1,5 sampai 2 kali diameter batu yang lebih besar.

Bila filter harus ditempatkan di bawah air, maka harga-harga ini sebaiknya

Zaky Prawira (1103614)

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

ditambah 1,5 sampai 2 kali.


d. Bronjong
Bronjong dibuat di lapangan, berbentuk bak dari jala-jala kawat yang
diisi dengan batu yang cocok ukurannya. Matras jala-jala kawat ini
diperkuat dengan kawat-kawat besar atau baja tulangan pada ujungujungnya. Ukuran yang biasa adalah 2 m x 1 m x 0,5 m. Bak-bak yang
terpisah-pisah ini kemudian diikat bersama-sama untuk membentuk satu
konstruksi yang homogen.
Bronjong tidak boleh digunakan untuk bagian-bagian permanen dari
bangunan utama; bronjong hanya boleh dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan
pengatur sungai di hulu atau hilir bangunan bendung dari batu atau beton.
Keuntungan menggunakan bronjong adalah:
- kemungkinan membuat lindungan berat dengan batu-batu yang
berukuran lebih kecil dan lebih murah.
- fleksibilitas konstruksi tersebut untuk dapat mengikuti tinggi
permukaan yang terkena erosi.
Untuk mencegah agar tidak ada bahan pondasi yang hilang, di antara tanah
dasar dan lindungan dari bronjong harus selalu diberi filter yang memadai.
Ijuk adalah saringan yang baik dan dapat ditempatkan di bawah semua
bronjong.

Zaky Prawira (1103614)

10

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

Gambar 3 Detail Bronjong

2. Bahan Pondasi
Metode untuk menghitung besarnya daya dukung (bearing pressure) serta
harga-harga perkiraan diberikan dalam KP - 06 Parameter Bangunan.
Parameter bahan seperti sudut gesekan dalam dan kohesi untuk bahanbahan pondasi yang sering dijumpai, diberikan pada bersama-sama dengan
perkiraan daya dukung sebagai harga-harga teoritis untuk perhitunganperhitungan pendahuluan.

Zaky Prawira (1103614)

11

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

Tabel 1. Harga-harga perkiraan daya dukung yang diizinkan (British Standar Code
of Practice CP 2004)

Tabel 2 Sudut Gesekan dalam dan kohesi c

Bangunan bendung biasanya dibangun pada permukaan dasar yang keras


seperti batuan keras atau kerikil dan pasir yang dipadatkan dengan baik.
Dalam hal ini penurunan bangunan tidak menjadi masalah.
Jika bahan pondasi ini tidak dapat diperoleh, maka pondasi bangunan
harus direncana dengan memperhitungkan

gaya-gaya

sekunder

yang

ditimbulkan oleh penurunan yang tidak merata maupun risiko terjadinya erosi
bawah tanah (piping) akibat penurunan tersebut.
1. Perencanaan Mercu
a. Mercu Bulat
Bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisien debit yang
jatuh lebih tinggi dibandingkan dengan koefisien bendung ambang lebar.

Zaky Prawira (1103614)

12

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

Bendung akan memberikan banyak keuntungan bagi sungai, karena


bangunan ini akan mengurangi tinggi muka air hulu selama banjir. Harga
koefisien debit menjadi lebih tinggi, karena lengkung streamline dan
tekanan negative pada mercu.
Tekanan pada mercu adalah fungsi perbandingan antara HI dan r
(HI/r). untuk bendung dengan dua jari-jari (R2), jari-jari hilir akan
digunakan untuk menemkan harga koefisien debit.
Untuk menghindari bahaya kavitasi local, tekanan minimum pada
mercu bendung harus dibatasi sampai dengan -4m tekanan air, jika
bnagunan tersebut dari beton. Untuk konstruksi pasangan batu, tekanan
sub atmosfer sebaiknya dibatasi sampai dengan -1 m tekanan air.
Persamaan energy dan debit untuk bendung ambang pendek dengan
pengontrol segi empat adalah sebagai berikut :

Dimana

3. . .

= Debit (m3/dt)

Cd
g

= Koefisien debit ( Cd = C0 C1 C2 )
= Percepatan gravitasi ( 9,8 m/ dt2 )

= Bentang efektif bendung ( m )

H1

= Tinggi energi di atas ambang ( m )

C0

= Fungsi H1/ r

C1
C2

= Fungsi p/ H1
= Fungsi p/ H1 dan kemiringan muka hulu bendung

Zaky Prawira (1103614)

13

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

Gambar 4. Tipe Mercu bulat


Nilai koefisien debit (Cd) bendung tetap dengan mercu bulat adalah
hasil dari C0, C1 dan C2. Dimana:
Nilai C0 merupakan fungsi H1/r
Nilai C1 merupakan fungsi p/H1
Nilai C2 merupakan fungsi p/H1 dan kemiringan muka hulu
bendung
Nilai C0, C1 dan C2 diberikan dalam masing-masing grafik berikut.

Gambar 5. grafik koefisien debit

Pendekatan nilai-nilai hubungan H1/r dan C0 berdasarkan grafik diberikan


dalam tabel berikut

Zaky Prawira (1103614)

14

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

Tabel 3. nilai-nilai hubungan H1/r dan C0


H1/r

C0

0.50

1.05

1.00

1.17

2.00

1.33

3.00

1.41

4.00

1.46

5.00

1.49

Gambar 6 Grafik Hubungan P/H1dan C1


Pendekatan nilai-nilai hubungan p/H1 dan C1 berdasarkan grafik diberikan
dalam tabel berikut
Tabel 4. nilai nilai hubungan p/H1 dan C1

Zaky Prawira (1103614)

p/H1

C1

0.00

0.65

0.25

0.86

0.50

0.93

0.75

0.95

1.00

0.97

15

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

1.50

0.99

Gambar 7 Harga-harga koefisien C2 untuk bendung mercu tipe Ogee dengan


muka hulu melengkung
Pendekatan nilai-nilai hubungan p/H1 , dan kemiringan muka hulu
bendung dan C2 berdasarkan grafik diberikan dalam tabel berikut
Tabel 5 nilai-nilai hubungan p/H1 , dan kemiringan muka hulu bendung
C2
p/H1
1

0.667

0.333

0.25

1.030

1.025

1.008

0.50

1.012

1.017

1.005

0.75

1.004

1.010

1.004

1.00

0.998

1.006

1.002

1.50

0.993

1.000

1.000

0.00

b. Mercu Ogee
Mercu ogee berbentuk tirai luapan bawah dari bendung ambang tajam
(aerasi). Oleh karena itu, mercu tidak akan memberikan tekanan sub

Zaky Prawira (1103614)

16

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

atmosfer pada permukaan mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada


debit rencana. Untuk debit yang lebih rendah, air akan memberikan
tekanan ke bawah pada mercu.
Untuk merencanakan permukaan mercu Ogee bagian hilir, U.S. Army
Corps of Engineers telah mengembangkan persamaan berikut:
n

Y
1 X

hd K hd
di mana X dan Y adalah koordinat-koordinat permukaan hilir dan
hd adalah tinggi energi rencana di atas mecu.

Harga-harga K dan n adalah parameter yang diberikan dalam tabel


berikut.
Tabel 6 Harga K dan n

Dengan memasukkan nilai K dan n diperoleh persamaan untuk


masing-masing bentuk mercu.

Zaky Prawira (1103614)

17

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

Gambar 8 Mercu tipe Ogee

Bangunan hulu mercu bervariasi disesuaikan dengan kemiringan


permukaan hilir. Persamaan antara tinggi energy dan debit untuk bendung
ogee adalah :

Q = Debit (m /dt)

3. . .

Cd
g

= Koefisien debit ( Cd = C0 C1 C2 )
= Percepatan gravitasi ( 9,8 m/ dt2 )

= Bentang efektif bendung ( m )

H1

= Tinggi energi di atas ambang ( m )

C0

= Fungsi H1/ r

C1
C2

= Fungsi p/ H1
= Fungsi p/ H1 dan kemiringan muka hulu bendung

2.3. Perencanaan Bangunan Pengambil dan Pembilas


1. Bangunan Pengambilan
Pembilas pengambilan dilengkapi dengan pintu dan bagian depannya
terbuka untuk menjaga jika terjadi muka air tinggi selama banjir, besarnya bukaan
pintu bergantung kepada kecepatan aliran masuk yang diizinkan. Kecepatan ini
bergantung kepada ukuran butir bahan yang dapat diangkut.
Kapasitas pengambilan harus sekurang-kurangnya 120% dari kebutuhan

Zaky Prawira (1103614)

18

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

pengambilan (dimension requirement) guna menambah fleksibilitas dan agar


dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi selama umur proyek.
Rumus dibawah ini memberikan perkiraan kecepatan yang dimaksud:
32

di mana:

v : kecepatan rata-rata, m/dt


h : kedalaman air, m
d : diameter butir, m
Dalam kondisi biasa, rumus ini dapat disederhanakan menjadi:
v 10 d 0,5
Dengan kecepatan masuk sebesar 1,0 2,0 m/dt yang merupakan besaran
perencanaan normal, dapat diharapkan bahwa butir-butir berdiameter 0,01
sampai 0,04 m dapat masuk.

di mana:

Q=ba 2

Q = debit, m3/dt
= koefisiensi debit: untuk bukaan di bawah permukaan air dengan
kehilangan tinggi energi, = 0,80
b = lebar bukaan, m
a = tinggi bukaan, m
g = percepatan gravitasi, m/dt2 ( 9,8)
z = kehilangan tinggi energi pada bukaan, m
Bila pintu pengambilan dipasangi pintu radial, maka = 0,80 jika ujung
pintu bawah tenggelam 20 cm di bawah muka air hulu dan kehilangan energi
sekitar 10 cm.
Untuk yang tidak tenggelam, dapat dipakai rumus-rumus dan grafik-grafik
yang diberikan pada pasal 4.4.
Elevasi mercu bendung direncana 0,10 di atas elevasi pengambilan yang
dibutuhkan untuk mencegah kehilangan air pada bendung akibat gelombang.

Zaky Prawira (1103614)

19

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

Elevasi ambang bangunan pengambilan ditentukan dari tinggi dasar


sungai. Ambang direncana di atas dasar dengan ketentuan berikut:
- 0,50 m jika sungai hanya mengangkut lanau
- 1,00 m bila sungai juga mengangkut pasir dan kerikil
- 1,50 m kalau sungai mengangkut batu-batu bongkah.
Harga-harga itu hanya dipakai untuk pengambilan yang digabung dengan
pembilas terbuka; jika direncana pembilas bawah, maka kriteria ini tergantung
pada ukuran saluran pembilas bawah. Dalam hal ini umumnya ambang
pengambilan direncanakan 0 < p < 20 cm di atas ujung penutup saluran
pembilas bawah.
Bila pengambilan mempunyai bukaan lebih dari satu, maka pilar
sebaiknya dimundurkan untuk menciptakan kondisi aliran masuk yang lebih
mulus.
Pengambilan hendaknya selalu dilengkapi dengan sponeng skot balok di
kedua sisi pintu, agar pintu itu dapat dikeringkan untuk keperluan-keperluan
pemeliharaan dan perbaikan.
Guna mencegah masuknya benda-benda hanyut, puncak bukaan
direncanakan di bawah muka air hulu. Jika bukaan berada di atas muka air,
maka harus dipakai kisi-kisi penyaring. Kisi-kisi penyaring direncana dengan
rumus berikut:
Kehilangan tinggi energi melalui saringan adalah:
Hf =
Dimana :

c =

sin

Hf = kehilangan tinggi energy


v = kecepatan dating
g = percepatan gravitasi
c = koefisien yang bergantung kepada:
= faktor bentuk
s = tebal jeruji, m

Zaky Prawira (1103614)

20

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

L = panjang jeruji, m
b = jarak bersih antar jeruji b ( b > 50 mm), m
= sudut kemiringan dari horisontal, dalam derajat

Gambar 9 bentuk-bentuk Jeruji kisi-kisi penyaring dan harga-harga


2. Pintu Pengambilan
Pintu pengambilan berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk saluran
dan mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar ke dalam saluran. Pada
bendung, tempat pengambilan bisa terdiri dari dua buah, yaitu kanan dan kri,
dan bisa juga hanya sebuah tergantung dari letak daerah yang akan diari. Bila
tempat pengambilan dua buah menuntut adanya bangunan penguras dua buah
pula.

Kadang-kadang

bila

salah

satu

pengambilan

debitnya

kecil,

pengambilannya lewat gorong-gorong yang dibuat pada tubuh bendung.


Dengan demikian kita tidak perlu membuat 2 bangunan penguras, dan cukup
satu saja.
Biasanya pintu pengambilan adalah pintu sorong kayu sederhana (lihat
Gambar 2.10). Bila di daerah yang bersangkutan harga kayu mahal, maka dapat
dipakai baja.
Jika air di depan pintu sangat dalam, maka eksploitasi pintu sorong
mungkin sulit. Kalau demikian halnya, pintu radial atau segmen akan lebih
baik.

Zaky Prawira (1103614)

21

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

Gambar 10. tipe-tipe pintu pengambilan pintu sorong kayu dan baja

3. Pembilas
Lantai pembilas merupakan kantong tempat mengendapnya bahan-bahan
kasar di depan pembilas pengambilan. Sedimen yang terkumpul dapat dibilas
dengan jalan membuka pintu pembilas secara berkala guna menciptakan aliran
terkonsentrasi tepat di depan pengambilan.
Pengalaman yang diperoleh dari banyak bendung dan pembilas yang sudah
dibangun, telah menghasilkan beberapa pedoman menentukan lebar pembilas:
- lebar pembilas ditambah tebal pilar pembagi sebaiknya sama dengan 1/6
1/10 dari lebar bersih bendung (jarak antara pangkal-pangkalnya), untuk
sungai-sungai yang lebarnya kurang dari 100 m.
- lebar pembilas sebaiknya diambil 60% dari lebar total pengambilan
termasuk pilar-pilarnya.
Juga untuk panjang dinding pemisah, dapat diberikan harga empiris.
Dalam hal ini sudut a pada Gambar dibawah sebaiknya diambil sekitar 600
sampai 700.

Pintu pada pembilas dapat direncana dengan bagian depan terbuka atau
tertutup. Pintu dengan bagian depan terbuka memiliki keuntungan-keuntungan

Zaky Prawira (1103614)

22

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

berikut:
- ikut mengatur kapasitas debit bendung, karena air dapat mengalir melalui
pintu-pintu yang tertutup selama banjir.
- pembuangan benda-benda terapung lebih mudah, khususnya bila pintu
dibuat dalam dua bagian dan bagian atas dapat diturunkan
Kelemahan-kelemahannya:
- sedimen akan terangkut ke pembilas selama banjir; hal ini bisa
menimbulkan masalah, apalagi kalau sungai mengangkut banyak bongkah.
Bongkah-bongkah ini dapat menumpuk di depan pembilas dan sulit
disingkirkan.
- benda-benda hanyut bisa merusakkan pintu.
- karena debit di sungai lebih besar daripada debit di pengambilan, maka
air akan mengalir melalui pintu pembilas; dengan demikian kecepatan menjadi
lebih tinggi dan membawa lebih banyak sedimen.
Sekarang kebanyakan pembilas direncana dengan bagian depan tebuka.
Jika bongkah yang terangkut banyak, kadang-kadang lebih menguntungkan
untuk merencanakan pembilas samping (shunt sluice), lihat Gambar 2.13
Pembilas tipe ini terletak di luar bentang bersih bendung dan tidak menjadi
penghalang jika terjadi banjir.

Bagian atas pemisah berada di atas muka air selama pembilasan


berlangsung. Untuk menemukan elevasi ini, eksploitasi pembilas tersebut harus
dipelajari. Selama eksploitasi biasa dengan pintu pengambilan terbuka, pintu
pembilas secara berganti-ganti akan dibuka dan ditutup untuk mencegah
penyumbatan.
Pada waktu mulai banjir pintu pengambilan akan ditutup (tinggi muka air
sekitar 0,50 m sampai 1,0 m di atas mercu dan terus bertambah), pintu
pembilas akan dibiarkan tetap tertutup. Pada saat muka air surut kembali
menjadi 0,50 sampai 1,0 m di atas mercu dan terus menurun, pintu
pengambilan tetap tertutup dan pintu pembilas dibuka untuk menggelontor

Zaky Prawira (1103614)

23

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

sedimen.
Karena tidak ada air yang boleh mengalir di atas dinding pemisah selama
pembilasan (sebab aliran ini akan mengganggu), maka elevasi dinding tersebut
sebaiknya diambil 0,50 atau 1,0 m di atas tinggi mercu.
Jika pembilasan harus didasarkan pada debit tertentu di sungai yang masih
cukup untuk itu muka dinding pemisah, dapat ditentukan dari Gambar 2.14 .
Biasanya lantai pembilas pada pada kedalaman rata-rata sungai. Namun
demikian, jika hal ini berarti terlalu dekat dengan ambang pengambilan, maka
lantai itu dapat ditempatkan lebih rendah asal pembilasan dicek sehubungan
dengan muka air hilir (tinggi energi yang tersedia untuk menciptakan
kecepatan yang diperlukan).

a. Pembilas Bawah
Pembilas bawah direncana untuk mencegah masuknya angkutan
sedimen dasar fraksi pasir yang lebih kasar ke dalam pengambilan.
Mulut pembilas bawah ditempatkan di hulu pengambilan di mana
ujung penutup pembilas membagi air menjadi dua lapisan: lapisan atas
mengalir ke pengambilan dan lapisan bawah mengalir melalui saluran
pembilas bawah lewat bendung
Pintu di ujung pembilas bawah akan tetap terbuka selama aliran air
rendah pada musim kemarau pintu pembilas tetap ditutup agar air tidak
mengalir. Untuk membilas kandungan sedimen dan agar pintu tidak
tersumbat, pintu tersebut akan dibuka setiap hari selama kurang lebih 60
menit.
Apabila benda-benda hanyut mengganggu eksploitasi pintu pembilas
sebaiknya di pertimbangkan untuk membuat pembilas dengan dua buah
pintu, di mana pintu atas dapat diturunkan agar benda-benda hanyut dapat
lewat.
Jika kehilangan tinggi energi bangunan pembilas kecil, maka hanya
diperlukan satu pintu, dan jika dibuka pintu tersebut akan memberikan

Zaky Prawira (1103614)

24

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

kehilangan tinggi energi yang lebih besar di bangunan pembilas.


Bagian depan pembilas bawah biasanya direncana di bawah sudut
dengan bagian depan pengambilan.
Dimensi-dimensi dasar pembilas bawah adalah:
- tinggi saluran pembilas bawah hendaknya lebih besar dari 1,5 kali
diameter terbesar sedimen dasar di sungai
- tinggi saluran pembilas bawah sekurang-kurangnya 1,0 m,
- tinggi sebaiknya diambil 1/3 sampai 1/4 dari kedalaman air di depan
pengambilan selama debit normal.
Dimensi rata-rata dari pembilas bawah yang direncanakan dan
dibangun berkisar dari:
- 5 sampai 20 m untuk panjang saluran pembilas bawah
- 1 sampai 2 m untuk panjang tinggi saluran pembilas bawah
- 0,20 sampai 0,35 m untuk tebal beton bertulang.
Luas saluran pembilas bawah (lebar kali tinggi) harus sedemikian rupa
sehingga kecepatan minimum dapat dijaga (v = 1,0 1,5 m/dt). Tata letak
saluran pembilas bawah harus direncana dengan hati-hati untuk
menghindari sudut mati (dead corner) dengan kemungkinan terjadinya
sedimentasi atau terganggunya aliran.
Sifat tahan gerusan dari bahan dipakai untuk lining saluran pembilas
bawah membatasi kecepatan maximum yang diizinkan dalam saluran
bawah, tetapi kecepatan minimum bergantung kepada ukuran butir
sedimen yang akan dibiarkan tetap bergerak.
Karena adanya kemungkinan terjadinya pusaran udara, di bawah
penutup atas saluran pembilas bawah dapat terbentuk kavitasi, lihat
Gambar 5.8. Oleh karena itu, pelat baja bertulang harus dihitung
sehubungan dengan beton yang ditahannya
b. Pintu Bilas
Ada bermacam-macam pintu bilas yang bisa digunakan, yakni:
- satu pintu tanpa pelimpah (bagian depan tertutup, lihat Gambar 2.15

Zaky Prawira (1103614)

25

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

a)
- satu pintu dengan pelimpah (bagian depan terbuka, lihat Gambar
2.15 b)
- dua pintu, biasanya hanya dengan pelimpah (lihat Gambar 2.15 c)
- pintu radial dengan katup agar dapat membilas benda-benda
terapung (lihat Gambar 2.15 d)
Apabila selama banjir aliran air akan lewat di atas pintu, maka bagian
atas pintu harus direncana sedemikian rupa, sehingga tidak ada getaran dan
tirai luapannya harus diaerasi secukupnya. (lihat Gambar 5.14).
Dimensi kebutuhan aerasi dapat diperkirakan dengan pertolongan
rumus berikut:
,

Dimana :

= udara yang diperlukan untuk aerasi per m lebar pintu, m3/dt


qair

= debit di atas pintu, m3/dt.m

yp

= kedalaman air di atas tirai luapan, m

h1

= kedalaman air di atas pintu, m

Gambar 11. macam-macam pintu pembilas

Zaky Prawira (1103614)

26

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

2.4. Stabilitas
1. Gaya-Gaya yang Bekerja pada Bangunan
Gaya-gaya yang bekerja pada bangunan bendung dan mempunyai arti penting
dalam perencanaan adalah :
a. Tekanan air dalam dan luar
Gaya tekan air dapat dibagi menjadi gaya hidrostatik dan gaya
hidrodinamik. Tekanan hidrostatik adalah fungsi kedalaman di bawah
permukaan air. Tekanan air akan selalu bekerja tegak lurus terhadap muka
bangunan. Oleh sebab itu agar perhitungannya lebih mudah, gaya horisontal
dan vertikal dikerjakan secara terpisah.
Tekanan air dinamik jarang diperhitungkan untuk stabilitas bangunan
bendung dengan tinggi energi rendah.
Gaya tekan ke atas. Bangunan bendung mendapat tekanan air bukan
hanya pada permukaan luarnya, tetapi juga pada dasarnya dan dalam tubuh
bangunan itu. Gaya tekan ke atas, yakni istilah umum untuk tekanan air
dalam, menyebabkan berkurangnya berat efektif bangunan diatasnya.
Rumus gaya tekan ke atas untuk bangunan yang didirikan pada pondasi
batuan adalah :

di mana:

+ 1 2 ( )

c = proposi luas di mana tekanan hidrostatik bekerja (c = 1, untuk semua


tipe pondasi)
w = berat jenis air, kN/m3
h2 = kedalaman air hilir, m
= proposi tekanan (proportion of net head) diberikan
h1 = kedalaman air hulu, m
A = luas dasar, m2

Zaky Prawira (1103614)

27

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

Wu = gaya tekan ke atas resultante, kN

Tabel 7 harga-harga

Gaya tekan ke atas untuk bangunan pada permukaan tanah dasar


(subgrade) lebih rumit. Gaya angkat pada pondasi itu dapat ditemukan
dengan membuat jaringan aliran (flownet), atau dengan asumsi-asumsi yang
digunakan oleh Lane untuk teori angka rembesan (weighted creep theory).
Gaya tekan ke atas untuk bangunan pada permukaan tanah dasar
(subgrade) lebih rumit. Gaya angkat pada pondasi itu dapat ditemukan
dengan membuat jaringan aliran (flownet). Dalam hal ditemui kesulitan
berupa keterbatasan waktu pengerjaan dan tidak tersedianya perangkat lunak
untuk menganalisa jaringan aliran, maka perhitungan dengan asumsi-asumsi
yang digunakan oleh Lane untuk teori angka rembesan (weighted creep
theory) bisa diterapkan.
Jaringan aliran dapat dibuat dengan:
(1) plot dengan tangan
(2) analog listrik atau
(3) menggunakan metode numeris (numerical method) pada komputer.
Dalam metode analog listrik, aliran air melalui pondasi dibandingkan
dengan aliran listrik melalui medan listrik daya-antar konstan. Besarnya
voltase sesuai dengan tinggi piezometrik, daya-antar dengan kelulusan tanah
dan aliran listrik dengan kecepatan air .
Untuk pembuatan jaringan aliran bagi bangunan utama yang dijelaskan

Zaky Prawira (1103614)

28

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

disini, biasanya cukup diplot dengan tangan saja.

Gambar 12 gaya angkat pada pondasi bendung


Dalam bentuk rumus, ini berarti bahwa gaya angkat pada titik x di sepanjang
dasar bendung dapat dirumuskan sebagai berikut:
di mana:

Px = gaya angkat pada x, kg/m2


L = pnjang total bidang kontak bendung dan tanah bawah, m
Lx = jarak sepanjang bidang kontak dari hulu sampai x, m
H = beda tinggi energi, m
Hx = tinggi energi di hulu bendung, m
Dan di mana L dan Lx adalah jarak relatif yang dihitung menurut cara
Lane, bergantung kepada arah bidang tersebut. Bidang yang membentuk
sudut 450 atau lebih terhadap bidang horisontal, dianggap vertikal.

Zaky Prawira (1103614)

29

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

b. Tekanan Lumpur
Tekanan lumpur yang bekerja terhadap muka hulu bendung atau terhadap
pintu dapat dihitung sebagai berikut:
Ps =
di mana:
Ps : gaya yang terletak pada 2/3 kedalaman adri atas lumpur yang bekerja
secara horisontal
s : berat lumpur, kN
h : dalamnya lumpur, m
: sudut gesekan dalam, derajat.
Beberapa andaian/asumsi dapat dibuat seperti berikut:
=

di mana: s = berat volume kering tanah 16 kN/m3 ( 1.600 kgf/m3)


= berat volume butir = 2,65
menghasilkan s = 10 kN/m3 ( 1.000 kgf/m3)
Sudut gesekan dalam, yang bisa diandaikan 300 untuk kebanyakan hal,
menghasilkan:
Ps = 1,67 h2
c. Gaya Gempa
Harga-harga gaya gempa diberikan dalam bagian Parameter Bangunan.
Harga-harga tersebut didasarkan pada peta Indonesia yang menujukkan
berbagai

daerah

dan

risiko.

Faktor

minimum

yang

akan

dipertimbangkanadalah 0,1 g perapatan gravitasi sebagai harga percepatan.


Faktor ini hendaknya dipertimbangkan dengan cara mengalikannya dengan
massa bangunan sebagai gaya horisontal menuju ke arah yang paling tidak
aman, yakni arah hilir.

Zaky Prawira (1103614)

30

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

d. Berat Bangunan
Berat bangunan bergantung kepada bahan yang dipakai untuk membuat
bangunan itu.
Untuk tujuan-tujuan perencanaan pendahuluan, boleh dipakai harga-harga
berat volume di bawah ini.
pasangan batu 22 kN/m3 ( 2.200 kgf/m3)
beton tumbuk 23 kN/m3 ( 2.300 kgf/m3)
beton bertulang 24 kN/m3 ( 2.400 kgf/m3)
Berat volume beton tumbuk bergantung kepada berat volume agregat serta
ukuran maksimum kerikil yang digunakan.
Untuk ukuran maksimum agregat 150 mm dengan berat volume 2,65, berat
volumenya lebih dari 24 kN/m3 ( 2.400 kgf/m3).
e. Reaksi Pondasi
Reaksi pondasi boleh diandaikan berbentuk trapesium dan tersebar secara
linier.
Tekanan vertikal pondasi adalah:

dimana:

( )

( )

p = tekanan vertikal pondasi


(W) = keseluruhan gaya vertikal, termasuk tekanan ke atas, tetapi tidak
termasuk reaksi pondasi.
A = luas dasar, m2
e = eksentrisitas pembebanan, atau jarak dari pusat gravitasi dasar (base)
sampai titik potong resultante dengan dasar
I = momen kelembaban (moment of inertia) dasar di sekitar pusat gravitasi
m = jarak dari titik pusat luas dasar sampai ke titik dimana tekanan
dikehendaki .Untuk dasar segi empat dengan panjang dan lebar 1,0 m, I =
3/12 dan A = 1

Zaky Prawira (1103614)

31

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

BAB III
PERENCANAAN

3.1 Data Perencanaan

Data-data yang dibutuhkan untuk perencanaan adalah :

Peta Topografi

: P40 P83

Lokasi As bending

: P48

Debit Q1

: 11,6 m3/det

Debit Q100

: 53,4 m3/det

Jenis tanah dasar

: Lempung Sedang

Material hanyutan

: Lempung

Tinggi mercu (p)

: 2,75 m

Standar perencanaan yang digunakan berupa peraturan dan standar


yang telah ditetapkan secara nasional, seperti Kriteria Perencanaan Bagian
Perencanaan Bangunan Utama (KP-02).

Zaky Prawira (1103614)

32

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

3.2.Kemiringan Rata-Rata
Dalam mencari kemiringan rata-rata dilihat dari potongan memanjang
dalam pelaksanaan jaringan sumber air Citarum (Sapan - Nanjung). Data yang
dibutuhkan adalah data elevasi tanah eksisting dan panjang (L).

Tabel 8. Kemiringan rata-rata


Point

H (m)

H (m)

L (m)

L (m)

P40

653.07

0.07

1974.61

-49.72

-0.00141

P41

653

0.08

2024.33

-98.65

-0.00081

P42

652.99

-0.78

2073.26

-93.14

0.008374

P43

653.78

-0.9

2117.47

-94.34

0.00954

P44

653.89

-0.1

2167.6

-100.9

0.000991

P45

653.88

0.9

2218.37

-109.15

-0.00825

P46

652.99

0.21

2276.75

-109.61

-0.00192

P47

653.67

-1.01

2327.98

-101.55

0.009946

P48

654

-0.13

2378.3

-91.82

0.001416

P49

653.8

0.17

2419.8

-100.81

-0.00169

P50

653.83

-0.16

2479.11

-105

0.001524

P51

653.96

-0.12

2524.8

-91.91

0.001306

P52

653.95

0.01

2571.02

-94.64

-0.00011

P53

653.95

-0.05

2619.44

-97.53

0.000513

P54

654

-0.11

2668.55

-96.5

0.00114

P55

654.06

-0.02

2715.94

-92.23

0.000217

P56

654.02

0.06

2760.78

-91.63

-0.00065

P57

654

0.08

2807.57

-98.66

-0.00081

P58

653.94

0.07

2859.44

-95.5

-0.00073

P59

653.93

-0.13

2903.07

-92.92

0.001399

P60

654.07

-0.14

2952.36

-99.73

0.001404

P61

654.07

-0.07

3002.8

-107.13

0.000653

P62

654.14

-0.01

3059.49

-105.57

9.47E-05

P63

654.08

0.16

3108.37

-85.03

-0.00188

P64

653.98

0.11

3144.52

-96.23

-0.00114

P65

653.97

-0.01

3204.6

-113.62

8.8E-05

P66

653.99

-0.05

3258.14

-108.13

0.000462

P67

654.02

-0.1

3312.73

-113.14

0.000884

P68

654.09

-0.05

3371.28

-118.89

0.000421

P69

654.07

-0.05

3431.62

-109.78

0.000455

P70

654.14

-0.01

3481.06

-100.21

9.98E-05

Zaky Prawira (1103614)

33

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

P71

654.08

0.1

3531.83

-88.48

-0.00113

P72

654.04

-0.12

3569.54

-73.18

0.00164

P73

654.2

-0.11

3605.01

-82.48

0.001334

P74

654.15

0.08

3652.02

-88.02

-0.00091

P75

654.12

0.07

3693.03

-93.61

-0.00075

P76

654.08

-0.12

3745.63

-111.42

0.001077

P77

654.24

-0.14

3804.45

-114.91

0.001218

P78

654.22

0.1

3860.54

-111.73

-0.0009

P79

654.14

-0.04

3916.18

-103.25

0.000387

P80

654.26

-0.03

3963.79

-89.39

0.000336

P81

654.17

0.01

4005.57

-81.74

-0.00012

P82

654.25

-0.09

4045.53

-79.84

0.001127

P83

654.26

-0.01

4085.41

-39.88

0.000251

Average

0.00057

Rata-rata kemiringan yang didapat adalah 0,00057

3.3.Kurva Debit
Data yang diperlukan dalam tugas ini adalah ketinggian, luas, dan keliling
basah dari profil. Profil yang dipakai yaitu Point P48
Tabel 9. Data Profil

h (m) A (m2)
P (m)
R
0.5
4.1 13.239
0.309691
1
11.232 15.874
0.707572
1.5
20.696 23.813
0.869105
2
34.445 31.384
1.097534
2.5
50.6 33.304
1.519337
3
67.13
35.34
1.899547

Zaky Prawira (1103614)

P48
K n
V (m/det)
Q (m3/det)
35
0.028571
0.382624
1.56876
35
0.028571
0.663743
7.45516
35
0.028571
0.761262
15.75508
35
0.028571
0.889402
30.63544
35
0.028571
1.104728
55.89924
35
0.028571
1.282092
86.06687

34

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

Didapat kurva sebagai berikut :

Kurva Q VS H Point P48


3.5
3
2.5
2
1.5

y = 0.4131x0.4513
R = 0.9978

1
0.5
0
0

20

40

60

80

100

Gambar 13. Kurva Q vs H 48


3.4.Lebar Rata-Rata (B)
Q1 = 11,6 m3/det
Nilai ketinggian (h) didapat dari interpolasi h dan Q dalam tabel kurva debit
dengan sesuaikan Q1. Didapat :
Tabel 10 . Lebar rata-rata
Point
P40
P41
P42
P43
P44
P45
P46
P47
P48
P49
P50
P51
P52
P53
P54
P55

h (m)
1.786
1.599
1.445
1.214
1.701
2.007
1.132
0.910
1.250
1.315
1.749
1.675
1.592
1.667
1.820
1.770

Zaky Prawira (1103614)

B (m)
21.07
19.91
21.93
26.44
16.34
16.76
30.66
30.37
21.59
17.14
15.81
16.83
16.95
14.57
14.47
21.41

Point
P62
P63
P64
P65
P66
P67
P68
P69
P70
P71
P72
P73
P74
P75
P76
P77

h (m)
0.904
1.331
1.004
1.632
1.580
1.855
1.080
1.559
1.928
1.964
1.821
0.956
1.319
2.343
2.390
1.221

B (m)
34.17
20.17
24.83
15.3
14.58
20.14
36.35
20.18
15.39
12.1
13.61
31.68
19.72
12.32
17.63
33.26

35

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

P56
P57
P58
P59
P60
P61

0.894
0.912
0.937
0.907
0.844
0.951

30.62
30.1
29.95
31.38
32.85
36.47

P78
P79
P80
P81
P82
P83

1.444
1.526
1.514
1.673
1.843
0.866

27.69
13.84
12.78
13.05
13.74
25.23

Didapat B rata-rata = 21,85 m

3.5.Lebar Efektif Bendung


Lebar efektif bendung :
Dimana :

Be = B -2 (n.Kp+Ka). H1

Be

= Lebar efektif bendung

= Lebar bendung (Lebar total lebar pilar)

= Jumlah pilar

Kp

= Koef. Konstraksi pilar

Ka

= Koef. Konstraksi pengkal bendung

H1

= Tinggi energi

Tabel 11. Harga koefisien konstraksi

Maka ditentukan :
B total

= 1 s/d 1,2 x B rata-rata

n (Jumlah Pilar)

= 2 buah

T (Panjang Pilar)

= 1,5 m

Kp

= 0,01

Zaky Prawira (1103614)

= 1 x 21,85

= 21,85 m

(minimal 1 buah)

36

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

Ka

= 0,1 lempung

Lebar Pilar

= 1,5 m

= 2,75 m

Q100

= 53,4 m3/det

Didapat

(Lebar 1 s/d 1,5 m)

: Be = B -2 (n.Kp+Ka). H1
Be = 18,85 2 (2. 0,01 + 0,1). H1
Be = 18,85 0,24 H1 .......... Mencari H1

Dilakukan Trial and Error, sebagai berikut :


B

= Btotal (n x B pilar) = 21,85 (2x 1,5) = 18,85 m

He = H1

= 1,192 m

Be

= 18,85 0,24 .1,192 = 18,563 m

Q100

= 53,4 m3/det

= Q100 / Be

= 9,81 m2/det

v=

Ha =

( ,
,

....Trial (3,5-4,5 Max , dibawah 3,5 boleh)

= 53,4 / 18,563 = 2,877 m3/det

= 0,729

= 0,0271

q
Hc =
g

Hd = He Ha = 1,192 0,0271

2,877
=
9,81

= 0,945

= 1,165

P / Hd = 2,75/ 1,165

= 2,361

H1 / Hd = 1,192 / 1,165

= 1,023

Zaky Prawira (1103614)

37

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

P / H1 = 2,75 / 1,192

= 2,307

Dipakai bendung mercu Tipe Ogee :

Gambar 14. Faktor Koreksi untuk selain tinggi energi rencana pada bendung
mercu ogee

Gambar 15. Harga-harga koefisien C2 untuk bendung mercu tipe Ogee dengan
muka hulu melengkung.

Zaky Prawira (1103614)

38

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

Maka didapat :

C0

= 1,3

.....Konstant

C1

=1

.....Dari Gambar 4.

C2

= 0,998

.....Dari Gambar 4.

Cd

= C0 x C1 x C2 =

1,3 x 1 x 0,998

= Cd x 1,7048949

= 1,297 x 1,7048949 = 2,2119

He =

Q
C x Be

53,4
2,2119 x 18,563

He (Trial) = He ....... OK!!!!


Jadi , Lebar Efektif (Be)

1,297

= 1,192

= 18,563 m

3.6.Desain Mercu
Diketahui :
Upstream

=3:1

Downstream

=1:1

Hd

= 1,165 m

k = 1,936
Rumus :

n = 1,836
n

n-1

X = k.Hd .Y

Jadi persamaannya :
X1,836 = 1,936. 1,16511,836-1 . Y
Y

= X1,836 / 2,196

Untuk downstream 1:1, maka dy/dx = 1/1 = 1


Y = X1,836 / 2,196
dy/dx = 1,836 . X0,836 / 2,196 = 1
1,836 . X0,836 = 2,196

Zaky Prawira (1103614)

39

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

Didapat :

X = 1,241
Y = 0,6758
Tabel 12. Koordinat Mercu
X

0
0.300484

0
0.05

0.43831
0.546627
0.639353
0.721978
0.797353
0.86719
0.93261
0.9944
1.053134
1.109248

0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
0.5
0.55

1.163083
0.6
1.21491
0.65
1.241
0.675805
1.264952
0.7
1.31339
0.75
1.360379
0.8
1.406049
0.85
1.45051
0.9
1.493861
1.536184
1.577554
1.618036
1.657689
1.696564
1.734708
1.772164
1.808969
1.845158
1.880764
1.915815
1.950337
1.984356

Zaky Prawira (1103614)

0.95
1
1.05
1.1
1.15
1.2
1.25
1.3
1.35
1.4
1.45
1.5
1.55
1.6

40

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

2.017895
2.050974
2.083612
2.115829
2.147641
2.179063
2.210111
2.240799
2.271139
2.301145
2.330826
2.360195
2.389262
2.418036
2.446526
2.474742
2.502692
2.530382
2.557822
2.585018
2.611977
2.638705
2.665208
2.691494
2.717566
2.743431
2.769093
2.794558
2.819831
2.844916
2.869817
2.894539
2.919085
2.943461

Zaky Prawira (1103614)

1.65
1.7
1.75
1.8
1.85
1.9
1.95
2
2.05
2.1
2.15
2.2
2.25
2.3
2.35
2.4
2.45
2.5
2.55
2.6
2.65
2.7
2.75
2.8
2.85
2.9
2.95
3
3.05
3.1
3.15
3.2
3.25
3.3

41

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

0.5

1.5

2.5

3.5

0.5

1.5

2.5

3.5

Gambar 16. Kurva Mercu Rencana

Gambar 17. Tipe Mercu Ogee 1 : 0,33

Zaky Prawira (1103614)

42

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

Untuk upstream tegak :


R = 0,68 Hd = 0,78 . 1,165= 0,792 m
Panjang tegak busur = 0,139 Hd = 0,139 . 1,165= 0,162 m
R = 0,21 Hd = 0,21 . 1,165 = 0,2446 m
Panjang tegak busur = 0,237 Hd = 0,237 . 1,165 = 0,276 m
Tinggi jagaan pangkal bendung (elevasi dinding bendung) biasanya 0,75 - 1,5
dari elevasi air yang terbendung Tinggi Jagaan = Hd+1,5 = 2,665 m
P = 2,75 m
Elevasi Dasar Sungai = 655,38 m
Elevasi dinding bending = 660,5 m
Cek : 660,5 658,13 2,75 = 1,21 m < 1,5 m ......... OK
Elevasi Mercu = 655,38 + 2,75 = 658,13 m

3.7.Desain Kolam Olakan


Diketahui :
Elevasi Mercu =
658,13 m
Hd =
1,165 m
He =
1,192 m
Elevasi Dasar sungai di hilir = 655,18 m
Elevasi MAB di hilir = 657,631 m
Tinggi Muka Air Banjir =
2,451 m
Ha = K =
0,271
Q100 =
53,4 m/det
B eff = 18,563 m
Elevasi ruang olak diambil =
654,8
Coba !!!!
Z = (Elev.Mercu +Hd) Elev.Ruang Olak
= (658,13+1,165) 654,8
=

9,81 5,781

V = 10,094 m

= 5,781 m
1,165

Tinggi muka air dikaki bending


Y1 = Q100 / (B.eff x V)

Zaky Prawira (1103614)

= 53,4 / (18,56 x 10,094) = 0,285 m

43

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

Kecepatan air sebenarnya


=

9,81 (5,781 0,0271) 0,285 = 10,404

Bilangan Froud

1 = 10,404 / 9,81 0,285 = 6,225

Dipakai USBR III karena F1 > 4,5

Tinggi Rating Jump


2 1
=
1 2

1 + 8 (6,225 ) 1 = 8,318

Y2 = 8,318 / 0,285 = 2,371 m


Tinggi Tail Water
Y2

= Elev.MAB hilir Elev.Ruang Olak


= 657,631 654,8 = 2,831 m

Syarat Y2 > Y2 , maka 2,831 m > 2,371

OK

Untuk USBR III didapat :


h1 = d1 = 0,285 m ambil 0,3 m
s1 = d1 = 0,285 m ambil 0,3 m
0,5 d1 = 0,5 x 0,285 = 0,142 m ambil 1,5 m

Zaky Prawira (1103614)

44

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

Panjang ruang olak dicari dengan grafis hubungan antara F1 dengan L/D2
untuk Chute blocks

L/D2 = 2,5
L = 2,5 x 2,371 = 5,9266 m ambil 6 m
0,8 D2 = 0,8 x 5,9266 m = 2,371 ambil 2,4 m

Mencari h3 dan h4 untuk buffle blocks dan end sill

Baffle Blocks
h3/d1 = 1,72
h3 = 0,4901 m
s3 = 0,775 h3 = 0,775 x 0,4901 = 0,368 m
a3 = s3 = 0,368 m
0,375 h3 = 0,375 x 0,4901 = 0,184 m

Zaky Prawira (1103614)

45

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

0,2 h3 = 0,2 x 0,4901 = 0,098 m ambil 0,1 m


End Sill
h4/d1 = 1,35
h4 = 0,385 m ambil 0,4 m
0,2 h4 = 0,2 x 0,385 = 0,077 m ambil 0,08 m
2 h4 = 2 x 0,385 m 0,77 m ambil 0,8 m

3.8.Perencanaan Saluran Intake


Didalam perhitungan debit yang melalui pintu pengambilan bendung konvensinal
ditetapkan hal-hal sebagai berikut :
Elevasi mercu bendung

= 658,13 m

Debit untuk irigasi (Qu)

= 0,4434 m3/sec

Debit untuk pengurasan kantong lumpur (Qp)


Untuk keperluan-keperluan perencanaan, debit pembilasan diambil 20 % lebih
besar dari debit normal pengambilan (KP-02, 1986).
Qp

= 1,2 . Qu
= 1,2 . 0,4434
= 0,5321 m3/det

Lebar pintu pengambilan ditentukan (bi) 2 buah (lebar pintu exiting)


Lebar = 0,6 m
Koefisien kontraksi di pintu pengambilan ()

= 0,8

beda elevasi permukaan air di hulu dan di hilir pintu pengambilan bendung
z

= 0,2 m kisaran 0,15 0,3

Zaky Prawira (1103614)

46

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

gravitasi (g)

= 9,81 m/sec

besarnya debit Qp adalah


= . . . 2 . .

Dimana hi adalah tinggi bukaan pintu pengambilan maksimum. Maka :


=
=

. . 2.

0,5321

0,8 . 0,6 . 2 . 9,81 . 0,2

hi = 0,5599 m

diambil setinggi 0,6 m


Qp

= 0,8 . 0,6 . 0,6 . (2 .9.81. 0,2)0,5


= 0,570 m3/det

Cek tersedia bukaan ( hi atau a )


Tebal plat

= 0,2 m

= 0,2 m

= 0,6 m

= 0,2 m

= 0,05 m

= 0,1 m

Tersedia

= 0,2 + 0,2 + 0,6 + 0,2 +0,05 +0,1 = 1,35 m < P =2,75 m .... ok

Zaky Prawira (1103614)

47

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

3.9.Perencanaan Pembilas
Pengalaman yang diperoleh dari banyak bendung dan pembilas yang sudah
dibangun, telah menghasilkan beberapa pedoman menentukan lebar pembilas:
- lebar pembilas ditambah tebal pilar pembagi sebaiknya sama dengan 1/6 1/10
dari lebar bersih bendung (jarak antara pangkal-pangkalnya), untuk sungai-sungai
yang lebarnya kurang dari 100 m.
- lebar pembilas sebaiknya diambil 60% dari lebar total pengambilan termasuk
pilar-pilarnya.
Juga untuk panjang dinding pemisah, dapat diberikan harga empiris. Dalam
hal ini sudut a pada Gambar 5.4 sebaiknya diambil sekitar 60o sampai 70o

Dimensi-dimensi dasar pembilas bawah adalah:


- tinggi saluran pembilas bawah hendaknya lebih besar dari 1,5 kali diameter
terbesar sedimen dasar di sungai
- tinggi saluran pembilas bawah sekurang-kurangnya 1,0 m,
- tinggi sebaiknya diambil 1/3 sampai 1/4 dari kedalaman air di depan
pengambilan selama debit normal.
Dimensi rata-rata dari pembilas bawah yang direncanakan dan dibangun
berkisar dari:
- 5 sampai 20 m untuk panjang saluran pembilas bawah
- 1 sampai 2 m untuk panjang tinggi saluran pembilas bawah
- 0,20 sampai 0,35 m untuk tebal beton bertulang.
Luas saluran pembilas bawah (lebar kali tinggi) harus sedemikian rupa sehingga
kecepatan minimum dapat dijaga (v = 1,0 1,5 m/dt). Tata letak saluran pembilas
bawah harus direncana dengan hati-hati untuk menghindari sudut mati (dead
corner) dengan kemungkinan terjadinya sedimentasi atau terganggunya aliran.

Zaky Prawira (1103614)

48

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

Maka :
B total bendung

= 21,85 m

B pembilas

= 1/7 x B total = 1/7 x 21,85 = 3,1 m

B 1 Pembilas

= ( Btotal B pilar) /2 = (21,85 - 1,5) /2 = 1 m

Dimensi Dasar Pembilas


H saluran

= 1,5 m

L saluran

= 1/10 x B total = 1/10 x 21,85 = 2,18 m

Tebal pelat beton

= 0,2 m

Cek pada pintu dibuka setinggi mercu

=1

Hkr

=1m

Hkr = 0,5 m
Qn

= 1 x 3,1 x 1 x (2 x 9,81 x 0,5 )0,5 = 9,78 m3/det

= (b + m.h) . h = (3,1 + 1x1,5) x 1,5 = 6,932 m2

= b + 2 x h x (1+m2)0,5 = 3,1 + 2 x 1,5 x (1+12)0,5 = 7,364 m

= A/P = 6,932 m2 / 7,364 m = 0,941 m

= Qn/A

= 9,78 m3/det / 6,932 m2 = 1,41 m/det < 1,5 m/det ....OK

Zaky Prawira (1103614)

49

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

Cek pada pintu dibuka setinggi undersluice

= 0,75 x 2 x 1 x 1,5 x (2 x 9,81 x( 2,75- x1,5)0,5 = 2,579 m3/det

VC

= Q / A = 2,579 m3/det / 6,932 m2 = 0,372 m/det

= (Vc/1,5.3,2)2 = (0,372/1,5.3,2)2
3.10.

= 0,01615 m < 0,5 m (lanau) ... OK

Perhitungan Kurva Pengempangan

Diketahui :
n (Koef. Manning)

= 0,03

Q100

= 53,4 m3/sec

= 9,81 m /sec

So

= 0,00057 (pada perhitungan kurva debit)

P (tinggi mercu)

= 2,75 m

Hd

= 1,165 m

Tinggi air di hulu

= 3,91 m

h pada Q100

= 2,45 m

Proses perhitungan kurva pengempangan dilakukan menggunakan cara tabel

Zaky Prawira (1103614)

50

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

laris, sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :


Tabel 13. Perhitungan Kurva Pengempangan

h (m)
3.91
3.50
3.00
2.50
2.45

A (m2)
97.98
85.42
67.13
50.60
49.05

P (m)
38.85
37.90
36.14
34.28
33.10

R (m)
2.52
2.25
1.86
1.48
1.48

R2/3
1.85
1.72
1.51
1.30
1.30

V (m/s)
0.54
0.63
0.80
1.06
1.09

R4/3
3.43
2.96
2.28
1.68
1.69

E (m)
3.93
3.52
3.03
2.56
2.51

E (m)
0.00
0.41
0.49
0.48
0.05

Sf
0.0001
0.0001
0.0002
0.0005
0.0006

Sf/2
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000

So-Sf
0.001
0.001
0.000
0.000
0.000

x (m)
0.00
794.09
1066.43
1585.70
161.31

Keterangan :

Nilai h diambil pada perhitungan kurva debit.

Nilai A diambil pada perhitungan kurva debit.

Nilai P (tinggi mercu) diambil dari perhitungan kurva debit.

Mencari nilai R = A/P (m)

Mencari nilai V = Q100 / A (m/sec)

Mencari nilai

Mencari nilai

Mencari nilai x = (E2 E1) / (S0 Sf)

Mencari nilai x = x2 x1

=+
=

Sehingga dari perhitungan kurva pengempangan yang telah disajikan secara


tabelaris diatas, dibuat suatu kurva dengan memplotkan nilai h (sebagai
koordinat y) dan A (sebagai koordinat X). maka diperoleh :

Zaky Prawira (1103614)

51

X (m)
0.00
794.09
1066.43
2652.13
2813.44

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

4.50
4.00
3.50
3.00

h (m)

2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00

3000.00

2500.00

2000.00

1500.00

1000.00

500.00

0.00

x (m)

Gambar 18. Kurva Pengempangan

3.11. Hidraulics Gradient


Pada saat air terbendung maka akan terjadi perbedaan tekanan antara hilir
dan udik bendung. Perbedaan ini akan menimbulkan adanya aliran di bawah
bendung. Lebih lebih bila tanah dasar bersifat tiris (Porous). Aliran air ini akan
menimbulkan tekanan pada butir-butir tanah dibawah bendung. Bila tekanan ini
cukup besar untuk mendesak butir-butir tanah, maka lama kelamaan akan timbul
penggerusan, terutama di ujung belakang bendung.
Rumus yang digunakan menggunakan berdasarkan Teori Lanes :
L = Lv + 1/3 LH
Dimana :
L

= panjang total creep

Lv

= panjang vertikal creep

LH

= panjang horizontal creep

Dalam desain perencanaan bendung ini diambil :

Zaky Prawira (1103614)

52

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

= 1,8 (

Tabel 14. Weighted Creep Ratio

Dimana :
L

= panjang total creep

= kehilangan tekanan (beda elevasi mercu dengan elevasi dasar

hilir)
Perhitungan :
a. Perhitungan dilakukan dengan kondisi tidak ada aliran sehingga :
Q

= 0 m3/sec (tidak ada aliran)

El. Mercu

= 658,13 m

El. End sill

= 655,2 m

= 2,9 m

Panjang rayapan seharusnya :

Zaky Prawira (1103614)

53

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

Lb > 1,8 x H
Lb > 1,8 . 2,9
Lb > 5,3015 m
Berdasarkan gambar rencana lantai muka yang telah di desain seperti
gambar dibawah ini :

Gambar 19. Rencana lantai udik

Lv

= 1+ 0,5 + 0,5 + 0,5 + 1 + 0,5 + 0,5 + 0,95 = 5,45 m

LH

= 1 + 1,27 + 1 + 2,5 + 1,54 + 5 + 1

Lp

= Lv + 1/3 LH

= 13,31 m

= 5,45 + 1/3 . 13,31


= 9,887 m
Jadi :
Lb yang dibutuhkan

= 5,3014 m

Lp hasil perhitungan

= 9,887 m

Lp = 9,887 m > Lb = 5,3014 mOK

Zaky Prawira (1103614)

54

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

b. Perhitungan dilakukan dengan kondisi muka air banjir sehingga :


Q

= 53,4 m3/ sec

= 2,945 m

Hd

= 1,165 m

= 4,11 m

Panjang rayapan seharusnya :


Lb > 1,8 x H
Lb > 1,8 . 4,11
Lb > 7,398 m
Jadi :
Lb yang dibutuhkan

= 7,398 m

Lp hasil perhitungan

= 9,887 m

Lp = 9,887 m > Lb = 7,398 m..OK

3.12. Stabilitas Bendung


Stabilitas bendung harus dicek pada dua macam kondisi, yaitu:

selama debit sungai rendah (muka air normal); dan

selama terjadi banjir rencana (muka air banjir).

Gaya-gaya yang bekerja pada tubuh bendung adalah:


a. Tekanan air
Gaya tekanan hidrostatis.
Tekanan hidrostatis, merupakan fungsi kedalaman di bawah permukaan
air. Tekanan air akan selalu bekerja tegak lurus terhadap muka bangunan.

Zaky Prawira (1103614)

55

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

Dimana:
W = w h2
Keterangan:
W = Gaya tekanan hidrostatis (ton);
w = Berat volume air (w = 1 t/m3); dan
h

= kedalaman air (m).

b. Tekanan tanah
Tekanan tanah, termasuk tekanan lumpur di dalamnya (sediment
pressure), bekerja secara horizontal terhadap bangunan bendung dan
dianggap sebagai tekanan tanah aktif. Dalam perhitungan diasumsikan
lumpur yang terjadi adalah setinggi mercu, sehingga kedalaman lumpur
dihitung dari elevasi mercu sampai elevasi paling bawah dari bendung.
Rumus yang digunakan adalah:

w
PS s
Ka h 2
2

dengan nilai:

Ka tan 2 45
2

Keterangan:
PS = tekanan tanah aktif (ton);
s = berat volume tanah/lumpur (s = 1,8 t/m2);
w = berat volume air (w = 1 t/m2);
Ka = koefisien tanah aktif;

Zaky Prawira (1103614)

56

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

= kedalaman tanah (m); dan

= sudut gesekan dalam yang tergantung dari jenis tanah .

c. Berat mati bendung (G)


Berat sendiri konstruksi atau berat mati bangunan bergantung kepada
material yang dipakai untuk membuat bangunan itu. Berat volume untuk:
pasangan batu

= 2,2 t/m2

beton tumbuk

= 2,3 t/m2

beton bertulang

= 2,4 t/m2

Rumus yang digunakan:


G=A
Keterangan:
G

= berat sendiri konstruksi (ton);

= luas penampang (m2); dan

= berat volume material (t/m2).

Dalam perencanaan ini digunakan material beton bertulang ( = 2,4 t/m2).

Gaya Gempa
Untuk bkonstruksu beton bertulang
T = 0,0731 x ( H mercu H Endsill)3/4 = 0,0731 x 3,33/4 = 0,18

Zaky Prawira (1103614)

57

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

Gambar 20 Peta Gempa Indonesia


Dari peta daerah gempa, dapat dihitung koefisien gempa (diambil daerah
Bandung Daerah 4)

Zaky Prawira (1103614)

58

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

Didapat
C = z = 0,65
ad = n (ac z)m
E =

ad
g

Keterangan:
= percepatan gempa rencana, (cm/dtk2);

ad

n,m = koefisien jenis tanah


(disini digunakan jenis tanah alluvium, n = 1,56, m = 0,89);
ac

= percepatan gempa dasar (160 cm/dtk2);

= faktor yang tergantung dari letak geografis (0,65);

= koefisien gempa bumi; dan

= percepatan gravitasi (9,81 m/dtk2).

Maka, nilai koefisien gempa:


ad

= 1,56 (160 0,65)0,89


= 97,338 cm/dtk2

97,338 cm / dtk 2
=
= 0,0993 0,1 ambil E = 0,1
981 cm / dtk 2

Untuk Gaya Gempa :


K=ExG

Zaky Prawira (1103614)

59

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

Tekanan tanah aktif (Pa)


Pa = H. Ka - 2C H Ka (ton/m)
Tekanan tanah pasif (Pp)
Pp = H. Kp + 2C H Kp (ton/m)
Gaya yang diakibatkan oleh tekanan lumpur yang diperhitungkan untuk
mengetahui sejauh mana tekanan lumpur yang ada terjadi pada tubuh bendung.
Endapan lumpur diperhitungkan setinggi mercu, tekanan lumpur yang bekerja
pada muka hulu pelimpah dapat dihitung sebagai berikut :

Dimana :
Ps = gaya yang terletak pada 1/2 kedalaman dari atas lumpur yang
bekerja secara normal
= sudut geser dalam (45)
s = berat jenis lumpur = 1,6 ton/m3
h = kedalaman lumpur (m) = 1,375 m

Zaky Prawira (1103614)

60

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

3.12.1 Stabilitas Normal

Gambar 21 Gaya-gaya pada debit sungai normal

Zaky Prawira (1103614)

61

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

Tabel 15. Upilft normal yang terjadi

Titik Garis

Uplift
Rembesan
LH
1/3 LH Lx

Lv

A
A-B
B-C

0.92

0 0.00 2.75

2.75

1 0.56 3.75

3.64

1.31 0.73 3.75

3.57

1.81 1.00 3.25

2.90

2.54 1.41 3.25

2.55

3.54 1.97 4.25

2.89

4.18 2.32 4.25

2.36

5.13 2.85

0.45

0.5

D
D-E

2.2

0.73

E
1

F
F-G

1.92

G
G-H

Px = H-H

0.31

E-F

C-D

0.64

0.95

3.3

Tabel 16 .Gaya Normal Vertikal dan Uplift


Gaya Vertikal
Profil A (m2) F (t)
L (m) M (t.m)
G1
0.921 -2.2104
4.58 -10.1236
G2
1.266 -3.0384
4.43 -13.4601
G3
2.675
-6.42
3.71 -23.8182
G4
0.95
-2.28
2.84
-6.4752
G5
2.56
-6.144
2.61 -16.0358
G6
1.847 -4.4328
1.28 -5.67398
G7
1.826 -4.3824
0.96
-4.2071
G8
0.045
-0.108
0.1
-0.0108
W1
1.226
-1.226
4.73 -5.79898
Jumlah
-30.242
-85.6039
Gaya Uplift
U1
3.3168 3.3168
4.58 15.19094
U2
5.9905 5.9905
3.02 18.09131
U3
5.045
5.045
0.96
4.8432
Jumlah
14.3523
38.12545

Zaky Prawira (1103614)

62

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

Tabel 17. Gaya Normal Horizontal


Gaya Total Horizontal
Profil A (m2) F (t)
L (m)
K1
0.921 0.22104
1
K2
1.266 0.30384 2.42
K3
2.675
0.642 2.63
K4
0.95
0.228 3.33
K5
2.56 0.6144 1.94
K6
1.847 0.44328 1.59
K7
1.826 0.43824 0.48
K8
0.045 0.0108 1.15
W2
3.78125 2.19
Pa
1.35 0.38
Pp
-2.815 0.32
s1
1.5125
1.8
Jumlah
6.73035

M (t.m)
0.22104
0.735293
1.68846
0.75924
1.191936
0.704815
0.210355
0.01242
8.280938
0.513
-0.9008
2.7225
16.1392

Mv

= Mvertikal + Muplift = -85,604 + 38,125 = -47,478 tm

Mh

= 16,139 tm

M total

= Mv + Mh = -47,478 + 16,139 = -31,339 tm

RV

= -44,592 ton

RH

= 6,73 ton

Zaky Prawira (1103614)

63

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

Kontrol Terhadap Guling

Sf = 47,478 / 16,139 = 2,94 > 1,5 .................Aman

Kontrol Terhadap Geser


S

=f

RV
R H Ep

Keterangan:
f

= koefisien gesek (f = 0,3 0,4 untuk tanah lempung)

= faktor keamanan (S = 1,5 )

= 0,3

= 1,988 > 1,5 OK

44,592
6,73

Kontrol terhadap daya dukung tanah


(a) Eksentrisitas
Eksentrisitas:

L M
e = O
2 RV
5,13 m - 31,3392 tm
e =


2 - 30,242 14,353t
e = 0,593 m

Zaky Prawira (1103614)

64

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

Dengan L adalah panjang telapak pondasi yang ditinjau = 5,13 m. Batas


maksimum eksentrisitas adalah:
esyarat =

1
1
L = 5,13 = 0,855 m
6
6

Karena eksentrisitas yang diperoleh e = 0,593m

1
L 0,855 m OK
6

(b) Tekanan tanah di bawah bendung.


6e

1 ............................................. (6.8)
L

Tekanan tanah:

RV
L

44,952 6 0,593
1

5,13
5,13

maks = 9,669 kN/m2


min = 7,931 kN/m2
Daya dukung tanah yang diizinkan untuk lempung adalah 15 kN/m2. Karena
tekanan tanah maksimum dan minimum lebih kecil dari daya dukung tanah yang
diizinkan, maka konstruksi bendung aman.

Zaky Prawira (1103614)

65

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

3.12.2 Stabilitas Kondisi Banjir

Gambar 22. Gaya-gaya pada debit sungai banjir

Zaky Prawira (1103614)

67

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

Taebl 18. Uplift Kondisi Banjir


uplift
Rembesan
LH 1/3 LH Lx

Titik Garis
Lv
A
A-B

B
B-C

0.92

D-E

2.2

1.31 0.726 4.92

4.735

1.81 1.004 4.42

4.067

2.54 1.411 4.42

3.721

3.54 1.967 5.42

4.063

4.18 2.322 5.42

3.528

5.13 2.850 4.47

1.620

0.733

E
1

F
F-G

1.92

G
G-H

4.812

0.5

E-F

1 0.556 4.92
0.307

C
C-D

H
H Px = H-H
0 0.000 3.92
3.920

0.64

0.95

Tabel 19. Gaya Vertikal dan Uplift Kondisi Banjir


Gaya Total Vertikal
Profil A (m2) F (t)
L (m) M (t.m)
G1
0.921 -2.2104 4.58 -10.1236
G2
1.266 -3.0384 4.43 -13.4601
G3
2.675
-6.42 3.71 -23.8182
G4
0.95
-2.28 2.84
-6.4752
G5
2.56
-6.144 2.61 -16.0358
G6
1.847 -4.4328 1.28 -5.67398
G7
1.826 -4.3824 0.96
-4.2071
G8
0.045
-0.108
0.1
-0.0108
W1
1.226
-1.226 4.73 -5.79898
W3
2.591
-2.591 3.93 -10.1826
W4
0.679
-0.679 2.42 -1.64318
W5
1.36
-1.36
2.2
-2.992
W6
1.395
-1.395 1.09 -1.52055
W7
1.354
-1.354 0.55
-0.7447
Jumlah
-37.621
-102.687

Zaky Prawira (1103614)

68

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

Gaya Uplift
U1
3.3168 3.3168 4.58 15.19094
U2
5.9905 5.9905 3.02 18.09131
U3
5.045
5.045 0.96
4.8432
Jumlah
14.3523
38.12545

Tabel 20 Gaya Horizontal Kondisi Banjir


Gaya Total Horizontal
Profil A (m2) F (t)
L (m) M (t.m)
K1
0.921
0.22104
1
0.22104
K2
1.266
0.30384 2.42
0.735293
K3
2.675
0.642 2.63
1.68846
K4
0.95
0.228 3.33
0.75924
K5
2.56
0.6144 1.94
1.191936
K6
1.847
0.44328 1.59
0.704815
K7
1.826
0.43824 0.48
0.210355
K8
0.045
0.0108 1.15
0.01242
W2
7.6832 2.81
21.58979
w4
-1.36125
1.5
-2.04188
Pa
1.35 0.38
0.513
Pp
-2.815 0.32
-0.9008
s1
3.07328 2.15
6.607552
Jumlah
10.83183
31.29123

Mv

= -64,562 tm

Mh

= 31,291 tm

M total

= -33,702 tm

RV

= -51,9733 ton

RH

= 10,831 ton

Zaky Prawira (1103614)

69

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

Kontrol Terhadap Guling

Sf = 64,562 / 31,291 =2,06 > 1,5 .................Aman

Kontrol Terhadap Geser


S

=f

RV
RH

Keterangan:
f

= koefisien gesek (f = 0,3-0,4 untuk tanah lempung)

= faktor keamanan (S = 1,5 )

= 0,4

= 1,919 > 1,5 OK

64,562
10,831

Kontrol terhadap daya dukung tanah


(a) Eksentrisitas
Eksentrisitas:

L Mv
e =
2 RV
- 64,562 tm

5,13 m
e =


2 - 37,621 14,3523t

Zaky Prawira (1103614)

70

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

e = 0,8514 m
Dengan L adalah panjang telapak pondasi yang ditinjau = 5,13 m. Batas
maksimum eksentrisitas adalah:
esyarat =

1
1
L = 5,13 = 0,855 m
6
6

Karena eksentrisitas yang diperoleh e = 0,8514 m

1
L 0,855 m OK
6

(b) Tekanan tanah di bawah bendung.


6e

1 ............................................. (6.8)
L

Tekanan tanah:

RV
L

51,973 6 0,855
1

5,13
5,13

maks = 8,153 kN/m2


min = 6,127 kN/m2
Daya dukung tanah yang diizinkan untuk lempung adalah 15 kN/m2. Karena
tekanan tanah maksimum dan minimum lebih kecil dari daya dukung tanah yang
diizinkan, maka konstruksi bendung aman.

Zaky Prawira (1103614)

71

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 2014

BAB IV
PENUTUP

4.1

Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah telah dilakukan dapat disimpulkan


bahwa :
1.

Tinggi Energi yang didapat pada bendung adalah sebesar 1,165 m, lebar
total sebesar 21,85 m dan lebar efektif sebesar 18,563 m

2.

Mercu yang digunakan adalah tipe ogee dengan perbandingan 1:0,33

3.

Dikarenakan sedimen pembawa pada bendung adalah lempung maka kolam


olak digunakan adalah tipe USBR III.

4.

Dimensi intake yang dipakai adalah lebar 1 m dan tinggi 0,6 m dengan
jumlah pintu sebanyak 1 buah

5.

Pintu pembilas menggunakan 2 buah pintu dan menggukanan under sluice.

6.

Air balik pada pengembangan sepanjang 2813,44 m

4.2

Saran

Dalam Perencanaan, sebaiknya peta situasi sungai dan peta situasi daerah
irigasi memiliki data yang berkaitan.

Zaky Prawira (1103614)

72

Anda mungkin juga menyukai