Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

           
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya

sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Dalam makalah ini saya membahas tentang teknik

Bendungan.

Makalah ini dibuat untuk memperdalam pengetahuan tentang bangunan air khususnya

Teknik Bendungan dan sekaligus sebagai tugas yang harus dipenuhi oleh mahasiswa mata

kuliah Mekanika fluida.

Demikian makalah ini dibuat, semoga bermanfaat.

Manikwari, November 2022

Winda Marisha

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………… 1

DAFTAR ISI ………………………………………………………… 2

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………… 3


1.1  Latar Belakang ………………………………………………………… 3
1.2  Tujuan Penulisan ………………………………………………………… 3
1.3  Permasalahan ………………………………………………………… 4

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………… 4


2.1 Pengertian Bendung ………………………………………………………… 4
2.2 Jenis-Jenis Bendung ………………………………………………………… 4
2.3 Pemilihan Lokasi Bendung ………………………………………………………… 5
2.4 Pemilihan Tipe Bedung ………………………………………………………… 7
2.5 Stabilitas Bendung ………………………………………………………… 7

BAB III PENUTUP ………………………………………………………… 8


3.1 Kesimpulan ………………………………………………………… 8
3.2 Saran ………………………………………………………… 8

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 9

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hampir di setiap wilayah Indonesia terdapat banyak sungai besar maupun kecil yang

menguasai hampir 80% hajat hidup masyarakat Indonesia, terutama petani sebagai basis

dasar negara Agraris. Kebutuhan akan ketersediaan air pada suatu daerah sangatlah perlu

diperhatikan dikarenakan air merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang tidak bisa

dipisahkan dari kehidupannya. Bendung adalah suatu bangunan yang dibuat dari pasangan

batu kali, bronjong atau beton, yang terletak melintang pada sebuah sungai yang tentu saja

bangunan ini dapat digunakan pula untuk kepentingan lain selain irigasi, seperti untuk

keperluan air minum, pembangkit listrik atau untuk penggelontoran suatu kota. Menurut

macamnya bendung dibagi dua, yaitu bendung tetap dan bendung sementara, bendung tetap

adalah bangunan yang sebagian besar konstruksi terdiri dari pintu yang dapat digerakkan

untuk mengatur ketinggian muka air sungai sedangkan bendung tidak tetap adalah bangunan

yang dipergunakan untuk meninggikan muka air di sungai, sampai pada ketinggian yang

diperlukan agar air dapat dialirkan ke saluran irigasi dan petak tersier.

1.2  Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberi gambaran tentang bendung serta

fungsinya di dalam kehidupan manusia.

1.3  Permasalahan

Adapun permasalahan yang diangkat pada makalah ini yaitu apa itu bendung, serta

fungsinya dalam kehidupan manusia?

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bendung

Bendung adalah bangunan melintang sungai yang berfungsi untuk meninggikan muka

air sungai agar bisa disadap. Bendung merupakan salah satu bagian dari bangunan utama.

Bangunan Utama adalah bangunan air (hydraulic structure) yang terdiri dari bagian-

bagian: bendung (weir structure), bangunan pengelak (diversion structure), bangunan

pengambilan (intake structure), bangunan pembilas (flushing structure) dan bangunan

kantong lumpur (sediment trap structure).

Fungsi utama dari bangunan utama/bendung adalah untuk meninggikan elevasi muka

air dari sungai yang dibendung sehingga air bisa disadap dan dialirkan ke saluran lewat

bangunan pengambilan (intake structure).

2.2  Jenis-Jenis Bendung

a.      Bendung tetap (fixed weir, uncontrolled weir)

Bendung tetap adalah jenis bendung yang tinggi pembendungannya tidak dapat

diubah, sehingga muka air di hulu bendung tidak dapat diatur sesuai yang dikehendaki.

Pada bendung tetap, elevasi muka air di hulu bendung berubah sesuai dengan debit

sungai yang sedang melimpas (muka air tidak bisa diatur naik ataupun turun). Bendung tetap

biasanya dibangun pada daerah hulu sungai. Pada daerah hulu sungai kebanyakan tebing-

tebing sungai relative lebih curam dari pada di daerah hilir. Pada saat kondisi banjir, maka

elevasi muka air di bendung tetap (fixed weir) yang dibangun di daerah hulu tidak meluber

kemana-mana (tidak membanjiri daerah yang luas) karena terkurung oleh tebing-tebingya

yang curam.

b.      Bendung gerak/bendung berpintu  (gated weir, barrage)

Bendung gerak adalah jenis bendung yang tinggi pembendungannya dapat diubah

sesuai dengan yang dikehendaki.


4
Pada bendung gerak, elevasi muka air di hulu bendung dapat dikendalikan naik atau

turun sesuai yang dikehendaki dengan membuka atau menutup pintu air (gate). Bendung

gerak biasanya dibangun pada daerah hilir sungai atau muara. Pada daerah hilir sungai atau

muara sungai kebanyakan tebing-tebing sungai relative lebih landai atau datar dari pada di

daerah hilir. Pada saat kondisi banjir, maka elevasi muka air sisi hulu bendung gerak yang

dibangun di daerah hilir bisa diturunkan dengan membuka pintu-pintu air (gate) sehingga air

tidak meluber kemana-mana (tidak membanjiri daerah yang luas) karena air akan mengalir

lewat pintu yang telah terbuka kea rah hilir (downstream).

2.3  Pemilihan Lokasi Bendung

Dalam pemilihan lokasi bendung hendaknya dipilih lokasi yang paling

menguntungkan dari beberapa segi. Misalnya dilihat dari segi perencanaan, pengamanan

bendung, pelksanaan, pengoperasian, dampak pembangunan dan sebagainya. Dari beberapa

pengalaman dalam memilih lokasi bendung, tidak semua persyaratan yang dibutuhkan dapat

terpenuhi. Sehingga lokasi bendung ditetapkan pada persyaratan yang dominan. Pemilihan

lokasi bendung didasarkan pada beberapa faktor, yaitu :

a.       Keadaan Topografi

         Dalam hal ini semua rencana daerah irigasi dapat terairi, sehingga harus dilihat elevasi

sawah tertinggi yang akan diari;

         Bila elevasi sawah tertinggi yang akan diairi telah diketahui maka elevasi mercu bendung

dapat ditetapkan;

         Dari kedua hal di atas, lokasi bendung dilihat dari segi topografi dapat diseleksi.

b.      Keadaan Hidrologi

         Dalam pembuatan bendung, yang patut diperhitungkan juga adalah faktor – faktor

hidrologinya, karena menentukan lebar dan panjang bendung serta tinggi bendung tergantung

pada debit rencana. Faktor – faktor yang diperhitungkan, yaitu masalah banjir rencana,

5
perhitungan debit rencana, curah hujan efektif, distribusi curah hujan, unit hidrograf, dan

banjir di site atau bendung.

c.      KondisiTopografi

Dilihat dari lokasi, bendung harus memperhatikan beberapa aspek, yaitu :

         Ketinggian bendung tidak terlalu tinggi; bila bendung dibangun di palung sungai, maka

sebaiknya ketinggian bendung dari dasar sungai tidak lebih dari tujuh meter, sehingga tidak

menyulitkan pelaksanaannya.

         Trase saluran induk terletak di tempat yang baik; misalnya penggaliannya tidak terlalu dalam

dan tanggul tidak terlalu tinggi – untuk tidak menyulitkan pelaksanaan, penggalian saluran

induk dibatasi sampai dengan kedalaman delapan meter.

         Penempatan lokasi intake yang tepat dilihat dari segi hidraulik dan angkutan sedimen;

sehingga aliran ke intake tidak mengalami gangguan dan angkutan sedimen yang akan masuk

ke intake juga dapat dihindari.

d.      Kondisi Hidraulik dan Morfologi

         Pola aliran sungai meliputi kecepatan dan arahnya pada waktu debit banjir, sedang dan kecil;

         Kedalaman dan lebar muka air pada waktu debit banjir, sedang dan kecil;

         Tinggi muka air pada debit banjir rencana;

         Potensi dan distribusi angkutan sedimen.

e.       Kondisi Tanah Pondasi

         Bendung harus ditempatkan di lokasi dimana tanah pondasinya cukup baik sehingga

bangunan akan stabil. Faktor lain yang harus dipertimbangkan pula yaitu potensi kegempaan

dan potensi gerusan karena arus dan sebagainya.

f.       Biaya Pelaksanaan

6
         Biaya pelaksanaan pembangunan bendung juga menjadi salah satu faktor penentu pemilihan

lokasi pembangunan bendung. Dari beberapa alternatif lokasi ditinjau pula dari segi biaya

yang paling murah dan pelaksanaan yang tidak terlalu sulit.

2.4 Pemilihan Tipe Bendung

Pemilihan tipe bendung ( bendung tetap ataupun bendung gerak) didasarkan pada

pengaruh air balik akibat pembendungan (back water). Jika pengaruh air balik akibat

pembendungan tersebut berdampak pada daerah yang luas maka bendung gerak (bendung

berpintu) merupakan pilihan yang tepat.

Jika pengaruh air balik akibat pembendungan tersebut berdampak pada daerah yang tidak

terlalu luas (misal di daerah hulu ) maka bendung tetap merupakan pilihan yang tepat.

Jika sungai mengangkut batu-batuan bongkahan pada saat banjir, maka peredam

energi yang sesuai adalah tipe bak tenggelam. Bagian hulu muka pelimpah direncanakan

mempunyai kemiringan untuk mengantisipasi agar batu-batu bongkah dapat terangkut lewat

di atas pelimpah. Jika sungai tidak mengangkut batu-batuan bongkahan pada saat banjir,

maka peredam energi yang sesuai adalah tipe kolam olakan (stilling basin).

2.5 Stabilitas Bendung

Stabilitas suatu bendung harus memenuhi syarat – syarat konstruksi dari bendung,

antara lain:

         Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu banjir

         Bendung harus dapat menahan bocoran yang disebabkan oleh aliran sungai dan aliran air

yang meresap di dalam tanah

         Bendung harus diperhitungkan terhadap daya dukung tanah di bawahnya

         Tinggi ambang bendung atau crest level harus dapat memenuhi tinggi muka air minimum

yang diperlukan untuk seluruh daerah irigasi

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bendung adalah bangunan melintang sungai yang berfungsi untuk meninggikan muka

air sungai agar bisa disadap. Bendung merupakan salah satu bagian dari bangunan utama.

Fungsi utama dari bangunan utama/bendung adalah untuk meninggikan elevasi muka air dari

sungai yang dibendung sehingga air bisa disadap dan dialirkan ke saluran lewat bangunan

pengambilan (intake structure). Bendung terdiri atas dua jenis yaitu, bendung tetap dan

bendung gerak. Dalam penentuan suatu bendung perlu dilihat pemilihan lokasi bendung yang

tepat.

3.2 Saran

Dalam perencanaan suatu bangunan air seperti bendung, perlu memperhatikan

pemilihan lokasi yang tepat berdasarkan faktor-faktor, seperti keadaan topografi, keadaan

hidrologi, kondisi topografi, kondisi hidraulik dan morfologi, kondisi tanah serta biaya

perencanaan. Selain itu, pemilihan tipe bendung yang tepat dan perlu memperhatikan

stabilitas bendung tersebut.

8
DAFTAR PUSTAKA

Erman Mawardi, Drs. Dipl. AIT. dan Moch. Memed, Ir. Dipl. HE. APU. 2010.

Desain Hidraulik Bendung Tetap. Bandung: CV. Alfabeta.

http//:www.google.com

http//:www.wikipedia.com

Anda mungkin juga menyukai