1
3. Maksud dan Tujuan
Maksud dari kajian ini adalah untuk merencanakan
rehabilitasi saluran induk jaringan irigasi DI. Cikembang kanan
sehingga dapat mengembalikan dan meningkatkan fungsi
jaringan kembali ke kondisi semula dan pengembangannya
sehingga dapat beroperasi secara optimal dan dapat mengairi
lebih luas lagi.
Tujuan dari perencanaan rehabilitasi saluran induk jaringan
irigasi DI. Cikembang Kanan adalah:
a. Mengetahui kondisi kerusakan pada saluran irigasi yang
menjadi penyebab optimalisasi fungsi saluran tersebeut
berkurang.
b. Mengetahui analisis kebutuhan air untuk perencanaan
saluran irigasi.
c. Merencanakan desain rehabilitasi saluran irigasi berdasarkan
analisis kebutuhan air dan bangunan bagi.
4. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam pembuatan Tugas Akhir ini adalah:
a. Analisis hidrologi dalam menentukan kebutuhan serta
ketersediaan air irigasi
b. Rencana dimensi saluran
c. Rencana dimensi bangunan bagi
d. Gambar rencana saluran yang akan di rehabilitasi
5. Lokasi
2
Pekerjaan dan Gambar 2. Lokasi pekerjaan. Skema jaringan irigasi DI.
Cikembang Kanan dapat dilihat pada Lampiran 1.
6. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dibutuhkan sebagai landasan teori yang
akan mendukung penyusunan Tugas Akhir. Di dalam tinjauan
pustaka terdapat teori-teori yang mendasari menghitung
stablitas lereng yang akan di bahas pada sub bab selanjutnya.
Teori-teori yang dibutuhkan untuk menghitung stabilitas lereng
adalah:
6.1 Lereng
Lereng adalah suatu permukaan tanah yang miring dengan sudut tertentu
terhadap bidang horizontal dan tidak dilindungi, kita namakan sebagai lereng yang
3
tak tertahankan (unresistaned slope). Lereng ini dapat terjadi secara alamiah atau
juga secara buatan. Permasalahan utama yang diamalami oleh lereng adalah
kelongsoran. Terzaghi (1950) membagi kelongsoran lereng :
Akibat pengaruh dalam, yaitu longsoran yang terjadi dengan tanpa
adanya perubahan luar atau gempa bumi
Akibat pengaruh luar, yaitu pengaruh yang menyebabkan bertambahnya
gaya geser tanpa adanya perubahan kuat geser tanah
Fs
D
dengan ;
= kekuatan geser rata-rata dari tanah
D
= kekuatan geser rata-rata yang bekerja sepanjang bidang longsor
Fs
= angka keamanan terhadap kekuatan tanah
Jaringan daari suatu daerah irigasi terdiri dari Petak Primer dan Petak
sekunder yang dilengkapi dengan suatu sistem saluran.
6.2 Bendung
Sesuai dengan Standar Tata Cara Perencanaan Umum Bendung, Bendung
adalah suatu bangunan air dengan kelengkapan yang dibangun melintang sesuai
atau sudetan yang sengaja dibuat untuk meninggikan taraf muka air atau untuk
mendapatkan tinggi terjun, sehingga air dapat disadap dan dialirkan secara
4
gravitasi ke tempat yang membutuhkannya. Sedangkan, bendung tetap adalah
bendung yang terdiri dari ambang tetap, sehingga muka air banjir tidak dapat
diatur elevasinya. Dibangun umumnya di sungai- sungai ruas hulu dan tengah.
Bendung berfungsi antara lain untuk meninggikan muka air, agar air sungai
dapat disadap sesuai dengan kebutuhan dan untuk mengendalikan aliran, angkutan
sedimen dan geometri sungai sehingga air dapat dimanfaatkan secara aman,
efektif, efisien dan optimal. Sesuai konstruksinya, bendung dapat dibedakan
menjadi bendung pelimpah dan bendung gerak. Untuk perencaaan ini akan
dibahas mengenai bendung pelimpah. Bendung pelimpah yang dibangun
melintang sungai, akan memberikan tinggi air minimum kepada bangunan intake
untuk keperluan irigasi. Merupakan penghalang selama terjadi banjir dan dapat
menyebabkan genangan di udik bendung.
Bendung pelimpah terdiri dari antara lain tubuh bendung dan mercu
bendung. Tubuh bendung merupakan ambang tetap yang berfungsi untuk
meninggikan taraf muka air sungai. Mercu bendung berfungsi untuk mengatur
tinggi air minimum, melewatkan debit banjir, dan untuk membatasi tinggi
genangan yang akan terjadi di hulu bendung. Nama bendung untuk penyebutan
suatu bendung yang biasanya diberi nama sama dengan nama sungai atau sama
dengan nama kampung atau desa disekitar
bendung tersebut.
6.3 Saluran
Saluran irigasi terbagi menjadi dua jenis menurut fungsinya yaitu saluran
pembawa dan saluran pembuang. Masing-masing terbagi menjadi beberapa
tingkatan saluran terdiri atas saluran primer, saluran tersier, dan saluran kuarter.
Secara umum perencanaannya sama, yaitu tergantung dari debit yang diangkut.
Sedangkan bedanya saluran pembawa berdasarkan kebutuhan irigasi, sedangkan
saluran pembuang berdasarkan debit banjir rendah.
Saluran irigasi primer/ induk umumnya bersifat permanen yang sudah
dibnagun oleh pemerintah melalui Dinas Pekerjaan Umum atau daerah setempat.
Saluran irigasi sekunder merupakan saluran untuk membawa air yang berasal dari
saluran primer yaitu bangunan sadap yang teruskan ke saluran kuarter yang akan
5
dialiri. Saluran kuarter membawa air dari box bagi box bagi kuarter melalui
bangunan sadap tersier atau parit sawah ke sawah.
Salah satu syarat untuk suatu daerah irigasi secara teknis, adalah bahwa air
harus dapat dibagi dan diukur dengan baik sesuai dengan kebutuhan masing-
masing petak. Untuk itu maka jaringan irigasi harus dilengkapi dengan bangunan-
bangunan pembagi. Secara umum bangunan ini dibagi menjadi dua macam, yaitu
Bangunan Bagi dan Bangunan Sadap.
Bangunan bagi adalah bangunan irigasi yang berfungsi membagi air dari
saluran induk ke saluran sekunder, atau dari saluran sekunder ke saluran sekunder
lain. Bangunan bagi terdiri dari pintu-pintu yang dengan teliti mengukur dan
mengatur air yang mengalir ke berbagai saluran. Salah satu dari pintu-pintu
bangunan bagi berfungsi sebagai pintu pengatur muka air, sedangkan pintu-pintu
sadap lainnya mengukur debit.
Bangunan sadap berfungsi membagi air dari saluran sekunder atau saluran
induk ke saluran tersier. Umumnya kapasitas pintu ukurnya berkisar antara 50
samapai dengan 250 l/dt. Bangunan sadap terdiri dari bangunan sadap sekunder,
tersier, dan kombinasi sistem proposional. Dalam suatu daerah irigasi digunakan
satu tipe bangunan sadap tersier, dan tidak dianjurkan untuk menggunakan
beberapa tipe, karena akan menyulitkan eksploitasi. Petak tersier dapat dialiri bila
tersedia air di saluran primer pada elevasi yang cukup tinggi untuk mengairi petak
tersebut.
Pintu Air
6
digunakan adalah pintu angkat tekan. Pintu pengatur yang
digunakan merupakan pintu pengatur tanpa alat ukur sehingga
agar pemakaian air tidak berlebihan maka dalam perencanaan
yang direncanakan adalah tinggi bukaannya agar dapat mengairi
luas areal yang akan diari. Gambar aliran dibawah pintu sorong
dengan dasar horizontal dapat dilihat pada Gambar. 3 aliran
dibawah pintu sorong dengan dasar horizontal.
Dimana:
Q = debit m3/dt
= koefisien debit
7
a = bukaan pintu (m)
6.5 Perencanaan
Perencanaan rehabilitasi saluran induk dilakukan dengan tahapan analisis
hidrologi, kapasitas saluran irigasi, kebutuhan air irigasi, ketersediaan air, dan
dimensi hidrolis.
8
Tingkat Kebutuhan Air Satuan
Sawah kebutuhan air sawah = NFR l/dt/ha
Petak Tersier kebutuhan air di bangunan sadap:
TOR = (NFR x A x 1) / et l/dt
Petak Sekunder kebutuhan air di bangunan bagi:
SOR = (TOR x 1) / es l/dt, m3/dt
Petak Primer kebutuhan di bangunan sadap utama *):
MOR = ( SOR + TORmc ) x 1 / ep l/dt, m3/dt
Bendung Kebutuhan Diversi:
DR = MORkiri + MORkanan m3/dt
Dimana:
NFR = Kebutuhan air sawah (l/dt/ha)
TOR = Kebutuhan air di bangunan sadap (l/dt)
SOR = Kebutuhan air di bangunan bagi (l/dt atau
m3/dt)
MOR = Kebutuhan air di bangunan sadap utama (l/dt
atau m3/dt)
DR = Kebutuhan Diversi (m3/dt)
A = Luas wilayah yang akan diairi (ha)
et = Efisiensi petak tersier
es = Efisiensi petak sekunder
ep = Efisiensi petak primer
TORmc = Kebutuhan air untuk bangunan sadap (peteak tersier)
disepanjang saluran primer (l/dt)
1. Penyiapan lahan
2. Penggunaan konsumtif
3. Perkolasi
4. Penggantian lapisan air
5. Curah hujan efektif
9
Secara umum besar kebutuhan air tersebut dapat dirumuskan sebagai
berikut:
a. Kebutuhan air di sawah untuk padi:
NFR = ETS + P + WLR Re
dimana,
ETS = penggunaan konsumtif (evapotranspirasi)
P = perkolasi
WLR = penggantian lapisan air
Re = curah hujan efektif
b. Kebutuhan air pengambilan / disumber:
NFR
DR
e
M .T
k
S
M = Eo + P
dimana,
IR = kebutuhan air irigasi (mm/hari)
M = kebutuhan air untuk mengganti / mengkompensasi kehilangan\
air akibat evapotranspirasi dan perkolasi di sawah yang sudah
dijenuhkan. (mm/hari)
e = efisiensi
k = konstanta
Eo = evapotranspirasi air terbuka yang diambil (mm/hari)
P = perkolasi (mm/hari)
T = jangka waktu penyiapan lahan (hari)
S = kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air (mm)
10
6.5.1.2.2 Evapotranspirasi dan Perkolasi
Faktor yang mempengaruhi evapotranpirasi antara lain temperatur,
kelembaban udara, penyinaran matahari, kecepatan angin, pelaksanaan pemberian
air, jenis tanaman, dan tahapan masa pertumbuhannya, presipitasi dsb.
Sedangakan Perkolasi dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah, permeabilitas,
tebal lapisan atas tanah, dan letak permukaan air tanah. Perhitungan
Evapotranspirasi dapat dilakukan dengan 2 perhitungan yang dimana untuk
mendapatkan pula nilai Perkolasi.
1. Cara Pendekatan
Rumus Penman modifikasi adalah sebagai berikut:
ETo = c . [ W.Rn + (1-W) . f(u) . (ea ed) ]
Langkah perhitungan sebelumnya,
ed = ea . H
f(u) = 0,27 (1+0,01 . U)
Rn = Rns - Rnl
Rnl = f(T) . f(ed) . f(n/N)
e
f(ed) = 0,34 0,04 d
f(n/N) = 0,1 + 0,9 (n/N)
Rs = (0,25 + 0,50 n/N) . Ra
dimana,
ETo = evapotranspirasi tanaman acuan (mm/hari).
c = faktor penyesuaian untuk mengkompensasi efek kondisi cuaca
siang dan malam.
W = faktor penyesuaian sehubungan dengan konisi temperatur.
Rn = radiasi netto sesuai dengan evaporasi ekivalen (mm/hari).
f(u) = fungsi yang berhubungan dengan kecepatan angin.
ea = tekanan uap jenuh (mbar).
(ea ed) = selisih antara tekanan uap jenuh pada temperatur udara rata-
rata dan tekanan uap udara rata-rata actual (mbar).
H = kelembaban udara.
U = kecepatan angin pada ketinggian 2 m diatas muka tanah
(km/hari).
Rns = radiasi gelombang pendek netto.
Rnl = radiasi gelompang panjang netto.
f(T) = efek temperatur terhadap radiasi gelombang panjang.
f(ed) = efek tekanan uap terhadap radiasi gelombang panjang.
f(n/N) = efek perbandingan penyinaran matahari actual dan maksimum.
= koefisien refleksi.
11
Harga koefisien tanaman padi dapat dilihat pada Tabel 2. Koefisien
Tanaman Padi dan tanaman palawija dapat dilihat pada Tabel 3. Koefisien
Tanaman Palawija.
12
6.5.1.2.5 Curah Hujan Efektif
Hujan efektif adalah curah hujan yang jatuh selama masa tanam yang dapat
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan air konsumtif bagi tanaman., curah
hujan efektif bulanan untuk irigasi padi diambil 70 % dari curah hujan minimum
tengah bulanan dengan periode ulang 5 tahun.
Re = 0,7 x 1/15 R(setengah bulan)
dimana,
Re = curah hujan efektif (mm/hari)
R(setengah ulan) = curah hujan minimum tengah bulanan dengan periode
ulang 5 tahun.
Untuk menentukan besar R80 dan R50 ini digunakan rumus probabilitas
Gumble, yaitu hubungan antara log Tr dan curah hujan yang dinyatakan sebagai
berikut:
N1
Tr
m
13
6.5.1.2.7 Perhitungan Kebutuhan Air di Sawah
Dalam menghitung besar kebutuhan air sepanjang tahun, tentukan terlebih
dahulu pola tanam yaitu pengaturan jadwal penanaman dan jenis tanaman yang
digunakan di daerah irigasi yang akan direhabilitasi atau dikembangkan.
Apabila semua faktor kebutuhan telah didapatkan, maka dapat dilakukan
perhitungan kebutuhan air sesuai dengan pola tanam yang direncanakan baik
untuk petak primer, sekunder maupun tersier.
14
ketersediaan air untuk mengairi sawah sebanyak 80% adalah R80. R20 dan R80
dapat dihitung dengan rumus:
1
x n1
R20 5
1
x n1
R80 2
15
Gambar. 4 Skema model Ketersediaan air dengan Metoda F. J. Mock.
16
Vn = Vn-1+[In x t]- (qn-1+qn) x t
Vn = K (Vn-1) + (1+K) x In
qn = 2aVn dengan t-1
dimana:
Vn = volume tersimpan pada periode n
Vn-1 = volume tersimpan pada periode n-1
qn = aliran pada periode n
qn-1 = aliran pada periode n-1
7. Menghitung aliran
qn = Dro + Bn
= Rn En In + Bn
Aliran dalam mm/ satuan luas
17
dianggap tetap. Dengan demikian rumus pengaliran yang digunakan adalah rumus
kontinuitas.
Q=FxV
dimana,
Q = debit (m3/dt).
F = luas penampang basah (m2).
V = kecepatan aliran (m/dt).
Kecepatan aliran dihitung dengan rumus strickler:
V = k . R2/3 . I1/2
A
R
P
18
Gambar 5. Gambar penampang saluran
7. Metodologi Perencanaan
Dalam perancangan rehabilitasi saluran induk kanan
jaringan irigasi DI. Cikembang ditentukan dengan dasar atau
kriteria-kriteria perencanaan. Sebagai bahan penunjang proses
perencanaan maka dilakukan kajian pustaka untuk menentukan
spesifikasi-spesifikasi yang dijadikan sebagai acuan
perencanaan.
Dalam perencanaan rehabilitasi jaringan irigasi dilakukan
langkah-langkah berupa pengumpulan data-data penunjang
laporan perancangan rehabilitasi, analisis data, dasar
perancangan rehabilitasi jaringan irigasi, pembuatan gambar
rencanadan evaluasi hasil perencanaan. Langkah-langkah
perencanaan rehabilitasi jaringan irigasi dapat dilihat pada
Gambar 6. Diagram alir perencanaan rehabilitasi jaringan
irigasi.
19
20
Gambar 6. Diagram alir perencanaan rehabilitasi jaringan irigasi
Dari diagram alir pada Gambar 6. Diagram alir
perencanaan rehabilitasi saluran induk dapat dijelaskan
mengenai langkah-langkah diagram alir tersebut. Langkah-
langkah tersebut adalah:
a) Identifikasi Masalah
Latar belakang perencanaan rehabilitasi saluran induk
adalah adanya masalah dalam saluran induk tersebut sehingga
diperlukan solusi untuk menyelesaikan masalah yang terdapat
pada saluran induk. Masalah yang terjadi diharapkan dapat
terselesaikan dengan baik dengan adanya perencanaan
rehabilitasi saluran induk.
b) Studi Literatur
Dalam perencanaan rehabilitasi saluran induk diperlukan
pengolahan data yang di dapat, untuk pengolahan data tersebut
diperlakukan sumber-sumber yang dapat membantu pengolahan
data tersebut. Sumber-sumber untuk pengolahan data tersebut
didapatkan dengan berbagai referensi yang harus dicari.
c) Pengumpulan Data
Data yang digunakan untuk merencanakan rehabilitasi
saluran induk diperolah dari instansi yang berhubungan erat
dengan jaringan irigasi, yaitu Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air
21
(PSDA). Data tersebut diperoleh dengan mengajukan surat
permohonan resmi permintaan data yang diperuntukkan untuk
Tugas Akhir.
d) Analisis Data
Data yang telah diperoleh dilakukan analisis serta diolah
sesuai kebutuhan yang akan digunakan untuk merencanakan
rehabilitasi saluran induk. Dari pengolah serta analisis data
diperoleh rencana rehabilitasi saluran induk.
e) Analisa Hidrologi
Dari data yang sudah diperoleh, data tersebut diolah sesuai
kebutuhan untuk memenuhi metoda yang akan digunakan dalam
perencanaan rehabilitasi. Dalam analisa hidrologi dilakukan
perhitungan kapasitas saluran irigasi, perhitungan kebutuhan air
irigasi, perhitungan ketersediaan air irigasi dan neraca air.
f) Perhitungan Kapasitas Saluran Irigasi
Perhitungan kapasitas saluran irigasi dilakukan untuk
mendapatkan besarnya debit yang harus/ dapat dialirkan melalui
saluran dengan aman. Kapasitas saluran tergantung besar
kebutuhan air untuk tanaman, luas daerah yang akan dialiri, dan
cara penanaman.
g) Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi
Perhitungan kebutuhan air irigasi dilakukan untuk
mendapatkan debit yang dibutuhkan untuk mengairi suatu
daerah irigasi. Kebutuhan air irigasi tergantung dari jenis dan
masa pertumbuhan tanaman.
h) Perhitungan Ketersediaan Air Irigasi
Perhitungan ketersediaan air irigasi dilakukan untuk
mengetahui besarnya debit air yang tersedia atau yang akan
dialirkan melalui saluran irigasi. Ketersediaan air dipengaruhi
oleh dua aspek, yaitu aspek kualitas air dan aspek kuantitas air.
Cara yang dilakukan untuk menghitung ketersediaan air irigasi
dilakukan dengan cara pendekatan, cara F. J. Mock, dan cara
NRECA. Namun yang digunakan adalah cara F. J. Mock.
i) Neraca Air
22
Perhitungan neraca air dilakukan untuk mengetahui luasan
daerah irigasi yang dikembangkan atau untuk mengetahui besar
debit yang dapat disediakan untuk mengairi lahan tersebut.
j) Perencanaan Saluran
Perencanaan saluran induk menghasilkan data dimensi
saluran dengan analisis kebutuhan air. Perencanaan saluran
induk ini disesuaikan dengan dimensi saluran yang dapat
menampung kapasitas debit air yang disalurkan.
k) Gambar Rencana
Setelah didapatkan dimensi saluran maka dibuatkan gambar
rencana saluran induk dengan potongan melintang dan potongan
memanjang.
8. Jadwal Pelaksanaan
Jadwal pelaksanaan Tugas Akhir dapat dilihat pada Lampiran
2. Jadwal pelaksanaan tugas akhir.
23
Nur, Diana Khalida dan Yulianti. 2014. Perencanaan Jaringan
Utama DI Ciramajaya Kabupaten Tasikmalaya. Politeknik
Negeri Bandung.
24