Manajemen
Konstruksi
Labor, Material and Equipment
Utilization
Abstract Kompetensi
Manajemen proyek yang baik dalam Mahasiswa mampu menjelaskan
konstruksi harus bisa menerapkan mengenai tenaga kerja, bahan material
efisiensi tenaga kerja, bahan dan dan peralatan dalam pelaksanaan
peralatan. Apa yang paling dibutuhkan proyek konstruksi serta dapat
melakukan perencanaan strategis dari
sekarang adalah perencanaan strategis
penggunaannya dalam hal
dalam peningkatan produktivitas tenaga pengurangan biaya.
kerja, manajemen bahan serta
penggunaan alat-alat konstruksi untuk
pengurangan biaya.
Manajemen proyek yang baik dalam konstruksi harus bisa menerapkan efisiensi
tenaga kerja, bahan dan peralatan. Peningkatan produktivitas tenaga kerja harus menjadi
perhatian besar dalam hal pengendalian biaya fasilitas yang dibangun. Penanganan
material, yang meliputi pengadaan, persediaan, fabrikasi dan servis lapangan, memerlukan
perhatian khusus untuk pengurangan biaya. Apa yang paling dibutuhkan sekarang adalah
perencanaan strategis dalam peningkatan produktivitas tenaga kerja, manajemen bahan
serta penggunaan alat-alat konstruksi untuk pengurangan biaya.
Tenaga Kerja
1. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan faktor penting pada pelaksanaan proyek konstruksi.
Didalam proyek konstruksi, produktivitas merupakan faktor kunci terhadap kesuksesan
suatu proyek.
Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penting dalam pelaksanaan suatu proyek
karena pengaruhnya yang cukup besar terhadap biaya dan waktu penyelesaian suatu
pekerjaan proyek. Tenaga kerja yang digunakan biasanya tidak merupakan perorangan
tetapi dalam bentuk kelompok pekerja yang terdiri dari pekerja biasa dan mandor di
lapangan yang melayaninya dalam berbagai perbandingan. Namun perlu diperhatikan juga
bahwa manusia merupakan sumber daya yang komplek dan sulit diprediksi sehingga
diperlukan adanya usaha dan pemikiran lebih mendalam dalam pengelolaan tenaga kerja.
Dalam manajemen tenaga kerja terdapat proses pengambilan keputusan yang berhubungan
dengan:
Penentuan ukuran dan jumlah tenaga kerja.
Recruitment dan pembagian tenaga kerja kedalam kelompok kerja.
Komposisi tenaga kerja untuk setiap jenis pekerjaan.
Pengendalian jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan selama proyek berlangsung.
Perencanaan, penjadualan, pengarahan dan pengawasan kegiatan tenaga kerja
Tenaga kerja yaitu semua orang yang terlibat dalam pelaksanaan suatu proyek, baik dari yang
ahli/ profesional sampai tenaga kerja pemborong/ buruh. Penempatan tenaga kerja harus
disesuaikan antara keahlian tertentu sehingga pekerjaan yang dihasilkan manjadi efisien dan
efektif. Dalam pelaksanaan pekerjaan, tenaga kerja dibagi beberapa bagian sebagai berikut.
Tenaga kerja ahli, adalah pegawai yang ditempatkan dalam pekerjaan proyek yang
sedang berlangsung yang memegang peranan penting terhadap sistem koordinasi
dan sistem manajemen dengan tenaga kerja lainnya untuk menghasilkan prestasi
Manajemen bahan merupakan unsur penting dalam perencanaan proyek dan kontrol. Bahan
mewakili biaya besar dalam konstruksi, sehingga pengadaan meminimalkan biaya
pembelian merupakan peluang penting untuk mengurangi biaya. Kekurangan manajemen
bahan juga dapat mengakibatkan biaya besar dan dihindari selama konstruksi.
Manajemen Bahan tidak hanya menjadi perhatian selama tahap pemantauan disaat
konstruksi berlangsung. Keputusan tentang pengadaan bahan juga mungkin diperlukan
selama perencanaan awal dan tahap penjadwalan. Misalnya, kegiatan dapat dimasukkan
dalam jadwal proyek untuk pembelian barang-barang besar seperti lift untuk bangunan.
Ketersediaan bahan sangat mungkin mempengaruhi jadwal proyek dengan jalur cepat atau
jadwal waktu yang sangat ketat, waktu yang cukup untuk mendapatkan bahan yang diperlukan
harus diperbolehkan. Dalam beberapa kasus, pemasok lebih mahal atau pengirim dapat
digunakan untuk menghemat waktu.
suatu pekerjaan, atau kehilangan kesempatan yang harus diderita akibat tidak terpenuhinya
suatu permintaan akibat kekurangan stock.
Sistem Persediaan :
a. Sistem Persediaan Kontinyu
Sistem ini juga disebut sistem kuantitas pesanan tetap. Pesanan dilakukan ketika
persediaan berkurang sampai suatu tingkat yang telah ditentukan (reorder system).
Contoh yang sering dilakukan adalah sistem checkout terkomputerisasi dengan laser
scanner di supermarket. Dengan sistem ini, scanner akan membaca barcode produk
ada pada toko kelontong/warung tradisional dan rumahan. Perusahaan seperti Sosro
dan Coca Cola Company melakukan system persediaan periodik pada warung- warung
tradisional dan rumahan.
Y = order quantity
= tingkat kebutuhan per satuan waktu
to = panjang siklus
k = ordering cost yang harus dibayar setiap kali pemesanan
h = holding cost per unit inventory per satuan waktu
Contoh :
Sebuah perusahaan beroperasi selama 50 minggu dalam satu tahun. Probabilitas
permintaan selama suatu minggu terhadap produk yang dihasilkan terlihat dalam Tabel 1.
Biaya simpan per unit per tahun sebesar $2, biaya pesan $8 setiap kali pemesanan. Biaya
akibat kekurangan stock adalah $6 per unit setiap kali terjadi. Lead time 1 minggu. Tentukan
Reorder Point yang memberikan total biaya persediaan minimum, dengan memperhitungkan
kemungkinan kekurangan stock.
Tabel 1. Probabilitas Permintaan
Kekurangan stock terjadi apabila permintaan melebihi 4 unit, yaitu mulai dari 5 unit sampai 9
unit. Alternatif penyediaan safety stock mulai dari 0 unit sampai 5 unit, atau Reorder Point
mulai dari 4 unit sampai 9 unit. Pemilihan alternatif dilakukan berdasarkan total biaya yang
diharapkan (total expected cost) terkecil. Total expected cost adalah jumlah expected
stockout cost ditambah expected penambahan biaya simpan.
Stockout cost = sc x SO
Penambahan Biaya Simpan = h x SS
sc = Stockout cost per unit
SO = Stockout per tahun
h = holding cost per unit per tahun
SS = Surplus stock
Dari beberapa metode inventory diatas, seorang manajer proyek dapat memutuskan
untuk memberikan lead time sehingga tanggal pengiriman yang diharapkan adalah sama
dengan tanggal yang diinginkan perakitan asalkan ketersediaan barang itu tidak penting. Atau,
manajer proyek mungkin akan menegosiasikan tanggal pengiriman lebih tertentu d ari
pemasok.
Gambar alat berat excavating (Penggalian) and Loading (Pemuatan) (Rochmanhadi. 1985)
Tingkat pemadatan yang dapat dicapai tergantung pada sifat tanah, kandungan
kelembaban, ketebalan lapisan tanah untuk pemadatan dan metode pemadatan.
Fungsi peralatan grading untuk membawa pekerjaan tanah untuk bentuk yang
diinginkan dan elevasi. Jenis utama peralatan grading meliputi kelas motor dan pemangkas
kelas. Yang pertama adalah mesin semua tujuan untuk finishing grading dan permukaan,
sedangkan yang kedua digunakan untuk konstruksi berat karena kecepatan operasi yang lebih
tinggi.
2. Chris Hendrickson and Tung Au , 2000 Project Manajemen for Construction, Second
Edition prepared for world wide web publication.
6. Sinungan, Muchdarsyah. 2003. Produktivitas apa dan bagaimana. Jakarta : Bumi Askara.
Soeharto, Iman., 1995, Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Opersional, Penerbit
Erlangga, Jakarta
7. Mirnayani, 2015, Modul Kuliah Manajemen Konstruksi, Program Studi Teknik Sipil,
Universitas Mercu Buana, Jakarta