Anda di halaman 1dari 19

MODUL PERKULIAHAN

Manajemen
Konstruksi
Labor, Material and Equipment
Utilization

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


Teknik Perencanaan Teknik Sipil W111700053 Elhazri Hasdian, ST, MT, MM, PMP
dan Desain
05

Abstract Kompetensi
Manajemen proyek yang baik dalam Mahasiswa mampu menjelaskan
konstruksi harus bisa menerapkan mengenai tenaga kerja, bahan material
efisiensi tenaga kerja, bahan dan dan peralatan dalam pelaksanaan
peralatan. Apa yang paling dibutuhkan proyek konstruksi serta dapat
melakukan perencanaan strategis dari
sekarang adalah perencanaan strategis
penggunaannya dalam hal
dalam peningkatan produktivitas tenaga pengurangan biaya.
kerja, manajemen bahan serta
penggunaan alat-alat konstruksi untuk
pengurangan biaya.

2021 Manajemen Konstruksi


1 Elhazri Hasdian, ST, MT, MM, PMP
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pendahuluan

Manajemen proyek yang baik dalam konstruksi harus bisa menerapkan efisiensi
tenaga kerja, bahan dan peralatan. Peningkatan produktivitas tenaga kerja harus menjadi
perhatian besar dalam hal pengendalian biaya fasilitas yang dibangun. Penanganan
material, yang meliputi pengadaan, persediaan, fabrikasi dan servis lapangan, memerlukan
perhatian khusus untuk pengurangan biaya. Apa yang paling dibutuhkan sekarang adalah
perencanaan strategis dalam peningkatan produktivitas tenaga kerja, manajemen bahan
serta penggunaan alat-alat konstruksi untuk pengurangan biaya.

Tenaga Kerja

1. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan faktor penting pada pelaksanaan proyek konstruksi.
Didalam proyek konstruksi, produktivitas merupakan faktor kunci terhadap kesuksesan
suatu proyek.
Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penting dalam pelaksanaan suatu proyek
karena pengaruhnya yang cukup besar terhadap biaya dan waktu penyelesaian suatu
pekerjaan proyek. Tenaga kerja yang digunakan biasanya tidak merupakan perorangan
tetapi dalam bentuk kelompok pekerja yang terdiri dari pekerja biasa dan mandor di
lapangan yang melayaninya dalam berbagai perbandingan. Namun perlu diperhatikan juga
bahwa manusia merupakan sumber daya yang komplek dan sulit diprediksi sehingga
diperlukan adanya usaha dan pemikiran lebih mendalam dalam pengelolaan tenaga kerja.
Dalam manajemen tenaga kerja terdapat proses pengambilan keputusan yang berhubungan
dengan:
Penentuan ukuran dan jumlah tenaga kerja.
Recruitment dan pembagian tenaga kerja kedalam kelompok kerja.
Komposisi tenaga kerja untuk setiap jenis pekerjaan.
Pengendalian jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan selama proyek berlangsung.
Perencanaan, penjadualan, pengarahan dan pengawasan kegiatan tenaga kerja
Tenaga kerja yaitu semua orang yang terlibat dalam pelaksanaan suatu proyek, baik dari yang
ahli/ profesional sampai tenaga kerja pemborong/ buruh. Penempatan tenaga kerja harus
disesuaikan antara keahlian tertentu sehingga pekerjaan yang dihasilkan manjadi efisien dan
efektif. Dalam pelaksanaan pekerjaan, tenaga kerja dibagi beberapa bagian sebagai berikut.
Tenaga kerja ahli, adalah pegawai yang ditempatkan dalam pekerjaan proyek yang
sedang berlangsung yang memegang peranan penting terhadap sistem koordinasi
dan sistem manajemen dengan tenaga kerja lainnya untuk menghasilkan prestasi

2021 Manajemen Konstruksi


2 Elhazri Hasdian, ST, MT, MM, PMP
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
yang baik dalam melaksanakan pekerjaan. Meliputi tenaga pelaksana yang tingkat
pendidikannya sarjana, sarjana muda dan memiliki pengalaman dibidang masing -
masing.
Mandor, dituntut untuk memiliki pengetahuan teknis dalam taraf tertentu, misalnya:
dapat membaca gambar konstruksi, dapat membuat perhitungan ringan, dapat
membedakan kualitas bahan bangunan yang akan digunakan, menangani pekerjaan
acuan, pembesian, pengecoran, dan mengawasi pekerjaan tenaga kerja
bawahannya.
Tenaga tukang, harus ahli dalam bidangnya berdasarkan pengalaman dan cara
kerja yang sederhana. Tukang dalam proyek dibagi menjadi lima bagian yaitu tukang
besi (rebarman), tukang batu (mason), tukang kayu (carpenter), tukang las, dan tukang
listrik (ME). Tukang besi mengurusi segala macam kegiatan yang berhubungan degan
pembesian/pemasangan tulangan, tukang batu bertugas dalam pengecoran dan
pembuatan lantai kerja, tukang kayu bertugas untuk mengurusi segala macam
pekerjaan yang berhubungan dengan kayu baik bekesting hingga servis lainnya.
Tenaga kasar, memerlukan kondisi yang kuat dan sehat untuk pengangkutan
bahan, alat, dan lain – lain.
Tenaga keamanan (security), bertugas menjaga keamanan lokasi proyek, prosedur
penerimaan tamu serta membuka dan menutup pintu jika ada concrete mixer truck,
concrete pump truck maupun truk bahan bangunan yang akan masuk ke lokasi proyek.

2. Produktivitas Tenaga Kerja


Produktivitas dalam konstruksi sering secara luas didefinisikan sebagai output per
jam kerja. Mengingat bahwa pada umumnya proyek berlangsung dengan kondisi yang
berbeda-beda, maka dalam merencanakan tenaga kerja hendaknnya dilengkapi dengan
analisis produktivitas dan indikasi variabel yang mempengaruhi (Soeharto, 1995).
Produktivitas tenaga kerja menunjukkan kemampuan seseorang tenaga kerja atau
pekerja untuk menghasilkan sejumlah keluaran dalam satu satuan waktu tertentu.
Produktivitas tenaga kerja tersebut dapat merupakan ukuran efisiensi pemanfaatan tenaga
kerja. Hal ini mengingat bahwa secara nyata, seseorang pekerja dalam melakukan
pekerjaannya, belum tentu memanfaatkan seluruh kemampuan yang dimilikinya. Aris
Ananta (1990) mengemukakan bahwa produktivitas tenaga kerja adalah pencerminan dari
mutu tenaga kerja jika hal-hal lain dianggap tetap sama. Menurutnya, perubahan
(peningkatan) produktivitas kerja dapat terjadi karena pengaruh beberapa hal yaitu:
sumber daya alam yang tersedia dalam jumlah yang lebih besar atau mutu yang baik,

2021 Manajemen Konstruksi


3 Elhazri Hasdian, ST, MT, MM, PMP
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sumber daya modal fisik tersedia dalam jumlah yang lebih banyak atau mutu yang baik
mutu modal manusia itu sendiri yang meningkat, dan kondisi lingkungan kerja yang
lebih baik.
Ukuran produktivitas yang paling terkenal berkaitan dengan tenaga kerja yang dapat
dihitung dengan membagi pengeluaran oleh jumlah yang digunakan atau jam-jam kerja
orang (Muchdarsyah 2003). Produktivitas tenaga kerja konstruksi dapat dinyatakan dalam
berbagai bentuk, misalnya jumlah unit yang diselesaikan dibagi sumber daya (jam-orang) yang
digunakan” (Soeharto, 1995).

3. Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas pekerjaan di Site


Sering terjadi produktivitas karyawan yang menurun dikarenakan kemungkinan adanya
ketidaknyamanan dalam bekerja, upah yang minim, dan juga ketidakpuasan dalam bekerja.
Dalam pelaksanaan di lapangan hal tersebut terkadang bisa terjadi dikarenakan tenaga kerja
yang kurang efektif di dalam pekerjaannya. Contoh tindakan yang menyebabkan
pekerjaan yang kurang efektif tersebut antara lain menganggur, ngo brol, makan, merokok,
istirahat, yang kesemuanya itu dilaksanakan pada saat jam kerja.
Penurunan produktivitas kerja ini merupakan permasalahan umum bagi setiap
pelaksana proyek, bila tidak diatasi dengan baik maka pelaksanaan pekerjaan dari suatu
proyek dapat mengalami keterlambatan dari waktu pelaksanaan pekerjaan yang sudah
diberikan. Produktivitas tenaga kerja yang baik sangat diperlukan untuk keberhasilan proyek
kontruksi. Produktivitas tenaga kerja akan sangat berpengaruh juga terhadap besarnya
keuntungan atau kerugian suatu proyek
Produktivitas pekerjaan di site dipengaruhi karakteristik tenaga kerja, kondisi pekerjaan
proyek atau kegiatan non-produktif.
Karakteristik tenaga kerja meliputi:
• usia, keterampilan dan pengalaman tenaga kerja
• kepemimpinan dan motivasi tenaga kerja
Kondisi proyek kerja meliputi faktor antara lain:
• Ukuran dan kompleksitas pekerjaan.
• Akses lokasi kerja.
• Ketersediaan tenaga kerja.
• Peralatan.
• Kontrak perjanjian.
• Iklim Lokal.
• Karakteristik budaya setempat, terutama yang dipegang oleh orang asing.

2021 Manajemen Konstruksi


4 Elhazri Hasdian, ST, MT, MM, PMP
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kegiatan Non-produktif meliputi kegiatan antara lain:
• Tenaga kerja tidak langsung diperlukan untuk mempertahankan kemajuan proyek
• Pengulangan untuk memperbaiki pekerjaan yang tidak memuaskan
• Penghentian Bekerja sementara karena cuaca buruk atau kekurangan bahan
• Waktu off untuk kegiatan serikat
• Absen waktu, termasuk terlambat dan awal berhenti
• Non-kerja liburan
• Pemogokan

4. Karakteristik Tenaga Kerja


Analisis kinerja adalah alat umum untuk menilai kualitas pekerja dan kontribusi.
Faktor-faktor yang mungkin dievaluasi antara lain meliputi:
Kualitas Kerja - kaliber karya yang dihasilkan atau dicapai.
Jumlah Pekerjaan - volume pekerjaan yang diterima
Pengetahuan Job - pengetahuan yang menunjukkan persyaratan, metode, teknik
dan keterampilan yang terlibat dalam melakukan pekerjaan dan dalam menerapkan
ini untuk meningkatkan produktivitas.
Kemampuan Komunikatif - efektivitas dalam menggunakan komunikasi orgal dan
ditulis dan sesuai, rekan bawahan, atasan dan lain-lain diinformasikan.
Keterampilan Interpersonal - efektifitas dalam berhubungan dengan cara yang tepat
dan produktif kepada orang lain.
Kemampuan untuk bekerja di bawah tekanan - kemampuan untuk memenuhi tenggat
waktu yang ketat dan beradaptasi dengan perubahan.
Keamanan Sensitivitas - kemampuan untuk menangani informasi rahasia tepat dan
berhati-hati dalam menjaga informasi yang sensitif.
Kesadaran Keselamatan - memiliki pengetahuan tentang praktek-praktek keamanan
yang baik dan menunjukkan kesadaran keselamatan pribadi sendiri dan keselamatan
orang lain.
Biaya keuntungan dan Sensitivitas - kemampuan untuk mencari, menghasilkan dan
menerapkan ide-ide membuat keuntungan.
Perencanaan Efektivitas - kemampuan untuk mengantisipasi kebutuhan, kondisi
perkiraan, menetapkan tujuan dan standar, rencana dan jadwal kerja dan hasil
pengukuran.
Kepemimpinan - kemampuan untuk mengembangkan di lain willingenss dan
keinginan untuk bekerja menuju tujuan bersama.
Mendelegasikan - efektivitas dalam mendelegasikan pekerjaan tepat.

2021 Manajemen Konstruksi


5 Elhazri Hasdian, ST, MT, MM, PMP
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Manajemen Bahan

Manajemen bahan merupakan unsur penting dalam perencanaan proyek dan kontrol. Bahan
mewakili biaya besar dalam konstruksi, sehingga pengadaan meminimalkan biaya
pembelian merupakan peluang penting untuk mengurangi biaya. Kekurangan manajemen
bahan juga dapat mengakibatkan biaya besar dan dihindari selama konstruksi.
Manajemen Bahan tidak hanya menjadi perhatian selama tahap pemantauan disaat
konstruksi berlangsung. Keputusan tentang pengadaan bahan juga mungkin diperlukan
selama perencanaan awal dan tahap penjadwalan. Misalnya, kegiatan dapat dimasukkan
dalam jadwal proyek untuk pembelian barang-barang besar seperti lift untuk bangunan.
Ketersediaan bahan sangat mungkin mempengaruhi jadwal proyek dengan jalur cepat atau
jadwal waktu yang sangat ketat, waktu yang cukup untuk mendapatkan bahan yang diperlukan
harus diperbolehkan. Dalam beberapa kasus, pemasok lebih mahal atau pengirim dapat
digunakan untuk menghemat waktu.

1. Pengadaan dan Pengiriman Bahan


Untuk proyek yang melibatkan penggunaan skala besar, pemilik dapat memulai
prosedur pengadaan sebelum pemilihan kontraktor untuk menghindari kekurangan dan
keterlambatan. Dalam keadaan biasa, kontraktor akan menangani pengadaan untuk
berbelanja untuk bahan dengan harga / kinerja karakteristik terbaik yang ditentukan oleh
perancang.
Persediaan (inventory) adalah stok barang yang disimpan oleh suatu perusahaan untuk
memenuhi permintaan pelanggan. Karena sulit memprediksi permintaan, maka sejumlah
perusahaan menyediakan stok cadangan (buffer stock). Persediaan terdiri dari 3 (tiga) kategori
: persediaan bahan baku, persediaan bahan setengah jadi, dan persediaan barang jadi.

Gambar Aliran Material / Bahan (Retno Indryani, 2012)

2021 Manajemen Konstruksi


6 Elhazri Hasdian, ST, MT, MM, PMP
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2. Inventory Control
Setelah barang dibeli, harus ada pengontrolan bahan yang digunakan selama proses
konstruksi.
Persediaan terlalu sedikit : kemungkinan terjadi kekurangan persediaan yang
mengakibatkan penundaan operasional suatu sistem
Persediaan terlalu banyak : biaya awal dan biaya penyimpanan besar
Tujuan umum dari pengendalian persediaan adalah meminimalkan total biaya persediaan di
antara kategori utama biaya:
a. Purchase costs,
b. Order cost,
c. Holding costs, dan
d. Unavailable cost / Stockout Cost
Kategori-kategori biaya ini saling terkait karena mengurangi biaya dalam satu kategori dapat
meningkatkan biaya pada pihak lain.

a. Purchase Costs / Biaya Pembelian


Biaya pembelian dari suatu item adalah harga satuan pembelian dari sumber eksternal
termasuk transportasi dan biaya pengiriman. Diperhitungkan apabila terdapat potongan
harga (quantity discount) untuk pembelian dalam jumlah tertentu

b. Order Cost / Biaya Pemesanan


Biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan sejak
penempatan pesanan sampai tersedianya bahan/barang di gudang. Biaya-biaya tersebut
antara lain : biaya telepon, biaya surat menyurat, biaya adminisrasi dan penempatan pesanan,
biaya pemilihan pemasok, biaya pengangkutan dan bongkar muat, biaya penerimaan dan
pemeriksaan bahan/barang.

c. Holding Costs / carrying costs (biaya simpan )


Holding costs atau carrying costs (biaya simpan) : biaya yang timbul akibat
penyimpanan barang yaitu terjadi karena perusahaan memiliki persediaan yang banyak,
seperti : biaya yang tertanam dalam persediaan, biaya modal (termasuk biaya kesempatan
pendapatan atas dana yang tertanam dalam persediaan), sewa gudang, biaya administrasi
pergudangan, gaji pegawai pergudangan, biaya asuransi, biaya pemeliharaan persedi aan,
biaya kerusakan/kehilangan.

2021 Manajemen Konstruksi


7 Elhazri Hasdian, ST, MT, MM, PMP
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
d. Unavailability Cost / Ketidaktersediaan Biaya atau Stockout Cost (biaya akibat
kekurangan stock
Biaya ini timbul ketika ketidak tersedianya bahan yang diinginkan pada waktu yang
dikehendaki. Dalam industri manufaktur, biaya ini sering disebut kehabisan pe rsediaan atau
biaya deplesi. Dapat juga diartikan sebagai penalty yang harus dibayar akibat tertundanya

suatu pekerjaan, atau kehilangan kesempatan yang harus diderita akibat tidak terpenuhinya
suatu permintaan akibat kekurangan stock.

Gambar Inventory level (Retno Indryani, 2012)

3. Tradeoffs of Costs dalam Manajemen Material.


Model Persediaan (Inventory model) : suatu teknik yang berkaitan dengan penetapan
besarnya persediaan bahan yang harus diadakan untuk menjamin kelancaran dalam
kegiatan operasi produksi, serta menetapkan jadwal pengadaan dan jumlah pemesanan
barang yang seharusnya dilakukan.
Tujuan inventory model, menjawab pertanyaan :
1. Berapa banyak barang yang harus dipesan untuk persediaan ?
2. Kapan harus melakukan pemesanan ?

Sistem Persediaan :
a. Sistem Persediaan Kontinyu
Sistem ini juga disebut sistem kuantitas pesanan tetap. Pesanan dilakukan ketika
persediaan berkurang sampai suatu tingkat yang telah ditentukan (reorder system).
Contoh yang sering dilakukan adalah sistem checkout terkomputerisasi dengan laser
scanner di supermarket. Dengan sistem ini, scanner akan membaca barcode produk

2021 Manajemen Konstruksi


8 Elhazri Hasdian, ST, MT, MM, PMP
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
di kemasan produk dan transaksi dicatat secara langsung dan tingkat persediaan
diperbarui.

b. Sistem Persediaan Periodik


Sistem persediaan ini dikenal juga dengan sistem waktu tetap. Persediaan dihitung
pada interval waktu tertentu, misalnya tiap pekan atau pada akhir bulan. Kerugian
sistem ini adalah kurangnya pengendalian langsung. Contoh yang sering dilakukan

ada pada toko kelontong/warung tradisional dan rumahan. Perusahaan seperti Sosro
dan Coca Cola Company melakukan system persediaan periodik pada warung- warung
tradisional dan rumahan.

Total inventory cost sebagai fungsi dari persediaan :


Total Inventory Cost = Purchase Cost + Ordering Cost + Holding Cost + Stockout Cost

Tipe inventory model tergantung beberapa faktor :


a. Jenis Permintaan
b. Delivery Lags / Lead Times yaitu : Selang waktu antara saat pemesanan dan saat
diterimanya barang, mungkin deterministik atau probabilistic
c. Stock Replenishment :Pemenuhan kebutuhan segera atau secara uniform
d. Horizon Waktu :Periode dimana inventory level akan dikontrol, terhingga atau tak
terhingga
e. Jumlah Item : Satu atau lebih dari satu item

Macam Metode Inventory :


a. SINGLE –ITEM STATIC MODEL /Economic Order Quality (EOQ)
Model ini merupakan formula tunggal untuk menentukan kuantitas pemesanan optimal
yang meminimumkan jumlah biaya penyimpanan dan biaya pemesanan.
Batasan :
1. Permintaan deterministik dan konstan sepanjang waktu
2. Lead time diketahui dan konstan
3. Pesanan datang sekaligus pada satu waktu
4. Tidak terjadi kekurangan stock
5. Tidak ada potongan harga
6. Variable cost hanya ordering cost dan holding cost

2021 Manajemen Konstruksi


9 Elhazri Hasdian, ST, MT, MM, PMP
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar Inventory Level (Retno Indryani,2012)

Y = order quantity
= tingkat kebutuhan per satuan waktu
to = panjang siklus
k = ordering cost yang harus dibayar setiap kali pemesanan
h = holding cost per unit inventory per satuan waktu

2021 Manajemen Konstruksi


10 Elhazri Hasdian, ST, MT, MM, PMP
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Contoh :
Permintaan pertahun dari suatu bahan adalah 1000 unit. Diasumsikan dalam 1 tahun
terdapat 50 minggu kerja. Biaya pemesanan sebesar $10 per order, biaya simpan per tahun
per unit $ 0.5. Apabila lead time 2 minggu, tentukan jumlah pesanan optimum d an saat
pemesanan kembali

2021 Manajemen Konstruksi


11 Elhazri Hasdian, ST, MT, MM, PMP
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
b. PENGGUNAAN SAFETY STOCK
Dalam situasi nyata, permintaan atau waktu tunggu bisa bersifat probabilistik. Kondisi tersebut
mengakibatkan permintaan selama waktu tunggu tidak diketahui dengan pasti. Cara
mengatasi kemungkinan kekurangan stock, akibat permintaan melebihi perkiraan, adalah
dengan menyediakan safety stock.

Reorder Point : ROP = β x L + SS dimana SS = Safety stock

Contoh :
Sebuah perusahaan beroperasi selama 50 minggu dalam satu tahun. Probabilitas
permintaan selama suatu minggu terhadap produk yang dihasilkan terlihat dalam Tabel 1.
Biaya simpan per unit per tahun sebesar $2, biaya pesan $8 setiap kali pemesanan. Biaya
akibat kekurangan stock adalah $6 per unit setiap kali terjadi. Lead time 1 minggu. Tentukan
Reorder Point yang memberikan total biaya persediaan minimum, dengan memperhitungkan
kemungkinan kekurangan stock.
Tabel 1. Probabilitas Permintaan

No Permintaan (x) Probabilitas No Permintaan (x) Probabilitas


1 0 0.07 6 5 0.17
2 1 0.10 7 6 0.13
3 2 0.11 8 7 0.08
4 3 0.13 9 8 0.04
5 4 0.15 10 9 0.02

2021 Manajemen Konstruksi


12 Elhazri Hasdian, ST, MT, MM, PMP
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Penyelesaian :
Rata – rata permintaan per minggu :
X P Px
0 0.07 0
1 0.10 0.10
2 0.11 0.22
3 0.13 0.39
4 0.15 0.60

5 0.17 0.85 Rata – rata permintaan per minggu


6 0.13 0.78 lanjutan
7 0.08 0.56
8 0.04 0.32
9 0.02 0.18
Jumlah 4.00

Rata-rata permintaan perminggu = 4 unit


Rata-rata permintaan per tahun = 4 x 50 = 200 unit
Jumlah pesanan Optimum :

Jumlah Siklus = 200 unit / 40 unit = 5 siklus per tahun


Reorder Point = ROP = β L + SS = 4 x 1 + SS

Kekurangan stock terjadi apabila permintaan melebihi 4 unit, yaitu mulai dari 5 unit sampai 9
unit. Alternatif penyediaan safety stock mulai dari 0 unit sampai 5 unit, atau Reorder Point
mulai dari 4 unit sampai 9 unit. Pemilihan alternatif dilakukan berdasarkan total biaya yang
diharapkan (total expected cost) terkecil. Total expected cost adalah jumlah expected
stockout cost ditambah expected penambahan biaya simpan.
Stockout cost = sc x SO
Penambahan Biaya Simpan = h x SS
sc = Stockout cost per unit
SO = Stockout per tahun
h = holding cost per unit per tahun
SS = Surplus stock

2021 Manajemen Konstruksi


13 Elhazri Hasdian, ST, MT, MM, PMP
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Total Expected Cost ($)

Misal untuk alternative ROP = 4 unit :


- Apabila permintaan 0, terjadi kelebihan 4 unit. Biaya simpan per unit per tahun $2.
Total penambahan biaya simpan = 4x$2 = $8
- apabila permintaan 5, terjadi kekurangan 1 unit setiap siklus. Dalam 1 tahun terdapat
5 siklus. Biaya kekurangan stock per unit adalah $6. Total biaya akibat kekurangan
stock sebesar = 1x5x$6 = $30
Misal untuk alternative ROP = 9 unit :
- Apabila permintaan 0, terjadi kelebihan 9 unit. Total penambahan biaya simpan =
9x$2 = $18
- Apabila permintaan 9, total biaya = 0.
Total expected cost terkecil adalah untuk
Reorder Point 7 unit, atau safety stock sebesar 3 unit.

Dari beberapa metode inventory diatas, seorang manajer proyek dapat memutuskan
untuk memberikan lead time sehingga tanggal pengiriman yang diharapkan adalah sama
dengan tanggal yang diinginkan perakitan asalkan ketersediaan barang itu tidak penting. Atau,
manajer proyek mungkin akan menegosiasikan tanggal pengiriman lebih tertentu d ari
pemasok.

2021 Manajemen Konstruksi


14 Elhazri Hasdian, ST, MT, MM, PMP
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Peralatan Konstruksi

Karakteristik Pekerjaan Konstruksi :


Adanya pekerjaan yang tidak dapat dikerjakan tenaga manusia
Adanya pekerjaan membutuhkan akurasi dan presisi tertentu
Pekerjaan umumnya bervolume besar dan waktu yang terbatas
Umumnya beresiko tinggi.
Alat-alat yang digunakan pada pekerjaan tanah (earth works) yang memberikan
faktor effektifitas dan effisiensi yang lebih besar dibandingkan dengan pekerjaan secara
manual. Pemilihan jenis dan ukuran peralatan konstruksi sering mempengaruhi waktu dan
produktivitas kerja lokasi proyek. Oleh karena itu penting bagi para manajer dan perencana
konstruksi mengetahui karakteristik peralatan yang paling umum digunakan dalam
konstruksi.
Secara umum, pekerjaan tanah di konstruksi terbagi menjadi 5 tahap, seperti telihat pada
gambar dibawah ini.

2021 Manajemen Konstruksi


15 Elhazri Hasdian, ST, MT, MM, PMP
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar Ikhtisar sistem kerja Pemindahan Tanah (Rochmanhadi. 1985)

2021 Manajemen Konstruksi


16 Elhazri Hasdian, ST, MT, MM, PMP
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Excavating (Penggalian) and Loading (Pemuatan)
Excavating adalah suatu kegiatan penggalian matarial (tanah) yang akan digunakan atau
akan dibuang.
Hal ini dipengaruhi oleh 3 kondisi sebagai berikut :
kondisi 1 : bila tanah biasa (normal), bisa dilakukan langsung penumpukan stock atau
langsung dimuat (loading)
kondisi 2 : bila kondisi tanah keras harus dialkukan penggarukan (ripping) terlebih dahulu,
kemidian dilakukan stock pilling dan pemuatan (loading)
kondisi 3 : bila terlalu keras dimana pekerjaan ripping tidak ekonomis mesti dilakukan
peledakan (blasting) guna memecah belahan material terlebih dahulu sebelum dilakukan stock
pilling dan dilakukan pemuatan (loading)

Gambar alat berat excavating (Penggalian) and Loading (Pemuatan) (Rochmanhadi. 1985)

Compaction and Grading


Fungsi peralatan pemadatan (compactor) adalah untuk memadatkan tanah atau
material sedemikian hingga tercapai tingkat kepadatan yang diinginkan.
Kekuatan dasar yang digunakan dalam pemadatan adalah
1. Peremasan (Kneading) ; Tanah diremas oleh gigi pada roda sehingga udara dan air
yang terdapat di antara partikel material dapat dikeluarkan.
2. Pemberat (Static Weight) ; Permukaan tanah ditekan oleh suatu berat tertentu secara
perlahan-lahan.

2021 Manajemen Konstruksi


17 Elhazri Hasdian, ST, MT, MM, PMP
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Getaran (Vibration) ; Tanah di bawah alat pemadatan diberikan getaran yang berasal
dari alat tersebut sehingga partikel tanah yang kecil dapat masuk di antara partikel-
partikel yang lebih besar untuk mengisi rongga yang ada.
4. Tumbukan (Impact) ; Proses yang dilakukan dengan metode ini adalah dengan
menjatuhkan benda dari suatu ketinggian. Selain tanah menjadi lebih pada, dengan
proses ini partikel tanah yang besar menjadi pecah sehingga butiran partikel menjadi
seragam.

Tingkat pemadatan yang dapat dicapai tergantung pada sifat tanah, kandungan
kelembaban, ketebalan lapisan tanah untuk pemadatan dan metode pemadatan.
Fungsi peralatan grading untuk membawa pekerjaan tanah untuk bentuk yang
diinginkan dan elevasi. Jenis utama peralatan grading meliputi kelas motor dan pemangkas
kelas. Yang pertama adalah mesin semua tujuan untuk finishing grading dan permukaan,
sedangkan yang kedua digunakan untuk konstruksi berat karena kecepatan operasi yang lebih
tinggi.

Gambar Compaction (Rochmanhadi. 1985)

2021 Manajemen Konstruksi


18 Elhazri Hasdian, ST, MT, MM, PMP
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
1. Ananta, Aris. 1990. “Modal Manusia dalam Pembangunan Ekonomi,” dalam Ekonomi
Sumber Daya Manusia. Jakarta : Lembaga Demografi FEUI

2. Chris Hendrickson and Tung Au , 2000 Project Manajemen for Construction, Second
Edition prepared for world wide web publication.

3. Retno Indryani,2012, Bahan Ajar Persediaan, Institut Sepuluh November. Surabaya

4. Ristono, A., 2009, Manajemen Persediaan, Graha Ilmu, Yogyakarta

5. Rochmanhadi. 1985. Perhitungan Biaya Pelaksanaan Pekerjaan Dengan Menggunakan


Alat-Alat Berat. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta

6. Sinungan, Muchdarsyah. 2003. Produktivitas apa dan bagaimana. Jakarta : Bumi Askara.
Soeharto, Iman., 1995, Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Opersional, Penerbit
Erlangga, Jakarta

7. Mirnayani, 2015, Modul Kuliah Manajemen Konstruksi, Program Studi Teknik Sipil,
Universitas Mercu Buana, Jakarta

2021 Manajemen Konstruksi


19 Elhazri Hasdian, ST, MT, MM, PMP
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai